HEMODIALISA
OLEH:
1. HALIDA HASRIFAH
2. DYAH PURWITOSARI
3. RIFQI ROBBY
Puja dan Puji syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan taufik dan hidayahnya berupa akal pikiran sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah terapi. Makalah ini disusun sebagai bukti bahwa kami
telah melaksanakan kewajiban kami sebagai mahasiswa. Makalah ini bertujuan untuk
memeperdalam pemahaman mahasiswa/i tentang peralatan terapi serta pengaplikasian
technopreneur dalam dunia elektro-medis.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat banyak bantuan dalam bentuk
saran, dorongan, dan bimbingan dari banyak pihak terutama teman, maupun dosen
pembimbing yang merupakan motivasi terbesar yang tidak dapat di ukur dengan materi.
Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankan kami mengucap
banyak terimakasih kepada:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan Pembelajaran..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
B. Hemodialisa............................................................................................................3
C. Dializer...................................................................................................................5
D. Kontraindikasi Hemodialisa...................................................................................7
F. Blok diagram..........................................................................................................9
G. Pengoperasian...................................................................................................10
I. Perencanaan Pemeliharaan...................................................................................11
J. Perbaikan..............................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13
SOAL SOAL...................................................................................................................15
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh
secara keseluruhan. Penyakit gagal ginjal merupakan kondisi gangguan fungsi ginjal
terjadi ketika tubuh terjadi penurunan fungsi filtrasi atau tanpa penurunan fungsi filtrasi
glomerulus karena kelainan patologis, yang menjadi pertanda ada kerusakan pada organ
ginjal. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan
tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas
sehingga kualitas hidup pasien menurun [1].
Menurut data WHO (World Healt Organization, 2018) sekitar 1,5 juta orang di
dunia hidup dengan bergantung dengan cuci darah, sedangkan menurutstatistic yang
dihimpun oleh PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia), jumlah pasien gagal
ginjal di Indonesia mencapai 70.000 orang dan hanya sekitar 13.000 pasien yang
melakukan cuci darah atau hemodialisis (Suharjo, 2010)[2].
Sesuai Permenkes No.812 tahun 2010 bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan dialisis dapat berada di dalam maupun di
1
luar rumah sakit. Unit pelayanan hemodialisis adalah pelayanan hemodialisis di rumah
sakit, sedangkan klinik hemodialisis adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan hemodialisis kronik diluar rumah sakit (RS) secara rawat
jalan dan mempunyai kerja sama dengan RS yang menyelenggarakan pelayanan itu
sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukannya[5]. Oleh karena itu sebagai tenaga
kesehatan di bidang elektromedik untuk meningkatkan kualitas peralatan kesehatan
maka diperlukan mengetahui dan mempelajari penggunaan salah satu peralatan medis
yaitu alat hemodialisa sebagai penunjang kelangsungan hidup seseorang.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui dan mempelajari teori mengenai peralatan hemodialisa.
2. Mengetahui dan mempelajari pencataan, pengoperasian, pemasangan,
instalasi, pemeliharaan dan perbaikan peralatan hemodialisa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit ginjal kronis adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan pada ginjal
secara terus menerus sehingga tidak dapat disembuhkan kembali, dan ditandai dengan
penumpukan toksik dalam darah dan penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR)
kurang dari 60ml/min/1,73 m2 selama minimal 3 bulan.
B. Hemodialisa
Hemodialisis adalah suatu terapi yang digunakan untuk menggantikan fungsi
ginjal yang rusak dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan mesin hemodialisis,
yang nantinya akan terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Tujuan hemodialisis
adalah suatu terapi yang mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah untuk
menggantikan fungsi kerja ginjal untuk proses ekskresi produk sisa metabolisme dalam
3
tubuh, misalnya ureum, kreatinin, dan produk sisa metabolisme lainnya, fungsi lainnya
seperti menggantikan fungsi ginjal untuk mengeluarkan cairan tubuh yang pada saat
ginjal masih sehat cairan tersebut dikeluarkan berupa urin, meningkatkan kualitas hidup
pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal serta mempunyai fungsi untuk
menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu pengobatan lainnya (Suharyanto, 2009).
Mesin hemodialisis terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan dialisat
dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah dari tempat
tusukan vaskuler kepada dializer. Kecepatannya antara 200-300 ml per menit[8]. Lokasi
pompa darah biasanya terletak pada bagain antara monitor tekanan arteri dan monitor
larutan dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-39˚C sebelum dialirkan
kepada dializer, karena suhu larutan dialisat yang terlalu rendah atau melebihi suhu
tubuh dapat menimbulkan komplikasi[9]. Pada gambar 2.2 merupakan gambar mesin
hemodialisa.
4
Pada tahap preparation ini terdapat beberapa proses meliputi pemanasan
mesin, persiapan temperature, dan conductivity. Proses pemanasan mesin
diawali dengan proses priming kemudian dilanjutkan dengan proses persiapan
temperature. Hal ini dilakukan supaya suhu pada dializer sama dengan suhu
tubuh pada pasien sehingga tidak terjadi pembekuan darah[8].
3. Tahap Tindakan
Proses tindakan merupakan proses utama dalam tindakan hemodialisa.
Diawali dengan pengambilan darah dari arteri, pada proses ini terjadi tekanan
negative disebabkan darah diambil dari pasien sedangkan pada saat
dikembalikan pada pembuluh vena maka terjadi tekanan positif disebabkan
darah dipompa kembali kedalam tubuh manusia[8].
4. Tahap Rinse
Tahapan rinse merupakan tahapan akhir setelah semua proses hemodialisa
selesai. Proses ini merupakan proses pembersihan terhadap mesin
hemodialisa, menggunakan cairan pembersih atau pemutih untuk
pembersihan[8].
C. Dializer
Pada proses hemodialisa, peralatan yang memiliki peran paling penting adalah
ginjal buatan dializer. Dializer merupakan tempat dimana proses hemodialisa
berlangsung sehingga terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat.
Proses dialisis terdiri dari 2 ruang atau kompartemen yaitu kompartemen darah yaitu
ruangan yang berisi darah dan kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat.
Kedua kompartemen tersebut dipisahkan oleh membran semipermeabel. Dializer
mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk
keluar masuk dialisat. Pada gambar 2.3 merupakan tabung dializer merk Allmed.
5
Gambar 2. 3 Tabung Dializer allmed[10].
2. Proses Ultrafiltrasi
Proses Ultrafiltrasi adalah proses pergeseran zat terlarut dan pelarut secara
simultan dari kompartemen darah kedalam kompartmen dialisat melalui
6
membran semipermeabel. Berdasarkan penggunaannya dializerini terbagi
menjadi 2 yaitu dializer reusedan dializersingle use. Selain itu berdasarkan
membrannya terdapat 2 jenis dializer yaitudializer low flux dan high flux.
Perbedaannya dari kedua dializer ini adalah dializer low flux memiliki luas
permukaan membran yang lebih kecil sehingga zat yang tersaring pun zat
yang berukuran kecil, sedangkan dializer high flux memiliki luas permukaan
membran yang lebih besar sehingga zat yang ukurannya lebih besar juga
dapat tersaring. Ada dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat
(bicarbonate). Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam
yaitu: jenis standart, free pottasium, low calcium. Sedangkan dialisat
bicarbonate ada yang powder sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan
dalam air murni atau air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang
bentuk cair yang siap dipakai.Dializer atau ginjal buatan ada 3 jenis yaitu
Dializer coil, dializer flat plate, dializer hollow fiber.
3. Proses Osmosis
Proses Osmosis berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena
adanya perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah dan dialisat. 9 Proses
osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal dialysis
D. Kontraindikasi Hemodialisa
Menurut PERNEFRI (2013), kontraindikasi dari hemodialisa adalah tidak
mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas
hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah
penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut
dengan ensefalopati dan keganasan lanjut.
7
E. Prinsip kerja Hemodialisa
Jika pembuluh darah responden tidak sesuai dengan fistula maka akan dilakukan
pemasangan AV graft yang melibatkan arteri bergabung dengan vena terdekat dengan
tabung lembut kecil yang terbuat dari bahan sistetis, kemudian diletakkan dibawah kulit.
Setelah fistula atau graft disembuhkan, baru setelah beberapa bulan dapat digunakan
untuk dialisis. Setelah itu, responden akan ditusuk dengan 2 jarum yang dihubungkan ke
8
plastik tabung. Satu tabung membawa darah ke dialyzer untuk dibersihkan dan tabung
lainnya mengembalikan darah yang telah dibersihkan.
Setelah itu, ada akses jenis ketiga yaitu hd kateter. Hd kateter adalah tabung
lembut yang dimasukkan ke dalam vena besar di leher atau dada Anda. Jenis akses ini
umumnya digunakan bila dialysis diperlukan hanya untuk periode singkat atau
digunakan sebagai akses permanen ketika fistula atau graft tidak dapat dipasang. Kateter
bisa dihubungkan langsung ke tabung dialisis tanpa menggunakan jarum. Di dalam
dialyzer atau filter, terdapat dua sisi yaitu untuk darah dan untuk cairan yang disebut
dialisat. Dua sisi tersebut dipisahkan oleh selaput tipis yang juga menyebabkan sel
darah, protein dan hal penting lain tetap ada dalam darah. Hal ini disebabkan karena sel
darah, protein dan hal penting lain tersebut terlalu besar untuk dilewati melalui
membran permeabilitas (Cahyaningsih, 2014).
F. Blok diagram
Analisa teknis dilakukan untuk mengidentifikasi apabila alat mengalami
perbaikan maka harus sesuai tahap-tahap yang benar, agar perbaikan yang dilakukan
dapat efektif dan tepat. Berikut blok diagram dari mesin hemodialisa ditunjukkan
pada Gambar 2.4.
9
Gambar 2. 5 Blok diagram Hemodialisa
Pada saat alat di aktivasi dilakukan pemilihan kecepatan pompa darah, kecepatan
pompa cairan dialisat serta setting suhu pada cairan dialisat. Lalu tekan enter, maka
proses akan bekerja dimana mikrokontroller akan memproses perintah yang diberikan.
Dari perintah yang di berikan akan mengaktifkan driver motor stepper dan driver motor
dialyzer serta heater dan sensor suhu untuk dialyzer.
Pada driver motor dialyzer ini akan menggerakkan dua motor dengan pembagian
satu motor bekerja kemudian satu motor yang lain akan bekerja setelah motor
sebelumnya off. Proses ini akan dilakukan selama 30 menit. Proses hemodialisa selama
6 jam ini akan disimulasikan dalam waktu 30 menit. Apabila terdeteksi gelembung
udara maka kedua motor akan berhenti bekerja dan hanya dapat bekerja kembali saat
dilakukan reset dan setting ulang.
G. Pengoperasian
Standar Operasional Prosedur Alat:
10
2) Tekan tombol “Dia Mode”, kemudian tekan “prep”
3) Tekan prep tunggu hingga proses self test selesai
4) Hubungkan tubing Acid mesin hemodialisa(warna merah)ke diasol Acid dan
tubing bicarbonat mesin(warna biru) ke diasol bicarbonat.
5) Tunggu sampai mesin siap pakai (conduktivity 13,5-14,1 mS/cm dan
temperatur 36˚-37˚ C)
6) Lakukan “Soaking” dengan cara :
7) Tekan tombol “blood pump” untuk menghidupkan atau mematikan pompa
mesin
8) Putar “Potensio Blood Pump” untuk mengatur kecepatan pompa darah
9) Tekan “UF left” untuk mengatur waktu dialysis
10) Tekan “UF Goal” untuk menentukan jumlah cairan yang akan dikeluarkan
11) Tekan tombol “Dialyze” untuk memulai dialysis
12) Tekan tombol dialysis mode ± 3detik jika muncul “UF Performed Target”
13) Kembalikan Hansen ke port dialisat mesin
14) Tekan tombol F1 atau F2 atau F3 atau F4 untuk membersihkan mesin
15) Tekan panel “ON/OFF” dibelakang mesin setelah proses “Desinfection” atau
“Heat Clean” mesin selesai
11
I. Perencanaan Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan setiap mesin setelah di gunakan pada pasien atau minimal
sehari sekali
J. Perbaikan
Perbaikan mesin hemodialisa adalah pihak ke 3 karena mesin hemodialisa
termasuk barang KSO jadi untuk pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi dilakukan oleh
pihak ke 3.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah dilakukan penelitian mengenai alat Hemodialisa didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penyakit gagal ginjal merupakan kondisi gangguan fungsi ginjal terjadi ketika
tubuh terjadi penurunan fungsi filtrasi glomerulus.
2. Hemodialisis adalah suatu terapi yang digunakan untuk menggantikan fungsi
ginjal yang rusak dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan mesin
hemodialisa.
3. Tahap-tahap proses hemodialisa ada empat, yaitu tahap priming, tahap
preparation, tahap Tindakan dan tahap rinse.
4. Prinsip-prinsip Hemodialisa memiliki tiga prinsip dasar proses, yaitu proses
difusi, ultrafiltrasi dan osmosis.
13
DAFTAR PUSTAKA
[3] M. Arda Ghufron Ashari, Hj.Endang Dian Setioningsih ST.MT , Lamidi, SST,
“Simulasi Pesawat Hemodialisa Parameter Heparin Pump dan Dialyzer Proses.”
[6] L. Bruno, “ 済 無 No Title No Title,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp.
1689–1699, 2019, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
[7] 2011 Tortora, “Anatomi Dan Fisiologi Ginjal,” Anat. Dan Fisiol. Ginjal, pp. 8–
22, 2011.
[9] N. Man, E. Wati, and R. F. Yeni, “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit
Leukemia Dengan Metode Backward Chaining,” J. Sains dan Teknol. J.
Keilmuan dan Apl. Teknol. Ind., vol. 16, no. 2, p. 148, 2016, doi:
14
10.36275/stsp.v16i2.44.
15
SOAL SOAL
16