Oleh:
1. Rifaldo O. Taihuttu (18508005)
2. Anggi I. Selamat (18508009)
3. Witha Ch. A Wekes (18508011)
4. Olivia Tatanggihe (18508014)
5. Larasati Harijanto (18508029)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan penulisan..............................................................................
D. Manfaat penulisan............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membahas bimbingan dan Konseling untuk dunia pendidikan menjadi menarik. Karena,
hal ini berkaitan dengan masa depan generasi muda yang akan memimpin bangsa ini ke
depan. Berbagai masalah di era modern sekarang ini menurut pihak sekolah untuk
meningkatkan profesionalitas konselor, sehingga mampu memecahkan setiap problem
yang dialami siswa, baik pribadi maupun sosial.
Bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang
seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang
sistematis dan berencana yang terarah pada pencapaian tujuan.
Konseling merupakan aktivitas yang menangani klien yang mempunyai masalah, namun
masih sadar tentang masalahnya. Dalam wawancara ataupun diskusi, klien masih dapat
menjelaskan masalah yang dihadapi secara jelas, masih dapat nyambung antara konselor
dengan klien. Sehingga konselor mampu untuk menggali data yang banyak dari klien
untuk dijadaikan bahan pertimbangan dalam membantu klien mengatasi masalahnya.
Sehingga dengan adanya bimbingan konseling ini diharapkan mampu untuk
meningkatkan dan mengatasi masalah yang dihadapi oleh para peserta didik
Disamping penggalian data, konselor harus memiliki teknik dalam membantu klien
dalam menyelesaikan masalah, karena dalam proses konseling teknik yang baik
merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor harus
mampu merespon klien dengan teknik yang benar, sesuai keadaan klien saat itu. Respon
yang baik adalah pernyataan-pernyataan yang dapat menyentuh, merangsang, dan
mendorong sehingga klien mau terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan,
pikiran, dan pengalamannya.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap
penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Pendapat lain
mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi
yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai
yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.
Bimbingan dan konseling membutuhkan tehnik yang tidak mudah. Diperlukan
pembiasaan terhadap macam-macam tehnik yang ada, supaya konselor mahir dalam kerja
praktiknya. Di samping itu, keberanian dalam mempraktikan macam-macam tehnik yang
ada, supaya ada pengalaman dari berbagai tehnik. Selain konselor harus menguasai
tehnik juga harus paham tentang prosedur-prosedur dalam bimbingan dan konseling.
Terkadang ada konselor yang sudah merasa nyaman dengan satu tehnik, sehingga tidak
mau untuk mencoba tehnik yang lainnya. Mental status quo semacam ini harus
dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi yang terus-menerus untuk
mengambangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas suatu problem.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah diantaranya,
yaitu
1. Apakah pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling ?
2. Bagaimana prosedur dan teknik-teknik Konseling ?
3. Bagaimana teknik memahami Individu dengan memperoleh Data ?
4. Bagaiaman fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling ?
C. Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan masalah di atas dapat diambil beberapa tujuan masalah diantaranya,
yaitu :
1. Untuk memahami pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan
Konseling
2. Untuk memahami prosedur dan teknik-teknik Konseling
3. Untuk memahami teknik memahami Individu dengan memperoleh Data
4. Untuk memahami fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan masalah tersebut, maka dapat diambil manfaat
penulisan sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Memberikan informasi serta pengetahuan tentang pengertian, perbedaan, dan
persamaan Bimbingan dan Konseling; prosedur dan teknik-teknik Konseling;
teknik memahami Individu dengan memperoleh Data; serta fase-fase dalam
Bimbingan dan Konseling.
2. Secara Praktis
a. Bagi mahasiswa
Dapat digunakan untuk dijadikan acuan dalam meningkatkan pemahaman
tentang pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling;
prosedur dan teknik-teknik Konseling; teknik memahami Individu dengan
memperoleh Data; serta fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling.
b. Bagi dosen
Dapat digunakan untuk memberikan masukan serta dukungan untuk
mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman tentang pengertian,
perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling; prosedur dan
teknik-teknik Konseling; teknik memahami Individu dengan memperoleh
Data; serta fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik-teknik Konseling
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menamakan teknik konseling yaitu ketarmpilan
konseling, strategi dan teknik-teknik konseling. Semua istilah tersebut mengandung
pengertian yakni cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling
untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah
yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai
social, agama, dan budaya.
Sebagai suatu proses, implementasi teknik-teknik konseling akan melaui beberapa tahap-
tahap kegiatan berupa:
1. Persiapan Konseling
Pada tahap ini ada tiga hal yang harus dilakukan oleh seorang konselor untuk
memulai proses konseling yaitu:
a. Kesiapan untuk Konseling
Kesiapan konseling ditujukan kepada konselor maupun kliennya setiap
aktivitas yang berproses akan memerlukan persiapan yang matang. Untuk
dapat melakukan konseling secara efektif dan agar konseling berhasil dan
berdaya guna, maka konselor harus melakukan persiapan. Begitu juga
klien harus siap mengikuti konseling agar dapat berpartisipasi aktif sesuai
tuntutan konselor. Hal-hal yang berkenaan dengan kesiapan konseling
yang ber-hubungan dengan klien berupa:
Motivasi klien untuk memperoleh bantuan,
Pengetahuan klien tentang konseling,
Kecakapan intelektual,
Tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri,
Harapan-harapan terhadap peran konselor, dan
Sistem pertahanan diri.
Dalam proses konseling harus ada respons-respons tertentu dari klien. Ada
klien yang mampu melihat masalahnya sendiri dan ada yang tidak. Sistem
pertahanan diri yang baik dari klien akan membantu kelancaran proses
konseling. Sebaliknya, sistem pertahanan diri yang jelek akan
menghambat proses konseling, karena ketika konselor bertanya sesuatu
yang sedikit memojokkan klien, ia akan menangis.
f. Teknik Eksplorasi
Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali perasaan,
pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini dalam konseling sangat penting
karena umumnya klien tidak mau terus terang. Eksplorasi memungkinkan
klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam.
Eksplorasi ada tiga macam yaitu: eksplorasi perasaan, eksplorasi pikiran,
dan eksplorasi pengalaman.
Eksplorasi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan
klien yang tersimpan. Eksplorasi pikiran yaitu keterampilan konselor
untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Eksplorasi pengalaman
yaitu keterampilan atau kemampuan konselor untuk menggali
pengalaman-pengalaman klien yang telah dilaluinya.
g. Teknik Paraphrasing (Menangkap Pesan Utama)
Sering klien mengemukakan ide, pikiran, perasaan, serta pengalaman
secara berbelit-belit dan tidak terarah sehingga intinya sulit dipahami.
Untuk itu maka konselor perlu menangkap pesan untama dari apa yang
disampaikan oleh klien dan menyampaikannya kepada klien dengan
bahasa konselor sendiri. Tujuan dari paraphrase adalah mengatakan
kembali esensi atau inti ungkapan klien.
Untuk dapat melakukan paraphrasing yang baik, maka konselor
harus:
Menggunakan kata-kata yang mudah dan sederhana.
Dengan teliti mendengarkan pesan utama pembicaraan klien.
Nyatakan kembali dengan ringkas.
Amati respons klien terhadap konselor.
h. Teknik Bertanya
Umumnya konselor mengalami kesulitan untuk membuka percakapan
dengan klien, karena sulit menduga apa yang dipikirkan oleh klien. Untuk
itu, konselor harus memiliki keterampilan bertanya. Teknik bertanya ada
dua macam yaitu bertanya terbuka (open question), dan bertanya tertutup
(closed question). Pada pertanyaan terbuka, klien bebas memberikan
jawabannya, sedangkan pada pertanyaan tertutup telah menggambarkan
alternatif jawabannya misalnya jawaban ya atau tidak, setuju atau tidak
setuju, dan lain sebagainya.
i. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dalam proses konseling, konselor harus mengupayakan agar klien selalu
terlibat dalam pembicaraan. Untuk itu, konselor harus mampu
memberikan dorongan minimal kepada klien, yaitu suatu dorongan
langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan klien.
Teknik ini memungkinkan klien untuk terus berbicara dan dapat
mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal juga
dapat meningkatkan eksplorasi diri. Dorongan minimal diberikan secara
selektif yaitu ketikan klien menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi
atau menghentikan pembicaraan atau pada saat klien kurang memusatkan
pikirannya pada pembicaraan dan saat konselor ragu terhadap
pembicaraan klien.
j. Interpretasi
Interpretasi merupakan usaha konselor mengulas pikiran, perasaan, dan
perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori tertentu.tujuan
utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau
tingkah laku klien, agar klien megerti dan berubah melalui pemahaman
dari hasil rujukan baru.
k. Teknik Mengarahkan (Directing)
Seperti telah disebutkan di muka bahwa proses konseling memerlukan
partisipasi secara penuh dari klien. Untuk mengajak klien berpartisipasi
secara penuh di dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari
konselor. Upaya konselor mengarahkan klien dapat dilakukan dengan
menyuruh klien memerankan sesuatu (bermain peran) atau
mengkhayalkan sesuatu.
l. Teknik Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Agar pembicaraan dalam konseling maju secara bertahap dan arah
pembicaraan semakin jelas, maka setiap periode waktu tertentu konselor
bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari
hal-hal yang telah dibicarakan bersama konselor. Selain itu, untuk
menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap. Tujuan
lainnya yaitu untuk meningkatkan kualitas diskusi serta mempertajam atau
memperjelas fokus atau arah wawancara konseling.
m. Teknik-teknik Memimpin
Agar wawancara konseling tidak menyimpang, maka konselor harus
mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa
tercapai secara efektif dan efisien. Penerapan teknik ini dalam konseling
harus memperhatikan:
Memimpin hanya sebatas klien dapat memberikan toleransi sesuai
dengan kecakapan dan pemahamannya.
Memimpin bisa berbeda dari topik ke topik.
Memulai proses konseling dengan sedikit memimpin.
Keberhasilan konselor memimpin dalam sesi konseling juga ditentukan
oleh tipe-tipe kepemimpinan konselor yang demokratis, otoriter, atau
permisif (masa bodoh).
Teknik ini bertujuan agar pembicaraan klien tidak menyimpang dari fokus
yang dibicarakan dan agar arah pembicaraan terfokus pada tujuan
konseling.
n. Teknik Fokus
Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya
yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien. Fokus akan membantu
klien untuk memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan. Fokus
ada empat macam dalam konseling yaitu: fokus pada diri klien, fokus pada
orang lain, fokus pada topik, serta fokus mengenai budaya.
Dalam wawancara konseling selalu ada fokus yang membantu klien untuk
menyadari bahwa persoalan pokok yang dihadapinya adalah “A”.
Mungkin banyak masalah yang berkembang di dalam wawancara
konseling, tetapi konselor harus membantu klien agar ia memfokuskan
pada masalah tertentu (misalnya masalah “A” dan lain-lain).
o. Teknik Konfrontasi
Teknik ini dalam konseling dikenal juga dengan memperhadapkan. Teknik
konfrontasi adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat
adanya inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan dengan perbuatan,
ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan. Tujuan teknik
ini adalah:
Mendorong klien untuk mengadakan penelitian diri secara jujur.
Meningkatkan potensi klien.
Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi (kondisi
pertentangan antara harapan seseorang dengan kondisi nyata
dilingkungan) dai klien dengan inkonsistensi, konflik atau
kontradiksi dalam dirinya.
p. Menjernihkan (Clarifying)
Dalam konseling, teknik ini dilakukan oleh konselor dengan
mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar-samar, atau
agak karuan. Tujuan teknik ini ialah untuk menyatakan pesannya secara
jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis.
Tujuan yang lain adalah klien menjelaskan, mengulang dan
mengilustrasikan pengalamannya.
q. Memudahkan (Facilitating)
Facilitating adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan
mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya secara bebas. Melalui teknik ini, komunikasi dan
partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan secara efektif.
r. Diam sebagai Suatu Teknik
Diam dalam konseling bisa dijadikan sebagai suatu teknik. Dalam
konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi. Komunikasi tetap
ada, yaitu melalui perilaku nonverbal. Dalam konseling, diam bisa
memiliki beberapa makna yaitu:
Penolakan atau kebingungan klien.
Klien atau konselor telah mencapai akhir suatu ide dan ragu
mengatakan apa selanjutnya.
Kebingungan yang didorong oleh kecemasan atau kebencian.
Klien mengalami perasaan sakit dan tidak siap untuk berbicara.
Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
Klien baru menyadari kembali dari ekspresi emosional
sebelumnya.
Tujuan teknik ini adalah pertama menanti klien yang sedang berpikir.
Kedua, sebagai protes apabila klien berbicara berbelit-belit. Ketiga,
menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.
s. Mengambil Inisiatif
Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien kurang
bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam, dan kurang partisipatif.
Teknik ini diterapkan apabila untuk mengambil inisiatif apabila klien
kurang bersemangat, klien lambat berpikir untuk mengambil keputusan,
serta klien kehilangan arah pembicaraan.
t. Memberi Nasihat
Dalam konseling, pemberian nasihat sebaiknya dilakukan apabila klien
memintanya. Meskipun demikian, konselor tetap harus
mempertimbangkan-nya, apakah pantas atau tidak memberikan nasihat.
Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian nasihat adalah aspek
kemandirian dalam konseling. Para penganut teori Client Centered
menyatakan bahwa apabila klien masih dinasihati berarti belum mandiri.
Dengan perkataan lain, pemberian nasihat tidak sesuai dengan hakikat
kemandirian dalam konseling.
u. Pemberian Informasi
Apabila konselor tidak mengetahui informasi, sedangkan klien
memintanya, maka konselor harus secara jujur mengatakan tidak
mengetahuinya. Sebaliknya, apabila konselor mengetahui, sebaiknya
diupayakan agar klien tetap mengusahakannya sendiri.
v. Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus membantu klien untuk
dapat membuat rencana suatu program untuk action (melakukan tindakan
sesuatu) guna memecahkan masalah yang dihadapinya. Atau rencana
perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien. Rencana yang baik
harus merupakan kerja sama antara konselor dengan klien.
w. Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, bersama klien konselor membuat suatu
kesimpulan. Atau konselor membantu klien membuat kesimpulan yang
menyangkut diri klien selama melakukan konseling.
x. Teknik Mengakhiri (Menutup sesi Konseling)
Mengakhiri sesi konseling merupakan suatu teknik dalam proses
konseling. Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor
dengan cara:
Mengatakanbahwa waktu sudah habis.
Merangkum isi pembicaraan.
Menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang.
Mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan.
Menunjukkan catatan-catatan singkat hasil pembicaraan konseling.
Memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan
dengan pokok pembicaraan apabila diperlukan.
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Pengertian bimbingan dan konseling, Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu agar mampu mengembangkan diri secara
optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi
hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Sedangkan konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap
muka atau tidak langsung (seperti melalui media internet atau telepon)
antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi
belajar.
2. Prosedur dan teknik-teknik konseling, Prosedur konseling yang akan
ditempuh yaitu :1) Menentukan Masalah; 2) Pengumpulan Data; 3)
Analisis Data; 4) Diagnosa; 5) Prognosa; 6) Terapi; serta 7)
Evaluasi/Follow Up. Teknik-teknik konseling akan melaui beberapa
tahap-tahap kegiatan berupa: 1. Persiapan Konseling, a. Kesiapan untuk
Konseling, b. Riwayat Kasus, c. Evaluasi Psikodiagnostik. 2. Teknik-
teknik melakukan konseling yaitu diantaranya : Rapport, Attending,
Structuring, Empati, Refleksi Perasaan, Eksplorasi, Paraphrasing,
Bertanya, Dorongan Minimal, Interpretasi, Directing, Summarizing,
Memimpin, Fokus, Konfrontasi, Clarifying, Fasilitating, Silent,
Mengambil Inisiatif, memberi Nasihat, memberi Informasi,
Merencanakan, menyimpulkan dan Mengakhiri.
3. Teknik memahami individu dengan memperoleh data ada dua cara yaitu
dengan Teknik Test dan Non-test. Teknik Test yaitu dengan misalnya tes
hasil belajar, tes bakat khusus, tes minat, tes perkembangan vokasional, tes
kepribadian, psikotes dll. Sedangkan teknik nontes misalnya dengan
melakukan angket, wawancara, observasi, otobiografi, anekdot, skala
penilaian, sosiometri, kunjungan rumah, kartu pribadi, studi kasus dll.
4. Lima fase dalam bimbingan konseling yaitu, 1. Pembukaan; 2. Penjelasan
Masalah; 3. Penggalian latar belakang masalah; 4. Penyelesaian masalah,
serta; 5. Penutup.
B. Saran
Teknik-teknik dalam bimbingan konseling sangat penting untuk dipelajari dan dipahami
dalam proses belajar mengajar di karenakan dengan kita mengetahui dan mempelajari
teknik-teknik bimbingan konseling kita mampu berpikir dengan baik dalam mengambil
sebuah keputusan dengan bijak sehingga cara ataupun metode yang digunakan dalam
menyelesaikan permasalahan dapat membantu, dan dapat mengarahkan seseorang atau
kelompok agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya supaya bisa
menentukan tujuan hidup. Kritik dan saran yang membangun juga kami harapkan demi
tercapainya kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin, 2013. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Edisi
Revisi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2014. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
http://myjobsiscopas.blogspot.co.id/2012/09/langkah-langkah-dan-teknik-konseling.html di
akses pada tanggal 02 April 2020 pukul 11.07 WITA
http://syafaafays.blogspot.co.id/2015/03/teknik-teknik-dasar-pemahaman-individu.html di akses
pada tanggal 02 April 2020 pukul 11.15 WITA