Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Pancasila sebagai dasar negara dalam menanggulangi faktor


faktor penyebab korupsi

DISUSUN OLEH :

JAWAHIRUL KAMAL AFANDIANSYAH : (2313111074)

MUHAMMAD BAHRUL ULUM


ADIB NUR MUHAMMAD : (2313111070)

AHKAM FADHILAH IHSAN : (231311017)

DOSEN PEMBIMBING :
DRS. EKO BUDIONO M.H

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAIDA)

2023
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat allah swt.yang telah memberikan rahmat serta


hidayahnya sehingga kami dapat melaksanakan tugas makalah yang berjudul
“pancasila sebagai dasar negara dalama menanggulangi faktor faktor penyebab
korupsi” dengan baik dan selesai tepat waktunya.

Kami menyadari masih ada kesalahan yang tidak kami ketahui dalam
penyusunan makalah ini,oleh karena itu kami sangat menghargai kritik dan saran
untuk membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi,dan semoga makalah ini
dapat menjadi bermanfaat untuk kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu
proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh
dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibatsejak dari
perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantaradua faktor
tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya.Indonesia merupakan
salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber
daya alamnya. Tetapi ironisnya, negarater cinta ini dibandingkan dengan negara
lain di kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan
termasuk negara yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah
rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari
segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan
kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat
penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia
dewasa ini sudah merupakan penyakit social yang sangat berbahaya yang
mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat
besar. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga
yang menonjol adalah sikap kerakusan dan kekuasaan. Persoalannya adalah
dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah
korupsi harus diberantas. Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling
tidak mengurangi sampai pada titik nadir yang paling rendah maka jangan harap
Negara ini akan mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain
untuk menjadi sebuah negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak
negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari korupsi.
4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas
korupsi

1.3. Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. TUJUAN
1.3. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. PENGERTIAN KORUPSI SECARA TEORITIS
2.2. TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERSPEKTIF NORMATIF
BAB III ANALISIS
BAB III PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
3.2.SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Korupsi secara Teoritis


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang
artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Menurut Dr.
Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mencari keuntungan, dan merugikan kepentingan
umum. Menurut saya sendiri tindakan korupsi merupakan tindakan dimana para
pejabat public menggelapkan uang untuk kepentingan pribadi sebagai pemuas
kebutuhan dalah kehidupannya. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan
salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-
sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan
formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya
diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan
yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatas namakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Hal itu akan
masuk dalam dalam pembahasan saya mengenai tindak korupsi Masyarakat
Pancasila Dalam Persepektif Paradigma Konflik Dan Sruktural Fungsional

2.2. Tindak Pidana Korupsi Dalam Perspektif Normatif


Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001,maka tindak Pidana Korupsi itu dapat dilihat dari dua segi
yaitu korupsi Aktif dan Korupsi Pasif, Adapun yang dimaksud dengan Korupsi
Aktif adalah sebagai berikut :
- Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau Korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 2
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
- Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau dapat merugikan keuangan
Negara,atau perekonomian Negara (Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun
1999)
- Memberi hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal 4
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
- Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak
pidana Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
- Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara
Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
- Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara karena atau
berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-undang
Nomor 20 Tagun 2001)
- Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (Pasal 6
ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
BAB III
ANALISIS

Peraturan-peraturan tentang pemberantasan korupsi silih berganti, selalu


orang yang belakangan yang memperbaiki dan menambahkan, namun korupsi
dalam segala bentuknya dirasakan masih tetap merajalela. Istilah korupsi sebagai
istilah hukum pengertian korupsi adalah perbuatan-perbuatan yang merugikan
keuangan dan perekonomian Negara atau daerah atau badan hukum lain yang
mempergunakan modal atau kelonggaran yang lain dari masyarakat, sebagai
bentuk khusus daripada perbuatan korupsi. Oleh karena itu, Negara memandang
bahwa perbuatan atau tindak pidana korupsi telah masuk dan menjadi suatu
perbuatan pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya
merugikan keuangan Negara dan daerah, tetapi juga telah merupakan pelanggaran
terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak
pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya
harus dilakukan secara luar biasa.
Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 3
(tiga) pendekatan berdasarkan alur proses korupsi yaitu :
- Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi (Preventif)
- Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi (Deduktif)
- Pendekatan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi (Represif)
Dalam tulisan Marx, German Ideology,beliau merumuskan suatu premis
dasar bahwa bidang ekonomi menentukan pemikiran manusia, Mengapa
ekonomi? Karena Marx hendak konsisten dengan dalilnya mengenau dialektika
materi. Baginya materi ini dapat diidentikan sebagai ekonomi. Kondisi ekonomi
seseorang yang kemudian membentuk kesadaran seseorang tersebut. Sehingga
pandangan seseorang mengenai dunia ditentukan oleh posisi ekonominya (Marx:
posisi kelasnya). Seseorang yang berada pada kelas yang terhormat tentu memiliki
pandangan dan wawasan yan berbeda dengan orang yang berada pada kelas
bawah. Perbedaan inilah yang kemudian menimbulkan konflik seperti halnya
tindak Korupsi yag dilakukan oleh kalangan yang berada pada kelas atas sehingga
menimbulkan perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan yang
mengenai status,kekuasaan, dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya
tidak mencukupi sehingga tindak korupsipun akan terjadi, karena kepentingan dari
pihak yang berkuasa pasti berbeda dengan kepentingan dari pihak lemah sehingga
ada celah-celah kesempatan untuk bisa melakukan tindak korupsi tanpa
memikirkan kaum yang berada di bawah (kaum lemah). Hal penting dalam Teori
Konflik yang pertama adalah Kekuasaan, di mana setiap kemampuan untuk
memenangkan kemauan sendiri, juga kalau kemauan itu sendiri harus
bertentangan dengan kemauan orang lain, seperti halnya korupsi yang tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa itu muncul berawal dari konsep dan minusnya kekuasaan
yang selalu hadir dalam suatu relasi. Yang kedua adalah Kepentingan, masyarakat
terdiri dari kelas-kelas. Kelas yang tentu mempunyai perbedaan kepentingan
dengan kelas yang lain. Pihak penguasa memiliki kepentingan untuk
mempertahankan apa yang dimilikinya, sedangkan pihak bawah akan cenderung
mengadakan suatu perubahan. Bisa saja orang yang melakukan tindak korupsi
yang berada pada kelas atas mempertahankan jabatan dan wewenang yang
dimilikinya sedangkan pihak yang berada pada kelas bawah ingin melakukan
perubahan atas tindakan pihak kelas atas yang dianggap menyalahgunakan
kekuasaan dan wewenang untuk kepentingan pribadi, sehingga pihak bawah
merasa keadilan Negara terhadap rakyat kelas bawah kurang, serta tindakan
tersebut dianggap merugikan mereka karena hak keungan Negara yang harusnya
digunakan untuk mensejahterakan mereka digelapkan oleh pihak kelas atas ang
tidak bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP

3.1. Abstrak
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kekuasaannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya
pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan
lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia,
serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
bentuk, sifat,dan tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang
diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.
Keywords
Korupsi, aspek, perilaku

3.2. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil. Ada 3 hal menurut saya
yang harus dilakukan guna mengurangi sifat dan perilaku masyarakat untuk
korupsi, anatara lain;
(1) menaikkan gaji pegawai rendah dan menengah,
(2) menaikkan moral pegawai tinggi, serta
(3) legislasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal.

Anda mungkin juga menyukai