Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL PENGAMATAN

SIDANG PERDANA FERDY SAMBO DENGAN DAKWAAN


PEMBUNUHAN BERENCANA BRIGADIR J
Matkul :Tindak Pidana Dalam KUHP
Dosen Pengampu : Bambang Slamet Eko S., SH., MH.

Disusun oleh :
Yuan Fahlesi (21611100023)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
2022
LAPORAN PERSIDANGAN

TEMPAT KEGIATAN
Ruang Sidang Utama Oemar Seno Adji Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

WAKTU KEGIATAN
Hari : Senin
Tanggal : 17 Oktober 2022
Suasana : Tenang

TERSANGKA
Nama: Ferdy Sambo, mantan Kepala Divisi Profesi danPengamanan (Kadiv
Propam) Polri

ALUR PERSIDANGAN

Sebanyak 16 orang jaksa penuntut umum (JPU) pada Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan hadir
dalam sidang perdana kasus dugaan pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat atau
Brigadir J pada hari Senin, tanggal 17 Oktober 2022

Secara bergantian, mereka akan membacakan surat dakwaan mantan Kadiv Propam Mabes
Polri Ferdy Sambo.

Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan telah memulai sidang dengan terdakwa mantan Kepala
Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri sekitar pukul 10.00 WIB.

Sidang dimpimpin Ketua Majelis Hakim Wahyu Iman Santosa beserta anggotanya Morgan
Simanjuntak dan Alimin Ribut Sujono.

Sidang dimulai usai Hakim Wahyu membacakan identitas terdakwa Ferdy Sambo serta
memastikan mereka sehat untuk menjalani persidangan.
Adapun dalam sidang kali ini, khusus untuk terdakwa Ferdy Sambo, jaksa juga akan
membacakan surat dakwaan terkait kasus obstruction of justice atau perintangan penyidikan
dalam perkara tersebut.

Selain empat terdakwa itu, ada juga terdakwa lain yakni Bharada Richard Eliezer yang bakal
menjalani sidang perdana kasus tersebut. Namun, agenda sidang Bharada E digelar terpisah
pada Selasa (18/10/2022).

Tim majelis hakim yang diketuai Wahyu juga bakal memimpin sidang kasus pembunuhan
berencana sekaligus obstruction of justice dengan terdakwa Ferdy Sambo.

Dalam berkas dakwaan, lima terdakwa disangkakan melanggar Pasal 340 KUHP subsider Pasal
338 KUHP Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pasal 56 ke-1 KUHP.

Mereka adalah Ferdy Sambo, istri Ferdy Sambo Putri Candrawathi, Bharada Richard Eliezer,
Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf.

Sementara dalam kasus obstruction of justice, selain Ferdy Sambo ada juga Brigjen Hendra
Kurniawan, Kombes Agus Nurpatria, AKBP Arif Rahman, Kompol Baiquni Wibowo, Kompol
Chuck Putranto, dan AKP Irfan Widyanto.

Ketujuh orang itu dijerat dengan Pasal 49 jo Pasal 33 dan/atau Pasal 48 Ayat 1 jo Pasal 32 Ayat
(1) Nomor 19 Tahun 2016 UU ITE. Selain itu, mereka juga dijerat Pasal 55 Ayat (1) dan/atau
Pasal 221 Ayat (1) ke-2 dan/atau Pasal 233 KUHP.

Berikut rangkuman sidang dakwaan Ferdy Sambo.

1. Berawal dari klaim pelecehan

Cerita bermula dari klaim pelecehan istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi. Putri mengaku
dilecehkan oleh Brigadir J di rumah Sambo di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (7/7/2022).

Saat itu, Sambo berada di Jakarta. Putri lantas menelepon suaminya pada Jumat (8/7/2022) dini
hari. Sambil menangis, dia mengaku dilecehkan oleh Brigadir J.
"Saksi Ferdy Sambo yang sedang berada di Jakarta pada hari Jumat dini hari tanggal 8 Juli
2022 menerima telepon dari terdakwa Putri Candrawathi yang sedang berada di rumah
Magelang sambil menangis berbicara dengan saksi Ferdy Sambo," kata jaksa.

"Bahwa korban Nofriansyah Yosua Hutabarat selaku ajudan saksi Ferdy Sambo yang
ditugaskan untuk mengurus segala keperluan terdakwa Putri Candrawathi telah masuk ke
kamar pribadi terdakwa Putri Candrawathi dan melakukan perbuatan kurang ajar terhadap
terdakwa Putri Candrawathi," tuturnya.

Mendengar cerita istrinya, Sambo seketika marah ke Yosua. Namun, Putri meminta suaminya
untuk tidak menghubungi siapa pun terkait peristiwa ini.

Putri mengaku takut akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan lantaran Brigadir J punya
senjata. Selain itu, tubuh Brigadir J juga lebih besar dibandingkan ajudan-ajudan lain yang saat
itu mendampingi Putri di rumah Magelang.

"Saksi Ferdy Sambo menyetujui permintaan terdakwa Putri Candrawathi tersebut dan terdakwa
Putei Candrawathi meminta pulang ke Jakarta dan akan menceritakan peristiwa yang
dialaminya di Magelang setelah tiba di Jakarta," ucap jaksa.

Pagi harinya, Putri bersama Brigadir J, Richard Eliezer atau Bharada E, Ricky Rizal atau
Bripka RR, dan Kuat Ma'ruf bertolak dari Magelang kembali ke Jakarta. Setibanya rombongan
di Ibu Kota, Sambo merencanakan pembunuhan terhadap Yosua.

2. Suruh Ricky, lalu Richard

Perencanaan pembunuhan disusun di rumah pribadi Sambo di Jalan Saguling, Duren Tiga,
Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022).

Mulanya, Sambo meminta Ricky Rizal atau Bripka RR untuk menembak Yosua. Namun, Ricky
menolak karena mengaku tak kuat mental jika harus menembak Yosua.

Mendengar penolakan itu, Sambo memerintahkan Richard Eliezer. Menurut jaksa, Richard
langsung menyatakan kesediaannya.
"Terdakwa Ferdy Sambo mengutarakan niat jahatnya dengan bertanya kepada saksi Richard
Elizer Pudihang Lumiu, 'berani kamu tembak Yosua?'," kata jaksa.

"Atas pertanyaan terdakwa Ferdy Sambo tersebut lalu saksi Richard Eliezer Pudihang Lumiu
menyatakan kesediaannya 'siap komandan'," lanjutnya.

3. Eksekusi Brigadir J

Jaksa juga mengungkap detik-detik penembakan Brigadir J di rumah dinas Sambo di Kompleks
Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022) sore.

Mulanya, di ruang tengah lantai satu rumah itu, telah berkumpul Sambo bersama Richard
Eliezer, dan Kuat Ma'ruf.

Oleh Sambo, Kuat diperintahkan untuk memanggil Bripka RR dan Yosua untuk masuk ke
rumah. Keduanya pun menurut.

Begitu Yosua masuk ke ruangan itu, Sambo seketika memegang leher bagian belakang dan
mendorongnya.

"Terdakwa Ferdy Sambo langsung memegang leher bagian belakang korban Nofriansyah
Yosua Hutabarat lalu mendorong korban Nofriansyah Yosua Hutabarat ke depan sehingga
posisi korban Nofriansyah Yosua Hutabarat tepat berada di depan tangga dengan posisi
berhadapan dengan terdakwa Ferdy Sambo," kata jaksa.

Usai mendorong Yosua, Sambo memerintahkan Brigadir J berjongkok. Yosua dengan keadaan
bingung menuruti perintah Sambo.

"Terdakwa Ferdy Sambo langsung mengatakan kepada korban Nofriansyah Yosua Hutabarat
dengan perkataan 'jongkok kamu!'," ungkap jaksa.

"Lalu korban Nofriansyah Yosua Hutabarat sambil mengangkat kedua tangannya menghadap
ke depan sejajar dengan dada sempat mundur sedikit sebagai tanda penyerahan diri dan berkata
'ada apa ini?'," lanjutnya.
Tak menjawab pertanyaan Brigadir J, Sambo langsung memerintahkan Richard Eliezer
menembak Yosua.

"Woi! Kau tembak! Kau tembak cepat! Cepat woi kau tembak!!" kata jaksa memperagakan
perkataan Sambo.

Bharada E yang sebelumnya telah menyatakan kesanggupannya untuk menembak Yosua lantas
mengarahkan senjata api Glock-17 ke arah Brigadir J.

Dia menembakkan senjata api miliknya itu sebanyak 3 atau 4 kali hingga Yosua terjatuh dan
terkapar mengeluarkan banyak darah.

Yosua tak seketika tewas. Mengetahui itu, Sambo menembakkan pistol ke bagian belakang
kepala Yosua hingga dia dipastikan tak bernyawa.

"Untuk memastikan benar-benar tidak bernyawa lagi, terdakwa Ferdy Sambo yang sudah
memakai sarung tangan hitam menggenggam senjata api dan menembak sebanyak satu kali
mengenai tepat kepala bagian belakang sisi kiri korban Nofriansyah Yosua Hutabarat hingga
korban meninggal dunia," kata jaksa.

Setelahnya, Sambo menyentuhkan tangan Yosua ke pistol milik anak buahnya itu. Dengan
mengenakan sarung tangan hitam, Sambo menembakkan pistol itu beberapa kali ke dinding
rumah.

Ini dilakukan demi menguatkan rekayasa baku tembak antara Brigadir J dengan Bharada E
yang telah Sambo skenariokan.

4. Janjikan uang

Setelah penembakan, Sambo menjanjikan sejumlah uang ke Richard Eliezer, Ricky Rizal, dan
Kuat Ma'ruf.

Uang itu sempat diberikan dua hari setelah eksekusi Brigadir J atau 10 Juli 2022 di ruang kerja
Sambo di rumah pribadinya di Jalan Saguling, sebelum akhirnya diambil kembali.
"Terdakwa Ferdy Sambo memberikan amplop warna putih yang berisikan mata uang asing
atau dolar kepada saksi Ricky Rizal Wibowo dan saksi Kuat Ma'ruf dengan nilainya masing-
masing setara dengan Rp 500 juta. Sedangkan saksi Richard Eliezer Pudihang Lumiu dengan
nilai setara Rp 1 miliar," kata jaksa.

"Amplop yang berisikan uang tersebut diambil kembali oleh terdakwa Ferdy Sambo dengan
janji akan diserahkan pada bulan Agustus 2022 apabila kondisi sudah aman," ucap jaksa.

Kendati menarik uang kembali tersebut, Sambo memberikan ponsel merek Iphone 13 Pro Max
ke anak buahnya sebagai hadiah untuk mengganti ponsel lama mereka yang telah dirusak atau
dihilangkan.

"Kemudian saat itu saksi Putri Candrawati selaku istri terdakwa Ferdy Sambo mengucapkan
terima kasih kepada saksi Ricky Rizal Wibowo, saksi Richard Eliezer Pudihang Lumiu, dan
saksi Kuat Ma'ruf," kata jaksa.

5. Rusak CCTV

Tak hanya didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Yosua, Sambo juga didakwa
menghalang-halangi penyidikan atau obstruction of justice dalam kasus kematian Brigadir J.

Mantan jenderal bintang dua Polri itu memerintahkan anak buahnya merusak bukti berupa
rekaman CCTV di sekitar TKP penembakan dengan cara mengganti DVR, juga menghapus
file rekaman CCTV.

Sambo juga sempat mewanti-wanti anak buahnya yang mengetahui isi dari rekaman CCTV
asli di rumah dinasnya tak membocorkan rekaman tersebut.

"Kemudian terdakwa Ferdy Sambo meminta saksi Arif Rachman Arifin untuk menghapus dan
memusnahkan file tersebut dengan kalimat 'kamu musnahkan' dan 'hapus semuanya'," ujar
jaksa.

6. Keberatan

Mendengar dakwaan jaksa itu, Sambo mengajukan keberatan melalui tim kuasa hukumnya.
Dalam surat eksepsinya, Sambo dan tim kuasa hukum menilai bahwa surat dakwaan jaksa tidak
terang atau obscuur libel. Mereka menilai bahwa dakwaan itu hanya didasarkan pada satu
keterangan saksi.

Salah satu kronologi peristiwa dalam surat dakwaan yang dianggap hanya bersumber dari
keterangan satu saksi terkait perintah Sambo menembak Brigadir J.

"Uraian tersebut di atas yang disusun dalam surat dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum hanya
didasarkan pada satu keterangan saksi saja yaitu saksi Richard Eliezer Pudihang Lumia yang
telah melakukan 4 kali perubahan Berita Acara Pemeriksaan," ujar pengacara Sambo, Bobby
Rahmad dalam sidang di PN Jakarta Selatan, Senin (17/10/2022).

"Penuntut Umum menggunakan keterangan satu saksi ini tanpa memperhatikan kesesuaian
dengan keterangan saksi dan alat bukti lainnya" katanya melanjutkan.

Menurut Bobby, dakwaan tersebut membuat jalannya sidang perkara akan bias dan tendensius
serta merugikan kepentingan hukum Ferdy Sambo.

Untuk menguatkan hipotesis tersebut, tim kuasa hukum Sambo mengutip kronologi dalam
surat dakwaan soal keterangan Richard Eliezer yang menyebut bahwa Sambo memerintahkan
Bharada E cepat-cepat menembak Yosua.

Bobby mengatakan, dalil bahwa Sambo memerintahkan Bharada E menembak hanya muncul
dalam BAP Bharada E.

"Sementara, dalam BAP Terdakwa (butir 6 halaman 3 BAP Tambahan tanggal 08 September
2022) dan BAP Saksi Kuat Ma'ruf (butir 5 halaman 8 BAP Tambahan tanggal 08 September
2022) yang saling bersesuaian, tindakan yang diinstruksikan terdakwa '..hajar Cad!'," ujar
Bobby.

Oleh karenanya, dakwaan penuntut umum dinyatakan tidak terang atau obscuur libel.
KESIMPULAN

Jaksa dalam persidangan menuduh Ferdy Sambo memerintahkan anak buahnya


menembak Brigadir J.

Ia menciptakan kesan baku tembak untuk menghabisi Brigadir J dengan menembak di


belakang kepala.

Motifnya menurut jaksa, Brigadir J melakukan pelecehan seksual terhadap istri Ferdy
Sambo Putri Candrawati.

Dalam kasus pembunuhan berencana, Ferdy Sambo disangkakan melanggar Pasal 340 KUHP
subsider Pasal 338 KUHP juncto 55 dan 56 KUHP.

SARAN

Dalam beberapa waktu ini, Institusi Kepolisian RI benar-benar mendapat sorotan termasuk
dalam kasus pembunuhan Brigadir Yoshua Nofriansyah Hutabarat yang dilakukan oleh mantan
Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo. Masyarakat wajib mengawal kasus ini hingga selesai
sehingga terciptalah transparansi penegakan hukum di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai