Anda di halaman 1dari 10

abu, 09 Juli 2014

1.        Pemberian Oksigen
a.       Pengertian
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui kanula
nasal dan masker oksigen. (Suparmi, 2008:66)
b.      Tujuan Umum
  Meningkatkan ekspansi dada
  Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen
  Membantu kelancaran metabolisme
  Mencegah hipoksia
  Menurunkan kerja jantung
  Menurunkan kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea
  Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru (Aryani, 2009:53)
c.       Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1.            Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di
dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan
tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2.            Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
3.            Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan
pertukaran gas O2 dan CO2.
4.            Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada
pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena
kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih
lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih
cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5.            Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan
napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6.            Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami gangguan
untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7.            Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat
dari keadaan hipermetabolisme.
8.            Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan
mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen
yang cukup.
9.            Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan
menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
(Aryani, 2009:53)
d.      Kontraindikasi
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis
dan jumlah aliran yang  tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini:
1.      Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas spontan
maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat menimbulkan tanda
dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker rebreathing dan non-
rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi yaitu sekitar 90-95%.
2.      Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah
3.      Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.(Aryani, 2009:53).
e.       Alat-alat :
1.      Kateter nasal.
2.      Kanul nasal/binasal/nasal prong
3.      Masker wajahsederhana.
4.      Masker wajah rebreathing dengan kantong oksigen.
5.      Masker wajah non rebreathing dengan kantong oksigen.
6.      Masker wajah Venturi
7.       Jelly.
8.      Plester.
9.      Gunting.
10.  Sumber oksigen.
11.  Humidifier.
12.  Flow meter
13.  Aqua steril
14.  Selang oksigen
15.  Tanda dilarang merokok
 
2.        Tentang suction
Suction adalah Suatu cara untuk mengeluarkan secret dari saluran nafas dengan
menggunakan suction kateter yang dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut kedalam
pharyng atau trachea. Penghisapan lendir digunakan bila klien mampu batuk secara efektif
teapi tidak mampu membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau menelan. Tindakan
penghisapan lendir juga tepat pada klien yang kurang responsif atau, yang mmerlukan
pembuangan sekret oral.
a.       Indikasi :
1.      Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup
2.      Pasien yang koma
3.      Pasien yang tidak bias batuk karena kelumpuhan dari otot pernafasan
4.      Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun
5.      Pasien yang secretnya sangat banyak dan kental, dimana dia sendiri sulit untuk
mengeluarkannya.
b.      Kontraindikasi :
1.      Pasien dengan stridor
2.      Pasien dengan kekurangan cairan cerebro spinal
3.      Pulmonary oedem
4.      Post pneumonectomy, ophagotomy yang baru
c.       Komplikasi :
1.      Hipoksia / Hipoksemia
2.      Kerusakan mukosa bronkial atau trakeal
3.      Cardiac arest
4.      Arithmia
5.      Atelektasis
6.      Bronkokonstriksi / bronkospasme
7.      Infeksi (pasien / petugas)
8.      Pendarahan dari paru
9.      Peningkatan tekanan intra kranial
10.  Hipotensi
11.  Hipertensi
d.      Alat-alat yang digunakan :
1.      Penghisap pertebel atau yang terpasang di dinding deengan selang penghubung
2.      Kateter steril 12-16 Fr
3.      Air steril atau normal saline
4.      Sarung tangan steril
5.      Pelumas larut air
6.      Handuk mandi atau selimut yang melindungi klien atau baju klien
7.      Masker wajah dan kasa steril
8.      Pinset anatomis
9.      Cairan desenfektan untuk mencuci kateter steril
10.  Spatel
e.       Kerugian Suction :
1.      Pendarahan/ keluar struktur
2.      kontaminasi bakteri
3.      Kekurangan oksigen sesaat
4.      Ketakutan dan panic pada pasien yang sadar
5.      Kecenderungan untuk tachycardia karena emosi, apnoe karena anoksia
6.      Vagal reflex
7.      Ekstra iritasi→ ekstra produksi secret

3.        Tentang Nebulizer (uap)
Nebulizer Adalah alat yang digunakan untuk merubah obat dari bentuk cair ke bentuk
partikel aerosol.bentuk aerosol ini sangat bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan dalam
organ paru. Efek dari pengobatan ini adalah untuk mengembalikan kondisi spasme bronkus.
a.       Indikasi :
1.      Rasa tertekan di dada
2.      Peningkatan produksi secret
3.      Pneumonia ( kongesti) dan atau atelektasis
b.      Kontraindikasi :
                               1.      Tekanan darah tinggi ( autonomic hiperrefleksia)

                               2.      Nadi yang meningkat/ takikardia

                               3.      Riwayat  reaksi yang tidak baik dari pengobatan

c.       Komplikasi :
                               1.      Henti nafas
                               2.      Dosis yang kurang tepat karena kurang tepat dalam menggunakan alat ataupun tekniknya
                               3.      Kurang dalam pemberian obat karena malfungsi dari alat tersebut
                               4.      Pemberian dosis tinggi dari beta agonis akan menyebabkan efek yang tidak baik pada

system sekunder penyerapan dari obat tersebut. Hipokalemia dan atrial atau ventricular
disritmia dapat ditemui pada pasien dengan kelebihan dosis
                               5.      Spasme bronkus atau iritasi pada saluran pernapasan

                               6.      Alat aerosol atau adapter yang digunakan  dan teknik penggunaan dapat mempengaruhi

penampilan karakter dari ventilator terhadap sensitifitas system alarm


                               7.      Penambahan gas pada circuit ventilator  dari nebulizer dapat meningkatkan volume, aliran

dan tekanan puncak saluran udara


                               8.      Penambahan gas pada ventilator dari nebulizer juga dapat menyebabkan kipas ventilator

tidak berjalan selama proses nebulasi


d.      Alat yang digunakan :
1.      Nebulizer
2. Tabung tekanan udara (untuk menjalankan nebulizer)
3. Selang oksigen
4. Obat-obatan untuk pernapasan
5. Nacl

e.       Jenis-jenis Nebulizer :

1.      “Disposible nebulizer”, sangat ideal apabila digunakan dalam situasi kegawatdaruratan/


ruang gawat darurat atau di rumah sakit dengan perawatan jangka pendek. Apabila nebulizer
di tempatkan di rumah daapt digunakan beberapa kali lebih dari satu kali , apabila
dibersihkan setelah digunakan. Dan dapat terus dipakai sampai dengan 2 minggu apabila
dibersihkan secara teratur. Dapat digunakan oleh orangtua, babysitter, saat bepergian,
sekolah, atau untuk persediaan apabila terjadi suatu serangan.
2.      “Re-usable nebulizer” , dapat digunakan lebih lama sampai kurang lebih 6 bulan.
Keuntungan lebih dari nebulizer jenis ini adalah desainnya yang lebih komplek dan dapat
menawarkan suatu perawatan dengan efektivitas yang ditingkatkan dari dosis pengobatan.
Keuntungan kedua adalah dapt direbus untuk proses desinfeksi. Digunakan untuk terapi
setiap hari.
f.        Model-model Nebulizer :
1.      Nebulizer dengan penekan udara ( Nebulizer compressors ), memberikan tekanan udara  dari
pipa ke tutup ( cup ) yang berisi obat cair. Kekuatan dari tekanan udara akan memecah cairan
ke dalam bentuk partikel- partikel uap kecil yang daapt dihirup secara dalam ke saluran
pernafasan.
2.      Nebulizer ultrasonik ( ultrasonic nebulizer), menggunakan gelombang ultrasound, untuk
secara perlahan merubah dari bentuk  obat cair ( catatan: pulmicort  tidak dapat digunakan
pada sebagian nebulizer ultrasonic) ke bentu uap/ aerosol basah.
3.      Nebulizer generasi baru ( A new generation of nebulizer) digunakan tanpa menggunakan
tekanan udara maupun ultrasound. Alat ini sangat kecil, dioperasikan dengan menggunakan
baterai, dan tidak berisik.

4.              Tentang Fisioterapi Dada:


Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi
suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga alam yang dipakai
antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya
disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan.
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita
penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun
caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret
dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok
fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot
pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah
penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit
paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan
penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang
mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : postural drainage,
perkusi, dan vibrasi Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti
kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra
indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor
paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.
A.     Clapping/Perkusi dada :
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan
dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada
bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran
nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti mangkok.
1.      lndikasi untuk perkusi :
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi
semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi. Perkusi harus
dilakukan hati-hati pada keadaan :
        Patah tulang rusuk
        Emfisema subkutan daerah leher dan dada
        Skin graf yang baru
        Luka bakar, infeksi kulit
        Emboli paru
        Pneumotoraks tension yang tidak diobati
2.      Alat dan bahan :
        Handuk kecil
3.      Prosedur kerja :
a.       Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi
ketidaknyamanan
b.      Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing
c.       Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan membentuk mangkok
B.     Vibrating
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural drainase
terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret.
Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan
perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien
mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi
dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan
dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan
bergetar. Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.
                                     1.      Prosedur kerja :

        Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang akan dilakukan
vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di luar
        Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing
        Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada pergelangan tangan saat
pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi
        Istirahatkan pasien
        Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk
2.      Tujuan :
        Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
        Memperkuat otot pernapasan
        Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
        Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup.
C.     Posturnal Drainase
Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari
berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
1.      Indikasi Klien Yang Mendapat Drainase Postural :
        Mencegah penumpukan secret yaitu pada:
-         pasien yang memakai ventilasi
-         pasien yang melakukan tirah baring yang lama
-         pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik, bronkiektasis
        Mobilisasi secret yang tertahan :
- pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret
- pasien dengan abses paru
- pasien dengan pneumonia
- pasien pre dan post operatif
- pasien neurology dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk.
2.      Kontra Indikasi Drainase Postural :
        tension pneumothoraks
        hemoptisis
        gangguan system kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infarkniokard, aritmia
        edema paru
        efusi pleura
        tekanan tinggi intracranial
3.      Persiapan Pasien Untuk Drainase Dostural :
        Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pnggang
        Terangkan cara pelaksanaan kepada klien secara ringkas tetapi lengkap
        Periksa nadi dan tekanan darah
        Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction untuk mengeluarkan
secret.
4.      Cara Melakukan Drainase Postural :
        Dilakukan sebelum makan untuk mencegah mual muntah dan menjelang tidur malam untuk
meningkatkan kenyamanan tidur.
        Dapat dilakukan dua kali sehari, bila dilakukan pada beberapa posisi tidak lebih dari 40 -60
menit, tiap satu posisi 3-10 menit.
5.      Langkah – langkah Rasional :
        Cuci tangan
        Pilih area yang tersumbat yang akan di drainase berdasarkan pengkajian semua bidang paru,
data klinis , dan gambaran foto dada.
        Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang tersumbat. (Area pertama yang
dipilih dapat bervariasi dari satu klien ke satu klien yang lain). Bantu klien memilih
posisisesuai kebutuhan. Ajarkan klien memposisikan postur dan lengan dan posisi kaki yang
tepat. Letakan bantal untuk nenyangga dan kenyamanan.
        Minta klien mempertahankan posisi selama 10 sampai 15 menit.
        Selama 10 samapai 15 menit drainase pada posisi ini, lakukan perkusi dada, vibrasi, dan atau
gerakan iga di atas area yang didrainase.
        Setelah drainase pada postural pertama, minta klien duduk dan batuk. Tampung sekresi yang
dikeluakan dalam wadah yang bersih. Bila klien tidak dapat batuk, harus dilakukan
penghisapan.
        Minta klien istirahat sebentar bila perlu.
        Minta klien minum menghisap / minum air.
        Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area tersumbat yang dipilih telah terdrainase.
Setiap tindakan harus tidak lebih dari 30 sampai 60 menit.
        Ulangi pengkajian dada pada semua paru.
        Cuci tangan, Mengurangi transmisi mikro organisme.
6.      Persiapan alat :
        Handuk
        Bantal (2 – 3 buah)
        Segelas air
        Tissue
        Sputum pot , berisi cairan desinfektan.
        Buku catatan
D.      Batuk Efektif
Batuk efektif  merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal.
1.      Tujuan:
        Merangsang terbukanya system kolateral.
        Meningkatkan distribusi ventilasi.
        Meningkatkan volume parud
        Memfasilitasi pembersihan saluran napas
2.      Manfaat :
        Untuk mengeluarkan sekret yang menyumbat jalan nafas
        Untuk memperingan keluhan saat terjadi sesak nafas pada penderita jantung.
3.      Cara Batuk Efektif :
        Tarik nafas dalam 4-5 kali
        Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
        Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan kuat
        Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan dengan kebutuhan
        Perhatikan kondisi penderita
4.      Batuk Yang tidak efektif menyebabkan :
        Kolaps saluran nafas
        Ruptur dinding alveoli
        Pneumothoraks
5.      Indikasi :
        COPD/PPOK
        Emphysema
        Fibrosis
        Asma
        chest infection
        pasien bedrest atau post operasi
E.       Pernapasan/napas dalam
Latihan pernapasan adalah bentuk latihan dan praktek teratur yang dirancang dan
dijalankan untuk mencapai ventilasi yang terkontrol  dan efisien serta mengurangi kerja
pernapasan. Latihan pernapasan ini juga diindikasikan pada klien dispnoe dan klien yang
masih dalam tahap penyembuhan setelah pembedahan thoraks.
1.      Latihan pernapasan terdiri dari :
     Pernapasan diafragma atau pernapasan abdominal: menggunakan diafragma dan dapat
menguatkan diafragma selama pernapasan sehingga memungkinkan napas dalam secara
penuh dengan sedikit usaha.
     Pernapasan bibir dirapatkan/ pursed lip breathing: pernapasan dengan bibir dirapatkan untuk
memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi dengan
demikian mengurangi jumlah udara yang terjebak dan jumlah tahanan jalan napas.
2.      Tujuan latihan pernapasan:
     meningkatkan inflasi alveolar yang maksimal
     meningkatkan relaksasi otot pernapasan
     menghilangkan atau menghindari pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna dan
tidak terkoordinasi
     menurunkan frekuensi pernapasan
     mengurangi kerja pernapasan
     menghilangkan ansietas.
3.      Prosedur Pelaksanaan:
     Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti perkenalkan diri perawat,
pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
     Atur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi setengah duduk di tempat tidur atau di
kursi atau dengan lying position ( posisi berbaring) di tempat tidur dengan satu bantal.
     Fleksikan lutut klien untuk merilekskan otot abdomen.
     Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen, tepat di bawah tulang iga.
     Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung sampai 3 selama
inspirasi.
     Konsentrasi dan rasakan gerakan naiknya abdomen sejauh mungkin, tetap dalam kondisi
relaks dan cegah lengkung pada punggung. Jika ada kesulitan menaikkan abdomen, ambil
napas dengan cepat, lalu napas kuat lewat hidung.
     Hembuskan udara lewat bibir, seperti meniup dan ekspirasi secara perlahan dan kuat
sehingga terbentuk suara hembusan tanpa mengembungkan pipi.
     Konsentrasi dan rasakan turunnya abdomen dan kontraksi otot abdomen ketika ekspirasi.
Hitung samapai 7 selama ekspirasi.
     Gunakan latihan ini setiap kali merasakan napas pendek dan tingkatkan secara bertahap
selama 5-10 menit, 4 kali sehari. Latihan ini dapat pula dilakukan pada posisi duduk tegap,
berdiri, dan berjalan.
     Cuci tangan

5.        Posisi pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan


A.     Posisi Tendenburg
Posisi ini menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari
bagian kaki.
1.      Tujuan:
        Melancarkan peredaran darah ke otak
2.      Alat dan bahan:
        Bantal
        Tempat tidur khusus
        Balok penopang kaki tempat tidur
3.      Prosedur pelaksanaan :
     Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
     Cuci tangan
     Pasien dalam keadaan berbaring telentang
     Tempatkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien
     Tempatkan bantal di bawah lipatan lutut
     Tempatkan balok penopang di bagian kaki tempat tidur
     Atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien
     Cuci tangan
B.     Posisi Fowler
Posisi fowler merupakan posisi tempat tidur dengan menaikkan kepala dan dada
setinggi  45-90 tanpa fleksi lutut.
1.      Tujuan :
        Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan dan kardiovaskular
        Melakukan aktivitas tertentu
2.      Persiapan alat :
        Tempat tidur
        Bantal kecil
        Gulungan handuk
        Bantalan kaki
        Sarung tangan jika di perlukan
3.      Prosedur pelaksanaan:
        Cuci tangan
        Minta pasien  untuk memfleksikan lutut sebelum kepala di naikkan
        Naikkan kepala tempat tidur 45-90 sesuai kebutuhan. Fowler rendah atau semi-fowler (15-
45), fowler tinggi 90
        Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana
        Letakkan bantal kecil di bawah pasien
        Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit
        Pastikan tidak terdapat tekanan pada area popliteal dan lutut dalam keadaan fleksi
        Letakkan gulungan handuk di samping masing-masing paha
        Topang telapak kaki pasien dengan menggunakan bantalan kaki
        Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, jika pasien memiliki kelemahan
pada kedua tangan tersebut
        Cuci tangan
        Dokumentasikan tindakan

C.     Posisi Ortopnea
Posisi ortopnea merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi, pasien duduk di tempat
tidur atau di tepi tempat tidur dengan meja yang menyilang di atas tempat tidur.
1.      Tujuan:
        Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan dengan memberikan ekspansi dada
maksimum
        Membantu klien yang mengalami masalah ekshalasi
2.      Persiapan alat :
        Tempat tidur
        Bantal kecil
        Gulungan handuk
        Bantalan kaki
        Sarung tangan jika di perlukan
3.      Prosedur pelaksanaan :
        Cuci tangan
        Minta pasien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala di naikkan
        Naikkan kepala tempat tidur 90
        Letakkan bantal kecil di atas meja yang menyilang di atas tempat tidur
        Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit
        Pastikan tidak terdapat tekanan pada daerah popliteal dan lutut dalam keadaan fleksi
        Letakkan gulungan handuk disamping masing-masing paha
        Topang telapak kaki pasien menggunakan bantalan kaki
        Cuci tangan
        Dokumentasikan tindakan

Anda mungkin juga menyukai