Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ADVOKASI, KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Disusun guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah DIII Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) YPSDMI Garut

Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:
Ega Oktaviani

165B2022003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YPSDMI GARUT


FAKULTAS DIII KEBIDANAN
TAHUN 2024

1
PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini kedepan.

Garut, 6 Maret 2024

Ega Oktaviani

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL.......................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1

B. Tujuan................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3

A. Pengertian Advokasi............................................................................................4

B. Sasaran dan Pelaku...............................................................................................5

C. Prinsip Advokasi..................................................................................................6

D. Pendekatan Dalam Advokasi...............................................................................7

E. Langkah Langkah Advokasi.................................................................................8

F. Pengertian Kemitraan.........................................................................................10

G. Prinsip Kemitraan...............................................................................................11

H. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat..............................................................12

I. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat......................................................................12

J. Ciri-Ciri Pemberdayaan Masyarakat...................................................................13

K. Landasan Dalam Kemitraan...............................................................................15

L. Pengembangan Dalam Kemitraan......................................................................16

M. Model Pemberdayaan Masyarakat....................................................................16

N. Strategi Pemberdayaan Masyarakat...................................................................17

O. Langkah-Langkah Pemberdayaan Masyarakat..................................................17

P. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak..........................................................................18

Q. Tujuan Kesehatan Ibu dan Anak........................................................................18

R. Kegiatan..............................................................................................................19

ii
S. Manajemen Kegiatan KIA..................................................................................21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................12

A. Kesimpulan......................................................................................................12

B. Saran................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

iii
DAFTAR TABEL

iv
DAFTAR LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemberdayaan Masyarakat dan Desa selalu berkaitan dengan berbagai
problematikanya antara lain : kemiskinan, akses bagi pemenuhan kebutuhan hidup
yang layak, ketimpangan sosial, kelembagaan yang belum berjalan efektif, dan
kemandirian masyarakat desa merupakan deskrispsi atas persoalan masyarakat di
tingkat perdesaan. Pada satu sisi masyarakat pedesaan memiliki kekuatan modal
sosial berupa tata kehidupan dengan basis gotong royong yang kuat. Untuk itu
pemberdayaan masyarakat desa seiring dengan pemberlakuan Otonomi Daerah tahun
2000 merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Apalagi Otonomi daerah meniscayakan desentralisasi. Desentralisasi


diartikan sebagai penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk mengurusi urusan rumah tangga sendiri berdasar prakarsa dan aspirasi
dari rakyatnya. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2000, kebijakan
desentralisasi diikuti desentralisasi fiskal, dan anggarannya pun terus meningkat
signifikan. Oleh karena itu, penguatan otonomi desa dengan manajemen
pemberdayaan dan penguatan masyarakat dan desa melalui peningkatan peran modal
sosial dan partisipasi masyarakat di Provinsi Banten sudah seharusnya dilakukan.
Dengan begitu diharapkan terjadi penguatan ekonomi masyarakat pedesaan yang
berdampak pada kemandirian masyarakat desa.

Hal ini sejalan dengan pendapat Shardlow (1998) sebagaimana dikutip oleh
Adi bahwa pengertian pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu,
kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. (Adi,
2008).

Secara akademis pemberdayaan masyarakat dan desa dilakukan karena masih


ada ketidakberdayaan masyarakat (marginalisasi, keterisolasian dan keterbatasan
masyarakat); Isu kemiskinan dan ketimpangan yang masih terjadi; banyak program-

1
program yang tidak berkelanjutan dan justru menimbulkan ketergantungan
masyarakat; dan ketidakberdayaan dapat disebabkan oleh kondisi struktural
masyarakatnya yang mengandung unsur diskriminasi dan dominasi.

B. Tujuan
Menurut departemen kesehatan RI (2007) tujuan advokasi adalah :

a) Tujuan umum

Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa


kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikut sertaan, dalam kegiatan, maupun
berbagai bentuk lainya sesuai keadaan dan usaha.

b) Tujuan khusus

1) Adanya pengenalan atau kesadaran.


2) Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan
3) Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu
dan menerima perubahan.
4) Adanya tindakan/ perbuatan/kegiatan yang nyata (yang diperlukan).
5) Adanya kelanjutan kegiatan(kesinambungan kegiatan).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Advokasi
Pengertian Advokasi merupakan upaya atau proses yang strategis dan
terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). WHO (1989) di kutip dalam UNFPA dan BKKBN (2002)
menggunkan “advocacy is a combination on individual and social action design to
gain political commitment, policy support, social acceptance and systems support
for particular health goal or programme”. (Heri D. J. Maulana, 2009)
Jadi advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang dirancang
untuk memperoleh komitmen, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sistem
yang mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu.

Advokasi adalah upaya mendekati, mendampingi, dan mempengaruhi para


pembuat kebijakan secara bijak, sehingga mereka sepakat untuk memberi dukungan
terhadap pembangunan kesehatan. Advokasi kesehatan adalah upaya pendekatan
kepada pemimpin atau pengambil keputusan supaya dapat memberikan dukungan,
kemudahan, dan semacamnya pada upaya pembangunan kesehatan.(maulana.2009)

Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan, yaitu
dengan membentuk jejaring advokasi atau forum kerjasama. Pengembangan
kemitraan adalah upaya membangun hubungan para mitra kerja berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling memberi manfaat. Sehingga advokasi kemitraan
berarti mempertahankan, berbicara serta mendukung seseorang untuk
mempertahankan ide dan kerja sama dengan berbagai pihak.

B. Sasaran dan Pelaku


Sasaran advokasi adalah berbagai pihak yang di harapkan dapat memberikan
dukungan terhadap upaya kesehatan khususnya para pengambil keputusan dan
penentu kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, mitra dikalangan
pengusaha/swasta, badan penyandang dana, media massa, organisasi profesi,

5
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh
dan tenar, dan kelompok potensial lainya dimasyarakat. Semuanya bukan hanya
berpotensi mendukung, tetapi juga menentang atau berlawanan atau merugikan
kesehatan (misalnya industry rokok).

Pelaku advokasi kesehatan adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya
kesehatan , dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
Pelaku advokasi dapat berasal kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi,
organisasi profesi, organisasi berbasis masyarakat/agama, LSM, dan tokoh
berpengaruh.

C. Prinsip Advokasi
Beberapa prinsip prinsip dibawah ini bisa dijadikan pedoman dalam melakukan
advokasi, yaitu sebagai berikut:

a. Realitas

Memilih isu dan agenda yang realistis, jangan buang waktu kita untuk sesuatu
yang tidak mungkin tercapai.

b. Sistematis

Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat, kemas informasi semenarik


mungkin dan libatkan media yang efektif.

c. Taktis

Advokasi tidak mungkin bekerja sendiri, jalin koalisi dan aliansi terhadap
sekutu. Sekutu dibangun berdasarkan kesamaan kepentingan dan saling percaya.

d. Strategis

Kita dapat melakukan perubahan-perubahan untuk masyarakat dengan


membuat strategis jitu agar advokasi berjalan dengan sukses.

6
e. Berani

Jadikan isu dan strategis sebagai motor gerakan dan tetaplah berpijak pada
agenda bersama.

D. Pendekatan Dalam Advokasi


Dengan pendekatan persuasive, secara dewasa, dan bijak, sesuai keadaan yang
memungkinkan tukar fikiran secara baik (free choice). Menurut UNFPA dan
BKKBN 2002, terdapat lima pendekatan utama dalam advokasi , yaitu melibatkan
para pemimpin, bekerja dengan media massa , membangun kemitraan, mobilisasi
massa dan membangun kapasitas. Strategi advokasi dapat dilakukan melalui
pembentukan koalisi , pengembangan jaringan kerja, pembangunan institusi ,
pembuatan forum, dan kerjasama bilateral.

1. Melibatkan para pemimpin

Para pembuat undang-undang, mereka yang terlibat dalam penyusunan


hukum, peraturan maupun pemimpin politik, yaitu mereka yang menetapkan
kebijakan publik sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait
dengan masalah sosial termasuk kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu
sangat penting melibatkan meraka semaksimum mungkin dalam isu yang akan
diadvokasikan.

2. Bekerja dengan media massa

Media massa sangat penting berperan dalam membentuk opini publik.


Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi publik atas isu atau
masalah tertentu. Mengenal, membangun dan menjaga kemitraan dengan media
massa sangat penting dalam proses advokasi.

3. Membangun kemitraan

Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan,


kemitraan yang berkelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor
lain yang bergerak dalam isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu,

7
kelompok yang bekerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang
sama/hampir sama.

4. Memobilisasi massa

Memobilisasi massa merupakam suatu proses mengorganisasikan individu


yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan
kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar termotivasi
individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif

5. Membangun kapasitas

Membangu kapasitas disini di maksudkan melembagakan kemampuan


untuk mengembangakan dan mengelola program yang komprehensif dan
membangun critical mass pendukung yang memiliki keterampilan advokasi.
Kelompok ini dapat diidentifikasi dari LSM tertentu, kelompok profesi serta
kelompok lain.

E. Langkah Langkah Advokasi


Menurut depkes RI 2007 terdapat lima langkah kegiatan advokasi antara lain:

a. Identifikasi dan analisis masalah atau isi yang memerlukan advokasi.

Masalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis data atau fakta.
Data sangat penting agar keputusan yang dibuat berdasarkaninformsi yang
tepat dan benar. Data berbasis fakta sangat membantu menetapkan masalah,
mengidentifikasi solusi dan menentukan tujuan yang realistis. contoh:
paradigm sehat, Indonesia sehat 2010, anggaran kesehatan.

b. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran.

Sasaran kegiatan advokasi ditujukan kepada para pembuat keputusan


(decion maker) atau penentu kebijakan (policy maker), baik di bidang
kesehatan maupun diluar sector kesehatanyang berpengaruh terhadap public.
Tujuanya agar pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan, antara
lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi, dan yang

8
menguntungkan kesehatan. Dalam mengidentifikasi sasaran, perlu ditetapkan
siapa saja yang menjadi sasaran, mengapa perlu advokasi, apa
kecenderunganya, dan apa harapan kita kepadanya.

c. Siapkan dan kemas bahan informasi.

Tokoh politik mungkin termotivasi dan akan mengambil keputusan


jika mereka mengetahui secara rinci besarnya masalah kesehatan tertentu.
Oleh sebab itu, penting diketahui pesan atau informasi apa yang diperlukan
agar sasaran yang dituju dapat membuat keputusan yang mewakili
kepentingan advocator . kata kunci untuk bahan informasi ini adalah
informasi yang akurat, tepat dan menarik. Beberapa pertimbangan dalam
menetapkan bahan informasi ini meliputi :

Bahan informasi minimal memuat rumusan masalah yang dibahas,


latar belakang masalahnya, alternative mengatasinya, usulan peran atau
tindakan yang di harapkan, dan tindak lanjut penyelesaianya. Bahan
informasi juga minimal memuat tentang 5W 1H (what, why, who, where,
when, dan how) tentang permasalahan yang di angkat.

Dikemas menarik, ringkas, jelas dan mengesankan. Bahan informasi


tersebut akan lebih baik lagi jika disertakan data pendukung, ilustrasi contoh,
gambar dan bagan. Waktu dan tempat penyampaian bahan informasi, apakah
sebelum, saat, atau setelah pertemuan.

d. Rencanakan teknik atau acara kegiatan operasional.

Beberapa teknik dan kegiatan operasional advokasi dapat meliputi,


konsultasi , lobi, pendekatan, atau pembicaraan formal atau informal terhadap
para pembuat keputusan , negosiasi atau resolusi konflik, pertemuan khusus,
debat public, petisi, pembuatan opini, dan seminar-seminar kesehatan

e. Laksanakan kegiatan, pantau evaluasi serta lakukan tindak lanjut.

9
F. Pengertian Kemitraan
Di Indonesia istilah Kemitraan atau partnership masih relative baru, namun
demikian prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu.
Sejak nenek moyang kita telah mengenal istilah gotong royong yang sebenarnya
esensinya kemitraan.

Robert Davies, ketua eksekutif “The Prince of Wales Bussines Leader


Forum” (NS Hasrat jaya Ziliwu, 2007) merumuskan, “Partnership is a formal cross
sector relationship between individuals, groups or organization who :

“Work together to fulfil an obligation or undertake a specific task, Agree in


advance what to commint and what to expect, Review the relationship regulary and
revise their agreement as necessary, and Share both risk and the benefits”.

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah


suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam
kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing,
tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan
saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.

Dari defenisi ini terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yaitu: Kerjasama
antar kelompok, organisasi dan Individu Bersama-sama mencapai tujuan tertentu
(yang disepakati bersama) Saling menanggung resiko dan keuntungan.

Pentingnya kemitraan atau partnership ini mulai digencarkan oleh WHO pada
konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling
memberikan manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien
apabila juga didasari dengan kesetaraan.

Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi, maka setiap pihak
yang terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan
kepentingan masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh
karena itu membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut:

a) Kesamaan perhatian (Commont interest) atau kepentingan

10
b) Saling mempercayai dan menghormati

c) Tujuan yang jelas dan terukur

d) Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain.

G. Prinsip Kemitraan
Dalam membangun Kemitraan ada tiga prinsip kunci yang perlu dipahami
oleh masing-masing anggota kemitraan yaitu :

a) Equity atau Persamaan.

Individu, organisasi atau Individu yang telah bersedia menjalin


kemitraan harus merasa “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Oleh sebab
itu didalam vorum kemitraan asas demokrasi harus diutamakan, tidak boleh
satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih
tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain.

b) Transparancy atau Keterbukaan.

Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau


kelebihan atau apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing
anggota harus diketahui oleh anggota lainnya.Demikian pula berbagai sumber
daya yang dimiliki oleh anggota yang Satu harus diketahui oleh anggota yang
lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu tehadap yang lainnya, tetapi
lebih untuk saling memahami satu dengan yang lain sehingga tidak ada rasa
saling mencurigai.Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa
saling melengkapi dan saling membantu diantara anggota.

c) Mutual Benefit atau Saling Menguntungkan.

Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun


uang tetapi lebih kepada non materi. Saling menguntungkan disini lebih
dilihat dari kebersamaan atau sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.

11
H. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan, memampukan
masyarakat sehingga mampu untuk hidup mandiri.

I. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


a) Menumbuh kembangkan potensi masyarakat.

Didalam upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan


masyarakat sebaiknya secara bertahap sedapat mungkin menggunakan
sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat. Jika diperlukan bantuan dari luar,
maka bentuknya hanya berupa perangsang atau pelengkap sehingga tidak
semata-mata bertumpu pada bantuan tersebut.

b) Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat dalam


pembangunan kesehatan.

Peran serta masyarakat di dalam pembangunan kesehatan dapat diukur


dengan makin banyaknya jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaat kan
pelayanan kesehatan seperti memanfaatkan puskesmas, pustu, polindes, mau
hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan,
mau menjadi peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.

c) Mengembangkan semangat kegiatan kegotong-royongan dalam


pembangunan kesehatan.

Semangat gotong royong yang merupakan warisan budaya masyarakat


Indonesia hendaknya dapat juga di tunjukan dalam upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Adanya gotong-royong ini dapat
diukur dengan melihat apakah masyarakat bersedia bekerja sama dalam
peningkatan sanitasi lingkungan. Penggalangan gerakan 3M
(menguras,menutup,menimbun) dalam upaya pemberantasan penyakit demam
berdarah, dan lain sebagainya.

d) Bekerja bersama dengan masyarakat.

12
Setiap pembangunan kesehatan hendaknya pemerintah/petugas kesehatan
menggunakan prinsip bekerja untuk dan bersama masyarakat. Maka akan
meningkatkan motivasi dan kemampuan masyarakat karena adanya bimbingan,
dorongan, serta alih pengetahuan dan keterampilan dari tenaga kesehatan kepada
masyarakat.

e) Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat.

Semua bentuk upaya pemberdayaan masyarakat termasuk di bidang


kesehatan apabila ingin berhasil dan berkesinambungan hendaknya bertumpu
pada budaya dan adat setempat. Untuk itu, pengambilan keputusan khususnya
yang menyangkut tata cara pelaksanaan kegiatan guna pemecahan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat hendaknya di serahkan kepada masyarakat,
pemerintah atau tenaga kesehatan hanya bertindak sebagai fasilitator dan
dinamisator. Dengan demikian, masyarakat merasa lebih memiliki tanggung
jawab untuk melaksanakanya, hanya pada hakikatnya mereka adalah subjek dan
bukan objek pembangunan.

f) Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang


ada di masyarakat.

Prinsip lain dari pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah


pemerintah atau tenaga kesehatan hendaknya memanfaatkan dan bekerjasama
dengan LSM serta organisasi kemasyarakatan yang ada di tempat tersebut.
Dengan demikian, upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat lebih berhasil guna (efektif) dan berdaya guan (efisien).

g) Promosi, pendidikan, dan pelatihan dengan sebanyak mungkin


menggunakan dan memanfaatkan potensi setempat.

h) Upaya dilakukan secara kemitraan dengan berbagai pihak.

i) Desentralisi (sesuai dengan keadaan dan budaya setempat.

J. Ciri-Ciri Pemberdayaan Masyarakat


Sebuah kegiatan dapat dikategorikan sebagai upaya yang berlandaskan pada
pemberdayaan masyarakat apabila dapat menumbuhkan dan mengembangkan

13
kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, bukan kegiatan
yang segala sesuatunya diatur dan disediakan oleh pemerintah maupun pihak lain.
Kemampuan (potensi) yang dimiliki oleh masyarakat dapat berupa hal-hal berikut :

a. Tokoh-tokoh masyarakat.

Tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki pengaruh di


masyarakat setempat baik yang bersifat formal (ketua RT, ketua RW, ketua
kampong, kepala dusun, kepala desa) maupun tokoh non formal (tokoh
agama, adat, tokoh pemuda, kepala suku). Tokoh-tokoh masyarakat ini
merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakkan
masyarakat di dalam setiap upaya pembangunan.

b. Organisasi kemasyarakatan.

Organisasi yang ada di masyarakat seperti PKK, lembaga persatuan


pemuda(LPP), pengajian, dan lain sebagainya merupakan wadah
berkumpulnya para anggota dari masing-masing organisasi tersebut. Upaya
pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna apabila
pemerintah/tenaga kesehatan memanfaatkanya dalam upaya pembangunan
kesehatan.

c. Dana masyarakat.

Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan dana masyarakat


merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya. Namun, pada golongan
masyarakat yang ekonominya prasejahtera, penggalangan dana masyarakat
hendaknya dilakukan sekadar agar mereka merasa ikut memiliki dan
bertanggung jawab terhadap upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatanya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan model tabungan-
tabungan atau system asuransi yang bersifat subsidi silang.

d. Sarana dan material yang dimiliki masyarakat.

Pendayagunaan sarana dan material yang dimiliki oleh masyarakat


seperti peralatan, batu kali, bambu, kayu, dan lain sebagainya untuk

14
pembangunan kesehatan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan ikut
memiliki dari masyarakat.

f. Pengetahuan masyarakat.

Masyarakat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi


pembangunan kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan tentang obat
tradisional (asli Indonesia) , pengetahuan mengenai penerapan teknologi tepat
guna untuk pembangunan fasilitas kesehatan diwilayahnya, misalnya
penyaluran air menggunakan bambu. Pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut akan meningkatkan keberhasilan upaya pembangunan
kesehatan.

g. Teknologi yang dimiliki masyarakat.

Masyarakat juga memiliki teknologi sendiri dalam memecahkan


masalah yang dialaminya, teknologi ini biasanya bersifat sederhana tetapi
tepat guna. Untuk itu pemerintah sebaiknya memanfaatkan teknologi yang
dimiliki masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan
saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya.

h. Pengambilan keputusan.

Apabila tahapan penemuan masalah dan perencanaan kegiatan


pemecahan masalah kesehatan telah dapat dilakukan oleh masyarakat, maka
pengambilan keputusan terhadap upaya pemecahan masalahnya akan lebih
baik apabila dilakukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan
pemecahan masalah kesehatan tersebut akan berkesinambungan karena
masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap kegiatan yang
mereka rencanakan sendiri.

K. Landasan Dalam Kemitraan


Tujuh landasan yaitu :

1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur)

15
2. Saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit atau
organisasi
3. Saling menghubungi secara proaktif (linkage)
4. Saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan
perasaan (empati, proximity)
5. Saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu
(opennes)
6. Saling mendorong atau mendukung kegiatan (synergy)
7. Saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).

L. Pengembangan Dalam Kemitraan


Enam langkah pengembangan :

1. Penjajagan atau persiapan


2. Penyamaan persepsi
3. Pengaturan peran
4. Komunikasi intensif
5. Melakukan kegiatan
6. Melakukan pemantauan & penilaian.

M. Model Pemberdayaan Masyarakat


a) Pemberdayaan pimpinan masyarakat (Community Leaders), misalnya
melalu sarasehan
b) Pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (Community
Organizations), seperti posyandu dan polindes
c) Pemberdayaan pendanaan masyarakat (Community Fund), misalnya dana
sehat
d) Pemberdayaan sarana masyarakat (Community Material), misalnya
membangun sumur atau jamban di masyarakate
e) Peningkatan pengetahuan masyarakat (community knowledge), misalnya
lomba asah terampil dan lomba lukis anak-anak

16
f) Pengembangan teknologi tepat guna (community technology), misalnya
penyederhanaan deteksi dini kanker dan ISPA. G
g) Peningkatan manajemen atau proses pengambilan keputusan (community
decision making) misalnya, pendekatan edukatif.

N. Strategi Pemberdayaan Masyarakat


a) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
b) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah
c) Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaat kan sumber
daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan
d) Mengambangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang
sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat
e) Mengembangkan manajemen sumberdaya yang dimiliki masyarakat secara
terbuka (transparan)

O. Langkah-Langkah Pemberdayaan Masyarakat


Langkah utama pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampingan atau
memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus
pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat).

Tahap-tahap siklus pemecahan masalah meliputi hal-hal berikut:

a) Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat


dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.
b) Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternative pemecahan masalah
dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
c) Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan, dan
melaksanakanya.
d) Memantau, mengevaluasi, dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah
dilakukan.

17
P. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait
kehamilan dan persalinan

Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari,


oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi
(telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-
pemantaun dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan
kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan
para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.

Q. Tujuan Kesehatan Ibu dan Anak


Dalam pembagian tujuan, penulis bagi dalam dua tujuan yakni Tujuan Umum
dan Khusus, berikut uraian penjelasanNya:
1. Tujuan Umum,

Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan


hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan
Kesehatan Indonesia, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk
menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

2. Tujuan Khusus,
a) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan
teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa
Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.

18
b) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu
dan Karang Balita, serta di sekolah TK.
c) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
d) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
e) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

R. Kegiatan
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan
anak prasekolah.

1) Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.


2) Pemantauan tumbuh kembang balita
3) Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT-Hb 3 kali,
Polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi.
4) Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.
a) Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-
macam penyakit ringan.
b) Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan
pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode
neonatal (0-30 hari).
c) Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi
serta kader-kader kesehatan.

Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :

1. Sistem pencatatan-pemantauan.

2. Sistem transportasi-komunikasi.

19
3. Sistem pendanaan.

4. Sistem pendonor darah.

5. Sistem Informasi KB.

Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses


memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga
merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:

a) Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat


darurat, khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
b) Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan
angka kematian maternal.
c) Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat
dalam menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
d) Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu
oleh tenaga kesehatan profesional. Merupakan proses pemberdayaan
masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi masalah mereka sendiri.
e) Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan
maternal.
f) Upaya untuk melibatkan semua pemanggku kepentingan (stakeholders)
dalam mengatasi masalah kesehatan.

Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep
berikut Ini :

a) Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong


menolong, untuk perempuan saat hamil dan bersalin.
b) Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya
urusan perempuan.
c) Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab
pemerintah tetapi merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
d) Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
e) Menggunakan pendekatan partisipatif.
f) Melakukan aksi dan advokasi.

20
S. Manajemen Kegiatan KIA
Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah
Setempat - KIA (PWS-KIA) dengan batasan:

Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan


KIA serta alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan
dipergunakan untuk pemantauan program KIA secara teknis maupun non
teknis.Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan
non teknis, yaitu :

1. Indikator Pemantauan Teknis :

Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan


kesehatan yang terdiri dari :

1) Indikator Akses
2) Indikator Cakupan Ibu Hamil
3) Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
4) Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
5) Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
6) Indikator Neonatal.

2. Indikator Pemantauan Non teknis :

Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan


maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah,
sehingga dimengerti dan mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-
indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat administrasi, yaitu :

3. Indikator pemerataan pelayanan KIA.

Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam pemantauan secara


teknis memodifikasinya menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih
dimengerti oleh para penguasa wilayah.

4. Indikator efektivitas pelayanan KIA :

21
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis
dengan memodifikasinya menjadi indikator efektivitas program yang lebih
dimengerti oleh para penguasa wilayah.

Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta
dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-
desa mana yang masih ketinggalan. Pemantauan secara lintas sektoral ini harus
diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari para penguasa wilayah perihal:
peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian sumber daya setempat yang
diperlukan.

22
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Advokasi, kemitraan, dan pemberdayaan masyarakat merupakan strategi yang
penting dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Advokasi kesehatan
adalah upaya strategis untuk memperoleh dukungan dan komitmen dari berbagai
pihak terkait, termasuk para pembuat kebijakan, media massa, dan masyarakat
umum, untuk mencapai tujuan atau program kesehatan tertentu. Prinsip advokasi
melibatkan realisme, perencanaan sistematis, taktik yang bijaksana, strategi yang
efektif, keberanian, dan kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan.
Pelaku advokasi berasal dari berbagai latar belakang, termasuk pemerintah,
swasta, perguruan tinggi, LSM, dan tokoh masyarakat. Sasaran advokasi meliputi
berbagai pihak yang dapat memberikan dukungan atau menentang upaya kesehatan,
termasuk pengambil keputusan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, mitra
swasta, media massa, organisasi profesi, dan LSM.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat agar dapat hidup mandiri, terutama dalam konteks kesehatan. Tujuannya
adalah untuk memberdayakan masyarakat agar dapat mengatasi masalah kesehatan
dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki sendiri. Langkah-langkah
pemberdayaan masyarakat meliputi identifikasi masalah, mendiagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
Kemitraan adalah kerjasama formal antara individu, kelompok, atau organisasi
untuk mencapai tujuan tertentu dengan saling menguntungkan. Landasan kemitraan
meliputi saling memahami, saling menghubungi, saling mendekati, saling terbuka,
saling mendukung, dan saling menghargai. Pengembangan kemitraan melibatkan
penjajagan, penyamaan persepsi, pengaturan peran, komunikasi intensif, pelaksanaan
kegiatan, dan pemantauan.
Strategi pemberdayaan masyarakat mencakup meningkatkan kesadaran,
mengembangkan sumber daya, mengembangkan pengetahuan, meningkatkan
keterlibatan, dan meningkatkan manajemen sumber daya secara terbuka. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat termasuk pemeliharaan kesehatan ibu dan anak, deteksi
dini faktor risiko, pemantauan tumbuh kembang balita, imunisasi, pengobatan,
kunjungan rumah, dan bimbingan kepada taman kanak-kanak.

12
B. Saran
Perlu dilakukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak. Ini bisa dilakukan melalui penyuluhan,
kampanye publik, dan program-program pendidikan yang menyasar berbagai lapisan
masyarakat.

Pentingnya memperkuat kemitraan antara berbagai pihak terkait, termasuk


pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor
swasta. Kemitraan yang kuat akan memungkinkan sinergi dalam upaya kesehatan ibu
dan anak serta memperluas jangkauan program-program tersebut.

Mengembangkan program pemberdayaan masyarakat yang lebih luas dan


berkelanjutan. Ini melibatkan identifikasi potensi dan sumber daya masyarakat, serta
memberikan pelatihan dan dukungan yang diperlukan untuk memanfaatkannya
dalam upaya kesehatan ibu dan anak.

Perlu ditingkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan ibu dan anak
yang berkualitas. Ini termasuk memperluas jaringan layanan, meningkatkan kualitas
layanan yang tersedia, serta memberikan pendidikan dan dukungan kepada penyedia
layanan kesehatan.

Peningkatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat tentang


pentingnya perawatan prenatal, perawatan pasca persalinan, nutrisi anak, imunisasi,
dan tumbuh kembang anak. Pendidikan yang tepat akan membantu meningkatkan
pemahaman dan perilaku sehat di tingkat individu dan keluarga.

Menggalang dukungan dan sumber daya dari berbagai pihak, termasuk dana,
fasilitas, dan tenaga kerja, untuk mendukung program-program kesehatan ibu dan
anak. Ini termasuk memanfaatkan dana swasta, donasi, dan bantuan luar negeri yang
tersedia.

Perlu dikembangkan dan diuji model-model pemberdayaan masyarakat yang


inovatif dan efektif dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Ini dapat
melibatkan kajian lebih lanjut tentang praktik-praktik terbaik di lapangan dan
pengembangan pendekatan yang sesuai dengan konteks lokal.

13
Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan dapat tercapai peningkatan yang
signifikan dalam kesehatan ibu dan anak serta pembangunan kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.

14
DAFTAR PUSTAKA

T IAPRILIA (2002). Ketuban Pecah dini. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.


SILOAM HOSPITAL (2023). Ketuban Pecah dini – Penyebab, gejala, dan cara
menanganinya.

RAHA (2014). Asuhan kebidanan pada ny. “n” dengan ketuban pecah dini.

http://repository.uinsu.ac.id/932/5/Bab4%20advokasi.pdf
https://repository.kemkes.go.id/book/17
https://id.scribd.com/presentation/538489528/PART-2-Advokasi
https://www.slideshare.net/MiftahChannel/advokasi-kemitraan-dan-pemberdayaan-
masyarakatpptx
http://materi-paksyaf.blogspot.com/2014/04/advokasi-kemitraan-dan-
pemberdayaan.html?m=1
https://repository.theprakarsa.org/media/publications/647-bagaimana-
mengembangkan-strategi-advokas-0727b398.pdf
https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/1._ADVOKASI_.ppt
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bayan/article/download/124/113
https://learningpartnership.org/sites/default/files/resources/pdfs/Booklet
%203%20Mengembangkan%20Strategi%20Advokasi%20yang%20Efektif.pdf
https://redlineindonesia.org/dasar-advokasi/

15

Anda mungkin juga menyukai