Anda di halaman 1dari 21

Tugas Pelayanan Kefarmasian

MAKALAH
“KONSELING FARMASI”

OLEH :
KELOMPOK I

NUR FATIMAH (F1F1 13 092)


AYU RUBAK RERUNG (F1F1 13 128)
EVI EFRIANI (F1F1 13 110)
CITRAWANA
WD. MARLINDA (F1F1 13 054)
NANDA WIDIYASTUTI (F1F1 13 037)
HASFIA HISA RAHIM

JURUSAN FARMASI KLINIK KOMUNITAS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konseling

Farmasi”. Makalah ini disusun terdiri dari 3 bab, yaitu bab I pendahuluan, Bab II

pembahasan mengenai pokok permasalahan, dan bab III penutup yang berisi

kesimpulan dan saran. Makalah ini merupakan salah satu syarat nilai dari mata

kuliah Pelayanan Kefarmasian.

Tidak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua, teman-

teman, dan juga dosen mata kuliah Pelayanan Kefarmasian yang telah

memberikan kami waktu dalam penyelesaian makalah ini. kami berharap bahwa

makalah ini dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi para pembaca.

Kami sadar bahwa, makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.

Sehingga, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Terima kasih

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kendari, Maret 2016

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……...……………………………………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……..………………………………………………..


B. Rumusan Masalah ….………………………………………………..
C. Tujuan ………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Konseling ……………………………………………….


2. Manfaat Dan Tujuan Konseling ……………………………………
3. Prinsip Konseling …………………………………………………..
4. Sasaran Konseling ………………………………………………….
5. Hal-Hal Yang Harus Disiapkan Dalam Memberikan Pelayanan

Konseling Pada Pasien …………………………………………..


6. Kendala Dalam Pemberian Obat Dan Konseling ………………….
7. Modal Untuk Melaksanakan Konseling Bagi Pasien ………………
8. Tahapan Proses Konseling ………………………………………….

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dengan

orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian


(Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut,

apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan

pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana

prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan

pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,

informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,

dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya

mencapai tujuan yang ditetapkan.

Di kalangan farmasis mulai ada panggilan untuk meningkatkan

peranannya dalam pelayanan kesehatan, sehingga munculah konsep

pharmaceutical care. Konsep pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care)

merupakan pelayanan yang dibutuhkan dan diterima pasien untuk menjamin

keamanan dan penggunaan obat yang rasional, baik sebelum, selama, maupun

sesudah penggunaan obat. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan peran

seorang farmasis di dunia kesehatan membuat pelayanan kefarmasian berkembang

menjadi farmasis klinik (clinical pharmacist). Clinical pharmacist merupakan

istilah untuk farmasis yang menjalankan praktik kefarmasian di klinik atau di

rumah sakit. Keberadaan praktik profesional dari farmasis ini sama sekali tidak

dimaksudkan untuk menggantikan peranan dokter, tetapi bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan peningkatan pelayanan kesehatan terkait adanya peresepan

ganda untuk satu orang pasien, banyaknya obat-obat baru yang bermunculan,

kebutuhan akan informasi obat, angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan
penggunaan obat serta tingginya pengeluaran pasien untuk biaya kesehatan akibat

penggunaan obat yang tidak tepat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud konseling ?
2. Apa manfaat dan tujuan konseling ?
3. Apa prinsip konseling ?
4. Siapa saja yang menjadi sasaran konseling ?
5. Hal-hal yang harus disiapkan dalam memberikan pelayanan

konseling pada pasien ?


6. Apa saja kendala dalam pemberian obat dan konseling ?
7. Apa modal untuk melaksanakan konseling bagi pasien ?
8. Bagaimana tahapan proses konseling ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian konseling
2. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan konseling
3. Untuk mengetahui prinsip konseling
4. Untuk mengetahui siapa saja yang menjadi sasaran konseling
5. Untuk mengetahui hal-hal yang harus disiapkan dalam memberikan

pelayanan konseling pada pasien


6. Untuk mengetahui kendala dalam pemberian obat dan konseling
7. Untuk mengetahui modal untuk melaksanakan konseling bagi pasien
8. Untuk mengetahui tahapan proses konseling
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KONSELING

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengalami perubahan

orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care.

Kegiatan pelayanan kefarmasian yang awalnya hanya berfokus pada pengelolaan

obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.Pelayanan kefarmasian adalah

salah satu tanggung jawab dari apoteker untuk memaksimalkan terapi dengan cara

mencegah dan memecahkan masalah terkait obat (Drug Related Problem).

Salah satu interaksi antara apoteker dengan pasien adalah melalui konseling

obat. Konseling obat sebagai salah satu cara atau metode pengetahuan pengobatan

secara tatap muka atau wawancara merupakan usaha untuk meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat. Konseling berasal

dari kata counsel yang artinya saran, melakukan diskusi dan pertukaran
pendapat. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang

yang membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan

dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan

kemampuannya dalam pemecahan masalah. Konseling pasien merupakan bagian

tidak terpisahkan dalam elemen kunci dari pelayanan kefarmasian, karena

Apoteker sekarang ini tidak hanya melakukan kegiatan compounding dan

dispensing aja, tetapi juga harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan

lainnya dimana dijelaskan dalam konsep Pharmaceutical Care.

Menurut KEPMENKES RI Nomor 1027/MENKES/ SK/IX/2004 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, konseling adalah suatu proses

komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk

mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan

pengobatan. Melalui konseling, apoteker dapat mengetahui kebutuhan pasien saat

ini dan yang akan datang. Apoteker dapat memberikan informasi kepada pasien

apa yang perlu diketahui oleh pasien, keterampilan apa yang harus dikembangkan

dalam diri pasien, dan masalah yang perlu diatasi. Selain itu, apoteker diharapkan

bisa menentukan perilaku dan sikap pasien yang perlu diperbaiki.

Syarat agar pelaksanaan konseling bisa berjalan dengan baik adalah

tersedianya ruangan khusus untuk melakukan konseling, efektivitas pemberian

konseling, informasi yang disampaikan kepada pasien harus lengkap dan jelas,

yaitu cara pakai obat, efek samping obat, indikasi, kontraindikasi, dosis, interaksi

obat, mekanisme aksi, penggunaan ibu hamil dan menyusui. Untuk mengatasi

kendala-kendala yang terjadi diperlukan suatu perubahan dari apoteker itu sendiri,
perubahan masing-masing apoteker sangat diperlukan agar apoteker dapat

melaksanakan layanan konseling kepada pasien dengan baik.

Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien adalah suatu

pelayanan kefarmasian yang mempunyai tanggung jawab etika serta medikasi

legal untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan obat. Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif langsung dari

Apoteker mengingat perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat-obat

dengan cara penanganan khusus, obat-obat yang membutuhkan terapi jangka

panjang sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan pasien meminum obat.

Konseling yang diberikan atas inisiatif langsung dari Apoteker disebut konseling

aktif. Selain konseling aktif dapat juga konseling terjadi jika pasien datang untuk

berkonsultasi pada apoteker untuk mendapatkan penjelasan tentang segala sesuatu

yang berhubungan dengan obat dan pengobatan, bentuk konseling seperti ini

disebut konseling pasif.

2. MANFAAT DAN TUJUAN KONSELING

Manfaat dari Konseling yaitu :

1. Bagi Pasien :
a. Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
b. Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya
c. Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri
d. Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu
e. Menurunkan kesalahan penggunaan obat
f. Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terpai.
g. Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan
h. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya kesehatan
2. Bagi Farmasis
a. Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayan kesehatan.
b. Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung

jawab profesi Farmasis


c. Menghindari Farmasis dari tuntutan karena kesalahan pengguanaan

obat (Medicatiaon Error)


d. Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi

upaya dalam memasarkan jasa pelayanan.

Tujuan dari konseling pada pelayanan farmasi adalah :

a. Membina hubungan/komunikasi farmasis dengan pasien dan

membangun kepercayaan pasien kepada farmasis.


b. Memberikan informasi yang sesuai kondisi dan masalah pasien.
c. Membantu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan

memberikan cara/metode yang memudahkan pasien menggunakan

obat dengan benar.


3. PRINSIP KONSELING

Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antara

pasien dengan Apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara

sukarela. Pendekatan Apoteker dalam pelayanan konseling mengalami perubahan

modela pendekatan "Medical Model" menjadi pendekatan "Helping Model". Hal-

Hal yang perlu diperhatikan oleh apoteker tertera dalam Tabel 1.

Medical Model Helping Model


1. Pasien passive 1. Pasien terlibat secara aktif
2. Dasar kepercayaan ditunjukkan 2. Kepercayaan didasarkan dari
berdasarkan citra profesi hubungan pribadi yang berkembang
setiap saat
3. Mengidentifikasi masalah dan 3. Menggali semua masalah dan
menetapkan solusi memilih cara pemecahan masalah
4. Pasien bergantung pada petugas 4. Pasien mengembangkan rasa percaya
kesehatan dirinya untuk memecahkan masalah
5. Hubungan seperti ayah-anak 5. Hubungan setara (seperti teman)
Selain itu, Apoteker harus mengerti kebutuhan, keinginan, dan pilihan dari

pasien :
1. Menentukan Kebutuhan

Konseling tidak terjadi bila pasien datang tanpa ia sadari apa yang

dibutuhkannya. Seringkali pasien datang tanpa dapat mengungkapkan

kebutuhannya, walaupun sebetulnya ada sesuatu yang dibutuhkan. Oleh karena itu

dilakukan pendekatan awal dengan mengemukakan pertanyaan terbuka dan

mendengar dengan baik dan hati-hati.

2.Perasaan

Farmasis harus dapat mengerti dan menerima perasaan pasien (berempati).

Farmasis harus mengetahui dan mengerti perasaan pasien (bagaimana perasaan

menjadi orang sakit) sehingga dapat berinteraksi dan menolong dengan lebih

efektif. Beberapa bentuk perasaan atau emosi pasien dan cara penanganannya

adalah sebagai berikut :

a) Frustasi yaitu membantu menumbuhkan rasa keberanian pasien untuk mencari

alternatif jalan lain yang lebih tepat dan meminimalkan rasa ketidaknyamanan

dari aktifitas hariannya yang tertunda.

b) Takut dan cemas yaitu membantu menjernihkan situasi apa yang sebenarnya

ditakutinya dan membuat pasien menerima keadaan dengan keberanian yang

ada dalam dirinya.

c) Marah yaitu mencoba ikut terbawa suasana marahnya, dan jangan juga begitu

saja menerima kemarahannya tetapi mencari tahu kenapa pasien marah dengan

jalan mendengarkan dan berempati.

d) Depresi yaitu Usahakan membiarkan pasien mengekspresikan penderitaannya,

membiarkan privasinya, tetapi dengarkan jika pasien ingin bicara


e) Hilang kepercayaan diri

f) Merasa bersalah

4. SASARAN KONSELING
a. Konseling Pasien Rawat Jalan
b. Konseling Pasien Rawat Inap
Adapun enam komponen konseling minimal yaitu:
a. Nama obat, jumlahnya dan indikasinya
b. Aturan pakai, cara dan lama pemakaian
c. Interaksi obat
d. Efek samping obat
e. Pengaruh terhadap pola hidup, pola makan
f. Cara penyimpanan
5. HAL-HAL YANG HARUS DISIAPKAN DALAM MEMBERIKAN

PELAYANAN KONSELING PADA PASIEN

Sebelum memberikan konseling ada beberap hal yang harus diketahui oleh

seorang apoteker agar tujuan konseling tercapai. Hal yang perlu diperhatikan

adalah latar belakang pasien (database pasien ) seperti biodata, riwayat penyakit,

riwayat pengobatan, alergi, riwayat keluarga, sosial dan ekonomi. Hal kedua

yang pelu diperhatikan adalah membuat daftar masalah yang dihadapi

pasien (terutama masalah yang berkaitan dengan obat). Setelah kedua hal

tersebut dilakukan barudapat memberikan konseling berdasarkan masalah yang

sudah di susun kemudian dapat dilihatdari perubahan sikap pasien apakah

konseling yang telah diberikan sudah tepat atau belum.

6. KENDALA DALAM PEMBERIAN OBAT DAN KONSELING

Berbagai kendala dalam memberikan konseling dapat terjadi pada proses

pengobatan dan pemberian konseling. Kendala yang berasal dari pasien antara lain

adalah perasaan marah, malu, sedih, takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan

bersikap empathy, mencari sumber timbulnya masalah tersebut, tetap bersikap


terbuka dan siap membantu. Untuk kendala yang berasal dari latarbelakang

pendidikan, budaya dan bahasa kendala dapat diatas i dengan menggunakan

i s t i l ah s ederhana dan dapat dipahami, berhati- hati dalam

menyampaikan hal yang sensitif, atau menggunakan penterjemah. Untuk kendala

yang berasal dari fisik dan mental dapat diatasai dengan upaya menggunakan alat

bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawatnya. Sedangkan kendala

yang berasal dari tenaga farmasi dapat berupa mendominasi percakapan,

menunjukkan sikap yang tidak memberikan perhatian dan tidak

mendengarkan apa yang pasien sampaikan, cara berbicara yang tidak

sesuai (terlalu keras , sering mengulang suatu kata), menggunakan istilah

yang terlalu teknis yang tidak dipahami pasien, sikap dan gerakan badan yang

tidak sesuai yang dapat mengganggu konsentrasi pasien, sedikit atau

terlalu banyak melakukan kontak mata dengan pasien. Bila ini terjadi pada

upaya mengatasinya adalah dengan memberikan pasien kesempatan

untuk menyampaikan masalahnya dengan bebas, menunjukan kepada pasien

bahwa apa yangdisampaikannya didengarkan dan diperhatikan melalui sesekali

anggukan kepala, kata ya dansikap badan yang cenderung ke arah pasien,

Menyesuaikan volume suara dan mengurangikebiasaan mengeluarkan

kata-kata yang mengesankan gugup dan tidak siap,

menghindaripemakaian istilah yang tidak dipahami oleh pasien, tidak

menyilangkan kedua tangan dan menghindari gerakan berulang yang tidakk

pada tempatnya dan Menjaga kontak mata dengan pasien.


Selain kendala - kendala tersebut diatas terdapat kendala lain yang kadang

kurang diperhatikanoleh tenaga farmasi . kendala tersebut adalah

lingkungan pada saat konseling dilakukan. Tempat yang terbuka,

suasana yang bising, sering adanya interupsi, adanya partisi

(kacakounter ) dapat mempengaruhi pasien dalam menerima konseling. Hal ini

harus diperhatikanoleh tenaga farmasi dalam memberikan konseling.

Adanya tempat khusus ataupun tidakmenerima telepon atau tamu lain dapat

memberikan rasa privasi dan nyaman kepada pasien .Itulah sekilas pandangan

tentang pelayan konseling pasien, diharapkan dengan melakukanpelayanan

konseling secara benar dan konsisten akan meningkatkan peran dan citra tenaga

farmasi di masyarakat luas

7. MODAL UNTUK MELAKSANAKAN KONSELING BAGI PASIEN

1. Menguasai Ilmu

Kalau kita menguasai ilmu yang akn kita sampaikan, maka kita akan

dapat berbicara lancar, meyakinkan sehingga pasein akan puas dan pecaya, ini

meupakan kunci utama. Apabila pasien sudah percaya maka mereka akan

patuh.

2. Kemampuan Berkomunikasi

Ini penting, karena teknik berbicara akan sangat berpengaruh pada

keberhasilan komunikasi

8. TAHAPAN PROSES KONSELING

Tahapan-tahapan proses konseling meliputi yaitu :

1. Pengenalan/ pembuka
Tujuan : pendekatan dan membangun kepercayaan

Teknik :

a. Memperkenalkan diri

b. Menjelaskan tujuan konseling, mengapa dan berapa lama

Contoh Pengenalan/ pembukaan :

a. Sapa pasien dengan ramah

b. Perkenal diri anda

c. Jelaskan tujuan konseling

d. Informasikan lama waktu yang dibutuhkan

“Selamat pagi, saya Tanti, Apoteker disini ( perkenalkan diri ).

Saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan singkat tentang obat-obatan

yang baru Anda peroleh (subjyek yang akan ditanyakan). Hanya butuh

waktu beberapa menit saja (waktu yang dibutuhkan). Informasi yang Anda

berikan nanti akan sangat membantu kita untuk mengenali masalah yang

mungkin timbul dari obat-oabt yang baru anda terima ini. (tujuan/iuran)

2. Penilaian Awal/Identifikasi

a. Tujuan : menilai pengetahuan pasien dan kebutuhan informasi

yang harus dipenuhi.


b. Perhatikan apakah pasien baru/lama dan peresepan baru/lama/OTC
c. Teknik : Three Prime Questions

Contoh narasi :

Pasien mendapat obat antihipertensi :

 Ny. Jamilah : “Dokter bilang, saya memerlukan obat ini, tapi saya merasa

baik-baik saja, mungkin saya benar-benar tidak membutuhkannya?”


 Tn.Jamil: “Saya tahu TD saya tinggi dan harus minum obat secara teratur,

tapi jadwal saya sibuk dan sering lupa…?”


 Pasien baru: Apakah sudah mendapatkan informasi tentang : nama obat,

kegunaan dan cara penggunaan inhaler.. ?


 Pasien Lama: Apakah ada masalah tentang cara penggunaan inhaler,

kepatuhan..?

3. Pemberian Informasi

a. Tujuan: Mendorong perubahan sikap/prilaku agar memahami dan

mengikuti regimen terapi.


b. Tehnik : Show & Tell

Contoh Pemberian informasi

Berikan informasi pokok tentang:

a. Nama obat dan bentuk sediaan


b. Kegunaan inhaler
c. Cara menggunakan inhaler
d. Cara penyimpanan
e. Gunakan sarana: Poster, contoh inhaler
f. Cara Penggunaan Inhaler
1) Mengeluarkan dahak / lendir(bila ada)
2) Latihan nafas
3) Periksa alat / wadah
4) Tahap penggunaan :
 Kocok dulu dan buka penutup.
 Tarik dan keluarkan nafas.
 Pasang alat dimulut.
 Ambil nafas pelan-dalam dan tekan alat
 Tutup mulut,tahan nafas 5-10 detik,alat dilepas.
 Keluarkan nafas lewat hidung,bila ada dosis ke-2, beri jarak 5 mnt.
 Cuci mulut atau berkumur.

4. Verifikasi

Tujuan :
a. Untuk memastikan apakah pasien memahami informasi yang sudah

disampaikan.
b. Mengulang hal-hal penting.

Tehnik : fill in the gaps

Contoh Penilaian akhir/ Verifikasi yaitu:

 Bertanya tentang pemahaman informasi yang disampaikan.


 Meminta pasien untuk menceritakan dan memperagakan ulang cara

penggunaan.

5. Tindak lanjut

Tujuan :

a. Mengikuti perkembangan pasien

b. Monitoring keberhasilan pengobatan.

Tehnik :

a. Membuat patient medication record (PMR)

b. Komunikasi melalui telepon.

Contoh Penutup / Tindak lanjut:

 Ingatkan waktu untuk kontrol


 Berikan salam dan ucapkan “semoga lekas sembuh”
 Lakukan pencatatan pada kartu konseling/ PMR.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara

apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah

yang berkaitan dengan obat dan pengobatan.


2. Konseling akan memberikan manfaat tidak hanya bagi pasien dan

farmasis, karena tujuan konseling adalah membantu pasien menggunakan

obat sesuai tujuan terapi dengan memberikan cara/metode yang

memudahkan pasien menggunakan obat dengan benar.


3. Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antara

pasien dengan Apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien

secara

sukarela.
4. Sasaran konseling farmasi adalah pasien rawat jalan dan pasien rawat inap
5. Hal yang perlu diperhatikan oleh apoteker dalam memberikan konseling

farmasi adalah latar belakang pasien (database pasien ) seperti biodata,

riwayat penyakit, riwayat pengobatan, alergi, riwayat keluarga, sosial dan

ekonomi. Hal kedua yang pelu diperhatikan adalah membuat daftar

masalah yang dihadapi pasien yang akan diberikan konseling.


6. Kendala dalam melakukan konseling farmasi yang berasal dari pasien

antara lain adalah perasaan marah, malu, sedih, takut, ragu-ragu, adanya

kendala fisik dan mental. Sedangkan kendala yang berasal dari tenaga
farmasi dapat berupa mendominasi percakapan, menunjukkan sikap

yang tidak memberikan perhatian dan tidak mendengarkan apa

yang pasien sampaikan, cara berbicara yang tidak sesuai (terlalu

keras , sering mengulang suatu kata), menggunakan istilah yang terlalu

teknis yang tidak dipahami pasien, sikap dan gerakan badan yang tidak

sesuai yang dapat mengganggu konsentrasi pasien, sedikit atau

terlalu banyak melakukan kontak mata dengan pasien.


7. Modal untuk melaksanakan konseling bagi pasien adalah menguasai ilmu

dan memiliki kecakapan dalam berkomunikasi.


8. Tahapan-tahapan proses konseling meliputi yaitu pengenalan/

pembuka, penilaian awal/identifikasi, pemberian informasi, verifikasi,

dan tindak lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/


MENKES/SK/2004, Tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Depkes RI, 2006, Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana


Kesehatan, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Rantucci, M. J., 2009, Komunikasi Apoteker-Pasien: Panduan Konseling Pasien,


diterjemahkan oleh Sani, A. N., Edisi kedua, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI

1. Apakah konseling yang dilakukan di PUSKESMAS sama prosedurnya

dengan konseling yang dilakukan di Rumah Sakit ?


Jawab :
Prosedur pelaksanaan konseling di PUSKESMAS dan Rumah Sakit sama

saja. Ketika pasien mendapatkan resep dari dokter kemudian menebus

obat, entah di apotek PUSKESMAS atau Rumah Sakit, maka pasien akan

mendapatkan konseling terkait obat yang akan diterima. Hal tersebut juga

akan berlaku untuk konseling di apotek komunitas. Namun, akan sedikit

beda apabila pasien datang ke apotek komunitas tanpa resep dokter. Tanpa

resep, apoteker akan menganjurkan pembelian obat terkait penyakit pasien

dan pasien akan diberikan konseling terkait obat tersebut.


2. Bagaimana contoh dari pengaruh budaya dan bahasa dalam mempengaruhi

proses konseling ?
Jawab :
a. Bahasa
Akan mempengaruhi proses konseling karena pasien akan kurang

memahami informasi yang diberikan apabila bahasa yang digunakan

antara apoteker dan pasien pada saat konseling berbeda, misalnya

menggunakan 2 bahasa daerah yang berbeda. Atau, apabila pasien dan

apoteker terpaut umur yang jauh, maka usahakan jangan memakai bahasa

yang tidak formal karena hal itu akan mempengaruhi persepsi pasien atas

informasi yang apoteker berikan. Selain itu, berikanlah informasi terkait

obat kepada keluarga pasien yang ada saat itu apabila kiranya umur pasien

sudah terlalu tua/masih terlalu muda, yang tidak memeahami dengan baik

informasi yang diberikan.


b. Budaya
Budaya berpengaruh dalam proses konseling. Misalnya, apabila

pasien yang harus diberikan konseling sedang menjalani pingitan (untuk

berbagai adat suku di Indonesia) dan tidak bisa ditemui/menemui orang

luar, maka hal ini akan menghambat proses konseling yang akan apotekeer

berikan.
3. Apakah ada dokumen selain resep dari dokter yang dapat menunjang

proses konseling ?
Jawab :
Ada atau tidaknya dokumen tersebut, tergantung dimana proses

konseling diberikan. Apabila di PUSKESMAS atau Rumah Sakit, maka

dokumen penunjang yang dapat digunakan adalah berupa data klinik atau

data rekam medis pasien. Tapi jika konseling dilakukan di apotek

komunitas, maka tidak ada dokumen penunjang yang bisa digunakan.

Namun, apabila apoteker jeli dengan pasien yang datang berkunjung di

apotek komunitas tersebut, maka apoteker akan hafal dan memahami

bagaiman kelanjutan dari penyakit yang pasien alami (pasien langganan).

Hal ini harus dibedakan konselingnya, antara pasien lama dengan pasien

yang baru.

Anda mungkin juga menyukai