Anda di halaman 1dari 3

KASUS FERDY SAMBO

PENDAHULUAN

Tongkat estafet keadilan untuk kasus penembakan Brigadir Yosua (J) kini telah berada
di tangan Kejaksaan Agung. Kejaksaan agung Republik Indonesia menyatakan bahwa
berkas perkara para tersangka kasus pembunuhan berencana Brigadir J telah lengkap
atau P-21.

ISI TEKS

Lima tersangka dalam kasus itu ialah mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy
sambo dan istrinya, Putri Candrawathi, Bharada Richard Eliezer (E), Bripka Ricky Rizal
(RR), dan Kuat Ma’ruf.

Mereka dijerat Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana juncto Pasal 338
juncto 55 dan 56 KUHP dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun

Tidak hanya soal pembunuhan berencana, Kejaksaan agung menyatakan berkas


perkara obstruction of justice atau perintangan penyidikan juga dinyatakan telah
lengkap. Kejaksaan agung berencana menuntut dua perkara itu dalam satu surat
dakwaan.

Penuntutan dua perkara dalam satu dakwaan memang dapat membuat proses
peradilan diharapkan lebih efektif dan cepat. Di sisi lain, ini jelas membuat kerja tim
jaksa penuntut umum (JPU) semakin berat.

Kejaksaan agung berkomitmen menuntaskan surat dakwaan dalam sepekan. Mereka


pun telah menyiapkan sedikitnya 30 orang JPU untuk kasus ini. Demi mencegah
‘masuk angin’, dikatakan pula, sarana komunikasi para jaksa akan disadap dan
dimonitor

Tentunya, rencana itu pantas diapresiasi. Sebagaimana pula, kita juga patut
mengapresiasi kerja Polri dalam penyidikan kasus ini yang berjalan hampir dua bulan.

Memang, sejumlah proses dalam penyidikan itu menjadi tanda tanya besar, termasuk
soal penggunaan poligraf atau alat pendeteksi kebohongan.

Bukan saja keefektifannya dipertanyakan, karena tidak dipergunakan


dalam proses peradilan negara-negara adidaya, melainkan pula soal
pengungkapan hasil tes yang hanya dilakukan untuk beberapa tersangka.
Kesaksian sejumlah pihak akan kecermatan dakwaan berikut tuntutan pidana nantinya
juga dikaitkan dengan ‘jasa’ Sambo di kasus kebakaran gedung Kejagung dua tahun
lalu.

Kasus yang dianggap janggal dan menyebabkan kerugian hingga Rp1,2 triliun itu hanya
membuahkan tersangka yang kebanyakan kuli bangunan.

Segala pertanyaan harus dijawab kejaksaan dalam kasus kali ini. Terlebih korps
Adyaksa ini tengah berupaya keras memulihkan nama baik untuk menyelesaikan
sejumlah kasus kakap korupsi yang mendapat sorotan publik.

Dalam kasus Sambo, kejaksaan harus berupaya maksimal dalam membuat dakwaan
secara sempurna agar tidak ada celah untuk meloloskan terdakwa tewasnya Brigadir J.
Seperti Polri, Kejagung pun sesungguhnya sama-sama dalam ujian kepercayaan di
mata publik.

pada Senin 13 Februari 2023, majelis hakim membacakan vonis terhadap Ferdy
Sambo. Ferdy Sambo divonis bersalah melakukan pembunuhan berencana terhadap
ajudannya, Brigadir N Yosua Hutabarat. Sambo divonis mati.

"Mengadili, menyatakan terdakwa Ferdy Sambo telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana turut serta melakukan pembunuhan
berencana dan tanpa hak melakukan perbuatan membuat sistem elektronik tidak
berfungsi sebagaimana mestinya secara bersama-sama," kata hakim ketua Wahyu
Iman Santoso saat membacakan amar putusan di PN Jaksel.

"Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Ferdy Sambo pidana mati,"

Ada juga putusan dan tuntutan yang di tetapkan kepada pelaku lainnya

Berikut putusan dan tuntutan:

1. Ferdy Sambo dituntut penjara seumur hidup, divonis hukuman mati


2. Putri Candrawathi dituntut 8 tahun penjara, divonis 20 tahun penjara
3. Kuat Ma'ruf dituntut 8 tahun penjara, divonis 15 tahun penjara
4. Ricky Rizal dituntut 8 tahun penjara, divonis 13 tahun penjara

KESIMPULAN / PENUTUP

Pelajaran yang bisa diambil dari kasus Ferdy Sambo dan Brigadir J antara
lain pertama, bahwa roda hidup itu berputar. Posisi orang tidak selalu di
bawah dan tidak selalu di atas. Suatu waktu orang yang berada di bawah
akan naik ke atas. Sebaliknya orang yang di atas akan turun ke bawah.

Anda mungkin juga menyukai