Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANTI KORUPSI

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT KORUPSI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

Trisetia Perona Sanako ( 23 01 0063 )


Nurjannah Musfa ( 23 01 0051 )
Desvita Safitri Poda ( 23 01 0038 )
Suci Yusniawati Oli`I ( 23 01 0062 )
Lina Labatjo ( 23 01 0046 )
Putri Dewi Ningsih ( 23 01 0055 )
Indri Jesika Adadikam ( 23 01 0044 )
Putri Afriliyani Lingkeh ( 23 01 0054 )
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADAMANDIRI POSO TAHUN 2023

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................... 1
BAB 1 ...................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................. 3
1. Latar Belakang................................................................................ 4
2. Rumusan Masalah .......................................................................... 5

BAB 2 ...................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ..................................................................................... 7

1. Pengertian Korupsi ......................................................................... 8


2. Peraturan Perundang Undangan Terkait Korupsi .......................... 9

ISI ............................................................................................................ 10

1. Dasar-dasar Hukum Tindak Korupsi ............................................. 11


2. Uji Materi Mahkamah Konstitusi................................................... 12
3. PUU Anti Korupsi .......................................................................... 13
a. Peraturan Pemerintah ................................................................. 14
b. Peraturan Presiden ..................................................................... 15
c. Keputusan Presiden.................................................................... 16
d. Instruksi Presiden ....................................................................... 17
e. Peraturan Menteri ...................................................................... 18

BAB 3 ...................................................................................................... 19

PENUTUP .............................................................................................. 20

Kesimpulan dan Saran ............................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 22


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Poso, Oktober 2023

Tim Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi merupakan gejala masyarakat yang sangat sulit diberantas. Sejarah


menunjukkan bahwa hampir setiap negara menghadapi masalah korupsi. Selain
“menularkan” pejabat – yang menyalahgunakan kekuasaannya – korupsi kini
telah menyebar ke individu. Menyikapi kondisi perekonomian yang semakin
memburuk, banyak pihak yang menilai berbagai persoalan tersebut bermula dari
praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) yang sudah mengakar. Praktik
tercela ini disebut-sebut sudah menjadi budaya sehingga terkesan lumrah, meski
secara moral dan hukum diakui salah.

Korupsi telah terbukti melemahkan kemampuan suatu negara dalam


menyediakan layanan dasar, memperlebar kesenjangan dan ketidakadilan, serta
dapat mengurangi bantuan luar negeri dan hasil investasi asing. Korupsi
merupakan faktor penting penyebab defisit perekonomian dan juga menjadi
hambatan utama pengentasan kemiskinan dan pembangunan. Korupsi memang
telah menjadi permasalahan akut dan sistemik yang sangat berbahaya dan
merugikan negara dan masyarakat. Bentuk dan faktor korupsi selalu berubah
dengan cepat. Pada saat yang sama, laju perubahan undang-undang itu sendiri
selalu tertinggal beberapa langkah dari kejahatan.

Digunakan oleh banyak orang, kelompok, dan individu tertentu untuk melakukan
berbagai perbuatan yang dapat digolongkan sebagai tindak pidana korupsi.
Berdasarkan kondisi riil Indonesia, perbuatan oknum koruptor mengancam
keamanan negara. Pelaku tindak pidana korupsi adalah orang-orang terpelajar
dan relatif sudah maju, sehingga patut dicatat bahwa pelaku kejahatan ini adalah
yang paling rasional dibandingkan dengan pelaku kejahatan lainnya. Sebelum
melakukan suatu tindak pidana, mereka memperhitungkan secara matang untung
dan ruginya (benefit-cost ratio). Mereka selalu membuat pilihan secara sadar
ketika melakukan kejahatan.

B. Rumusan Masalah

Dengan adanya perumusan masalah ini, dimaksudkan agar pembahasan menjadi


lebih jelas dan tidak melebar ke lain hal yang tidak bersangkutan.

1. Pengertian Korupsi?
2. Apa Saja Peraturan Perundang-undangan Terkait Korupsi?
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari Bahasa latin yaitu Corruptus dan Corruption, artinya buruk,
bejad, menyimpang dari kesucian, perkataan menghina, atau memfitnah. Dalam
Black Law Dictionary di modul Tindak Pidana Korupsi KPK, Korupsi adalah suatu
perbuatan yang dilakukan dengan sebuah maksud untuk mendapatkan beberapa
keuntungan yang bertentangan dengan tugas resmi dan kebenarankebenaran lainnya
"sesuatu perbuatan dari suatu yang resmi atau kepercayaan seseorang yang mana
dengan melanggar hukum dan penuh kesalahan memakai sejumlah keuntungan untuk
dirinya sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan tugas dan
kebenarankebenaran lainnya.
Dalam konteks kriminologi atau ilmu tentang kejahatan ada sembilan tipe korupsi
yaitu :

1. Political bribery adalah termasuk kekuasaan dibidang legislatif sebagai badan


pembentuk Undang-Undang. Secara politis badan tersebut dikendalikan oleh
suatu kepentingan karena dana yang dikeluarkan pada masa pemilihan umum
sering berkaitan dengan aktivitas perusahaan tertentu.
2. Political kickbacks, yaitu kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sistem
kontrak pekerjaan borongan antara pejabat pelaksana dan pengusaha yang
memberi peluang untuk mendatangkan banyak uang bagi pihak-pihak yang
bersangkutan.
3. Election fraud adalah korupsi yang berkaitan langsung dengan kecurangan
pemilihan umum
4. Corrupt campaign practice adalah praktek kampanye dengan menggunakan
fasilitas Negara maupun uang Negara oleh calon yang sedang memegang
kekuasaan Negara.
5. Discretionary corruption yaitu korupsi yang dilakukan karena ada kebebasan
dalam menentukan kebijakan.
6. Illegal corruption ialah korupsi yang dilakukan dengan mengacaukan bahasa
hukum atau interpretasi hukum. Tipe korupsi ini rentan dilakukan oleh aparat
penegak hukum, baik itu polisi, jaksa, pengacara, maupun hakim.
7. Ideological corruption ialah perpaduan antara discretionary corruption dan
illegal corruption yang dilakukan untuk tujuan kelompok.
8. Mercenary corruption yaitu menyalahgunakan kekuasaan semata-mata untuk
kepentingan pribadi.
2. Peraturan Perundang-undangan terkait korupsi

Korupsi Dalam Perspektif Hukum Indonesia :

Korupsi merupakan objek hukum di Indonesia yang termasuk ranah tindak pidana
korupsi yang tidak termasuk ke ranah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Tindak
Pidana korupsi sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001,
perubahan dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, perihal pemberantasan
korupsi di Indonesia. (Ridwan Zachrie, 2013)

Dalam tinjauan hukum Indonesia, korupsi secara definisi sudah dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 perubahan dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 terkait Tindak Pidana Korupsi. Rumusan korupsi perumusannya ada
30 bentuk tindak pidana korupsi dalam hukum Indonesia. Secara terperinci pasal-
pasal tersebut bagi pelaku korupsi dikanakan tindak pidana.

Tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan di atas, masih dirumuskan tindak
pidana lain yang terkait dengan tindak pidana korupsi ada dalam Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Jenis tindak
pidana yang terkait tindak pidana korupsi, (Hiplunudin, 2021) yakni:

a. Menghalangi dalam proses pemeriksaan pelaku korupsi


b. Tidak memberikan keterangan yang benar
c. Bank tidak transparan dalam memberikan data rekening pelaku koruptor
d. Saksi yang memberikan keterangan palsu
e. Memberikan keterangan palsu bagi orang yang mempunyai jabatan.
f. Saksi membuka identitas pelapor.

Hukuman paling berat bagi koruptor adalah hukuman mati, sesuai dalam aturan Pasal
2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20/2001 pemberantasan korupsi yang
ranahnya masuk tindak pidana dan penyidik, penuntut umum dan hakim mempunyai
kewenangan, terlibat menagani dalam persidangan diperadilan Tindak Pidana
Korupsi. (Mahmud, 2020)

Dengan demikian definisi korupsi dalam tinjauan hukum Indonesia telah dijabarkan
dalam 13 buah Pasal dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 terkait pemberantasan tindak pidana korupsi, semoga
perilaku koruptor dilingkungan PNS, pejabat daerah, peminpin, dan dilingkungan
lainnya bisa di hindarkan demi kesejahteraan hidup rakyat Indonesia.
1) DASAR-DASAR HUKUM TINDAK KORUPSI

 UURI no 30 th 2002 (Komisi Pemberantasan Tindak Korupsi


 PP RI na.71 th.2000 (Tata cara pelaksanaan perun serta masyarakat dan pemberian
penghargaan dalam pen/pem korupsi)
 UURI no.20 th 2001 (Tentang Pemberantasan Tindak Korupsi)
 UU RI no.28 th 1999 (penyelenggara negara yang bersih dan hebas dari korupsi
 UURI no.31 th 1999) (Tentung Pemberantasan Tindak Korupsi
 UU No. 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU No. 10 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Menjadi
Undang-Undang
 UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

2) UJI MATERI MAHKAMAH KONSTITUSI

PUTUSAN Nomor 5/PUU-IX/2011 :

Pasal 34 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai bahwa Pimpinan
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi baik pimpinan yang diangkat secara
bersamaan maupun pimpinan pengganti yang diangkat untuk menggantikan
pimpinan yang berhenti dalam masa jabatannya memegang jabatan selama 4 (empat)
tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan.

PUTUSAN Nomor 133/PUU-VII/2009 :

Pasal 32 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bertentangan dengan UUD 1945 secara
bersyarat (conditionally unconstitutional), kecuali harus dimaknai “pimpinan KPK
berhenti atau diberhentikan secara tetap setelah dijatuhi pidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.”

PUTUSAN Nomor 012-016-019/PUU-IV/2006 :

Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat.
PUU ANTI KORUPSI

Korupsi adalah kejahatan luar biasa yang dapat mendatangkan kerugian bagi kehidupan
bangsa dan bernegara, serta mengganggu stabilitas perekonomian negara. Dalam kaitan
itu, bukti keseriusan pemerintah dalam upaya pencegahan dan pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, Presiden telah menerbitkan Inpres Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana
Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011. Inpres ini memerinci langkah-
langkah pencegahan dan pemberantasan korupsi yang mencakup enam bidang strategi,
yaitu pencegahan, penindakan, harmonisasi peraturan dan perundang-undangan,
penyelamatan aset hasil korupsi, kerja sama internasional, dan mekanisme pelaporan,
dengan merujuk pada Prioritas Pembangunan Nasional dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 dan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011.

Daftar Peraturan Perundang-undangan di bidang Tindak Pidana Korupsi :

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 : Tindak Pidana Suap.


2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 : Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994 : Perubahan UU 6-1983 Tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan
4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 : Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan
Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
5 Undang-Undang 31 Tahun 1999 : Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
6 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 : Perubahan Kedua UU 6-1983 Tentang
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
7 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 : Perubahan Atas Undang-undang No. 31
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
8 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 : Kepolisian Negara Republik Indonesia.
9 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 : Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
10 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 : Mahkamah Konstitusi
11 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 : Kejaksaan Republik Indonesia
12 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 : Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah
Pidana
13 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 : Pengesahan United Nations Convention
Against Corruption, 2003 (Konvensi PBB Menentang Korupsi, 2003)
14 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 : Badan Pemeriksa Keuangan
15 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 : Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan
16 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 : Keterbukaan Informasi Publik
17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 : Pengesahan United Nations Convention
Against Transnational Organized Crime (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Menentang Tindak Pidana Transnasional Yang Terorganisasi)
18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 : Pelayanan Publik
19 Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 : Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
20 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 : Kekuasaan Kehakiman
21 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2010 : Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti
UU No. 4 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No. 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
22 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 : Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang.
23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi
 PERATURAN PEMERINTAH

1. Nomor 19 Tahun 2000 Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi


2. Nomor 71 Tahun 2000 Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
3. Nomor 57 Tahun 2003 Tata Cara Perlindungan Khusus Bagi Pelapor dan Saksi
Tindak Pidana Pencucian Uang
4. Nomor 63 Tahun 2005 Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Komisi
Pemberantasan Korupsi
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan Dan Kinerja
Instansi Pemerintah
6. Nomor 29 Tahun 2006 Hak Keuangan Kedudukan Protokol Dan Perlindungan
Keamanan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah
8. Nomor 36 Tahun 2009 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
2006 tentang Hak Keuangan, Kedudukan Protokol, Dan Perlindungan Keamanan
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi.

 PERATURAN PRESIDEN

 Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2005 Uang Kehormatan Bagi Hakim Pada
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
 Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2006 Honorarium Bagi Ketua, Wakil Ketua,
Anggota, dan Sekretaris Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
 Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-
2025
 Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2010 Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 49 Tahun 2005 Tentang Uang Kehormatan Bagi Hakim Pada Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi

 KEPUTUSAN PRESIDEN

 Nomor 1 Tahun 2004 Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan


Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
 Nomor 45 Tahun 2004 Pengalihan Organisasi, Administrasi, dan Finansial
Sekretariat Jenderal Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara ke
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
 Nomor 59 Tahun 2004 Pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
 Nomor 10 Tahun 2007 Pengakhiran Tugas dan Pembubaran Tim Koordinasi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 INSTRUKSI PRESIDEN

 Nomor 30 Tahun 1998 Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme


 Nomor 2 Tahun 2004 Inpres 2/2004 Dukungan Kelancaran Pelaksanaan Proses
Hukum Oleh Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dan
Penyelenggaraan Pemerintahan Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
 Nomor 5 Tahun 2004 Percepatan Pemberantasan Korupsi
 Nomor 9 Tahun 2011 Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Tahun 2011

 PERATURAN MENTERI

 Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-01.PW.02.03 Pedoman


Penetapan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) Kementerian Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia
 Permen PAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2010 Pedoman Penilaian
Kinerja Unit Pelayanan Publik
 Permen PAN dan reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 Road Map
Reformasi 2010-2014
 Permen PAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 Pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

Korupsi yang terjadi di Indonesia menjadi perhatian utama dan berdampak


pada aspek internal dan eksternal hampir pada setiap aspek kehidupan.
Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem demokrasi,
sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan dan tatanan sosial negara
ini.

Di sisi lain, upaya pemberantasan korupsi sejauh ini membuahkan hasil yang
optimal. Di segala tingkatan, hal tersebut seakan-akan sudah menjadi bagian
dari kehidupan kita, bahkan dianggap sebagai hal yang lumrah.

Jika kita terus membiarkan konflik ini berlanjut, cepat atau lambat korupsi
akan menghancurkan negara ini.

Indikator nilai dan prinsip antikorupsi seperti yang telah dijelaskan di atas dan
implementasinya masih jauh dari harapan.

Oleh karena itu, sudah menjadi tugas kita sebagai mahasiswa untuk
menanamkan nilai-nilai dan prinsip antikorupsi dalam kehidupan kita sehari-
hari.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Saku Korupsi

2. Pendidikan Anti Korupsi ( Dian Muslimin )

Anda mungkin juga menyukai