Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KOMUNIKASI FARMASI
KONSELING
Dosen Pengampu : Gina Aulia, M.Farm., Apt.

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Erni Annisa Kusmiati
Fatwa Hikmatul Kurnia
Putri Utami
Reshita Nursyafilla
Siti Nurajizah
Titi Fuji Jayanti
Yeti Jihan Lestari

PROGRAM STUDI D III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
KHARISMA PERSADA
Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang ,Tangerang Selatan
TANGERANG SELATAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga pembuatan makalah ini dapat diselesaikan.
Kami membuat makalah ini dengan judul “Konseling”, makalah ini dibuat sebagai
salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Farmasi.
Dalam pembuatan makalah ini kami mendapat beberapa hambatan dan kesulitan
namun atas bantuan, dan bimbingan dari semua pihak akhirnya kami dapat
menyelesaikannya.
Sebelumnya kami selaku penulis ingin berterima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada para narasumber yang
sudah memberikan keterangan dan data pendukung laporan ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah dan menyadari pula bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu
kritik dan saran yang bersifat membangun (konstruktif) sangat kami harapakan demi
penyempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami
sebagai penyusun mengucapkan terima kasih.

Tangerang Selatan, November 2019

Penyusun

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... I

DAFTAR ISI......................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang .......................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
3. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Konseling ................................................................................ 3


2. Manfaat Dan Tujuan Konseling ................................................................ 3
3. Prinsip Dasar Konseling ........................................................................... 4
4. Sasaran Konseling ..................................................................................... 5
5. Masalah Dalan Konseling ......................................................................... 6
6. Infrastuktur Konseling .............................................................................. 8
7. Kegiatan Konseling ................................................................................... 10

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................................... 13
2. Saran ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dengan
orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada acuan kefarmasian (pharmaceutical
care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker
sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningktakan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,
dana prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Salah satu interaksi antara apoteker dengan pasien adalah melalui konseling
obat. Konseling obat sebagai salah satu cara atau metode pengetahuan pengobatan
secara tatap muka atau wawancara merupakan usaha untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat.
Konseling berasal dari kata counsel yang artinya saran, melakukan diskusi dan
pertukaran pendapat. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya
seseorang yang membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor)
dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam pemecahan masalah.
Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dalam elemen kunci
dari pelayanan kefarmasian, karena Apoteker sekarang ini tidak hanya melakukan
kegiatan compounding dan dispensing saja, tetapi juga harus berinteraksi dengan
pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan dalam konsep Pharmaceutical
Care.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Konseling ?
2. Apa manfaat dan tujuan konseling ?
1|Page
3. Apa pinsip konseling ?
4. Hal-hal yang harus disiapkan dalam memberikan pelayanan konseling pada
pasien ?
5. Apa saja kendala dalam pemberian obat dan konseling ?
6. Apa modal untuk melaksanakan konseling pada pasien ?
7. Bagaimana tahapan proses konseling ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konseling.
2. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan konseling.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip konseling.
4. Untuk mengetahui hal-hal apasaja yang harus disiapkan dalam konseling pada
pasien.
5. Untuk mengetahui apasaja kendala konseling.
6. Untuk mengetahui modal pelaksanaan konseling pada pasien.
7. Untuk mengetahui apasaja tahapan proses konseling.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Konseling
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mngalami perubahan orientasinya
dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan
kefarmasian yang awalnya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai konoditi
menjadi pelayanan yang komprensif yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari
pasien. Pelayanan kefarmasian adalah salah tanggung jawab dari apoteker untuk
memaksimalkan terapi dengan cara mencegah dan memmecahkan masalah terkait
obat (Drug elated Problem).
Salah satu interaksi antara apoteker dengan pasien adalah melalui konseling
obat. Konseling obat sebagai salah satu cara atau metode pengetahuan pengetahuan
secara tatap muka atau wawancara merupakan usaha untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunanaan obat.
Konseling berasal dari kata consel yang artinya saran, melakukan diskusi dan
pertukaran pendapat. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya
seseorang yang membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor)
dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam pemecahan masalah. Konseling pasein merupakan bagian tidak
terpisahkan dalam elemen kunci dari pelayanan kefarmasian, karena apoteker
sekarang ini tidak hanya melakukan kegiatan compounding dan dispensing saja, tetapi
juga harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan
dalam konsep Pharmaceutical Care.
Menuerut KEPMENKES RI No 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar
pelayanan kefarmasian diapotek, konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah
yang sistemik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan.
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien adalah suatu pelayanan
kefarmasian yang mempunyai tanggung jawab etika serta sedikasi legal untuk
memberikan informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obat.
2. Manfaat dan tujuan Konseling
Manfaat konseling yaitu :
1. Bagi pasien

3|Page
a. Bagi pasien
1. Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
2. Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya
3. Membantu dalam merawat dan perawatan kesehatan sendiri
4. Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu
5. Menurunkan kesalahan penggunaan obat meningkatkan kepatuhan dalam
menjalankan terapi
6. Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan
7. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi biaya kesehatan
b. Bagi Farmasi
1. Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayan kesehatan
2. Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung
jawab profesi farmasi
3. Menghindari farmasi dari tuntuan karena kesalahan penggunaan obat
(Medication Error)
4. Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi
upaya dalam memasarkan jasa pelayanan.

Tujuan dari konseling pada pelayanan farmasi adalah :

1. Membina hubungan/komunikasi farmasis dengan pasien dan membangun


kepercayaan pasien kepada farmasi
2. Memberikan informasi yang sesuai kondisi dan masalah pasien
3. Membantyu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan
memberikan cara/metode yang memudahkan pasien menggunakan obat
dengan benar.
3. Prinsip Dasar Konseling
Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau kolerasi antara pasien
dengan apoteker sehungga terjadi perubahan perilaku pasien secara sukarela.
Pendekatan farmasis dalam pelayanan konseling mengalami perubahan model
pendekatan “medical model” menjadi pendekatan “helping model”.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang farmasis adalah “mengerti kebutuhan,
keinginan, dan pilihan dari pasien”.
1. Menentukan kebutuhan

4|Page
Konseling tidak terjadi bila pasien datang tanpa ia sadari apa yang dibutuhkannya.
Sering kali pasien datang tanpa dapat mengungkapkan kebutuhannya, walaupun
sebetulnya ada sesuatu yang dibutuhkan. Oleh karena itu dilakukan pendekatan
awal dengan mengemukakan pertanyaan terbuka dan mendengar baik dan hati-
hati.
2. Perasaan
Farmasis harus dapat menegerti dan menerima perasaan pasien (berempati).
Farmasis harus mengetahui dan mengerti perasaan pasien (bagaimana perasaan
menjadi orang sakit) sehoingga dapat berinteraksi danmenolong dengan lebih
efektif.
Beberapa bentuk perasaan atau emosi pasien dan cara penanganannya adalah
sebagai berikut :
a. Frustai yaitu membantu menumbuhkan rasa keberanian pasien untuk mencari
alternarif jalan lain yang lebih tepat dan meminimalkan rasa ketidaknyamanan
dari aktifitas hariannya yang tertunda.
b. Takut dan cemas yaitu membantu menjernihkan situasi apa yang sebenarnya
ditakutinya dan membuat pasien menerima keadaan dengan keberanian yang
ada pada dirinya.
c. Marah yaitu mencoba jangan ikut terbawa suasana marahnya, dan jangan lupa
begitu saja menerima kemarahannya tetapi mencari tahu kenapa pasien marah
dengan jalan mendengarkan dan berempati.
d. Depresi yaitu usahakan membiarkan pasien mengekspresikan penderitanya,
membiarkan privasinya tetapi dengarkan jika pasien ingin berbicara.
e. Hilang kepercayaan diri.
f. Merasa bersalah.
4. Sasaran Konseling
Pemberian konseling ditunjukan baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien
rawat inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung atau melalui perantara.
Perantara yang dimaksud disini adalah keluarga pasien, pendamping pasien, perawat
pasien, atau siapa saja yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien.
Pemberian konseling melalui perantara diberikan jika pasien tidak mampu mengenali
obat-obatan dan terapinya, pasien pediatrik, pasien geriatik.
1. Konseling pasien rawat jalan

5|Page
Pemberian konseling rawat jalan dapat diberikan pada saat pasien mengambil obat
diapotik, puskesmas dan disarana kesehatan lain.
Konseling pasien rawat jalan diutamakan pada pasien yang :
1. Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangka panjang
(diabetes, TBC, epilepsi, HIV/AIDS, dll)
2. Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan cara pemakaian
yang khusus, misal : suppositoria, enema, inhaler, injeksi insulin, dll.
3. Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yang khusu, misal : insulin dll.
4. Mendapatkan obat-obatan dengan aturan pakai yang rumt, misal : pemakaian
kortikosteroid dengan tapering down.
5. Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misal : geriatrik, pediatri.
6. Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit (digoxin, phenytoin, dll)
7. Mendapakan terapi obat-obatan dengan kombinasi yang banyak (polifarmasi).
2. Konseling pasien rawat inap
Konseling pasien rawat inap diberikan pada saat pasien akan melanjutkan terapi
dirumah. Pemberian konseling harus lengkap seperti pemberian konseling pada
rawat jalan, karena setelah pulang dari rumah sakit pasien harus mengelola sendiri
terapi obat dirumah.
Konseling pada rawat inap juga diberikan pada kondisi sebagai berikut :
1. Pasien dengan tingklat kepatuhan dalam minum obat rendah.
2. Adanya perubahan terapi yang berupa penambahan terapi, perubahan regimen
terapi, maupun perubahan rute pemberian.
5. Masalah dalam konseling
1. Penyebab ketidakpatuhan dalam penggunaan obat.
Beberapa penyebab dari ketidakpatuhan pasien dalam penggunaan obat dapat
disebabkan karena faktor pasien sendiri maupun faktor-faktor yang lain.
a. Faktor penyakit
1. Keparahan atau atau stadium penyakit, kadang orang yang merasa sudah
lebih baik kondisinya tidak mau meneruskan pengobatan.
2. Lamanya terapi berlangsung, semakin lama waktu yang diberikan untuk
terapi, tingkat kepatuhannya semakin rendah.
b. Faktor terapi
1. Regimen pengobatan yang kompleks baik jumlah obat maupun jadwal
penggunaan obat.

6|Page
2. Kesulitan dalam penggunaan obat, misalnya kesulitan menelan obat karena
ukuran tablet yang besar.
3. Efek samping yang ditimbulkan misalnya : mual, konstipasi, dll
4. Rutinitas sehari-hari yang tidak sesuai dengan jadwal penggunaan obat.
c. Faktor pasien
1. Merasa kkurang pemahaman mengenai keseriusan dari penyakit dan hasikl
yang didapatjika tidak diobati.
2. Menganggap pengobatan yang dilakukan tidak begitu efektif.
3. Motivasi ingin sembuh.
4. Kepribadian/perilaku, misalnya orang yang biasa hidup teratur dan disiplin
akan lebih patuh menjalani terapi.
5. Dukungan lingkungna sekitar/keluarga.
6. Sosio-demografi pasien : umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
d. Faktor komunikasi
1. Pengetahuan yang kurang tengtang obat dan kesehatan
2. Kurang mendapat instruksi yang jelas tentang pengobatannya
3. Kurang mendapatkan cara atau solusi untuk mengubah gaya hisupnya
4. Ketidakpuasan dalam berinteraksi dengan tenaga ahli kesehatan
5. Apoteker tidak melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
2. Cara pendekatan dalam meningkatkan kepatuhan
a. Berkomunikasi dengan pasien
1. Kepuasan pasien dalam berkomunikasi
2. Berkomunikasi secara alamiah (ikut melibatkan pasien/ikut berpartisipasi)
dalam berinteraksi dan keputusan atau pemecahan masalah dibuat oleh
pasien sendiri
3. Komunikasi yang terbuka dan intensif
4. Metode dalam berkomunikasi : verdal dan non verbal
b. Informasi yang tepat
1. Informasi berkaitan obat : kebenaran, instruksi yang lengkap termasuk
berapa banyak, kapan, berapa lama penggunaan obatnya dan bagaimana
jika obat lupa diminum
2. Informasi tentang penyakit, kapan dan bagaimana obat akan berguna
3. Informasi tentang efek samping.
c. Strategi untuk mencegah ketidakpatuhan

7|Page
1. Apoteker berkerja sama dengan dolter untuk mempermudah jadwal
pengobatan dengan menurunkan jumlah obat, menurunkan interval dosis
perhari dan penyesuaian regimen dosis untuk penggunaan terbaik pasien
sehari-hari
2. Menyediakan alat bantu pengingat dan pengaturan penggunaan obat, misal
: alarm, chart
3. Mengingatkan pasien dengan telepon atau urat untuk pembelian (refil)
obat kembali
4. Mengembangkan pengertian dan sikap mendukung dipihak keluarga
pasien dalam mengingatkan penggunaan obat.
6. Infrastruktur Konseling
1. Sumber daya manusia
Kegiatan konseling obat dilakukan oleh tenaga profesi dalam hal ini apoteker
yang mempunyai kompetensi dalam pemberian konseling obat.
Strategi komunikasi yang dapat dipakai oleh apoteker dalam melaksanakan
konseling adalah sebagai berikut :
a. Membantu dengan cara bersahabat
Pasien yang pasif akan mempersulit apoteker untuk membuat kesepakatan dan
memberikan bantuan pengobatan.
b. Menunjukan rasa empati pada pasien
Sangat penting adanya perasaan empati pada pasien selama sesi konseling
dilakukan.
c. Kemampuan nonverbal dalam berkomunikasi
Beberapa kemampuan nonverbal yang sangat membantu keberhasilan
konseling antara apoteker dan pasien yaitu :
1. Senyum dan wajah yang bersahabat, apoteker harus menunjukan perasaan
yang bahagiasaat akan melakukan konseling, karena ekspresi wajah
apoteker akan mempengaruhi suasana hati pasien
2. Kontak mata, kontak mata langsung boleh terjadi 50% sampai 75% selama
sesi konseling
3. Gerakan tubuh, harus dilakukan seefektif mungkin. Jika terlalu berlebuhan
kadang akan mempengaruhi mood pasien

8|Page
4. Jarak antara apoteker dengan pasien, jarak yang terlalu jauh membuat
komunikasi menjadi tidak efektif, begitu juga dengan jarak yang terlalu
dekat.
5. Intonasi suara, selama komunikasi berlangsung intonasi suara apoteker
harus diperhatikan
6. Penampilan apoteker yang bersih dan rapih membuat pasien merasa lebih
nyaman.
2. Sarana penunjang
Sarana yang dibutuhkan tergantung dari jumlah pelayanan, kapasitas kegiatan, dan
target yang ingin dicapai. Sarana penunjang terdiri dari :
1. Ruang atau tempat konseling
a. Tertutup dan tidak banyak orang keluar masuk, sehingga privasi pasien
terjaga dan pasien lenih leluasa menanyakan segala sesuatu tentang
pengobatan
b. Tersedia meja dan kursi yang cukup untuk konselor maupun pasien
c. Mempunyai penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang bagus
d. Letak ruang konseling tidak terlalu jauh dari tempat pengambilan obat
e. Jika jumlah pasien banyak dan mempunyai beberapa tenaga apoteker
sebagai konselor, sebaiknya ruang konseling lebih dari satu.
2. Alat alat bantu konseling
a. Panduan konseling, berisi daftar, untuk mengingatkan apoteker point-point
konseling yang penting
b. Kartu pasien, berisi identitas pasien dan catatan kunjungan pasien
c. Literatur pendukung
d. Brosur tentang obat-obatan tertentu
e. Alat peraga, dapat menggunakan audiovisual, gambar-gambar, poster
maupuan sediaan yang berisi placebo
f. Alat komunikasi untuk mengingatkan pasien untuk mendapatkan lanjutan
pengobatan.

Alat bantu yang diberikan berupa :

a. Kartu pengingat pengobatan


b. Pemberian label
c. Medication chart

9|Page
d. Pil dispenser
e. Kemasan penggunaan obat per dosis unit
7. Kegiatan Konseling
1. Proses Konseling
a. Penentuan prioritas pasien
Prioritas pasien yang perlu mendapat konseling :
1. Pasien dengan populasi khusus (pasien geriatri, pasien pediatri, dll)
2. Terapi dengan jangka panjang (TBC, Epilepsi, diabetes, dll)
3. Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan indeks terapi sempit
(digoxin, phenytoin, dll)
4. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan menjalankan terapi rendah.
b. Persiapan dalam melakukan konseling
Untuk mempersiapkan konseling dengan baik maka apoteker harus
mempunyai persiapan. Apoteker sebaiknya melihat dahulu data rekam medik
pasien.
c. Pertanyaan dalam konseling
Pemilihan kalimat tanya merupakan fator yang penting dalam mewujudkan
keberhasilan komunikasi. Pertanyaan yang digunakan sebaiknya adalah open-
enden questions.
d. Tahapan konseling
1. Pembukaan
Pembukaan konseling yang baik antara apoteker dan pasien dapat
menciptakan hubungan yang baik, sehingga pasien akan merasa percaya
untuk memberikan informasi kepada apoteker.
2. Diskusi untuk mengumpulkan informasi danidentifikasi masalah
a. Diskusi dengan pasien baru
Jika pasien masih baru maka apoteker harus mengumpulkan informasi
dasar tentang pasien dan tentang sejarah pengbatan yang pernah
diterima oleh pasien tersebut
b. Diskusi dengan pasien yang meneruskan pengobatan
c. Mendiskusikan resep yang baru diterima
1. Apoteker harus bertanya apakah pasien pernah menerima
pengobtan sebelumnya

10 | P a g e
2. Apoteker sebaiknya bertanya terlebih dahulu tentang penjelasan
apa yang telah diterima oleh pasien
3. Regimen pengobatan, pasien harus diberitahu tentang guna obat
dan berapa lama pengobatan ini akan diterimanya
4. Kesuksesan pengobtan, pasien sebaiknya diberitahu tentang
keadaan yang akan diterimanya jika pengobtan ini berhasil dilalui
dengan baik.
d. Mendiskusikan pengulangan resp dan pengobatan
1. Kegunaan pengobatan, apoteker diharapkan memberikan
penjelasan tentang guna pengobatan yang diterima oleh pasien
serta bertanya tentang kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh
pasien selama menerima pengibatan
2. Efektifitas pengobatan, apoteker harus mengetahui efektifitas dari
pengobatan yang diterima oleh pasien
3. Efek samping pengobatan, apoteker harus mengetahui dengan pasti
efek samping pengobatan dan kemungkinan terjadi efek samping
kepada pasien tersebut.
3. Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan mempelajarinya
Setiap alternatif cara pemecahan masalah harus didiskusikan dengan
pasien. Apoteker juga harus mencatat terapi dan rencan untuk monitoring
untuk terapi yang diterima oleh pasien.
4. Memastikan pasien telah memahami informasi yang diperoleh
Apoteker harus memastikan apakah informasi yang diberikan selama
konseling dapat dipahami dengan baik oleh pasien dengan cara meminta
kembali pasien untuk mengulang informasi yang sudah diterima.
5. Menutup diskusi
Sebelum menutup diskusi sangat penting untuk apoteker bertanya kepada
pasien apakah ada hal-hal yang masih ingin ditanyakan maupun yang
tidak dimengerti oleh pasien.
6. Follow-up diskusi
Fase ini agak sulit dilakukan sebab terkadang pasein mendapatkan
apoteker yang berada pada sesi konseling selnajutnya.
e. Aspek konseling yang harus disampaikan oleh pasien
1. Deskripsi dan kekuatan obat

11 | P a g e
a. Bentuk sediaan dan cara pemakaiannya
b. Nama dan zat aktif yang terkandung didalamnya
c. Kekuatan obat (mg/g)
2. Jadwal dan cara penggunaan
Penekanan dilakukan untuk obat dengan instruksi khusu seperti “minum
obat sebelum makan” “ jangan diminum bersama susu” dan lain
sebagainya.
3. Mekanisme kerja obat
Apoteker harus mengetahui indikasi obat, penyakit/gejala yang sedang
diobati sehingga apoteker dapat memilih mekanisme yang mana yang
harus dikerjakan.
4. Dampak gaya hidup
Banyak regimen obat yang memaksa pasien untuk mengubah gaya hidup.
5. Penyimpanan
Pasien harus diberitahu tentang cara penyimpanan obat terutama obat-obat
yang harus disimpan pada tempertaur kamar, adanya cahaya dan lain
sebagainya.
6. Efek potensial yang tidak diinginkan
Apoteker sebaiknya menjelaskan mekanisme atau alasan terjadinya
toksisitas secara sederhana.

12 | P a g e
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Menuerut KEPMENKES RI No 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar
pelayanan kefarmasian diapotek, konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah
yang sistemik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan.
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien adalah suatu pelayanan
kefarmasian yang mempunyai tanggung jawab etika serta sedikasi legal untuk
memberikan informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obat.

Tujuan dari konseling pada pelayanan farmasi adalah :

1. Membina hubungan/komunikasi farmasis dengan pasien dan membangun


kepercayaan pasien kepada farmasi
2. Memberikan informasi yang sesuai kondisi dan masalah pasien
3. Membantyu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan
memberikan cara/metode yang memudahkan pasien menggunakan obat
dengan benar.

Prinsip Dasar Konseling


Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau kolerasi antara pasien
dengan apoteker sehungga terjadi perubahan perilaku pasien secara sukarela.
Pendekatan farmasis dalam pelayanan konseling mengalami perubahan model
pendekatan “medical model” menjadi pendekatan “helping model”.
Sasaran Konseling
Pemberian konseling ditunjukan baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien
rawat inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung atau melalui perantara.
Perantara yang dimaksud disini adalah keluarga pasien, pendamping pasien, perawat
pasien, atau siapa saja yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien.

2. Saran
Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa

13 | P a g e
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber akan memperbaiki makalah tersebut.
Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah
dalam kesimpulan diatas.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

1. http://bentenawolio.blogspot. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2016.


2. https://michaelargasio.blogspot.com/2017/03/konseling-dan-informasi-obat.html?=1.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2017.
3. www.mipa-farmasi.com. Diakses pada tanggal 24 Mei 2016.

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai