Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

FASE KONSELING DI SEKOLAH


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Wiesye Maya Selfia Nangoy, S.Th, M.Teol

Oleh:
1. Rifaldo O. Taihuttu (18508005)
2. Anggi I. Selamat (18508009)
3. Witha Ch. A Wekes (18508011)
4. Olivia Tatanggihe (18508014)
5. Larasati Harijanto (18508029)

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Tondano, 02 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan penulisan..............................................................................
D. Manfaat penulisan............................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian, Perbedaan, Persamaan Bimbingan dan Konseling........


B. Prosedur dan Teknik-teknik Konseling............................................
C. Teknik Memahami Individu Dengan Memperoleh Data.................
D. Fase-fase Dalam Bimbingan dan Konseling....................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membahas bimbingan dan Konseling untuk dunia pendidikan menjadi menarik. Karena,
hal ini berkaitan dengan masa depan generasi muda yang akan memimpin bangsa ini ke
depan. Berbagai masalah di era modern sekarang ini menurut pihak sekolah untuk
meningkatkan profesionalitas konselor, sehingga mampu memecahkan setiap problem
yang dialami siswa, baik pribadi maupun sosial.
Bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang
seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang
sistematis dan berencana yang terarah pada pencapaian tujuan.
Konseling merupakan aktivitas yang menangani klien yang mempunyai masalah, namun
masih sadar tentang masalahnya. Dalam wawancara ataupun diskusi, klien masih dapat
menjelaskan masalah yang dihadapi secara jelas, masih dapat nyambung antara konselor
dengan klien. Sehingga konselor mampu untuk menggali data yang banyak dari klien
untuk dijadaikan bahan pertimbangan dalam membantu klien mengatasi masalahnya.
Sehingga dengan adanya bimbingan konseling ini diharapkan mampu untuk
meningkatkan dan mengatasi masalah yang  dihadapi oleh para peserta didik
Disamping penggalian data, konselor harus memiliki teknik dalam membantu klien
dalam menyelesaikan masalah, karena dalam proses konseling teknik yang baik
merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor harus
mampu merespon klien dengan teknik yang benar, sesuai keadaan klien saat itu. Respon
yang baik adalah pernyataan-pernyataan yang dapat menyentuh, merangsang, dan
mendorong sehingga klien mau terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan,
pikiran, dan pengalamannya.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap
penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Pendapat lain
mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi
yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai
yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.
Bimbingan dan konseling membutuhkan tehnik yang tidak mudah. Diperlukan
pembiasaan terhadap macam-macam tehnik yang ada, supaya konselor mahir dalam kerja
praktiknya. Di samping itu,  keberanian dalam mempraktikan macam-macam tehnik yang
ada, supaya ada pengalaman dari berbagai tehnik. Selain konselor harus menguasai
tehnik juga harus paham tentang prosedur-prosedur dalam bimbingan dan konseling.
Terkadang ada konselor yang sudah merasa nyaman dengan satu tehnik, sehingga tidak
mau untuk mencoba tehnik yang lainnya. Mental status quo semacam ini harus
dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi yang terus-menerus untuk
mengambangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas suatu problem.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah diantaranya,
yaitu
1. Apakah pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling ?
2. Bagaimana prosedur dan teknik-teknik Konseling ?
3. Bagaimana teknik memahami Individu dengan memperoleh Data ?
4. Bagaiaman fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling ?

C. Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan masalah di atas dapat diambil beberapa tujuan masalah diantaranya,
yaitu :
1. Untuk memahami pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan
Konseling
2. Untuk memahami prosedur dan teknik-teknik Konseling
3. Untuk memahami teknik memahami Individu dengan memperoleh Data
4. Untuk memahami fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling

D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan masalah tersebut, maka dapat diambil manfaat
penulisan sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Memberikan informasi serta pengetahuan tentang pengertian, perbedaan, dan
persamaan Bimbingan dan Konseling; prosedur dan teknik-teknik Konseling;
teknik memahami Individu dengan memperoleh Data; serta fase-fase dalam
Bimbingan dan Konseling.
2. Secara Praktis
a. Bagi mahasiswa
Dapat digunakan untuk dijadikan acuan dalam meningkatkan pemahaman
tentang pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling;
prosedur dan teknik-teknik Konseling; teknik memahami Individu dengan
memperoleh Data; serta fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling.
b. Bagi dosen
Dapat digunakan untuk memberikan masukan serta dukungan untuk
mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman tentang pengertian,
perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling; prosedur dan
teknik-teknik Konseling; teknik memahami Individu dengan memperoleh
Data; serta fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Perbedaan, Persamaan Bimbingan dan Konseling


Antara bimbingan dan konseling dapat memilki makna yang sama padahal keduanya
sebenarnya berbeda. Tapi dimanakah letak perbedaan diantara keduanya, perbedaan
bimbingan dan konseling berikut ini :
Pengertian bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami
lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Atau dengan kata lain bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli di bidangnya kepada seseorang atau beberapa orang individu agar orang
yang dibimbing tersebut dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sedangkan pengertian konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap
muka atau tidak langsung (seperti melalui media internet atau telepon) antara dua orang
dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus
yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.
Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan
kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.
Persamaan antara bimbingan dan komseling terletak pada tujuan yang hendak dicapai
yaitu sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, sama-sama berusaha untuk
memandirikan individu, dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di
lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan.
Perbedaan antara bimbingan dan konseling terletak pada segi isi kegiatan dan tenaga
yang menyelenggarakan.
Dari segi isi, bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian informasi
dan dan kegiatan pengumpulan data tentang siswa dan lebih menekankan pada fungsi
pencegahan, sedangakan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan
tatap muka antara dua orang manusia yaitu antara konselor dan klien.
Dari segi tenaga, bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, wali kelas, kepala
sekolah, orang dewasa lainnya. Namun, konseling hanya dapat dilakukan oleh tenaga-
tenaga yang telah terdidik dan terlatih. Dengan kata lain, konseling merupakan bentuk
khusus bimbingan yaitu layanan yang diberikan oleh konselor kepada klien secara
individu.
B. Prosedur dan Teknik-teknik Konseling
Prosedur Konseling
Prosedur adalah suatu proses atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam satuan
kegiatan. Prosedur konseling yang akan ditempuh yaitu :
1. Menentukan Masalah
Menentukan masalah dalam proses konseling dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami
oleh klien (siswa). Misalnya, seorang siswa sebut saja bernama Fudin berdasarkan
fenomena dan perilaku sehari-hari yang ditunjukkan oleh siswa tersebut dapat
diidentifikasikan bahwa masalah yang sedang dialaminya adalah:
 Sering terlambat masuk kelas (tidak disiplin),
 Sering bolos sekolah,
 Sering mengganggu teman dalam belajar (suka usil),
 Sulit berkonsentrasi dalam belajar agama Islam,
 Prestasi belajar terus menurun,
 Merokok secara sembunyi-sembunyi (ketagihan rokok),
 Dikucilkan dari pergaulan teman-teman di sekolah atau madrasah,
 Sering ribut dengan orang tua, terutama ayah, dan lain-lain.
Berdasarkan identifikasi di atas dapat diketahui bahwa Fudin memiliki delapan
jenis masalah. Untuk menentukan masalah yang mana untuk dipecahkan harus
menggunakan prinsip skala prioritas. Penetapan skala prioritas ditentukan atas
dasar akibat atau dampak yang lebih besar terjadi apabila masalah tersebut tidak
dipecahkan. Berdasarakan identifikasi masalah di atas, misalnya pembimbing
(konselor) menetapkan masalah “Prestasi belajar yang menurun” untuk
diprioritaskan dipecahkan melalui layanan konseling. Alasannya karena Fudin
statusnya sebagai pelajar kelas IX, apabila tidak segera dibantu, dikhawatirkan ia
tidak lulus. Mudah-mudahan dengan terpecahkan masalah “Prestasi meningkat”
dan masalah-masalah yang lain juga berkurang.
2. Pengumpulan Data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling, selanjutnya
adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan (data Fudin). Data siswa
yang dikumpulkan harus secara komprehensif (menyeluruh) yang meliputi: data
diri, data orang tua (ayah ibu), data pendidikan, data kesehatan, dan data
lingkungan.
Data diri bisa menyangkut nama lengkap dan nama panggilan atau nama
kesayangan, jenis kelamin, anak ke berapa, status anak dalam keluarga (kandung,
tiri, angkat), tempat tanggal lahir, agama, hobi atau cita-cita, ciri-ciri tubuh,
alamat, dan lain sebagainya. Data orang tua dapat mencakup: nama ayah, tempat
tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan perbulan, alamat, dan nama ibu,
tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan perbulan, alamat, dan lain-
lain. Data pendidikan dapat mencakup: tingkat pendidikan, status sekolah, lokasi
sekolah, sekolah sebelumnya, kelas berapa, dan lain-lain. Data kesehatan dapat
mencakup: riwayat penyakit yang sudah pernah diderita, pernah atau tidak
dirawat di rumah sakit dan ganngguan kesehatan yang lain yang bisa
mempengaruhi fisik dan psikis siswa yang bersangkutan. Data lingkungan dapat
mencakup: di mana siswa tinggal, dengan siapa ia tinggal, bagaimana pola asuh
keluarga, dalam lingkungan seperti apa, dan lain sebagainya.
Data-data siswa (Fudin) di atas dapat dikumpulkan dengan cara tes dan nontes.
Pengumpulan data siswa dengan tes dapat mencakup: tes kecerdasan (IQ), tes
belajar, tes bakat minat, dan lain sebagainya. Pengumpulan data siswa dengan
cara nontes seperti: observasi atau pengamatan, angket atau daftar isian, (untuk
orang tua dan siswa), wawancara, sosiometri, biografi atau catatan harian,
pemeriksaan fisik atau kesehatan, studi kasus, kunjungan ke rumah, dan lain
sebagainya.
3. Analisis Data
Data-data siswa yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil tes bisa
dianalisis secara kuantitatif dan data hasil nontes dapat dianalisis secara kualitatif.
Misalnya hasil tes belajar Fudin pada setiap mata pelajaran memperoleh nilai lima
(5) dan rata-rata di bawah lima. Berdasarkan data tersebut bisa dinyatakan bahwa
prestasi belajar Fudin adalah rendah dan seterusnya untuk data yang diperoleh
melalui tes. Selanjutnya, data yang diperoleh melalui nontes (misalnya
sosiometri) dari 40 orang teman sekelas Fudin hanya lima (5) orang yang suka
berteman dengan Fudin. Berdasarkan data tersebut, analisisnya adalah Fudin
cenderung tidak disukai teman-temannya (fenomenanya adalah Fudin dikucilkan
dari teman-temannya di sekolah) dan seterusnya. Dari analisis data akan diketahui
siapa Fudin? Dan apa sesungguhnya masalah yang dialami Fudin?
4. Diagnosis
Diagnosis merupakan usaha pembimbing (konselor) menetapkan latar belakang
masalah atau faktor – faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (klien).
Pada contoh diatas adalah pembimbing mencari faktor – faktor penyebab
timbulnya masalah pada Fudin, yakni faktor-faktor penyebab prestasi belajar
Fudin yang rendah dan dikucilkan dari pergaulan oleh teman-teman disekolah dan
madrasah.
5. Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (dalam
contoh diatas adalah masalah pada Fudin) selanjutnya pembimbing menetapkan
langkah-langkah bantuan yang akan diambil. Jenis bantuan apa yang bisa
diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi oeh siswa (Fudin). Berdasarkan
masalah Fudin di atas, bisa diberikan bimbingan belajar misalnya pelajaran
remidial, les tambahan, dll., yang sesuai dengan bimbingan belajar atau
bimbingan sosial yang tujuanya agar Fudin memperoleh penyesuaian sosial
dengan teman-temanya di sekolah dan madrasah.
6. Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan, selanjutnya
adalah melaksanakan jenis bantuan yang ditetapkan. Dalam contoh di atas,
pembimbing melaksanakan bantuan belajar atau bantuan sosial yang telah
ditetapkan untuk memecahkan masalah Fudin.
7. Evaluasi atau Follow Up
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberikan
memperoleh hasil atau tidak. Dalam contoh diatas apakah pelaksanaan pemberian
bimbingan belajar dan sosial kepeda Fudin telah memberikan hasil dimana
prestasi belajar Fudin meningkat atau perilaku Fudin berubah sehingga mulai
disenangi oleh teman-temanya atau belum. Apabila sudah memberikan hasil, apa
langkah-langkah selanjutnya yang perlu di ambil? Begitu juga selanjutya apabila
belum berhasil.

Teknik-teknik Konseling
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menamakan teknik konseling yaitu ketarmpilan
konseling, strategi dan teknik-teknik konseling. Semua istilah tersebut mengandung
pengertian yakni cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling
untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah
yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai
social, agama, dan budaya.
Sebagai suatu proses, implementasi teknik-teknik konseling akan melaui beberapa tahap-
tahap kegiatan berupa:
1. Persiapan Konseling
Pada tahap ini ada tiga hal yang harus dilakukan oleh seorang konselor untuk
memulai proses konseling yaitu:
a. Kesiapan untuk Konseling
Kesiapan konseling ditujukan kepada konselor maupun kliennya setiap
aktivitas yang berproses akan memerlukan persiapan yang matang. Untuk
dapat melakukan konseling secara efektif dan agar konseling berhasil dan
berdaya guna, maka konselor harus melakukan persiapan. Begitu juga
klien harus siap mengikuti konseling agar dapat berpartisipasi aktif sesuai
tuntutan konselor. Hal-hal yang berkenaan dengan kesiapan konseling
yang ber-hubungan dengan klien berupa:
 Motivasi klien untuk memperoleh bantuan,
 Pengetahuan klien tentang konseling,
 Kecakapan intelektual,
 Tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri,
 Harapan-harapan terhadap peran konselor, dan
 Sistem pertahanan diri.

Motivasi klien untuk memperoleh bantuan akan menentukan jalannya


proses konseling. Klien yang mengikuti proses konseling karena terpaksa
akan berbeda partisipasinya dengan klien yang mengikuti proses konseling
yang memiliki motivasi untuk memperoleh bantuan.

Dalam proses konseling harus ada respons-respons tertentu dari klien. Ada
klien yang mampu melihat masalahnya sendiri dan ada yang tidak. Sistem
pertahanan diri yang baik dari klien akan membantu kelancaran proses
konseling. Sebaliknya, sistem pertahanan diri yang jelek akan
menghambat proses konseling, karena ketika konselor bertanya sesuatu
yang sedikit memojokkan klien, ia akan menangis.

Agar klien siap dalam mengikuti konseling, kepada konselor disarankan


supaya melakukan hal-hal sebagai berikut:

 Memulai pembicaraan dengan berbagai pihak tentang berbagai


topik masalah dan pelayanan konseling yang diberikan;
 Menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif sehingga
merangsang siswa untuk memperoleh bantuan;
 Menghubungi sumber-sumber rujukan misalnya sekolah,
organisasi dan sebagainya;
 Memberikan informasi kepada klien tentang dirinya dan
prospeknya;
 Melalui proses pendidikan itu sendri;
 Melakukan survey terhadap masalah-masalah klien; dan
 Melakukan orientasi pra konseling.
b. Riwayat Kasus
Riwayat kasus adalah suatu kumpulan fakta yang sistematis tentang
kehidupan klien sekarang dan masa yang lalu. Secara sederhana riwayat
kasus biasa dikatakan melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah
yang dialami klien.
Menurut Surya (1988: 160), riwayat kasus dapat dibuat dalam berbagai
bentuk yaitu: riwayat konseling psikoterapeutik, yang lebih memusatkan
pada maslaha-masalah psikoterapeutik dan diperoleh melalui wawancara
konseling; catatan kumulatif, yaitu suatu catatan tentang berbagai aspek
yang menggambarkan perkembangan seseorang; biografi dan autobiografi;
tulisan-tulisan yang dibuat sendiri oleh siswa yang berkasus sebagai
dokumen pribadi; serta grafik waktu tentang kehidupan siswa yang
berkasus.
c. Evaluasi Psikodiagnostik
Dalam bidang medis, diagnosis diartikan sebagai suatu proses memeriksa
gejala, memperkirakan sebab-sebab, mengadakan observasi, menempatkan
gejala dalam kategori, dan memperkirakan usaha-usaha penyembuhannya.
Secara umum bidang diagnosis dalam psikologis berarti pernyataan
tentang masalah klien, perkiraan sebab-sebab kesulitan, kemungkinan
teknik-teknik konseling untuk memecahkan masalah, dan memperkirakan
hasil konseling dalam bentuk tingkah laku klien di masa yang akan datang.
Psikodiagnosis dapat dilakukan melalui tes dengan tujuan untuk
memperoleh data tentang kepribadian klien melalui sampel tingkah laku
dalam situasi yang terstandar. Penggunaan tes psikodiagnosis dalam
konseling berfungsi untuk: menyeleksi data yang diperlukan bagi
konseling; meramalkan keberhasilan konseling; memperoleh informasi
yang lebih terperinci; dan merumuskan diagnostik yang lebih tepat.

2. Teknik-teknik Melakukan Konseling


Proses konseling memerlukan teknik-teknik tertentu sehingga konseling bisa
berjalan secara effektif dan efisien. Berikut ini akan diuraikan beberapa teknik
dalam konseling.
a. Teknik Rapport
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling
memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini adalah
untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap
penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya.
Melalui teknik ini maka akan tercipta hubungan yang akrab antara
konselor dan klien yang ditandai dengan saling mempercayai.
Implementasi teknik rapport dalam konseling yaitu:
 Pemberian salam yang menyenangkan;
 Menetapkan topik pembicaraan yang sesuai;
 Susunan ruang konseling yang menyenangkan;
 Sikap yang ditandai dengan kehangatan emosi, Realisasi tujuan
bersama, dan menjamin kerahasiaan klien; serta
 Kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah.
b. Perilaku Attending
Attending merupakan upaya konselor mengahmpiri klien yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontak mata, bahasa tubuh, dan
bahasa lisan. Perilaku attending yang baik harus mengombinasikan ketiga
aspek di atas sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat klien
terlibat pembicaraan dan terbuka. Perilaku attending yang baik akan dapat
meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman dan
akrab, serta mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Perilaku attending berkenaan dengan teknik penerimaan konselor terhadap
klien. Teknik penerimaan menggambarkan cara bagaimana konselor
menerima klien dalam proses atau sesi konseling. Teknik ini dalam proses
konseling bisa diwujudkan melaui ekspresi wajah misalnya cemberut atau
ceria.
c. Teknik Structuring
Structuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang
hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan
hubungan tertentu pada khususnya. Structuring memberikan kerangka
kerja atau orientasi terapi kepada klien. Structuring ada yang bersifat
inplisit di mana secara umum peranan konselor diketahui oleh klien dan
ada yang bersifat formal berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan
dan membatasi proses konseling.
Ada lima macam structuring dalam konseling yaitu:
 Batas-batas waktu baik secara individu maupun seluruh proses
konseling;
 Batas-batas tindakan baik konselor maupun klien;
 Batas-batas peranan konselor;
 Batas-batas proses atau prosedur, misalnya menyangkut waktu atau
jadwal, berapa lama konseling akan dilakukan dan lain sebagainya;
serta
 Structuring dalam nilai dan proses, semisal menyangkut tahapan-
tahapan yang harus ditempuh, apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan selama proses konseling berlangsung.
d. Empati
Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan oleh klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk
atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan attending, karena
tanpa attending tidak aka nada empati. Empati ada dua macam yaitu
empati primer yang apabila konselor hanya memahami perasaan, pikiran,
keinginan, dan pengalaman klien dengan tujuan agar klien terlibat
pembicaraan dan terbuka. Empati yang kedua yaitu empati tingkat tinggi
yang apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, keinginan, dan
pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor
ikut dengan perasaan tersebut.
Dalam melakukan empati konselor harus mampu mengosongkan perasaan
dan pikiran egoistik, memasuki dunia dalam klien, melakukan empati
primer, serta melakukan empati tingkat tinggi.
Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka kita kepada
emosi diri sendiri, maka semakin terampil kita membaca perasaan. Kunci
untuk memahami perasaan orang lain adalah kita harus mampu membaca
pesan nonverbal seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan
sebagainya.
e. Refleksi Perasaan
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan
dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang diperlakukan terhadap
klien. Refleksi perasaan bisa berwujud positif, negatif, dan ambivalen.
Refleksi perasaan positif ditunjukkan oleh konselor dalam konseling
melalui pernyataan persetujuan atas apa yang disampaikan oleh klien.
Refleksi perasaan negatif ditunjukkan oleh konselor melalui pernyataan
ketidak setujuan atau penolakan konselor atas apa yang dinyatakan oleh
klien. Sedangkan refleksi ambivalen (masa bodoh) ditunjukkan oleh
konselor dengan membiarkan saja (tidak menyatakan setuju dan tidak
menolak) atas apa yang dinyatakan oleh klien.
Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan apabila: streotipe dari
konselor; konselor tidak dapat mengatur sesi konseling; konselor tidak
dapat memilih perasaan mana untuk direfleksikan; konselor tidak dapat
mengetahui isi perasaan yang direfleksikan; konselor tidak dapat
menemukan ke dalam perasaan; konselor menambah arti perasaan; dan
konselor menggunakan bahasa yang kuranbg tepat (Surya, 1988).
Selanjutnya menurut Surya (1988), manfaat refleksi perasaan dalam
proses konseling adalah: membantu klien untuk merasa dipahami secara
mendalam; klien merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku;
memusatkan evaluasi pada klien; memberi kekuatan untuk memilih;
memperjelas cara berpikir klien; dan menguji kedalaman motif-motif
klien.
Menurut Sofyan S. Willis (2004), refleksi merupakan keterampilan
konselor untuk memantulkan kembali kepada klien  tentang perasaan,
pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan nonverbal. Selnjutnya Sofyan (2004) menyatakan bahwa
refleksi terbagi atas tiga jenis yaitu: refleksi perasaan; refleksi
pengalaman; serta refleksi pikiran.
Refleksi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan
(merefleksikan) perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan
nonverbal terhadap klien.
Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan
pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan perilaku verbal
dan nonverbal klien.
Refleksi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide,
pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan nonverbal klien.

f. Teknik Eksplorasi
Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali perasaan,
pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini dalam konseling sangat penting
karena umumnya klien tidak mau terus terang. Eksplorasi memungkinkan
klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam.
Eksplorasi ada tiga macam yaitu: eksplorasi perasaan, eksplorasi pikiran,
dan eksplorasi pengalaman.
Eksplorasi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan
klien yang tersimpan. Eksplorasi pikiran yaitu keterampilan konselor
untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Eksplorasi pengalaman
yaitu keterampilan atau kemampuan konselor untuk menggali
pengalaman-pengalaman klien yang telah dilaluinya.
g. Teknik Paraphrasing (Menangkap Pesan Utama)
Sering klien mengemukakan ide, pikiran, perasaan, serta pengalaman
secara berbelit-belit dan tidak terarah sehingga intinya sulit dipahami.
Untuk itu maka konselor perlu menangkap pesan untama dari apa yang
disampaikan oleh klien dan menyampaikannya kepada klien dengan
bahasa konselor sendiri. Tujuan dari paraphrase adalah mengatakan
kembali esensi atau inti ungkapan klien.
 Untuk dapat melakukan paraphrasing yang baik, maka konselor
harus:
 Menggunakan kata-kata yang mudah dan sederhana.
 Dengan teliti mendengarkan pesan utama pembicaraan klien.
 Nyatakan kembali dengan ringkas.
 Amati respons klien terhadap konselor.
h. Teknik Bertanya
Umumnya konselor mengalami kesulitan untuk membuka percakapan
dengan klien, karena sulit menduga apa yang dipikirkan oleh klien. Untuk
itu, konselor harus memiliki keterampilan bertanya. Teknik bertanya ada
dua macam yaitu bertanya terbuka (open question), dan bertanya tertutup
(closed question). Pada pertanyaan terbuka, klien bebas memberikan
jawabannya, sedangkan pada pertanyaan tertutup telah menggambarkan
alternatif jawabannya misalnya jawaban ya atau tidak, setuju atau tidak
setuju, dan lain sebagainya.
i. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dalam proses konseling, konselor harus mengupayakan agar klien selalu
terlibat dalam pembicaraan. Untuk itu, konselor harus mampu
memberikan dorongan minimal kepada klien, yaitu suatu dorongan
langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan klien.
Teknik ini memungkinkan klien untuk terus berbicara dan dapat
mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal juga
dapat meningkatkan eksplorasi diri. Dorongan minimal diberikan secara
selektif yaitu ketikan klien menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi
atau menghentikan pembicaraan atau pada saat klien kurang memusatkan
pikirannya pada pembicaraan dan saat konselor ragu terhadap
pembicaraan klien.
j. Interpretasi
Interpretasi merupakan usaha konselor mengulas pikiran, perasaan, dan
perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori tertentu.tujuan
utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau
tingkah laku klien, agar klien megerti dan berubah melalui pemahaman
dari hasil rujukan baru.
k. Teknik Mengarahkan (Directing)
Seperti telah disebutkan di muka bahwa proses konseling memerlukan
partisipasi secara penuh dari klien. Untuk mengajak klien berpartisipasi
secara penuh di dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari
konselor. Upaya konselor mengarahkan klien dapat dilakukan dengan
menyuruh klien memerankan sesuatu (bermain peran) atau
mengkhayalkan sesuatu.
l. Teknik Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Agar pembicaraan dalam konseling maju secara bertahap dan arah
pembicaraan semakin jelas, maka setiap periode waktu tertentu konselor
bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari
hal-hal yang telah dibicarakan bersama konselor. Selain itu, untuk
menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap. Tujuan
lainnya yaitu untuk meningkatkan kualitas diskusi serta mempertajam atau
memperjelas fokus atau arah wawancara konseling.
m. Teknik-teknik Memimpin
Agar wawancara konseling tidak menyimpang, maka konselor harus
mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa
tercapai secara efektif dan efisien. Penerapan teknik ini dalam konseling
harus memperhatikan:
 Memimpin hanya sebatas klien dapat memberikan toleransi sesuai
dengan kecakapan dan pemahamannya.
 Memimpin bisa berbeda dari topik ke topik.
 Memulai proses konseling dengan sedikit memimpin.
Keberhasilan konselor memimpin dalam sesi konseling juga ditentukan
oleh tipe-tipe kepemimpinan konselor yang demokratis, otoriter, atau
permisif (masa bodoh).

Teknik ini bertujuan agar pembicaraan klien tidak menyimpang dari fokus
yang dibicarakan dan agar arah pembicaraan terfokus pada tujuan
konseling.

n. Teknik Fokus
Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya
yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien. Fokus akan membantu
klien untuk memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan. Fokus
ada empat macam dalam konseling yaitu: fokus pada diri klien, fokus pada
orang lain, fokus pada topik, serta fokus mengenai budaya.
Dalam wawancara konseling selalu ada fokus yang membantu klien untuk
menyadari bahwa persoalan pokok yang dihadapinya adalah “A”.
Mungkin banyak masalah yang berkembang di dalam wawancara
konseling, tetapi konselor harus membantu klien agar ia memfokuskan
pada masalah tertentu (misalnya masalah “A” dan lain-lain).
o. Teknik Konfrontasi
Teknik ini dalam konseling dikenal juga dengan memperhadapkan. Teknik
konfrontasi adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat
adanya inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan dengan perbuatan,
ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan. Tujuan teknik
ini adalah:
 Mendorong klien untuk mengadakan penelitian diri secara jujur.
 Meningkatkan potensi klien.
 Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi (kondisi
pertentangan antara harapan seseorang dengan kondisi nyata
dilingkungan) dai klien dengan inkonsistensi, konflik atau
kontradiksi dalam dirinya.
p. Menjernihkan (Clarifying)
Dalam konseling, teknik ini dilakukan oleh konselor dengan
mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar-samar, atau
agak karuan. Tujuan teknik ini ialah untuk menyatakan pesannya secara
jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis.
Tujuan yang lain adalah klien menjelaskan, mengulang dan
mengilustrasikan pengalamannya.
q. Memudahkan (Facilitating)
Facilitating adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan
mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya secara bebas. Melalui teknik ini, komunikasi dan
partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan secara efektif.
r. Diam sebagai Suatu Teknik
Diam dalam konseling bisa dijadikan sebagai suatu teknik. Dalam
konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi. Komunikasi tetap
ada, yaitu melalui perilaku nonverbal. Dalam konseling, diam bisa
memiliki beberapa makna yaitu:
 Penolakan atau kebingungan klien.
 Klien atau konselor telah mencapai akhir suatu ide dan ragu
mengatakan apa selanjutnya.
 Kebingungan yang didorong oleh kecemasan atau kebencian.
 Klien mengalami perasaan sakit dan tidak siap untuk berbicara.
 Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
 Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
 Klien baru menyadari kembali dari ekspresi emosional
sebelumnya.

Tujuan teknik ini adalah pertama menanti klien yang sedang berpikir.
Kedua, sebagai protes apabila klien berbicara berbelit-belit. Ketiga,
menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.

s. Mengambil Inisiatif
Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien kurang
bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam, dan kurang partisipatif.
Teknik ini diterapkan apabila untuk mengambil inisiatif apabila klien
kurang bersemangat, klien lambat berpikir untuk mengambil keputusan,
serta klien kehilangan arah pembicaraan.
t. Memberi Nasihat
Dalam konseling, pemberian nasihat sebaiknya dilakukan apabila klien
memintanya. Meskipun demikian, konselor tetap harus
mempertimbangkan-nya, apakah pantas atau tidak memberikan nasihat.
Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian nasihat adalah aspek
kemandirian dalam konseling. Para penganut teori Client Centered
menyatakan bahwa apabila klien masih dinasihati berarti belum mandiri.
Dengan perkataan lain, pemberian nasihat tidak sesuai dengan hakikat
kemandirian dalam konseling.
u. Pemberian Informasi
Apabila konselor tidak mengetahui informasi, sedangkan klien
memintanya, maka konselor harus secara jujur mengatakan tidak
mengetahuinya. Sebaliknya, apabila konselor mengetahui, sebaiknya
diupayakan agar klien tetap mengusahakannya sendiri.
v. Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus membantu klien untuk
dapat membuat rencana suatu program untuk action (melakukan tindakan
sesuatu) guna memecahkan masalah yang dihadapinya. Atau rencana
perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien. Rencana yang baik
harus merupakan kerja sama antara konselor dengan klien.
w. Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, bersama klien konselor membuat suatu
kesimpulan. Atau konselor membantu klien membuat kesimpulan yang
menyangkut diri klien selama melakukan konseling.
x. Teknik Mengakhiri (Menutup sesi Konseling)
Mengakhiri sesi konseling merupakan suatu teknik dalam proses
konseling. Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor
dengan cara:
 Mengatakanbahwa waktu sudah habis.
 Merangkum isi pembicaraan.
 Menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang.
 Mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan.
 Menunjukkan catatan-catatan singkat hasil pembicaraan konseling.
 Memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan
dengan pokok pembicaraan apabila diperlukan.

C. Teknik Memahami Individu dengan memperoleh Data


Pemahaman individu adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan dan konseling.
Tanpa adanya pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagi Guru Pembimbing untuk
memberikan bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka
pengembangan pribadi. Adapun hal-hal yang perlu dipahami dari seorang individu dalam
rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut:
1) Identitas diri, yaitu berbagai aspek yang secara langsung menjadi keunikan
pribadi,
2) Kondisi jasmaniah dan kesehatan,
3) Kapasitas (umum/Intligensi dan khusus/Bakau) dan kecakapan,
4) Sikap dan minat,
5) Watak dan tempramen,
6) Cita-cita sekolah dan pekerjaan.Aktivitas social,
7) Hobi dan pengisian waktu Luang,
8) Kelebihan atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki,
9) Latar belakang.
Untuk memperoleh data yang lengkap, teratur, dan efektif sehingga menunjang pelayanan
bimbingan dan konseling secara efektif pula, pembimbing atau konselor perlu
menerapkan beberapa teknik yaitu teknik test dan non-test. Pertama, Teknik tes atau
sistem testing merupakan usaha pemahaman Individu dengan menggunakan alat-alat
yang bersifat mengungkap atau mengetahui karakter peseta didik. Sedangkan tes adalah
sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku
individu melalui skala angka atau sistem kategori. Selain itu tes mengandung pengertian
alat untuk menentukan atau menguji sesuatu. Tes yang digunakan dalam himpunan data
ada beberapa macam diantaranya yaitu:
1. Tes Hasil Belajar (Achievement Test) adalah salah satu alat ukur yang
paling banyak digunakan untuk mengetahui hasil belajar seseorang dalam
proses belajar-mengajar atau suatu program pendidikan. Karena
sedemikian banyak tes itu digunakan dalam dunia pendidikan, maka untuk
memeperoleh data hasil belajar dapat dilakukan dengan memberikan test
hasil belajar dengan langkah-langkah yang ditempuh ialah dengan mencari
rata-rata seluruh nilai dalam raport untuk setiap murid. Tujuan utama
penggunaan tes prestasi  belajar adalah agar guru dapat membuat
keputusan-keputusan seleksi dan klasifikasi serta menentukan keefektifan
pengajaran. Tes ini meliputi :
 Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat mengetahui letak
kesulitan murid, terutama dalam berhitung dan membaca.
 Tes prestasi belajar kelompok yang baku.
 Tes prestasi belajar yang disusun guru.
2. Tes Bakat Khusus (Test of Specific Ability)
Tes ini digunakan untuk mengukur taraf kemampuan seseorang untuk
berhasil dalam mata pelajaran tertentu, programpendidikan vokasional
tertentu, atau bidang karir tertentu. Tes ini lingupnya lebih terbatas dari tes
kemampuan intelektual.
3. Tes Minat (Test of Vocation)
Tes ini digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan apa yang paling
diminati siswa. Selain itu juga membantu siswa dalam memilih jenis
karier yang sesuai dengan karateristik kepribadiannya.
4. Tes Perkembangan Vokasional
Tes ini digunakan untuk mengukur taraf perkembangan seseorang (siswa)
dalam hal kesadaran akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan
tertentu, memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dengan
ciri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan sosial ekonomis, dan dalam
menyusun serta mengimplementasikan rencanamasa depannya sendiri.
5. Tes Kepribadian
Tes ini digunakan untuk mengukur ciri-ciri kepribadian tertentu pada
siswa seperti karakter, temperamen, corak kehidupan emosional,
kesehatan mental, relasi soaial dengan orang lain dan bidang-bidang
kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalm penyesuaian diri.
6. Tes Psikologis
Tes Psikologis atau lebih dikenal sebagai Psikotes adalah tes untuk
mengukur aspek individu secara psikis. Tes dapat berbentuk tertulis,
visual, atau evaluasi secara verbal yang teradministrasi untuk mengukur
fungsi kognitif (perilaku manusia) dan emosional. Tes dapat diaplikasikan
kepada anak-anak maupun dewasa. 
Dan Tes Psikologis mempunyai tujuan untuk digunakan mengukur
berbagai kemungkinan atas bermacam kemampuan secara mental dan apa-
apa yang mendukungnya, termasuk prestasi dan kemampuan, kepribadian,
intelegensi, atau bahkan fungsi neurologis (ilmu kedokteran yang
menangani kelainan pada sistem saraf) dan Tes Psikologi dapat dilakukan
pada bermacam setting termasuk rekrutmen dalam perusahaan,
mengetahui minat dan bakat anak/siswa, tujuan klinis, perkembangan
anak, dll. 
Kedua, Teknik non-tes[8] merupakan prosedur pengumpulan data yang
dirancang untuk memahami pribadi murid, yang pada umumnya bersifat
kualitatif. Teknik ini tidak menggunakan alat-alat yang bersifat mengukur,
tetapi hanya menggunakan alat yang bersifat menghimpun atau
mendeskripsikan saja. Diantanya yaitu :
1) Angket, adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian
pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk
mendapatkan jawaban secara tertulis. Angket yaitu komunikasi
dengan tulisan. Teknik angket ini ada 2 yaitu angket yang bersifat 
langsung dan bersifat tidak langsung. Angket yang bersifat
langsung adalah apabila angket diberikan kepada siswa untuk
meminta keterangan(data) tentang dirinya sendiri. Angket yang
bersifat tidak langsung adalah apabila angket diberikan kepada
siswa untuk meminta keterangan(data) tentang orang lain,
termasuk kepada orang tua siswa untuk mndapatkan data tentang
anaknya.
2) Wawancara, merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi
melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang
diminta informasi), dalam hal ini bisa murid, orang tua murid,
teman-temannya atau orang lain yang diminta keterangan tentang
murid. Contoh penggunaan wawancara ini seperti guru ingin
mengetahui informasi dari murid yang sering membolos dari
sekolah. Di sini guru dapat mengajukan pertanyaan tentang :
identitas orang tua, jarak tempat tinggal, perhatian orang tua
terhadap belajar murid, keadaan ekonomi, kegiatan sehari-hari
yang dilakukan murid dan alasannya mengapa sering membolos,
minat bersekolah, dan lain-lain.
3) Observasi, Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara saksama baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap berbagai aktivitas siswa di lingkungan sekolah dan
madrasah maupun di luar lingkungan sekolah dan madrasah
termasuk di rumah.
4) Otobiografi, merupakan karangan yang ditulis oleh siswa sendiri
tentang riwayat hidupnya. Teknik ini dilakukan dengan menyuruh
siswa membuat catatan berbagai kejadian tentang dirinya baik
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, yang sudah dialami
atau sedang terjadi bahkan yang masih dicita-citakan.
5) Anekdot (anecdotal record), merupakan laporan singkat tentang
berbagai kejadian atau perilaku tentang siswa dan memuat
deskripsi objektif tentang perilaku siswa pada saat tertentu. Atau
merupakan suatu bentuk catatan peristiwa yang dianggap penting
dalam suatu situasi tentang siswa baik bersifat individual maupun
kelompok. Misalnya tawuran antar siswa, pencurian, bolos sekolah
dls. Peristiwa tersebut sangat diperlukan untuk memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada mereka.
6) Skala penilaian (Rating scale), yaitu sebuah daftar yang
menyajikan sejumlah sifat atau sikap yang dijabarkan dalam
bentuk skala. Teknik ini dapat digunakan sebagai pedoman
observasi. Hampir sama dengan daftar cek, tetapi dalam skala
penilaian aspek yang dicejditempatkan dalam bentuk skala.
7) Sosiometri, adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang
hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur
hubungan individu  dan arah hubungan sosialnya dalam suatu
kelompok. Deskripsi suasana hubungan sosial yang diperoleh dari
sosiometri disebut sosiogram. Dari data sosiometri pembimbing
dapat mengetahui frekuensi pemilihan, yaitu banyaknya siswa
dipilih, keakraban pergaulan antar siswa, status pilihan atau
penolakan dan popularitas dalam pergaulan.
8) Kunjungan Rumah, cara ini dilakukan dengan mengunjungi tempat
tinggal siswa. Untuk mengenal secara lebih dekat lingkungan
keluarga siswa. Agar menimbulkan keakraban dan saling
pengertian antara pihak sekolah atau madrasah secara umum dan
pembimbing secara khusus dengan orang tua siswa. Selain itu,
kunjungan rumah juga untuk memperoleh informasi terutama
untuk informasi yang belum diperoleh secara jelas melalui angket
dan wawancara.
9) Kartu Pribadi, merupakan suatu catatan yang disusun secara
kronologis dan terus bertambah secara luas karena penambahan
data secara kontinu. Berisi data penting tentang siswa. Dalam
konteks bimbingan dan koseling, kartu pribadi merupakan suatu
catatan tentang masing-masing siswa yang disusun selama
beberapa waktu dan memuat data yang signifikan bagi keperluan
bimbingan.
10) Studi Kasus, adalah suatu teknik mempelajari seseorang individu
secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri
yang lebih baik. Studi kasus adalah metode pengumpulan data
yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya
menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat
komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh
aspek pribadi individu secara lengkap. Studi kasus sangat
diperlukan utuk memperoleh pemahaman diri siswa yang dijadikan
kasus. Siswa yang memerlukan studi kasus adalah siswa yang
menunjukkan gejala mengalami kesulitan atau masalah serius
sehingga memerlukan bantuan yang serius pula.

E. Fase-Fase dalam Bimbingan dan Konseling


Terdapat lima fase dalam Bimbingan dan Konseling diantaranya yaitu :
1. Pembukaan
Disini, proses konseling diawali dengan membangun hubungan antar
pribadi, yang memungkinkan pembicaraa terbuka dan terarah dalam
wawancara konseling. Konselor akan menyambut kedatangan konseli
dengan sikap ramah, seperti berjabat tangan, mempersilahkan duduk. Lalu,
konselor akan berusaha membuat konseli dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan di ruangan konseling.
2. Penjelasan masalah.
Konseli mengemukakan hal-hal yang ingin dibicarakan dengan konselor,
sambil mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitan
dengan hal tersebut. Konseli bebas mengungkapkan inisiatifnya sendiri.
3. Penggalian latar belakang masalah.
Fase ini disebut juga sebagai analisis kasus, dimana dibutuhkan penjelasan
yang lebih mendetail dan mendalam. Dalam hal ini inisiatif akan bergeser
ke pihak konselor, yang lebih mengetahui apa yang dibutuhkan supaya
konseli dan konselor memperoleh gambaran yang menyeluruh.
4. Penyelesaian masalah.
Konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Peran
konselor dalam mencari penyelesaian permasalahan lebih besar, meskipun
konseli juga ikut berpikir, memandang dan mempertimbangkan masalah
yang ada. 
5. Penutup.
Ketika konseli merasa sudah mantap tentang penyelesaian masalah yang
ditemukan, maka proses konseling dapat diakhiri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Pengertian bimbingan dan konseling, Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu agar mampu mengembangkan diri secara
optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi
hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Sedangkan konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap
muka atau tidak langsung (seperti melalui media internet atau telepon)
antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi
belajar.
2. Prosedur dan teknik-teknik konseling, Prosedur konseling yang akan
ditempuh yaitu :1) Menentukan Masalah; 2) Pengumpulan Data; 3)
Analisis Data; 4) Diagnosa; 5) Prognosa; 6) Terapi; serta 7)
Evaluasi/Follow Up. Teknik-teknik konseling akan melaui beberapa
tahap-tahap kegiatan berupa: 1. Persiapan Konseling, a. Kesiapan untuk
Konseling, b. Riwayat Kasus, c. Evaluasi Psikodiagnostik. 2. Teknik-
teknik melakukan konseling yaitu diantaranya : Rapport, Attending,
Structuring, Empati, Refleksi Perasaan, Eksplorasi, Paraphrasing,
Bertanya, Dorongan Minimal, Interpretasi, Directing, Summarizing,
Memimpin, Fokus, Konfrontasi, Clarifying, Fasilitating, Silent,
Mengambil Inisiatif, memberi Nasihat, memberi Informasi,
Merencanakan, menyimpulkan dan Mengakhiri.
3. Teknik memahami individu dengan memperoleh data ada dua cara yaitu
dengan Teknik Test dan Non-test. Teknik Test yaitu dengan misalnya tes
hasil belajar, tes bakat khusus, tes minat, tes perkembangan vokasional, tes
kepribadian, psikotes dll. Sedangkan teknik nontes misalnya dengan
melakukan angket, wawancara, observasi, otobiografi, anekdot, skala
penilaian, sosiometri, kunjungan rumah, kartu pribadi, studi kasus dll.
4. Lima fase dalam bimbingan konseling yaitu, 1. Pembukaan; 2. Penjelasan
Masalah; 3. Penggalian latar belakang masalah; 4. Penyelesaian masalah,
serta; 5. Penutup.

B. Saran
Teknik-teknik dalam bimbingan konseling sangat penting untuk dipelajari dan dipahami
dalam proses belajar mengajar di karenakan dengan kita mengetahui dan mempelajari
teknik-teknik bimbingan konseling kita mampu berpikir dengan baik dalam mengambil
sebuah keputusan dengan bijak sehingga cara ataupun metode yang digunakan dalam
menyelesaikan permasalahan dapat membantu, dan dapat mengarahkan seseorang atau
kelompok agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya supaya bisa
menentukan tujuan hidup. Kritik dan saran yang membangun juga kami harapkan demi
tercapainya kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Tohirin, 2013. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Edisi
Revisi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2014. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya

http://myjobsiscopas.blogspot.co.id/2012/09/langkah-langkah-dan-teknik-konseling.html di
akses pada tanggal 02 April 2020 pukul 11.07 WITA

http://syafaafays.blogspot.co.id/2015/03/teknik-teknik-dasar-pemahaman-individu.html di akses
pada tanggal 02 April 2020 pukul 11.15 WITA

https://filyapuspa.wordpress.com/2014/01/21/5-fase-dalam-proses-konseling/ di akses pada


tanggal 02 April 2020 pukul 11.30 WITA

http://mza6bk.blogspot.co.id/2011/03/teknik-teknik-memahami-murid.html di akses pada tanggal


02 April 2020 pukul 21.56 WITA

Anda mungkin juga menyukai