Anda di halaman 1dari 3

SLIDE 1

TUJUAN DAN MAKNA KEHIDUPAN

Siapa pun pasti sependapat dan tidak ada yang membantah bahwa tujuan hidup untuk umat manusia
adalah memperoleh kebahagiaan. Bahkan Jalaluddin Rahmat (2004) mengatakan bahwa secara agama,
filsafat, dan ilmu pengetahuan, orang harus memilih hidup bahagia.

Tetapi dalam era dewasa ini dipenuhi oleh filsafat materialisme, sehingga makin banyak orang yang
merasa tidak bahagia. Kebahagiaan seolah-olah menjadi barang langka yang sulit dijangkau. Hal ini
dapat terjadi karena adanya perbedaan penafsiran/pemahaman tentang cara untuk mencapai
kebahagiaan itu sendiri. Perbedaan pemahaman tentang hidup ini sangat bergantung pada evolusi
kesadaran seseorang.

SLIDE2
Untuk memahami tingkat kesadaran ini, ada baiknya dikutip pendapat Sutrisna (2007) yang
membedakan tiga tingkat kesadaran manusia, yaitu kesadaran hewani, kesadaran manusia, dan
kesadaran Tuhan.
tabel 1.1
Golongan Manusia Berdasarkan Evolusi Tingkat Kesadarannya.

Atribut/Ciri-citi Kesadaran Hewani Kesadaran Tuhan Kenikmatan rohani;


Manusia
Tujuan Hidup Kenikmatan duniawi; Keseimbangan Kekayaan hanya alat untuk
kekayaan, kekuasaan antara kenikmatan menyempurnakan tingkat
(jabatan), dan kenikmatan duniawi dan rohani kesadaran rohani
fisik sebagai tujuan hidup Kesadaran
Tingkat Ego Tinggi Sedang Rendah /Tidak ada ego
Karakter.
Karakter  Buruk sangka/selalu  Bergerak di  Selalu berbaik sangka
berpikir negative sekitar dua sifat  berpikir positif
 Tinggi hati/sombong ekstrem,  Rendah hati
 Kikir tergantung  Dermawan
 Munafik tingkat  Jujur Penyabar
 Pemarah kesadarannya .  Bekerja secara tulus dan tanpa
 Bekerja dengan pamrih pamrih
 Tidak percaya/tidak ingat  Selalu pasrah/menyerahkan diri
kepada Tuhan kepada Tuhan
Sumber: Sutrisna, Power of Soul. 2007 (dimodifikasi oleh Penulis),
SLIDE 3
sejalan dengan evolusi kesadaran yang dikemukakan Sutrisna, Ibnu Arabi (dalam Frager, 1999)
membagi empat tingkat kesadaran berdasarkan pengamalan dan pemahaman akan hakikat
kehidupan sebagai berikut:

1. Tingkat pertama: jalan syari'ah, yaitu tahap di mana seseorang secara taat asas mengikuti
hukumhukum moral (hukum keagamaan) dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tingkat kedua: jalan thariqah, yaitu tahap di mana seseorang mencoba mencari kebenaran
melalui jalan tanpa rambu (upaya menggali kebenaran melalui pengalaman langsung, melampaui
hukum moral keagamaan).

3. Tingkat ketiga: jalan haqiqah, yaitu tahap di mana seseorang telah memahami makna terdalam
dari praktik syariah dan thariqah.

4. Tingkat keempat: jalan ma'rifah, yaitu tahap di mana seseorang telah mempunyai kearifan dan
pengetahuan terdalam tentang kebenaran spiritual.

SLIDE 4
ALAM SEMESTA SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM
Pengertian sistem
menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (1976) adalah:
 Sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama untuk melakukan suatu
maksud, misalnya urat syaraf dalam tubuh;
 Sekelompok pendapat, peristiwa, kepercayaan, dan sebagainya yang disusun dan diatur
misalnya filsafat;

SLIDE 5
karakteristik/ciri-ciri sistem

Jogiyanto (1988) menyebutkan bahwa setiap sistem mempunyai karakteristi / ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai komponen-komponen (components/subsystems).
b. Ada batas suatu sistem (boundaries).
C. Ada lingkungan luar sistem (environment).
d. Ada penghubung (interface).
e.Ada masukan (input), proses (process), dan keluaran (output).
f. Ada sasaran (objectives) atau tujuan (goal).

SLIDE 6

Inti dari pemahaman konsep sistem adalah bahwa setiap elemen (bagian, unsur, subsistem)
saling bekerja sama, saling mendukung, saling memerlukan, dan saling memengaruhi satu
dengan lainnya dalam kerangka mencapai tujuan sistem secara keseluruhan. Oleh karena itu,
adanya gangguan pada satu elemen-sekecil apa pun gangguan tersebut-akan berpengaruh pada
pola interaksi dengan elemen-elemen lainnya.
Gejala banjir akibat penebangan hutan liar di ibu kota Jakarta adalah contoh nyata
terganggunya keseimbangan berbagai elemen yang ada. Karena manusia dan alam merupakan
satu kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan. Perilaku umat manusia akan sangat
menentukan nasib keberadaan bumi, alam semesta, beserta seluruh isinya.
SLIDE 7
SPIRITUALITAS DAN ETIKA
Menurut pakar etika adalah adat, kebiasaan, dan ilmu yang mempelajari hubungan perilaku anusia
yang bersifat horizontal–yaitu hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan
embaga/institusi, manusia dengan alam, dan lembaga/organisasi dengan lembaga/organisasi
lainnya. Sementara itu, spiritualitas berhubungan dengan perilaku manusia yang bersifat vertikal,
dalam arti hubungan manusia dengan Tuhan/kekuatan tak terbatas. Menurut mereka, spiritualitas
bukan merupakan bidang kajian etika.

Anda mungkin juga menyukai