Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HIV dan AIDS


Pendidikan Kesehatan dan Konseling pada Klien NAPZA

Oleh :
Kelompok 5
1. Azzara Lendry 183310801
2. Laila Utami 183310811
3. Salma Syafitri 183310821
4. Wanda Rafika 183310831

Dosen Pembimbing :
Tasman, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan hidayat-nya,
kami dapat menyelesaikan Makalah Tentang Strategi Pemasaran dalam
Nursepreneurship.Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya akhir zaman.

Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari


bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan di dalam makalah ini. Untuk itu kami
berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulis yang akan
datang.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan
mendapat berkah dari Allah SWT. Amin

Padang, 12 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendidikan Kesehatan Pada Klien NAPZA...................................................... 3


B. Pengertian Konseling........................................................................................ 4
C. Konseling Pada Klien NAPZA......................................................................... 7
D. Etika Konseling................................................................................................. 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia remaja merupakanusia produktif yang membutuhkan perhatian khusus,karena
pada posisi ini taraf pencarian jati diri yang masih bersifat labil, banyak faktoir yang
mempengaruhi perilaku seorang remaja, salah satunya yaitu rasa ingin tahu yang
besarterhadap sesuatu yang belum pernah dirasakan begitupun rasa ingin tahu terhadap
obat-obatan terlarang, ini salah satu pemicu tingginya penyalahan gunaan NAPZA
dikalangan remaja di Indonesia, untuk menanggulangi meningkatnya jumlah penyalah
gunaan NAPZA dikalangan remaja, remaja perlu diberitahukan pengetahuan tentang
bahaya NAPZA salah satunya dengan pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya dalam mencegah seseorang
berprilaku tidak sehat, penididkan kesehatan perlu di berikan agar seseorang mngetahui
informasi-informasi penting tentang bahya yang mengancam kesehatan mereka
Pendidikan kesehatan akan lebih efektif apabila didukung dengan alat bantu berupa
media. Media dapat mewakili atau menambahkan apa yang kurang mampu disampaikan
oleh pemberi informasi, baik kata- kata atau kalimat tertentu (Fuad dkk, 2017:213)

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pendidikan kesehatan ?
2. Bagaimana pendidikan kesehatan pada klien NAPZA ?
3. Apa yang dimaksud dengan konseling ?
4. Bagaimana konseling pada klien NAPZA ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pendidikan kesehatan.
2. Mengetahui bagaimana pendidikan kesehatan pada klien NAPZA
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan konseling.
4. Mengetahui bagaimana konseling pada klien NAPZA.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Kesehatan pada klien NAPZA


Usia remaja merupakanusia produktif yang membutuhkan perhatian khusus,karena
pada posisi ini taraf pencarian jati diri yang masih bersifat labil, banyak faktoir yang
mempengaruhi perilaku seorang remaja, salah satunya yaitu rasa ingin tahu yang
besarterhadap sesuatu yang belum pernah dirasakan begitupun rasa ingin tahu terhadap
obat-obatan terlarang, ini salah satu pemicu tingginya penyalahan gunaan NAPZA
dikalangan remaja di Indonesia, untuk menanggulangi meningkatnya jumlah penyalah
gunaan NAPZA dikalangan remaja, remaja perlu diberitahukan pengetahuan tentang
bahaya NAPZA salah satunya dengan pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya dalam mencegah seseorang
berprilaku tidak sehat, penididkan kesehatan perlu di berikan agar seseorang mngetahui
informasi-informasi penting tentang bahya yang mengancam kesehatan mereka
Pendidikan kesehatan akan lebih efektif apabila didukung dengan alat bantu berupa
media. Media dapat mewakili atau menambahkan apa yang kurang mampu disampaikan
oleh pemberi informasi, baik kata- kata atau kalimat tertentu (Fuad dkk, 2017:213)

Menurut beberpa prinsip utama yang mendasari pendidikan narkoba, meliputi:


1. Pendekatan terkoordinasi dan konsisten denga tujuan dan sasaran yang jelas yang
ditetapkan pdalam pendidikan narkoba di sekolah.
2. Memulai pendidikan narkoba sejak dini
3. Memperkuat pesan utama disetiap tahapan sekolah
4. Mengintegrasikan pendidikan narkoba dalam pendidikan tambahan.
5. Keterlibatan seluruh staf sekolah (staf,pemerintah, orang tua atau wali, teman
sekolah , konselor jika diperlukan.

B. Pengertian Konseling
Dalam bukunya Fundamentals of Counseling edisi III Shertzer/Stonemengemukakan
defiisi konseling sebagai berikut : counseling is aninteraction process that faciitates
meaningful understanding of self andenvironment and results in te establishment and or
clarification of goal andvalues for future behavior Konseling adalah proses interaksi
yangbermaksud memfasilitasi pemahaman diri dan lingkungan yang bertujuanuntuk
membentuk dan atau menjelaskan tentang tata nilai dan tingkah lakuuntuk masa
mendatang. Interaksi yang terjadi di sini adalah proseshubungan secara profesional yang
dilakukan oleh seorang profesional yangisebut konselor kepada seseorang/sekelompok
orang yang mempunyaimasalah yang disebut konseli dengan harapan terpecahkannya
masalah tersebut dan terjadinya perubahan pada diri klien. Konseling dikatakan proses
karena membutuhkan waktu dan tahapan-tahapan tertentu untuk bisa merubah watak,
perilaku, pandangan seseorang. Demikian juga sebaliknya, seseorang untuk bisa berubah
juga butuh waktu dan tahapantahapan tertentu. Oleh karena itu proses konseling tidak
bisa dilakukan hanya sekali, tetapi bisa beberapa kali proses, walaupun tidak menutup
kemungkinan konseling yang dilakukan sekali saja bisa membuahkan hasil yang optimal
(Shetzer & Stone, 1980:19)
Menurut Patterson dan Eisenberg ( 1983) dalam Rosjidan , Konselingadalah suatu
proses yang ditandai oleh suatu hubungan unik antarakonselor dan konseling yang
mengarah kepada perubahan pada pihak konseling di dalam suatu atau lebih bidang-
bidang berikut : (1). tingkah laku
(2).konstruk pribadi (cara membentuk realita, termasuk membentuk diri)
(3).kemampuan untuk menangani situasi-situasi hidup
(4). pengetahuan danketrampilan pembuatan keputusan.
Unsur/komponen yang terlibat dalam proses konseling adalah :
(1) Konselor, yaitu orang yang memiliki kompetensi khusus di bidangkonseling yang
dibuktikan dengan adanya lisensi dan sertifikasi dariorganisasi profesi ini serta
memiliki kemampuan , ketrampilan danpengalaman di bidang konseling.
(2) Konseling, yaitu orang yang datangkepada konselor dengan membawa segala
permasalahan yang ada padadirinya dengan harapan teratasinya masalah dan
terjadinya perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik
(3) Masalah, setiap persoalan yang memintauntuk dipecahkan, karena harapan tidak
sesuai dengan kenyataan.
(4) Materi, yaitu masalah yang dibawa konseli untuk dipecahkan
(5) Metode,yaitu cara/tehnik yang bisa digunakan oleh seorang konselor
dalammembantu konseling memecahkan masalah
(6) Tujuan, yaitu maksuddiadakannya konseling adalah demi terselesaikannya suatu
masalah sertaterjadinya perubahan pada diri konseling.

Menurut Gibson, Mitchell untuk para pengguna, pecandu, yangmerupakan korban


dari penyalahgunaan narkoba, di dalam bimbingan dankonseling termasuk dalam
kategori populasi yang spesifik. Para konselorbisa terlibat di dalam program pencegahan,
intervensi, penanganan krisisdan pemulihan. Namun penting untuk ditekankan , bahwa
konselor yangbekerja dengan populasi pengguna narkoba memerlukan pelatihan
khusus,bukan lain, karena pendekatan konseling tradisional seringkali
terbatasefektifitasnya. Klien jenis ini sangat resisten terhadap perubahan kondisiakibat
ketagihan dan seringkali kondisinya melampaui kemampuan terapismengendalikannya,
sehingga pelatihan konselor harus mengandungtehnik-tehnik yang efektif menangani
kondisi-kondisi ekstrem tersebut.Selain itu konselor juga harus memahami betul kondisi
klien, sehinggadapat merujuk mereka kepada spesialis yang lebih terlatih
untukpenanganan, perawatan dan pemonitoran jangka panjang

Dengan demikian, konselor di semua lingkup perlu mengenal sumber daya apa saja
yang tersedia untuk menangani klien yangkecanduan obat, seperti klinik gawat darurat,
pusat perawatan khusus,penanganan rumah sakit ( rawat inap / rawat jalan ), pusat-pusat
krisis,rumah rehabilitasi dan kelompok bantuan khusus seperti AlcoholicsAnonymous
dan Narcotic Anonymous.. Para konselor yang bekerja denganpopulasi tersebut
umumnya memiliki pengetahuan khusus tentang aspek- aspek farmakologis.Psikologis,
fisiologis dan sosial budaya daripenyalahgunaan narkoba. Selain itu, konselor di populasi
ini seharusnyaterlibat di dalam interaksi yag baik dengan guru, otoritas agama,
otoritaskenakalan remaja yang dapat membantu dalam pengimplementasianpencegahan,
intervensi awal dan / atau program perawatan para korban (Maryatul Kibtyah, 2015:64).

Di banyak program, .bimbingan dan konseling individu maupunkelompok digunakan


sesuai kebutuhan dan ini dinilai efektif untukpenanganan korban pengguna
narkoba.Yang penting, konselor yangbekerja dengan populasi jenis ini harus memiliki
pengetahuan yang tepatdan luas mengenai penyebab, symptom dan efek potensial
problem. Lebihjauh lagi di berbagai situasi individu, penanganan medis
mungkindibutuhkan dan perujukan kepada / atau “ pembelajaran” dengan
seorangpsikiater mungkin saja dibutuhkan.
Setelah mendiagnosis dengan tepat, konselor selanjutnya akanmengembangkan
sebuah rencana perawatan yang dirancang untukmenyediakan struktur dan arah bagi
klien dan konselor dalam mencapaitujuan-tujuan yang diinginkan dan jelas-jelas spesifik
bagi penanganannya.

Faktor yang mempengaruhi karakteristik rencana ini meliputi keseriusankondisi dan


motivasi klien, memproyeksikan lamanya penanganan, faktorfaktor eksternal yang
mempengaruhi penanganan dan prognosis konselorbagi keberhasilan penanganan
(Robert & Marianne, 2008:252).

C. Konseling pada klien NAPZA


Dua hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi dan mencegahberedarnya narkoba
lebih luas, yaitu :
(1) Mencegah sebelum terjadi korban
Sebelum terjadinya korban, dengan harapan tidak akan terjadi dan tidak akan
menimpa anggota keluarga. Dimulai dari lingkungan yang palingkecil, keluarga dan
kepada anak usia dini (karena ini akan lebih bisadirasakan manfaatnya) baru
kemudian meluas ke lingkungan sekitar.Pencegahan penyalahgunaan narkoba tidak
lain merupakan segalatindakan dan upaya untuk menghindari orang memulai
penggunaannarkoba. Caranya bisa dengan menjalankan cara hidup sehat
ataumengubah kondisi lingkungan yang memungkinkan orang
menggunakanNarkoba. Makanya pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat
dimulaisejak dini, usaha pencegahan itu bisa dimulai ketika seorang bayi masihdalam
kandungan ibu. Bagaimana sikap seorang ayah terhadap ibu atausebaliknya sikap ibu
selama masa kehamilan akan menentukan fisik, psikisdan spiritual anak.
Kemudian setelah anak lahir, orang tua perlumeningkatkan pemahamannya
agar dapat mendidik dan memperlakukananak-anak mereka dengan positif.Tentunya
mendidik anak harus sesuai dengan tingkat usianya.Karena mereka bukanlah
miniature manusia, tetapi mereka adalahmanusia seutuhnya yang memiliki
kepribadian dan sikap yang berbedaantara satu dengan yang lain.
Berikut beberapa hal mengapa pendidikankeluarga kepada anak itu penting:
1) Peningkatan kesehatan dan budayahidup sehat, baik fisik maupun mental
berlandaskan keimanan &ketaqwaan,
2) Pendewasaan kepribadian,
3) Peningkatan kemampuan untuk mengatasi masalah,
4) Peningkatan harga diri dan percaya diri,
5) Peningkatan hubungan intrapersonal dan interpersonal serta kemampuansosial,
6) Memperkuat sektor-sektor lingkungan, misalnya: keluarga,sekolah, masyarakat
yangmmendukung peningkatan kesehatan danpengembangan kepribadian
generasi muda.
Semua itu perlu kita lakukan agar anak-anak kita sehat dan mempunyai budaya
hidup sehat (healthy life styles), mempunyai keimanan dan kepribadian yang kuat,
sehingga mampu dalam menghadapi berbagai masalah.Dan yang tidak kalah
pentingnya adalah mempunyai harga diri dan percaya diri, agar anak kita bisa berdiri
tegak dan sejajar dengankawan-kawannya serta tidak merasa minder.
Disisi lain, kita pun perlu sekali-kali memberikan informasi tentangnarkoba
kepada anak kita. Banyak slogan yang yang bisa kita baca dan kitatemui di mana-
mana, misalnya : Say No to Drug; war to drug dan masihbanyak lagi. Cara yang
ditempuh perlu dan harus hati-hati, agar anak kitatidak merasa diceramahi. Sekedar
saran yang mungkin bisa dipakai adalah:
1) jangan memberi ceramah.
Hal ini menyebabkan anak menjauhdan tidak akan mempedulilan informasi
yang kita sampaikan.
2) Jangan menggunakan metode yang bersifat menggurui.
Anak-anak atau remaja pada umumnya tidak suka jika menerima informasi
yangbersifat menggurui. Tapi sampaikanlah informasi kepada anak kita
padawaktu atau saat yang disenanginya, seperti ketika menonton TV atausedang
makan bersama.
Narkoba kalau ada. Dengan demikian mereka akan langsungmengenalinya,
jika pada suatu saat ditawari oleh temannya atau orangyang tidak dikenal.
3) Jelaskan juga bahwa penyalahgunaan Narkoba akanmembawa dampak yang tidak
menyenangkan dan membahayakan kondisikesehatan, bahkan dapat mengancam
keselamatan jiwanya.
4) Jelaskan juga pada anak kita untuk selalu berhati-hatiterhadap setiap pemberian
dari orang yang tidak dikenal, terutama jikaberbentuk makanan atau minuman,
karena ada kemungkinan Narkobadicampurkan ke makanan dan minuman
tersebut.
5) jelaskan bahwa jika seorang memakai Narkoba untukmenghindari persoalan,
menghilangkan rasa sakit atau stress, makapengaruh itu hanya bersifat sementara
Bisa juga kita memberikaninformasi mengenai narkoba kepada anak-anak kita
sesuai dengan kearifanbudaya lokal yang dimiliki setempat. Karena mungkin
masing-masingdaerah mempunyai istilah sendiri-sendiri dalam mentransfer nilai
suatubudaya.
(2) Sesudah telanjur menjadi korban pengguna.
Menghadapi kondisi seperti ini, keluarga tidak mungkin menanganikorban
sendirian, tetapi butuh bantuan pihak terkait, polisi, dokter, rumahsakit, Badan
Narkotika Nasional (BNN), serta balai rehabilitasi sosial.Keluarga bisa dikatakan
gagal mendidik anak, bila ada salah satuAnggotanya terkena kasus dan korban
pengguna narkoba. Namun kita tidakbisa menyalahkan keluarga, karena manusia
hidup akan selaluberhubungan dengan orang lain. Nah, yang harus kita ketahui
adalahdengan siapa anggota keluarga kita bergaul dan berhubungan setiapharinya di
luar rumah. Lingkungan pergaulan sangat mempengaruhi masadepan anggota
keluarga. Korban pengguna narkoba harus dijauhkan daribarang haram ini dan
dijauhkan pula dari para pengguna, pengedar danpemasok.Kemudian menjalani
rehabilitasi di tempat yang sudahditentukan oleh pemerintah.(Pasal 54 UU No. 35
tahun 2009).Rehabilitasibisa dilakukan di balai rehabilitasi sosial khusus korban
pengguna narkobamilik pemerintah di bawah naungan Dinas Sosial ataupun yang
dikelolaoleh swasta seperti pondok Suryalaya asuhan Abah Anom yang bukacabang
juga di Jogjakarta dan Surabaya.Rehabilitasi ini wajib dan harusdijalani oleh korban,
karena sudah ditetapkan oleh UU dan BNN sebagaipemangku kepentingannya.
Rehabilitasi menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah suatuproses
pemulihan klien gangguan penggunaan narkoba baik dalam jangkawaktu pendek
maupun panjang yang bertujuan mengubah perilaku untukmengembalikan fungsi
individu di masyarakat. Rehabilitasi pada saat iniadalah gratis karena sudah di jamin
oleh negara dan seorang pecandu akanditerapi agar bisa sembuh total. BNN yang
mewakili pemerintah memilikimetode tersendiri yang disebut Continuum of Care
yaitu proses perawatanpengobatan dan dukungan secara komprehensif (bersifat
mampumenangkap/ menerima dengan baik) dan berkesinambungan.
Adapun proses-proses dari Rehabilitasi adalah:
a) penjangkauan, yaitu cara penyampaian informasi, menciptakan partisipasidan
melayani masyarakat atau proses interaksi dengan individu ataukelompok
masyarakat tertentu dalam rangka mewujudkan suatu tujuantertentu.
b) pengkajian, yaitu rangkaian pemeriksaan yang dilakukansecara menyeluruh
tentang keadaan klien terkait pemakaian narkoba dandampaknya terhadap
dirinya serta lingkungannya, sehingga di dapatinformasi lengkap tentang
keadaan klien sebelum dilakukan terapi atautindakan lain yang diperlukan
c) detoksifikasi, yaitu salah satutahapan awal adalah proses pemulihan bagi para
penyalahguna narkobayang memberikan layanan medis untuk
memberhentikan proseskecanduan beserta akibat yang ditimbulkan serta
pemeriksaan dan tindaklanjut dari kondisi medis klien (pasien).

Jika sudah diketahui sebabnya maka seseorang pengguna narkobaakan


direhabilitasi yaitu :

a) rawat jalan, yaitu Pengaplikasian


metode pemulihan (rehabilitasi) secara intensif dengan pasien
(pecandu),tidak diharuskan menginap di tempat rehabilitasi dan cukup
datang dalamjangka waktu tertentu. Kedua, rawat inap, yaitu
Pengaplikasian metodepemulihan secara intensif dengan pasien wajib
menetap.Misalnya di Lidodan itu berguna untuk menetralisir secara
perlahan agar pecandu bisabebas seperti semula. Ketiga, after care, yaitu
Untuk memberikandukungan bagi mantan pengguna narkoba agar bisa
melalui prosespemulihan dengan baik hingga tahap reintegrasi ke
masyarakat danmenjadi bagian dari masyarakat yang produktif dan
bertanggung jawabserta mencegah kekambuhan.
Apabila ada keluarga atau orang terdekat ternyata
menggunakannarkoba dan ingin direhabilitasi bisa melalui BNN atau
IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor). Di Balai Rehabilitasi khusus
korban pengguna narkoba di mana
Dengan cara seperti mengadakan konseling kelompokkepada para
korban pengguna narkoba dibawah bimbingan dan arahandari konselor.
Satu kelompok biasanya terdiri dari 10 – 12 orang melaluitahapan
konseling kelompok, yaitu : tahap pembentukan, tahap peralihan,tahap
kerja dan tahap pengakhiran (terminasi). Masing-masing
anggotakelompok mengemukakan perasaan/apa yang dirasakan,
dipikirkan dandialaminya ketika ada keinginan menggunakan narkoba
(sakkaw),kemudian setiap anggota memberi masukan seharusnya apa
yangdilakukan ketika sedang mengalami kondisi seperti itu. Saling
berbagipengalaman di bawah arahan seorang konselor untuk bisa berhenti
danmeninggalkan barang haram itu dan bertekad bisa hidup normal dan
wajartanpa narkoba, tidak kembali lagi menggunakan serta bisa
diterimamasyarakat. Lebih spesifik lagi Therapeutic community adalah
salah satumodel terapi dimana sekelompok individu hidup dalam satu
lingkunganyang sebelumnya hidup terasing dari masyarakat umum,
berupayamengenal diri sendiri serta belajar menjalani kehidupan
berdasarkanprinsip-prinsip yang utama dalam hubungan antar individu,
sehinggamampu merubah perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat.
Pengertian lain menyebutkan bahwa Therapeutic community
merupakan suatu treatment yang menggunakan pendekatan
psikososial,yaitu bersama-sama dengan mantan pengguna narkoba hidup
dalam satulingkungan dan saling membantu untuk mencapai proses
penyembuhan.23
Berdasarkan pengertian diatas, metode Therapeutic
Communitymerupakan pendekatan yang membantu korban
penyalahgunaan narkobayang lebih manusiawi karena dalam
pelaksanaannya menerapkan nilai-nilai
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini selain konseli membantu
prosespemulihan dirinya sendiri juga membantu proses pemulihan
anggotakelompok lain. Untuk mengenal diri dan orang lain serta saling
mendukungdalam mempersiapkan diri untuk kembali ke lingkungan
masyarakatsebagai manusia yang lebih baik. Ada empat struktur dari
program dalamrangka melakukan perubahan perilaku klien diantaranya
sebagai berikut :
Pertama, behaviour management shapping, yaitu perubahan perilaku
yangdiarahkan pada peningkatan kemampuan dalam mengelola
kehidupan-nyasehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan norma dan
nilai yangterdapat dalam masyarakat.
Kedua, emotional atau psicological, yaituperubahan perilaku diarahkan
pada peningkatan kemampuan dalammenyesuaikan diri secara emosional
dan psikologi.
Ketiga, intelectuall atau spiritual yaitu perubahan perilaku
yangdiarahkan peningkatan aspek pengetahuan sehingga dapat
menghadapidan mengatasi tugas-tugas kehidupan yang didukung dengan
nilai spiritual,
estetika, moral, dan sosial. Keempat, vocational yaitu perubahan
perilakuyang diarahkan pada peningkatan kemampuan serta keterampilan
klienyang dapat digunakan dalam menyelesaikan tugas sehari-hari.24
Selain keempat struktur program tersebut, dalam penerapannya
Therapeutic Community mengacu terhadap keempat pilar sebagai
berikut :
1) Konsep kekeluargaan yaitu sebuah metode yang menggunakan
konsepkekeluargaan dalam proses pelaksanaannya.
2) Tekanan rekan sebaya yaitu
metode yang menggunakan kelompok sebagai metode perunhan
perilaku.
3) Sesi terapi yaitu metode menggunkan pertemuan sebagai media
penyembuhan.
4) Sesi keagamaan yaitu metode menggunakan tokoh
sebagai panutan dalam perubahan perilaku.25
TC ini dilakukan secara terus menerus (kontinyu) sampai korban
benar-benar sadar untuk berhenti dan benar-benar meninggalkan barangyang
satu itu serta tidak kambuh lagi. TC ini juga direkomendasikan
olehKrumboltz dan Thoresen dalam bukunya Counseling Methods
yangmenyarankan dibentuknya komunitas korban pengguna narkoba
sepertisebuah keluarga yang saling mengingatkan, menasehati saling
membantu,sehingga saat terjadi sakkaw dalam proses terapi bisa
langsungditindaklanjuti oleh anggota kelompok yang lain. 26
Korban pengguna narkoba dalam klasifikasi konseling masuk
dalamkategori kelompook klien populasi khusus, sehingga konselor bisa
terlibatdalam program pencegahan, intervensi, penamganan krisis dan
pemulihan.
Oleh karena itu konselor perlu dilatih ketrampilan khusus, karena
jikamenggunakan pendekatan konseling tradisional dirasa kurang
efektif.Klienjenis ini sangat resisten terhadap perubahan kondisi akibat
ketagihan danseringkali kondisinya melampaui kemampuan terapis
mengendalikan,sehingga pelatihan konselor harus mengandung tehnik-
tehnik yang efektifmenangani kondisi-kondisi ekstrem tersebut.Selain itu
konselor juga harus memahami betul kondisi klien sehingga dapat
merujuk /mereferal/alihtangan mereka kepada spesialis yang lebih terlatih
untuk penangananperawatan, dan pemonitoran jangka panjang. Konselor
wajib mengenalisumber daya yang tersedia dan dibutuhkan untuk
menangani klien khususini, yaitu klinik gawat darurat (IGD/UGD),
penanganan rumah sakit baikrawat inap maupun rawat jalan, pusat
perawatan khusus, pusat-pusatkrisis, balai rehabilitasi dan kelompok
bantuan khusus lainnya. Parakonselor yang bekerja di sini pada umumnya
juga memiliki pengetahuankhusus juga tentang aspek-aspek farmakologis,
fisiologis, psikologis dansosial budaya dari penyalahgunaan
narkoba.Selain itu juga berinteraksiengan guru, ahli agama, kepolisian,
perusahaan dan pihak terkait yangdapat membantu mengimplementasikan
pencegahan, intervensi awal danprogram perawatan para korban. Pada
intinya, program konseling
kelompok yang melibatan pihak lain ( pihak terkait dengan narkoba)
inisangat efektif . Dari sesi konselor sendiri harus memiliki pengetahuan
yangtepat dan luas mengenai penyebab, simpton dan efek potensial
problemdengan penanganan medis dirujuk kepada psikiater kalau
memangdibutuhkan.
Langkah yang harus ditempuh konselor dalam konseling untuk
klienkhusus ini tidak jauh berbeda dengan langkah yang ditempuh
konselingpada umumnya, yaitu : Identifikasi masalah, mendiagnosis,
kemudianmengembangkan sebuah rencana penanganan yang dirancang
untukmenyediakan struktur dan arah bagi klien dan konselor dalam
mencapaitujuan yang telah ditatapkan untuk menangani secara spesifik,
mngetahuifaktor yang mempengaruhi karakteristik rencana yang meliputi
keseriusankondisi dan motivasi klien, menentukan waktu/lamanya
penanganan,faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi penanganan dan
prognosiskonselor bagi keberhasilan penanganan.
Tahapan konseling bagi klien NAPZA :
1. Konseling Individual
Konseling individual ini konselor membantu klien secara individual
dengan mengutamakan hubungan emosional, sehingga besar kepercayaan
klien terhadap konselor.
2. Bimbingan Kelompok
Pada layanan ini konselor memberi kesempatan kepada klien untuk
berpartisipasi dalam memberi ceramah dan diskusi dengan berbagai
masyarakat. Klien diharapkan mengalami peningkatan dalam hal
kepercayaan diri untuk hidup normal sehingga menjadi orang yang
berguna.
3. Konseling Keluarga
Dukungan dari keluarga terdekat sangat penting bagi pemulihan klien
narkoba. Fasilitator konseling keluarga adalah konselor, sedangkan
pesertanya adalah klien, orang tua, saudara, suami/istri, dan sebagainya.
Dengan nuansa emosional yang akrab dan rasa keterbukaan akan
memberikan dampak yang baik terhadap pemulihan klien seperti tumbuh
rasa aman, peraya diri dan rasa tanggung jawab.
Ketiga layanan diatasadalah layanan yang perlu diterapkan kepada
anak yang memiliki resiko terutamapecandu narkoba kategori kasus berat.
Selain itu, kolaborasi dan kontribusi antaraguru, keluarga dan masyarakat
sangat diperlukan untuk membantu menangani siswayang memiliki kasus
berat seperti narkoba. Dengan begitu, akan mengurangijumlah kegagalan
anak beresiko di Negara ini.

D. Etika Konseling
Kode etik juga merupakan moralitas para konselor dalam menjalankan profesinya.
Bagaimana kode etik profesi bimbingan dan konseling sesungguhnya, dan berkaitan
dengan apa saja yang menyangkut etika profesi yang terkait dengan bimbingan konseling
dilingkungan dunia pendidikan. Hal ini karena dunia pendidikan lebih memerlukan
penjelasan kode etik ini dibanding dengan bimbingan dan konseling dilingkungan
lainnnya. Etika adalah suatu sistem prinsip moral, etika suatu budaya. Aturan tentang
tindakan yang dianut berkenaan dengan perilaku suatu kelas manusia, kelompok, atau
budaya tertentu. Kode etik Bimbingan dan Konseling adalah: kaidah-kaidah perilaku
yang menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli. Kaidah-kaidah perilaku
yang dimaksud adalah: 1. Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan
sebagai manusia: dan mendapatkan layanan konseling tanpa melihat suku bangsa, agama,
atau budaya. 2. Setiap orang/individu memiliki hak untuk mengembangkan dan
mengarahkan diri. 3. Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab
terhadap keputusan yang diambilnya. 4. Setiap konselor membantu perkembangan setiap
konseli, melalui layanan bimbingan dan konseling secara profesional. 5. Hubungan
konselor-konseli sebagai hubungan yang membantu yang didasarkan kepada kode etik
(etika profesi)
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Berdasarkan keputusan pengurus besar
asosiasi bimbingan dan konseling Indonesia (PBABKIN) nomor 10 tahun 20006 tentang
penetapan kode etikprofesi bimbingan dan konseling, maka sebaian dari kode etik itu
adalah sebagai berikut: Kualifikasi konselor dalam nilai, sikap,keterampilan,
pengetahuan dan 1. wawasan. a. Konselor wajib terus menerus mengembangkan dan
menguasai dirinya. Ia wajib mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka
pada dirinya sendiri, yang dapat mempengarui hubunganya dengan orang lain dan
mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan profesional serta merugikan klien. b.Konselor
wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati jajni, dapat
dipercaya, jujur,tertib dan hormat. c.Konselor wajib memiliki rasa tangggung jawab
terhadap saran maupun peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan
-rekan seprofesi dalam hubunyanga dengan pelaksanaan ketentuan-keteentuaan tingkah
laku profesional sebagaimana di atur dalam Kode Etik ini. d.Konselor wajib
mengutamakan mutu kerja setinggi mungkin dan tidak mengutamakan kepentingan
pribadi, termasuk keuntungan material, finansial, dan popularitas. e.Konselor wajib
memiiki keterampilan menggunakan tekhnik dan prosedur khusus yang dikembangkan
ataas dasar wawasan yang luas dan kaidah- kaidah ilmiah. Penyimpanan dan Penggunann
Informasi. 2. a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing,
surat menyurat, perekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat
rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien. Penggunaan data/ informasi
untuk keperlian riiset atau pendidikan calon konselor dimungkinkan, sepanjang identitas
kien di rahasiakan. b.Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada anggota
profesi lain membutuhka persetujuan klien.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran bimbingan dan konseling Islam di dalam upaya penanganankorban
pengguna narkoba menjadi sangat kompleks, karena selainperawatan baik medis maupun
psikhis, juga bimbingan sosial, mental danspiritual. Hal ini tidak mungkin bisa dilakukan
pembimbing dan konselorsendirian , tetapi butuh bantuan dari pihak lain yang kompeten
menangani
medis, sosial dan moral spiritual, sehingga banyak balai rehabilitasi menjalin kerjasama
dengan rumah sakit jiwa, kementrian agama, balailatihan kerja, dinas sosial dan peran
serta masyarakat sekitar untukmenciptakan situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan
merekakembali menggunakan barang haran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Amriel Reza. 2007. Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba. Jakarta : Salemba Humanika.

Bachman .J. G, Freedman-Doan. P. O’Malley, P.M, Schulenberg, J.E, Jonston, L.D, &
Messersmith, E.E (2007). Education-Drug Use Relationship : an Examinations Of Rasial
Eth Nic Sub Grub (Monitoring the Future Occasitona, paper no 66) Ann Arbor MI :
Institute For Social Research.

AnasSalahudin. 2010. Konseling Individual TeoridanPraktek.Bandung : PustakaSetia.

Fiska Bela Nadya. 2018. Konseling Korban Penyalahgunaan Narkoba di Lembaga


Kesejahteraan Sosial (LK). Parmadi Putera Yayasan Sinar Jati Lampung.

Fuad Setyaji, Cristin Wiyani, & Surwani. 2017. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui
Media Vidio Terhadap Pengetahuan Bahaya NAPZA pada Remaja Kelas X MAN
Manguoharjo Yogyakarta : Universitas Respati Yogyakarta. 4(2) 212-216.

Holman Coombs Robert. 2005. Addiction Counseling Review. London : Routledge.

Kibtyah Maryatul. 2015. Pendekatan Bimbingan dan Konseling Bagi Korban Pengguna
Narkoba. Semarang : Universitas Islam Negeri Walisongo.

United Nations Office on Drugs and Crime. 2004. Schools School-Based Education for Drug
& Abuse Prevention. New York : United Nations Publications.

Anda mungkin juga menyukai