Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERALATAN TERAPI

HEMODIALISA

OLEH:

1. HALIDA HASRIFAH
2. DYAH PURWITOSARI
3. RIFQI ROBBY

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


JURUSAN TEKNOLOGI REKAYASA ELEKTRO-MEDIS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan taufik dan hidayahnya berupa akal pikiran sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah terapi. Makalah ini disusun sebagai bukti bahwa kami
telah melaksanakan kewajiban kami sebagai mahasiswa. Makalah ini bertujuan untuk
memeperdalam pemahaman mahasiswa/i tentang peralatan terapi serta pengaplikasian
technopreneur dalam dunia elektro-medis.

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat banyak bantuan dalam bentuk
saran, dorongan, dan bimbingan dari banyak pihak terutama teman, maupun dosen
pembimbing yang merupakan motivasi terbesar yang tidak dapat di ukur dengan materi.
Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankan kami mengucap
banyak terimakasih kepada:

1. Segenap keluarga yang selalu mendoakan, mendukung dan memotivasi penulis.


2. Prof.Dr.Ir.H. B. Guruh Irianto.AIM. MM selaku dosen pengampu mata kuliah
peralatan terapi.
3. Kepada teman seperjuangan alih jenjang teknologi rekayasa elektro-medis.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
menjadi yang lebih baik lagi untuk kedepannya. Akhirnya, penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis khususnya.

Surabaya, 13 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Tujuan Pembelajaran..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Penyakit Gagal Ginjal.............................................................................................3

B. Hemodialisa............................................................................................................3

C. Dializer...................................................................................................................5

D. Kontraindikasi Hemodialisa...................................................................................7

E. Prinsip kerja Hemodialisa.......................................................................................8

F. Blok diagram..........................................................................................................9

G. Pengoperasian...................................................................................................10

H. Penempatan dan Penyimpanan.........................................................................11

I. Perencanaan Pemeliharaan...................................................................................11

J. Perbaikan..............................................................................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

SOAL SOAL...................................................................................................................15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Penyakit Gagal Ginjal[7]..............................................................................3


Gambar 2. 2 Mesin Hemodialisa Nipro[9]........................................................................4
Gambar 2. 3 Tabung Dializer allmed[10]..........................................................................6
Gambar 2. 4 Prinsip Kerja Dialisis....................................................................................8
Gambar 2. 5 Blok diagram Hemodialisa...........................................................................9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh
secara keseluruhan. Penyakit gagal ginjal merupakan kondisi gangguan fungsi ginjal
terjadi ketika tubuh terjadi penurunan fungsi filtrasi atau tanpa penurunan fungsi filtrasi
glomerulus karena kelainan patologis, yang menjadi pertanda ada kerusakan pada organ
ginjal. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan
tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas
sehingga kualitas hidup pasien menurun [1].

Menurut data WHO (World Healt Organization, 2018) sekitar 1,5 juta orang di
dunia hidup dengan bergantung dengan cuci darah, sedangkan menurutstatistic yang
dihimpun oleh PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia), jumlah pasien gagal
ginjal di Indonesia mencapai 70.000 orang dan hanya sekitar 13.000 pasien yang
melakukan cuci darah atau hemodialisis (Suharjo, 2010)[2].

Hemodialisa merupakan terapi pengganti ginjal dimana fungsi ginjal seseorang


telah gagal dalam melakukan fungsinya. Cara kerja hemodialisa dengan melakukan
pencucian darah melalui proses ultrafiltrasi sehingga terjadi perpindahan cairan berupa
dialisat, air, serta darah melewati membrane semipermeable pada dialyzer. Proses
pelaksanannya, darah yang akan dicuci memerlukan jalan masuk dan keluar melalui
arteri dan vena [3].

Prinsip kerja Hemodialisa terdiri dari 3 tindakan, Ultrafiltrsasi, Osmosis dan


Difusi. Ginjal adalah salah satu organ yang penting dalam kemampuan penyaringan
didalam darah. Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh, begitupula dengan asam basa dengan cara menyaring darah melalui ginjal,
reabsorbsi, elektrolit dan non-elektrolit, serta membuang kelebihannya dengan
berkemih. Didalam dunia kesehatan hal ini sering disebut sebagai pencucian darah[4].

Sesuai Permenkes No.812 tahun 2010 bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan dialisis dapat berada di dalam maupun di

1
luar rumah sakit. Unit pelayanan hemodialisis adalah pelayanan hemodialisis di rumah
sakit, sedangkan klinik hemodialisis adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan hemodialisis kronik diluar rumah sakit (RS) secara rawat
jalan dan mempunyai kerja sama dengan RS yang menyelenggarakan pelayanan itu
sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukannya[5]. Oleh karena itu sebagai tenaga
kesehatan di bidang elektromedik untuk meningkatkan kualitas peralatan kesehatan
maka diperlukan mengetahui dan mempelajari penggunaan salah satu peralatan medis
yaitu alat hemodialisa sebagai penunjang kelangsungan hidup seseorang.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui dan mempelajari teori mengenai peralatan hemodialisa.
2. Mengetahui dan mempelajari pencataan, pengoperasian, pemasangan,
instalasi, pemeliharaan dan perbaikan peralatan hemodialisa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyakit Gagal Ginjal


Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Sudoyo,2009)[6].Teknik
pengobatan yang selama ini diakui dapat meningkatkan fungsi ginjal adalah
transplantasi atau cangkok ginjal, peritoneal dialisis (PD), dan hemodialisis (HD).
Namun, diantara ketiga terapi tersebut, terapi yang paling banyak dilakukan oleh
masyarakat adalah hemodialisis (Colvy, 2010)[7]. Pada gambar 2.1 merupakan gambar
penyakit gagal ginjal.

Gambar 2. 1 Penyakit Gagal Ginjal[7].

Penyakit ginjal kronis adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan pada ginjal
secara terus menerus sehingga tidak dapat disembuhkan kembali, dan ditandai dengan
penumpukan toksik dalam darah dan penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR)
kurang dari 60ml/min/1,73 m2 selama minimal 3 bulan.

B. Hemodialisa
Hemodialisis adalah suatu terapi yang digunakan untuk menggantikan fungsi
ginjal yang rusak dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan mesin hemodialisis,
yang nantinya akan terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Tujuan hemodialisis
adalah suatu terapi yang mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah untuk
menggantikan fungsi kerja ginjal untuk proses ekskresi produk sisa metabolisme dalam

3
tubuh, misalnya ureum, kreatinin, dan produk sisa metabolisme lainnya, fungsi lainnya
seperti menggantikan fungsi ginjal untuk mengeluarkan cairan tubuh yang pada saat
ginjal masih sehat cairan tersebut dikeluarkan berupa urin, meningkatkan kualitas hidup
pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal serta mempunyai fungsi untuk
menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu pengobatan lainnya (Suharyanto, 2009).
Mesin hemodialisis terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan dialisat
dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah dari tempat
tusukan vaskuler kepada dializer. Kecepatannya antara 200-300 ml per menit[8]. Lokasi
pompa darah biasanya terletak pada bagain antara monitor tekanan arteri dan monitor
larutan dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-39˚C sebelum dialirkan
kepada dializer, karena suhu larutan dialisat yang terlalu rendah atau melebihi suhu
tubuh dapat menimbulkan komplikasi[9]. Pada gambar 2.2 merupakan gambar mesin
hemodialisa.

Gambar 2. 2 Mesin Hemodialisa Nipro[9].

Hemodialisa memiliki empat proses tahapan:


1. Tahap Priming
Priming proses adalah pengisian cairan yang pertama kali dalam sirkulasi
darah dengan menggunakan cairan NaCl. Tujuan dari priming adalah untuk
mengeluarkan bahan pengawet yang terdapat dalam dializer[8].
2. Tahap Preparation

4
Pada tahap preparation ini terdapat beberapa proses meliputi pemanasan
mesin, persiapan temperature, dan conductivity. Proses pemanasan mesin
diawali dengan proses priming kemudian dilanjutkan dengan proses persiapan
temperature. Hal ini dilakukan supaya suhu pada dializer sama dengan suhu
tubuh pada pasien sehingga tidak terjadi pembekuan darah[8].

3. Tahap Tindakan
Proses tindakan merupakan proses utama dalam tindakan hemodialisa.
Diawali dengan pengambilan darah dari arteri, pada proses ini terjadi tekanan
negative disebabkan darah diambil dari pasien sedangkan pada saat
dikembalikan pada pembuluh vena maka terjadi tekanan positif disebabkan
darah dipompa kembali kedalam tubuh manusia[8].
4. Tahap Rinse
Tahapan rinse merupakan tahapan akhir setelah semua proses hemodialisa
selesai. Proses ini merupakan proses pembersihan terhadap mesin
hemodialisa, menggunakan cairan pembersih atau pemutih untuk
pembersihan[8].
C. Dializer
Pada proses hemodialisa, peralatan yang memiliki peran paling penting adalah
ginjal buatan dializer. Dializer merupakan tempat dimana proses hemodialisa
berlangsung sehingga terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat.
Proses dialisis terdiri dari 2 ruang atau kompartemen yaitu kompartemen darah yaitu
ruangan yang berisi darah dan kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat.
Kedua kompartemen tersebut dipisahkan oleh membran semipermeabel. Dializer
mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk
keluar masuk dialisat. Pada gambar 2.3 merupakan tabung dializer merk Allmed.

5
Gambar 2. 3 Tabung Dializer allmed[10].

Pada tahap ini terjadi 3 proses yaitu:


1. Proses Difusi
Proses Difusi merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang
disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah
dan dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi
ke yang berkonsentrasi rendah.Pada hemodialisa pergerakan molekul /zat ini
melalui suatu membrane semi permeable yang membatasi kompartemen
darah dan kompartemen dialisat. Proses difusi dipengaruhi oleh :
a. Perbedaan konsentrasi
b. Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu
keluar)
c. QB (Blood Pump)
d. Luas permukaan membrane
e. Temperatur cairan
f. Proses konvektik
g. Tahanan / resistensi membran
h. Besar dan banyaknya pori pada membran
i. Ketebalan / permeabilitas dari membrane

2. Proses Ultrafiltrasi
Proses Ultrafiltrasi adalah proses pergeseran zat terlarut dan pelarut secara
simultan dari kompartemen darah kedalam kompartmen dialisat melalui

6
membran semipermeabel. Berdasarkan penggunaannya dializerini terbagi
menjadi 2 yaitu dializer reusedan dializersingle use. Selain itu berdasarkan
membrannya terdapat 2 jenis dializer yaitudializer low flux dan high flux.
Perbedaannya dari kedua dializer ini adalah dializer low flux memiliki luas
permukaan membran yang lebih kecil sehingga zat yang tersaring pun zat
yang berukuran kecil, sedangkan dializer high flux memiliki luas permukaan
membran yang lebih besar sehingga zat yang ukurannya lebih besar juga
dapat tersaring. Ada dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat
(bicarbonate). Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam
yaitu: jenis standart, free pottasium, low calcium. Sedangkan dialisat
bicarbonate ada yang powder sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan
dalam air murni atau air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang
bentuk cair yang siap dipakai.Dializer atau ginjal buatan ada 3 jenis yaitu
Dializer coil, dializer flat plate, dializer hollow fiber.

3. Proses Osmosis
Proses Osmosis berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena
adanya perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah dan dialisat. 9 Proses
osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal dialysis

D. Kontraindikasi Hemodialisa
Menurut PERNEFRI (2013), kontraindikasi dari hemodialisa adalah tidak
mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas
hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah
penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut
dengan ensefalopati dan keganasan lanjut.

7
E. Prinsip kerja Hemodialisa

Gambar 2. 4 Prinsip Kerja Dialisis


Mesin hemodialisis memiliki spesialisasi filter disebut dialyzer (juga disebut
ginjal tiruan) untuk membersihkan darah. Darah ialirkan ke dialyzer dengan dibuat
akses oleh ahli bedah pada pembuluh darah melalui operasi minor biasanya pada
tangan. Terdapat 2 jenis akses untuk jangka panjang yaitu dibuat fistula arteriovenosa
(AV) atau graft AV. Adapun untuk penggunan jangka pendek terdapat akses dengan
kateter. AV Fistula dibuat dengan menggabungkan arteri ke pembuluh darah terdekat di
bawah kulit sehingga terbuatlah pembuluh darah yang lebih besar. Fistula merupakan
jenis akses yang lebih diutamakan karena memiliki lebih sedikit kendala dan bertahan
lebih lama. Responden harus dievaluasi secara khusus oleh ahli bedah vaskular paling
tidak enam bulan sebelum dilakukan dialisis sehingga ada banyak waktu untuk
menyembuhkan dan fistula pun telah siap pada saat akan dialisis.

Jika pembuluh darah responden tidak sesuai dengan fistula maka akan dilakukan
pemasangan AV graft yang melibatkan arteri bergabung dengan vena terdekat dengan
tabung lembut kecil yang terbuat dari bahan sistetis, kemudian diletakkan dibawah kulit.
Setelah fistula atau graft disembuhkan, baru setelah beberapa bulan dapat digunakan
untuk dialisis. Setelah itu, responden akan ditusuk dengan 2 jarum yang dihubungkan ke

8
plastik tabung. Satu tabung membawa darah ke dialyzer untuk dibersihkan dan tabung
lainnya mengembalikan darah yang telah dibersihkan.

Setelah itu, ada akses jenis ketiga yaitu hd kateter. Hd kateter adalah tabung
lembut yang dimasukkan ke dalam vena besar di leher atau dada Anda. Jenis akses ini
umumnya digunakan bila dialysis diperlukan hanya untuk periode singkat atau
digunakan sebagai akses permanen ketika fistula atau graft tidak dapat dipasang. Kateter
bisa dihubungkan langsung ke tabung dialisis tanpa menggunakan jarum. Di dalam
dialyzer atau filter, terdapat dua sisi yaitu untuk darah dan untuk cairan yang disebut
dialisat. Dua sisi tersebut dipisahkan oleh selaput tipis yang juga menyebabkan sel
darah, protein dan hal penting lain tetap ada dalam darah. Hal ini disebabkan karena sel
darah, protein dan hal penting lain tersebut terlalu besar untuk dilewati melalui
membran permeabilitas (Cahyaningsih, 2014).

F. Blok diagram
Analisa teknis dilakukan untuk mengidentifikasi apabila alat mengalami
perbaikan maka harus sesuai tahap-tahap yang benar, agar perbaikan yang dilakukan
dapat efektif dan tepat. Berikut blok diagram dari mesin hemodialisa ditunjukkan
pada Gambar 2.4.

9
Gambar 2. 5 Blok diagram Hemodialisa

Cara kerja blok diagram Hemodialisa:

Pada saat alat di aktivasi dilakukan pemilihan kecepatan pompa darah, kecepatan
pompa cairan dialisat serta setting suhu pada cairan dialisat. Lalu tekan enter, maka
proses akan bekerja dimana mikrokontroller akan memproses perintah yang diberikan.
Dari perintah yang di berikan akan mengaktifkan driver motor stepper dan driver motor
dialyzer serta heater dan sensor suhu untuk dialyzer.

Pada driver motor dialyzer ini akan menggerakkan dua motor dengan pembagian
satu motor bekerja kemudian satu motor yang lain akan bekerja setelah motor
sebelumnya off. Proses ini akan dilakukan selama 30 menit. Proses hemodialisa selama
6 jam ini akan disimulasikan dalam waktu 30 menit. Apabila terdeteksi gelembung
udara maka kedua motor akan berhenti bekerja dan hanya dapat bekerja kembali saat
dilakukan reset dan setting ulang.

G. Pengoperasian
Standar Operasional Prosedur Alat:

1) Tekan panel “ON/OFF” untuk menyalakan mesin hemodialisa

10
2) Tekan tombol “Dia Mode”, kemudian tekan “prep”
3) Tekan prep tunggu hingga proses self test selesai
4) Hubungkan tubing Acid mesin hemodialisa(warna merah)ke diasol Acid dan
tubing bicarbonat mesin(warna biru) ke diasol bicarbonat.
5) Tunggu sampai mesin siap pakai (conduktivity 13,5-14,1 mS/cm dan
temperatur 36˚-37˚ C)
6) Lakukan “Soaking” dengan cara :
7) Tekan tombol “blood pump” untuk menghidupkan atau mematikan pompa
mesin
8) Putar “Potensio Blood Pump” untuk mengatur kecepatan pompa darah
9) Tekan “UF left” untuk mengatur waktu dialysis
10) Tekan “UF Goal” untuk menentukan jumlah cairan yang akan dikeluarkan
11) Tekan tombol “Dialyze” untuk memulai dialysis
12) Tekan tombol dialysis mode ± 3detik jika muncul “UF Performed Target”
13) Kembalikan Hansen ke port dialisat mesin
14) Tekan tombol F1 atau F2 atau F3 atau F4 untuk membersihkan mesin
15) Tekan panel “ON/OFF” dibelakang mesin setelah proses “Desinfection” atau
“Heat Clean” mesin selesai

H. Penempatan dan Penyimpanan


Beberapa persyaratan ruangan penyimpanan alat :

1) Kelembaban 50-60% RH.


2) Tersedia sistem grounding pada ruangan karena alat termasuk Type HF
3) Tempatkan alat di tempat dengan permukaan datar.
4) Hindari guncangan dan getaran mekanis pada alat.
5) Hindari ruangan dengan tekanan dan suhu ekstrim.
6) Diletakkan cukup jauh dari pemanas ruangan
7) Hindari dari sinar matahari langsung.

11
I. Perencanaan Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan setiap mesin setelah di gunakan pada pasien atau minimal
sehari sekali

J. Perbaikan
Perbaikan mesin hemodialisa adalah pihak ke 3 karena mesin hemodialisa
termasuk barang KSO jadi untuk pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi dilakukan oleh
pihak ke 3.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah dilakukan penelitian mengenai alat Hemodialisa didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penyakit gagal ginjal merupakan kondisi gangguan fungsi ginjal terjadi ketika
tubuh terjadi penurunan fungsi filtrasi glomerulus.
2. Hemodialisis adalah suatu terapi yang digunakan untuk menggantikan fungsi
ginjal yang rusak dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan mesin
hemodialisa.
3. Tahap-tahap proses hemodialisa ada empat, yaitu tahap priming, tahap
preparation, tahap Tindakan dan tahap rinse.
4. Prinsip-prinsip Hemodialisa memiliki tiga prinsip dasar proses, yaitu proses
difusi, ultrafiltrasi dan osmosis.

13
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. R. B. Ali, G. N. M. Masi, and V. Kallo, “PERBANDINGAN KUALITAS


HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN COMORBID
FAKTOR DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI DI RUANGAN
HEMODIALISA RSUP. Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO,” Progr. Stud.
Ilmu Keperawatan Fak. Keedokteran Univ. Sam Ratulangi Manad., vol. 4, pp. 9–
15, 2017, [Online]. Available:
https://media.neliti.com/media/publications/106621-ID-perbandingan-kualitas-
hidup-pasien-gagal.pdf.

[2] M. D. Tantona, “Jurnal Penelitian Perawat Profesional,” J. Penelit. Perawat


Prof., vol. 1, no. November, pp. 89–94, 2019.

[3] M. Arda Ghufron Ashari, Hj.Endang Dian Setioningsih ST.MT , Lamidi, SST,
“Simulasi Pesawat Hemodialisa Parameter Heparin Pump dan Dialyzer Proses.”

[4] E. C.PEARCE, “ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK PARAMEDIS,” in PT.


GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA, JAKARTA: PT GRAMEDIA, 2016.

[5] Menteri Kesehatan Republik Indonesia, “Peraturan Menteri Kesehatan


nomor/812/MENKES/PER/VII/2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Dialisis pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.” pp. 1–10, 2010.

[6] L. Bruno, “ 済 無 No Title No Title,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp.
1689–1699, 2019, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

[7] 2011 Tortora, “Anatomi Dan Fisiologi Ginjal,” Anat. Dan Fisiol. Ginjal, pp. 8–
22, 2011.

[8] S. Pesawat et al., “No Title,” no. 10, pp. 1–10.

[9] N. Man, E. Wati, and R. F. Yeni, “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit
Leukemia Dengan Metode Backward Chaining,” J. Sains dan Teknol. J.
Keilmuan dan Apl. Teknol. Ind., vol. 16, no. 2, p. 148, 2016, doi:

14
10.36275/stsp.v16i2.44.

[10] K. Setiawan, D. H. Andayani, and E. D. Setioningsih, “Perancangan Alat Priming


Dialyzer,” vol. c, pp. 220–222, 2019.

15
SOAL SOAL

16

Anda mungkin juga menyukai