Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ZAHLUL

NIM : 042766783

TUGAS I

Kasus Nenek Minah

Nenek Minah (55) tak pernah menyangka perbuatan isengnya memetik 3 buah kakao di perkebunan
milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) akan menjadikannya sebagai pesakitan di ruang pengadilan.
Bahkan untuk perbuatannya itu dia diganjar 1 bulan 15 hari penjara dengan masa percobaan 3
bulan.

Ironi hukum di Indonesia ini berawal saat Minah sedang memanen kedelai di lahan garapannya di
Dusun Sidoarjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, pada 2
Agustus lalu. Lahan garapan Minah ini juga dikelola oleh PT RSA untuk menanam kakao.

Ketika sedang asik memanen kedelai, mata tua Minah tertuju pada 3 buah kakao yang sudah ranum.
Dari sekadar memandang, Minah kemudian memetiknya untuk disemai sebagai bibit di tanah
garapannya. Setelah dipetik, 3 buah kakao itu tidak disembunyikan melainkan digeletakkan begitu
saja di bawah pohon kakao.

Dan tak lama berselang, lewat seorang mandor perkebunan kakao PT RSA. Mandor itu pun
bertanya, siapa yang memetik buah kakao itu. Dengan polos, Minah mengaku hal itu perbuatannya.
Minah pun diceramahi bahwa tindakan itu tidak boleh dilakukan karena sama saja mencuri.

Sadar perbuatannya salah, Minah meminta maaf pada sang mandor dan berjanji tidak akan
melakukannya lagi. 3 Buah kakao yang dipetiknya pun dia serahkan kepada mandor tersebut. Minah
berpikir semua beres dan dia kembali bekerja.

Namun dugaanya meleset. Peristiwa kecil itu ternyata berbuntut panjang. Sebab seminggu
kemudian dia mendapat panggilan pemeriksaan dari polisi. Proses hukum terus berlanjut sampai
akhirnya dia harus duduk sebagai seorang terdakwa kasus pencuri di Pengadilan Negeri (PN)
Purwokerto.

Dan hari ini, Kamis (19/11/2009), majelis hakim yang dipimpin Muslih Bambang Luqmono SH
memvonisnya 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan. Minah dinilai terbukti secara
sah dan meyakinkan melanggar pasal 362 KUHP tentang pencurian.
Selama persidangan yang dimulai pukul 10.00 WIB, Nenek Minah terlihat tegar. Sejumlah kerabat,
tetangga, serta aktivis LSM juga menghadiri sidang itu untuk memberikan dukungan moril.

Hakim Menangis
Pantauan detikcom, suasana persidangan Minah berlangsung penuh keharuan. Selain
menghadirkan seorang nenek yang miskin sebagai terdakwa, majelis hakim juga terlihat agak ragu
menjatuhkan hukum. Bahkan ketua majelis hakim, Muslih Bambang Luqmono SH, terlihat menangis
saat membacakan vonis. "Kasus ini kecil, namun sudah melukai banyak orang," ujar Muslih.
Vonis hakim 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan disambut gembira keluarga,
tetangga dan para aktivis LSM yang mengikuti sidang tersebut. Mereka segera menyalami Minah
karena wanita tua itu tidak harus merasakan dinginnya sel tahanan.

Sumber : https://news.detik.com/berita/d-1244955/mencuri-3-buah-kakao-nenek-minah-dihukum-1-
bulan-15-hari

Soal :

1. Mengacu pada kasus nenek Minah diatas, semakin menguatkan stigma di masyarakat
bahwa hukum selalu tumpul ke atas namun tajam ke bawah, berikan pendapat saudara
dikaitkan dengan fungsi hukum “law as a tool of social engineering!
2. Ada adagium yang dipopulerkan oleh seorang filsuf bernama Cicero “Ubi societas ibi
ius”(dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Coba berikan pendapat saudara maksud
dari adagium tersebut dan kaitkan dengan kasus di atas!
3. Dalam konsep The Rule of Law pada negara hukum, tiga nilai dasar tujuan hukum yakni
keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zweckmaerten), dan kepastian hukum
(rechtssicherkeit), melihat kasus di atas dari kacamata nenek Minah apakah ketiga tujuan
hukum tersebut sudah terpenuhi apa tidak? Berikan pendapat saudara!

Jawaban :

1. Berdasarkan kasus Nenek Minah ini menurut pendapat saya, sudah seharusnya hukum itu
diberlakukan sama rata dalam artian semua nya sama di mata hukum. Jika menilik fungsi hukum
“law as tool fo social engineering” atau hukum dapat merekayasa manusia, maka hendaknya
yang dimaksudkan manusia yang terdampak hukum seharusnya mencakup segala aspek strata
sosial. Sangat disayangkan untuk kejadian seperti kasus nenek Minah ini seharusnya kebijakan
atas dasar kemanusiaan seharusnya dikedepankan, walaupun sama – sama kita sadari
pelanggaran tetaplah pelanggaran dan setiap pelanggaran terdapat sanksi hukum. Pada saat ini
keadaan hukum di negara kita sangat memprihatinkan jika melihat kasus – kasus besar yang
dibiarkan terbengkalai atau menguap begitu saja dengan disamarkan melalui pengalihan –
pengalihan isu di masyarakat. Seharusnya hukum dapat mengubah perilaku manusia kearah
yang lebih baik dengan dasar – dasar tata negara, bukan malah hukumnya yang dirubah – rubah
sesuai dengan keinginan pihak berwenang melalui pesanan (by request) rezim yang berkuasa.
2. Jika merunut adagium “Ubi societas ibi ius”(dimana ada masyarakat disitu ada hukum) pada
kasus nenek minah, menrut saya sistem peradilan pidana merupakan suatu sistem yang dibuat
untuk menanggulangi masalah-masalah kejahatan yang dapat mengganggu ketertiban dan
mengancam rasa aman masyarakat, merupakan salah satu usaha masyarakat untuk
mengendalikan terjadinya kejahatan agar berada dalam batas-batas toleransi yang dapat
diterima. Dalam sistem peradilan pidana di Indonesia dikenal ada empat institusi yang berperan
yaitu kepolisian yang bertindak sebagai lembaga penyelidikan dan penyidikan, kejaksaan yang
bertindak sebagai lembaga yang melakukan penuntutan, Mahkamah Agung sebagai lembaga
yang membawahi hakim-hakim di lingkup pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan dan
keempat institusi tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Dan yang harus
digarisbawahi adalah siapa yang dimaksud dengan kata masyarakat disini, terkadang para elite
tidak merasa bagian dari masyarakat sehingga sanksi hukum tidak berlaku di mereka dan
ironisnya inilah yang sedang terjadi di negara kita. Sebagai contoh kecil saja, terjadi perbedaan
mencolok pada perlakuan untuk kasus nenek Minah ini dengan dan pelaku kejahatan korupsi di
Indonesia.

3. Dalam konsep The Rule of Law pada negara hukum, tiga nilai dasar tujuan hukum yakni keadilan
(gerechtigheit), kemanfaatan (zweckmaerten), dan kepastian hukum (rechtssicherkeit) untuk
kasus nenek minah ini, dari ketiga tujuan ini hanya 2 (dua) saja yang terpenuhi yakni keadilan
dan kepastian hukum. Adapun pada tujuan kemanfaatan hukum terkait kasus nenek Minah ini
seharusnya tidak perlu dibesar – besarkan mengingat kecilnya dampak kerugian yang
ditimbulkan dibandingkan dengan panjang nya proses peradilan yang ditampilkan dan kerugian
dari sisi buruknya citra hukum di mata masyarakat. Menurut saya, seharusnya kasus tersebut
tidak perlu dinaikkan ke proses hukum pidana ataupun perdata, namun cukup penegakan hukum
secara persuasif saja dengan selanjutnya pemberian ancaman pidana/perdata kepada pelaku
pelanggaran di kejadian selanjutnya. Pada kasus nenek minah ini kerugian yang ditimbulkan
hanya pada perusahaan PT. RSA saja dan tidak terlalu berdampak kepada masyarakat
Indonesia secara luas, sedangkan untuk kasus – kasus besar oleh oknum pejabat yang sudah
jelas – jelas merugikan negara bermilyar – milyar bahkan trilyunan seharusnya dapat dititik
beratkan fokus konsentrasinya dan dikawal secara ketat serta diberitakan detail tahapannya di
media – media mainstream sehingga dapat kembali memperbaiki citra hukum di mata
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai