Anda di halaman 1dari 61

TUGAS AKHIR

KALIBRASI ELECTROSURGERY UNIT MENGGUNAKAN


ELECTROSURGICAL ANALYZER SPL HF400 V2

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Teknik (A.Md.T) Pada Program Studi D3 Teknik Elektronika Program Pendidikan Vokasi
Universitas Halu Oleo

OLEH :

ARHAM
NIM P3D3 16 009

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRONIKA


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

i
Halaman PersetujuanTugas Akhir

ii
Halaman Pengesahan

iii
Halaman Pengesahan Tugas Akhir

ABSTRAK
Kelistrikan memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Salah satu penggunaan listrik adalah di rumah sakit ataupun di klinik-klinik
adalah peralatan medis. Selain sebagai penerangan, bahkan kelistrikan dalam

iv
dunia kedokteran digunakan untuk mempermudah dokter pada saat proses operasi
pembedahan berlangsung Contoh pemanfaatan listrik dalam dunia kedokteran
adalah dengan memanfaatkan arus listrik dengan frekuensi tinggi yang kemudian
menimbulkan efek termal pada suatu jaringan menggunakan alat Elektrosurgerry
Unit. Elektro Surgerry Unit sebagai pengganti pisau bedah konvensional guna
mengurangi pendarahan akibat sayatan/luka pada saat operasi pembedahan
dilakukan. Dalam fungsinya sebagai alat kesehatan yang berhubungan langsung
dengan pasien, keamanan dan kelaikan sebuah alat kesehatan sangatlah penting .
Elektro Surgerry Unit yang memanfaatkan arus listrik berfrekuensi tinggi dalam
pengaplikasiannya, nilai besaran listrik yang keluar haruslah sesuai dengan hasil
settingan untuk keamanan pasien saat proses operasi. Untuk itu perlu dilakukan
kalibrasi menggunakan Electrosugrical Analyzerdipantau sesuai dengan standar
yang ditetapkan BPFK (Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan) maka diperlukan
pengkalibrasian.Pada proses kalibrasi ini dengan membandingkan 2 prosedur
pengkalibrasian, pada kalibrasi A dilakukan kalibrasi sesuai standar oprasional
prosedur yang berlaku dan pada kalibrasi B dilakukan kalibrasi tidak sesuai
standar oprasional yang berlaku. Serta menganalisa dan membandingkan hasil
kedua kegiatan kalibrasi tersebut.

Kata kunci : Kalibrasi, Electrosurgery Unit dan Electrosurgical Analyzer

v
ABSTRACT
Electricity plays an important role in various aspects of human life. One of the
uses of electricity is in hospitals or clinics is medical equipment. Apart from being
lighting, even electricity in the medical world is used to facilitate doctors during
the surgical operation process. Examples of electricity utilization in the medical
world are by utilizing high-frequency electric currents which then cause thermal
effects on a network using the Electrosurgery Unit. Electro Surgical Unit as a
replacement for a conventional scalpel to reduce bleeding due to incisions /
wounds when surgery is performed. In its function as a medical device that relates
directly to patients, the safety and health of a medical device is very important.
Electrical Surgical Unit that utilizes high frequency electric current in its
application, the value of the electrical quantity that comes out must be in
accordance with the results of the settings for patient safety during the operation
process. For this reason, it is necessary to do a calibration using the
Electrosugrical Analyzer which is monitored according to the standards set by the
BPFK (Health Facility Security Center), so calibration is required. In this
calibration process by comparing 2 calibration procedures, calibration A is
carried out according to the operational standard procedures that apply and the
calibration B is carried out calibration is not in accordance with the applicable
operational standards. And analyze and compare the results of the two calibration
activities.

Keywords: Calibration, Electrosurgery Unit and Electrosurgical Analyzer

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan izin
dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat serta salam
semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam. Tugas akhir ini berjudul
“KALIBRASI ELECTROSURGERY UNIT MENGGUNAKAN ELECTROSURGICAL
ANALYZER SPL TYPE HF400 V2” sebagai syarat untuk memperoleh gelar ahli
madya teknik (Amd.T) pada Program Studi D.3 Teknik Elektronika Program
Pendidikan Vokasi Universitas Halu Oleo.
Ucapan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada
ayahanda tercinta Alm.Hariaman dan ibunda tercinta Hajra Bire atas segala
perhatian, kasih sayang, doa, serta dukungan yang senantiasa mengiringi
perjalanan hidup penulis, serta saudara tersayangHarianto terima kasih atas doa
dan motivasinya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya ke pada bapak Mustamin ST.,MT selaku pembimbing I dan
bapak Gamal Abdel Naseer Masikki,ST.,M.Eng selaku pembimbing II yang telah
banyak membantu baik secara moral maupun bimbingan, saran, kritik, nasehat,
serta permohonan maaf atas segala kesalahan penulis baik sengaja maupun tidak
di sengaja mulai awal sampai akhir pembimbingan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya juga kepada :
1. Bapak Prof. Dr.Muhammad Zamrun F.,S.Si.,M.Sc selaku Rektor Universitas
Halu Oleo.
2. Bapak Arman Faslih, ST., MT., selaku Direktur Program Pendidikan Vokasi
Universitas Halu Oleo.
3. Bapak Mustamin, ST., MT., selaku Koordinator Program Studi D3 Teknik
Elektronika Universitas Halu Oleo.
4. Seluruh dosen dan staf lingkup Jurusan/Program Studi Ilmu dan Teknologi
Pangan, Fakultas D3 Teknik Elektronika Universitas Halu Oleo.

vii
5. Semua pegawai BPFK Makassar yang telah banyak membantu dalam tugas
akhir ini, terkhusus kepada ibu Hj.St Marwah Rachman.ST.,MT, bapak
Kasman, S.ST, bapak H. Ilcham Hidayat, bapak ST, Herwin, ST, bapak Rezki
Hairy, ST., MM, kak Muhammad Sofyan, kak Andi Patala Putra, dan kak
Haerul Budiman Saleh.
6. Sahabat dekat penulis Alm.Muhammad Rahmat Hafid, Mohammad Rohman
Candra, Mohammad Zulkifli, Yan Jamaludin Ahmadi, Erwin, Muh.Alan,
Muh.Iqra Al-Adiyat Han, Walid Noor Ihsan, wardono Solit Sabansari, Asmar,
Apriyanto Saputra,kaharuddin, Risky Putra Maulana,Ridwan hudi,Sapri dan
teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu-satu yang telah
banyak membantu serta memberikan dukungan dan motivasi selama masa
studi penulis,mengingatkan dan memberi motivasi untuk penulis.
7. Rekan-rekan seperjuangan magang Reski Amanda Sari,Asmatul Fadillah, Nur
Hafni Azizah, Alifah NurSari Sri Mulyani Purnama, Rahmayana, Irda Ariyanti,
Sari Astuti, Andi Hasrudin, Albi Sarira, Muh. Ali Isran Dai, Wahyudin, dan
Rinaldi yang telah sabar menghadapi sifat kekanakan penulis.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari
Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap mudah – mudahan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa D3 Teknik Elektronika
Universitas Halu Oleo. Dengan penuh keikhlasan penulis menyadari masih
banyak kekurangan pada tugas akhir ini, oleh karena itu segala masukkan dan
kritik yang membangun akan sangat membantu untuk penyempurnaan tugas
akhir ini. Terima kasih.
Sekian yang dapat penulis katakan, semoga Allah subhanawata’ala
melimpahkan rahmat ke pada semua pihak yang telah membantu, Amiin,
Kendari, Juni 2019

Penulis

viii
Daftar Isi

Halaman PersetujuanTugas Akhir.....................................................................................ii


Halaman Pengesahan.........................................................................................................iii
Halaman Pengesahan Tugas Akhir....................................................................................iv
ABSTRAK.........................................................................................................................v
ABSTRACT......................................................................................................................vi
Daftar Isi............................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................xi
DAFTAR TABLE.............................................................................................................xii
DAFTAR GRAFIK..........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Batasan Masalah.................................................................................................2
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................................................3
1.5. Metode Penelitian...............................................................................................3
1.6. Sistematika Penulisan.........................................................................................4
2.1. Riset Terdahulu..................................................................................................6
2.2. Elektro Surgerry Unit.........................................................................................7
2.3. Sejarah Singkat Elektro Surgerry Unit...............................................................8
2.6. Pengertian Kalibrasi.........................................................................................14
2.7. Tujuan dan Manfaat Kalibrasi..........................................................................15
2.8. Waktu Kalibrasi................................................................................................16
2.10. Teknik Pengolahan Data Kalibrasi...............................................................19
2.11. Thermohygrometer.......................................................................................19
2.12. ESA (Electrical Safety Analyzer).................................................................20
2.13. Elektrosurgical Analyzer SPL type HF 400 V2............................................21
BAB III METODOLOGI..............................................................................................25
3.1. Waktu dan Tempat............................................................................................25
3.2. Alat Dan Bahan................................................................................................25
3.3. Pelaporan Kalibrasi Electrosurgery Unit..........................................................27

ix
3.4. Teknik Pengambilan Data.................................................................................28
3.5. Metode Kerja....................................................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................31
4.1 Prosedur Kalibrasi..................................................................................................31
4.2. Perbandingan Hasil Kalibrasi Elektro Surgerry Unit Sesuai Ketentuan Standar
Oprasional Prosedur (SOP) dan Tidak Sesuai ketentuan Oprasional Prosedur (SOP). .34
4.3. Telaah Teknis....................................................................................................40
4.4. Kesimpulan Telaah Teknis................................................................................40
4.5. Tabel Perbandingan Hasil Rata-rata Pengukuran Kegiatan Kalibrasi Sesuai SOP
dan Tidak Sesuai SOP..................................................................................................41
BAB V PENUTUP.......................................................................................................45
5.1. Kesimpulan......................................................................................................45
5.2. Saran................................................................................................................46

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Body Elektrosurgery Unit...................................................................9


Gambar 2.2Tombol Dan LCD Display...................................................................9
Gambar 2.3Probe Elektrosurgery Unit...................................................................9
Gambar 2.4Thermohygrometer ...........................................................................19
Gambar 2.5Electrical Safety Analyzer.................................................................20
Gambar 2.6 Elektrosurgical Analyzer SPL Type HF400 V2................................21
Gambar 3.1 Thermohygrometer..........................................................................25
Gambar 3.2Elektrical Safety Analyzer ...............................................................26
Gambar 3.3Elektrosurgical Analyzer..................................................................26
Gambar 3.4Buku Intruksi Kerja..........................................................................26
Gambar 3.5Lembar Kerja Elektrosurgery Unit...................................................27

xi
DAFTAR TABLE

Table 2.1 Penanganan Truobleshooting Ringan Elektrosurgery Unit..................13


Tabel 4.1 Pemeriksaan Kondisi Ruang.................................................................34
Table 4.2 Pemeriksaan Kondisi Fisik Dan Fungsi Alat........................................35
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kinerja ESU Sesuai SOP........................................36
Table 4.4 Hasil pengukuran Kinerja ESU Tidak Sesuai SOP...............................38
Tabel 4.5 telaah Teknis.........................................................................................40
Tabel 4.6 Kesimpulan Telaah Teknis....................................................................40
Table 4.6 Perbandingan Hasil pengukuran sesuai dan tidak sesuai prosedur ......41

xii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbandingan Rata-rata Energy Cutting..............................................42


Grafik 4.2 Perbandingan Rata-rata Energy Coagulation......................................42
Grafik 4.3 Perbandingan Kesalahan Relatif Cutting............................................43
Grafik 4.4 Perbandingan Kesalahan Relatif Coagulation.....................................43

xiii
DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 1..........................................................................................................19
Persamaan 2..........................................................................................................19
Persamaan 3..........................................................................................................19

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelistrikan memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan
manusia.Salah satu penggunaan listrik adalah di rumah sakit ataupun di klinik-
klinik. Selain sebagai penerangan, bahkan kelistrikan dalam dunia kedokteran
digunakan untuk mempermudah dokter pada saat proses operasi pembedahan
berlangsung. Salah satu pemanfaatan listrik dalam dunia kedokteran adalah
dengan memanfaatkan arus listrik dengan frekuensi tinggi yang kemudian
menimbulkan efek termal pada suatu jaringan menggunakan alat Elektro Surgerry
Unit. Elektro Surgerry Unit sebagai pengganti pisau bedah konvensional guna
mengurangi pendarahan akibat sayatan/luka pada saat operasi pembedahan
dilakukan. Prinsipnya memanfaatkan arus listrik frekuensi tinggi yang
menimbulkan efek termal pada jaringan sehingga efek itu digunakan untuk
menutup luka atau pendarahan dari sayatan yang di lakukan.
Dalam fungsinya sebagai alat kesehatan yang berhubungan langsung
dengan pasien, keamanan dan kelaikan sebuah alat kesehatan sangatlah penting
.Seperti halnya Elektro Surgerry Unit yang memanfaatkan arus listrik dalam
pengaplikasiannya, nilai besaran listrik yang keluar haruslah sesuai dengan hasil
settingan untuk keamanan pasien saat proses operasi. Untuk itu perlu dilakukan
kalibrasi. Namun dalam pengaplikasiannya, petugas medis kurang memperhatikan
hal tersebut karena belum memahami pentingnya kalibrasi alat kesehatan.
Padahal, Sesuai dengan aturan dari pemerintah, UU NO 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit menyatakan bahwa setiap peralatan kesehatan terutama yang
terdapat dan digunakan di sarana pelayanan kesehatan harus diuji dan dikalibrasi
secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan, Institusi Pengujian
Fasilitas Kesehatan yang berwenang dan/atau perusahaan swasta terpercaya.
Untuk itu di perlukan proses kalibrasi sesuai prosedur dan ketentuan
standar kalibrasi menurut acuan-acuan yang mengatur pengkalibrasian pada alat
Elektro Surgerry Unit untuk memastikan kelaikan dari alat tersebut. Sebab proses
kalibrasi Elektro Surgerry Unit yang di lakukan di luar dari ketentuan standar

1
kalibrasi menurut acuan-acuan yang mengatur pengkalibrasian alat elektrosurgery
unit akan berdampak pada hasil analisa proses kalibrasi dan menyebabkan hasil
analisa tidak akurat dan tidak benar terhadap kinerja alat kesehatan Elektro
Surgerry Unit yang di kalibrasi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas,maka
masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara melakukan kalibrasi pada alat kesehatan Elektro Surgerry
Unit menggunakan Elektro Surgerry Unit Analyzer?
2. Bagaimana proses penentuan kelaikan operasi alat kesehatan Elektro
Surgerry Unit?
3. Bagaimana akibat dari dilakukannya proses kalibrasi diluar dari ketentuan
Standar Oprasional Prosedur (SOP) kalibrasi alat kesehatan elektro surgerry
unit?
4. Bagaimana Analisa hasil dan perbandingan hasil penukuran dari 2 prosedur
kalibrasi Elektrosurgerry Unit?

1.3. Batasan Masalah


Penulisan tugas akhir ini di batasi pada:
1. Peralatan kalibrasi yang digunakan adalah Elektro Surgerry Unit Analyzer
type SPL HF400 V2 yang berada di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Makassar
2. Alat Elektro Surgerry Unit yang digunakan adalah ACOMA ACUTOR SR-II
yang berada di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Makassar.
3. Parameter yang diukur meliputi besar energy output monopolar cutting dan
besar energy output monopolar coagulation alat kesehatan Elektro Surgerry
Unit.
4. Hasil pengukuran kalibrasi menganalisa rara-rata, simpangan buku, koreksi,
kesalahan relatif, dan toleransi yang mengacu pada ECRI No.411-20010301-
01 dan ANSI/AAMI 1136-1991

2
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara melakukan kalibrasi pada alat kesehatan Elektro
Surgerry Unit menggunakan Elektro Surgerry Unit Analyzer SPL tipe
HF400 V2?
2. Mengetahui Bagaimana proses penentuan kelaikan operasi alat
kesehatan Elektro Surgerry Unit?
3. Mengetahui akibat dari dilakukannya proses kalibrasi diluar dari
ketentuan Standar Oprasional Prosedur (SOP) kalibrasi alat kesehatan
elektro surgerry unit?
4. Mengetahui Analisa hasil dan perbandingan hasil penukuran dari 2
prosedur kalibrasi Elektrosurgerry Unit?
1.4.2 Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai panduan dalam melakukan proses kalibrasi peralatan Elektro
Surgerry Unit.
2. Memberikan peluang kepada peneliti-peneliti untuk mengkaji lebih
dalam, serta mengembangkan dari hasil penelitian ini.
1.5. Metode Penelitian
1. Studi Literatur (Literature Study)
Yaitu studi yang dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan
serta landasan teori dari berbagai buku, referensi, dan sumber lainnya
yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
2. Metode Konsultasi
Yaitu dengan mendiskusikan data atau sumber mengenai
perancangan alat ini dengan dosen dan orang-orang yang telah mendalami
dan menguasai hal tersebut.

3. Studi Lapangan (Field Study)


Yaitu bagaimana menjelaskan mengenai konsep pengkalibrasian
yang akan digunakan serta pengumpulan data-data yang akan dipakai
dalam pelaksanaan penelitian.
4. Pengambilan Data
Yaitu tahap dimana proses kalibrasi dilakukan sesuai dengan
standar prosedur operasional yang berlaku.
5. Pengolahan Data

3
Yaitu tahap dimana data mentah hasil kalibrasi akan di olah sesuai
dengan standar yang berlaku sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
yang menyatakan alat tersebut laik atau tidak laik.
1.6. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan proposal tugas akhir dilakukan dengan membagi tiap-
tiap bab sebagai berikut:
BabIPendahuluan
Menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan dijelaskan tentang teori dasar yang mendukung penelitian ini
diantaranya teori dan fungsi dasar dari peralatan yang digunakan dalam penelitian
ini.
Bab III Metode Perancangan
Pada bab ini akan dibahas tentang prosedur pengkalibrasian alat terapi
elektrostimulator menggunakan elektrostimulator analyzer, serta penulis
menganalisa parameter pengukuran yang akan dilakukan pada alat tersebut.
Bab IV Hasil Dan Pembahasan
Tahap ini akan ditamplkan data mentah hasil proses kalibrasi yang akan diolah
sesuai dengan standar prosedur yang berlaku hingga menghasilkan suatu
kesimpulan laik atau tidak laik.

Bab V Penutup
Merupakan bab penutup dari penulisan tugas akhir ini di mana isinya mencakup
kesimpulan dari tugas akhir ini dan saran yang dilakukan untuk menyempurnakan
hasil penelitian ini di masa akan datang.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Riset Terdahulu


Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
Penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
penelitian yang dilakukan. Dari peneitian terdahulu penuliis tidak menemukan
penelitian denga judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis
mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi alam memperkaya bahan kajian
pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa
jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Totok Winarno, Fathoni, Tundung Subali Padma, yang berjudul “Analisis
Sinyal Tegangan Keluaran Electrosurgical Unit (ESU) Pada Alat Bedah Medis”
pada tahun 2015 yang membahas tentang perancangan electrosurgical unit ESU
yang menghasilkan gelombang listrik frekuensi tinggi dan tegangan tinggi yang
dihasilkan melalui pembangkit sinyal frekuensi tinnggidan menaikan tegangannya
mencapai 1000-2000 volt untuk menanggulangi keterbatasan akan ketersediaan
ESU dan menekan biaya pengeluaran untuk pengadaan ESU.
Feriyanta Purba,Yulizam “Analisis Kalibrasi Electrosurgical RSU Dr
H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi” yang membahas tentang pengujian dan
kalibrasi Electrosurgical Unit Mrek Bowa ARC 350 dengan menggunakan
Electrosurgical Analyzer, yag dilaksanakan di Balai Pengamanan Fasilitas
Kesehatan (BPFK) Medan. Kajian Ini bertujuan untuk mendapat hasil tentang tata
cara pengujian dan kalibrasi Electrosurgical serta untuk mengetahui data data
hasil kalibrasi tersebut yang berdasarkan pada prosedur pengujian da kalibrrsi
keluaran Electrosurgical Unit berada dalam ambang batas (±20% Untuk setting
Cutting dan setting Coagulation ) dari setting pada saat pengujian. Dari hasil
penelitian yang dilakukan telah diketahui bahwa Electrosurgical merk bowa ARC
350 layak untuk digunakan.

Andi Adriansyah, Hirawan Antoni “Electrosurgical Unit Sebagai Alat


Bantu Bedah” pada tahun 2010. Tulisan ini menjelaskan pembuatan rangkaian

5
Elektrosurgical Unit (ESU-Unit Bedah-Elektro) yang menggunakan Arus RF
listrik pada tissue biologis. Generator bedah elektro memasok sumber arus listrik
yang memindahkan energi (electron) ke tissue. Dalam bedah elektro, arus listrik di
terapkan langsung pada tissue dan pasien merupakan bagian dari rangkaian
listrik. Sumber bedah llistrik dapat dengan cepat diidentifikasi di kamar bedah
dari elektroda tanah yang di pasang pada pasien.ESU beroprasi pada mode
monopolar dengan menggunakan elektroda aktif dan mode bipolar dengan
menggunakan elektroda bipolar seperti gunting bedah (forceps)

2.2. Elektro Surgerry Unit


2.1.1 Pengertian Elektro Surgerry Unit
Electrosurgical adalah suatu alat bedah medis yang memanfaatkan
frekuensi tinggi dari arus listrik yang digunakan untuk memotong, mengental, dan
mengeringkan jaringan.Electrosurgicalmerupakan alat medis yang selalu
digunakan selama proses operasi. Dengan menggunakan alat ini diharapkan
selama proses operasi, pasien tidak mengalami kehilangan banyak darah karena
alat ini selain dapat digunakan untuk melakukan pembedahan juga dapat
digunakan untuk menutup jaringan setelah mengalami pembedahan. Dalam
penggunaan electrosurgical, alat ini selalu berpasangan dengan alat elektrosurgery.
Electrosurgery adalah suatu alat bedah medis yang memanfaatkan frekuensi tinggi
dari arus listrik yang digunakan untuk memotong, mengental, dan mengeringkan
jaringan. Dengan kemajuan teknologi membuat Electrosurgical ini menjadi wajib
digunakan dalam selama proses pembedahan ( Ansell Care ).
Electrosurgicaldengan menggunakan energy RF(Radio Frekuensi) 300kHz
sampai dengan 3 MHz untuk memotong dan membekukan tissue/ jaringan, yang
mana tergantung pada efek panas yang disebabkan oleh arus listrik frekuensi
tinggi melalui tepi yang tajam.
Pada cut current mode, jaringan dipotong menggunakan elektroda yang
mengenai jaringan dan kapiler yang mana goresan tersebut tersegel kembali
(kering) karena jaringan menyusut. Oleh karena itu cara ini sering disebut
“Bloodless Surgery”/ Bedah tanpa darah. Pada Coag Current Mode, Jaringan
dibekukan dengan menggunakan discharging RF dari elektroda ke jaringan,

6
sehingga terjadi loncatan energy yang dapat menghentikan pendarahan. Dengan
prosedur yang tepat, proses kesembuhan pasca operasi akan menjadi lebih cepat.
Electrosurgery Unit (ESU) adalah suatu alat bedah dengan memanfaatkan
arus listrik frekuensi tinggi.Pengoperasian ESU dibagi menjadi 2 (dua) mode,
yaitu bipolar dan monopolar. Mode bipolar biasa digunakan pada bedah minor
untuk proses koagulasi (pembekuan). Dalam proses ini elektroda berbentuk pinset
digunakan untuk menjepit jaringan yang tidak diinginkan, kemudian arus listrik
frekuensi tinggi mengalir dari ujung elektroda melewati jaringan tadi kemudian
menuju ujung elektroda yang lain. Sedangkan pada mode monopolar digunakan
pada bedah mayor dengan metode pemotongan/ cutting. Dalam proses ini
digunakan dua elektroda terpisah, yaitu elektroda aktif dan elektroda netral
dengan permukaan lebih luas yang ditempatkan dekat dengan lokasi yang akan
dibedah. Arus listrik akan terpusat pada elektroda aktif dan elektroda netral dibuat
khusus untuk mendistribusikan arus listrik dengan bertujuan untuk mencegah
kerusakan jaringan. Oleh karena itu, mode bipolar lebih banyak digunakan untuk
melakukan pembedahan minor. (Feriyanta Purba dan Yulizam)

2.3. Sejarah Singkat Elektro Surgerry Unit


Pada zaman dulu, pembedahan dilakukan dengan proses konvensional,
yaitu dengan menggunakan pisau bedah. Pembedahan konvensional ini terkadang
menyebabkan pasien banyak mengeluarkan darah. Maka terbentuklah salah satu
alat penunjang alat kesehatan yaitu ESU (electro surgery unit), yang digunakan
pada saat tindakan pembedahan. Dengan menggunakan ESU, pendarahan yang
terjadi pada saat tindakan pembedahan dapat diminimalisir, karena pembuluh
darah yang tebuka disekitar luka dapat langsung menutup.

2.2.1 Fungsi
Dalam pemakaianya Elektro Surgerry Unit berfungsi sebagai alat bedah
pengganti pisau bedah konvensional dengan menggunakan listrik frekuensi tinggi
yang diharapkan mampu meminimalisir pendarahan selama proses operasi
berlangsung.

7
2.2.2 Bagian-bagian Elektro Surgerry Unit
a. Bagian-bagian Elektro Surgerry Unit
1. Body

(Sumber: http://www.medicalexpo.com,2016)
Gambar 2.1 Body Elektrosurgerry Unit
2. Keypad & LCD Display

Foto Atas Izin BPFK Makasar,2019


Gambar 2.2 Tombol Dan LCD Display
3. Probe/ Elektroda

Foto Atas Izin BPFK Makasar,2019


Gambar 2.3 Probe Elektro Surgerry Unit

b. Fungsi bagian-bagian Elektro Surgerry Unit


 Body: Sebagai rangka pada elektro Surgerry Unit
 Keypad: Sebagai tombol pemilih
 Probe/ Elektroda: ialah untuk memindahkan trnasmisi ion menuju
penyalur elektro.

8
 LCD Display: Berfungsi untuk menampilkan suatu tampilan yang
berupa data, baik huruf maupun grafik bentuknya tipis
mengeluarkan sedikit panas.

2.2.3 Prinsip Kerja Elektro Surgerry Unit


Prinsip kerja ESU adalah melakukan sayatan/penutupan luka dengan arus
AC berfrekuensi tinggi yang kemudian akan menimbulkan panas pada jaringan
disekitar sayatan/luka. Panas tersebut dimanfaatkan untuk menutup luka
ataupendarahan dari sayatan yang dilakukan. ESU terbagi dua mode, mode
bipolar dan monopolar. Pada mode bipolar frekuensi yang digunakan umumnya
diatas 100 KHz. Untuk mode monopolar terbagi dua yakni monopolar cutting dan
monopolar Coagulating. Frekuensi yang digunakan pada monopolar Cutting
umumnya sekitar 540 KHz dan frekuensi yang digunakan untuk
monopolar Coagulating umumnya sekitar 300 KHz.Pada ESU frekuensi tinggi
dihasilkan dari rangkaian pembangkit frekuensitinggi. Dimana untuk setiap
pemilihan mode seperti bipolar, monopolar cutting dan monopolar coagulating
memiliki rangkaian pembangkit frekuensi tersendiri.Dengan melakukan pemilihan
mode, akan mengaktifkan rangkaian pembangkitfrekuensi tinggi yang sesuai.Pada
mode monopolar, baik itu monopolar Cutting atau monopolarcoagulating, setelah
melakukan pemilihan mode, rangkaian pembangkit frekuensitinggi akan
membangkitkan frekuensi tinggi, seperti misalnya untuk monopolar cutting
sekitar 540 KHz dan untuk monopolar coagulating sekitar 300KHz.Kemudian
dengan melakukan setting energi/ power, akan dilakukan penguatanterhadap arus
listrik AC dengan frekuensi tinggi yang dibangkitkan sesuai
tingkatenergi/ power yang diinginkan. Kemudian arus listrik AC frekuensi tinggi
dengan tingkat energi/ power yang diinginkan tersebut dialirkan ke electrode aktif,
dengan menggunakan footswitch atau handswitch yang berfungsi sebagai saklar.
Pada monopolar surgery, electrode netral harus benar-benar kontak terhadap
tubuhpasien, sehingga mengurangi resiko terjadinya luka bakar dan
membuat ESU dapat bekerja semestinya. Dengan melakukan pengaktifan
menggunakan footswitch atau handswitch, terjadi loop tertutup antara sumber,
electrode aktif,pasien,electrode netral dan kembali ke sumber, dimana arus listrik

9
AC berfrekuensi tinggi dengan tingkat energi/power sesuai kebutuhan
user dialirkan ke electrode aktif dan dipergunakan untuk melakukan sayatan
sebagai fungsi cutting atau dipergunakan untuk penutupan luka sebagai Fungsi
coagulating terhadap pasien, kemudian arus listrik akan diterima Electrode netral
dandialirkan kembali ke ESU. Untuk mode bipolar tidak berbeda dengan mode
monopolar , hanya saja pada mode bipolar menggunakan frekuensi sekitar 100
KHz atau lebih tinggi danmenggunakan electrode aktif khusus bipolar yang mana
tidak menggunakan electrode netral. Pada mode bipolar , setelah arus
listrik AC frekuensi tinggidibangkitkan dan dikuatkan sesuai tingkat
energi/ power Keinginan user , dengan menggunakan footswitch Atau
handswitch, arus listrik AC frekuensi tinggi dengantingkat energi/ power yang
sesuai dialirkan keElectrode aktif bipolar , umumnya electrode aktif
bipolar berbentuk seperti pinset dengan dua ujung berpenampangkecil, sehingga
dengan pengaktifan menggunakan footswitch atau handswitch ,akan terjadi Loop
tertutup dari sumber, ujung satu electrode bipolar, pasien, ujunglainnya Electrode
bipolar dan kembali ke sumber. Seperti fungsinya secara umumbipolar surgery
digunakan untuk melakukan penghilangan/penghancuran bagianyang tidak
diinginkan, dengan bentuk electrode berpenampang sama, maka energiakan
terpusat sehingga terjadi pemanasan di kedua sisi yang dapat menyebabkanterjadi
penghancuran jaringan dan memudahkan untuk menghilangkan jaringan/bagian
yang tidak diinginkan.

2.2.4. Safety Kelistrikan


Electrosurgical unit merupakan salah satu alat kedokteran yang masuk
dalam katagori hight risk, karena apabila terjadi kegagalan atau kesalahan
pemakian peralatan dapat mengakibatkan kecelakaan yang serius terhadap pasien
maupun operator, misalnya luka bakar pada pasien yang biasa disebabkan karena
arus bocor maupun pembumian yang kurang baik. Untuk melakukan pengujian

10
diperlukan standar internasional dimana didalamnya memberikan persyaratan-
persyaratan yang diperlukan dan metode pengujian berdasarkan karakteristik
peralatan kesahatan. Standar Australia 3551 merupakan salah satu standar
keselamatan kelistrikan yang dapat digunakan. Dimana 3 didalmnya terdapat
detail mengenai Batasan nilai nilaikelistrikan yang diperkenankan. (Bangkit
Anggun W,Imam Abadi dan Dyah Sawitri)

2.4. Perawatan dan pemeliharaan Electrosurgery Unit (ESU)


2.4.1. pemeliharaan ESU dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Cek dan bersihkan bagian – bagian alat menggunakan kain dan cairan
pembersih
semprot khusus alat elektrik.
2. Cek kabel power dan kontak supply dengan multimeter, kemudian bersihkan
jackkabel power dengan contact cleaner ( CRC )
3. Cek tombol On – Off dan fuse power.
4. Cek semua accessoris.
5. Cek kondisi fisik tombol.
6. Test fungsi elektroda netral
7. Test fungsi elektroda aktif
8. Test fungsi mode operasi CUT
9. Test fungsi mode operasi COAG
10. Tes fungsi mode operasi bipolar

11
Troubleshooting
Tabel 2.1 Penanganan Troubleshooting Ringan Elekrosurgery Unit
Sumber : Buku Intruksi Kerja, 2016
Periksa Item Penyebab Tindakan

1.) Kabel daya tidak 1.) Periksa,


terubung,terputus Hubungkan
2.) Pemutus sirkuit tidak 2.) Ganti
Daya tidak dapat di
berfungsi,cacat 3.) Ganti
hidupkan
3.) Papan utama/front
printed sirkut (PCB)
Rusak
Monopolar Dan Bipolar
1) Penahan elektroda
Pemotongan (atau
dengan saklar jari
Koagulasi) saja tdak 1) Ganti
cacat
tersedia (tidak aa 2) Periksa
2) Saklar kaki
suara aktivasi,tidak 3) Ganti
monopolar rusak
ada tampilan pada
3) PCB utama cacat
Indikator

Baik pemotongan dan


pembekuan output 1) Pemegang elektroda
tidak tersedia w / saklar jari cacat 1) Ganti
(Tidak ada suara 2) Saklar kaki 2) Periksa, Ganti
aktivasi, tidak monopolar cacat 3) Ganti
ada tampilan pada 3) PCB utama cacat
indikator)
1) Kabel elektroda
1) Memeriksa
pasien tidak terhubung
Pasien elektroda suara koneksi
2) Pasien kabel elektroda
alarm 2) Periksa, Ganti
terputus
3) Ganti
3) Aksesoris rusak

Pada proses kalibrasi kerap kali petugas kalibrasi mendapati kondisi fisik
alat kesehatan yang tidak dalam kondisi baik dan mengalami kerusakan. Ketika
Hal tersebut di dapati terjadi pada Elektrosurgery Unit yang akan dikalibrasi dan
masih tergolong kerusakan ringan maka dapat dilakukan langkah troubleshooting
yaitu sebagai tindakan penanganan kerusakan pada Elektrosurgery Unit yang akan
di kalibrasi untuk memastikan uji kelaiakan piranti kesehatan Elektrosurgery Unit
aman untuk di oprasikan ke pasien.

12
2.5. Pengertian Kalibrasi
Akurasi suatui nstrumen tidak sendirinya timbul dari suatu rancangan yang
baik,tetapi dipengaruhi oleh kinerjanya (performance),stabilitas kehandalan dan
biaya yang tersedia(pemeliharaan). Akurasi hanya timbul dari kalibrasi yang
benar, artinya hasil pengukurannya dapat ditelusuri melalui pengujian dan
kalibrasi terhadap instrumen dengan teratur. Sekalipun alatnya masihbaru,
tetapharus dikalibrasi dahulu sebelum dioperasikan.Kalibrasi adalah kegiatan
penerapan untuk menentukan kebenaran nilai penunjukan alat ukur dan / atau
bahan ukur,(definisi:PermenkesNo.54 Tahun 2015).

Sedangkan pengujian adalah keseluruhan tindakan yang meliputi


pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk membandingkan alat ukur dengan
standart untuk satuan ukur sesuai guna menetapkan sifat ukurnya (sifat
metrologik)atau menentukan besaran atau kesalahan pengukuran.Pengukuran
adalah kegiatan atau proses mengaitkan angka secara empiris dan obyektif
kepada sifat-sifat obyek atau kejadian nyata sedemikian rupa sehingga angka tadi
dapat memberikan gambaranyang jelas mengenai obyek atau kejadian tersebut,
(definisi: Permenkes No .54 Tahun 2015).

Setiap peralatan terlebih lagi alat kesehatan yang berhubungan langsung


dengan manusia dan sangat kritis(berhubungandengannyawa) wajib dilakukan
kalibrasiuntuk menjamin kebenaran nilai keluaran dan keselamatan atau kalibrasi
alat kesehatan, maka alat ukur dan besaran standart yang dipergunakan untuk
pengujian dan kalibrasi alat kesehatan wajib dikalibrasi secara berkala pula oleh
Institusi Penguji Rujukan(sepertiLIPI).

Adapun untuk alat kesehatan,dan kalibrasi wajib dilakukan dengan kriteria


sebagai berikut:

1. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian dan kalibrasi

2. Sudah berakhir jangka waktu sertifikat atau tanda pengujian dan kalibrasi

13
3. Diketahui penunjukan keluaran kinerjanya (performance) atau keamanannya
(safety)tidak sesuai lagi,walaupun sertifikasi dantandamasih berlaku

4. Telah mengalami perbaikan walaupun sertifikat dan tandamasih berlaku

5. Telah berpindah tempat atau dipindahkan dan memerlukan pemasangan


instalasi listrik baru, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku

6. Jika ada layak pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau rusak,sehingga
dibutuhkan data kalibrasi terbaru untuk dapat memberikan informasi yang
sebenarnya.

2.6. Tujuan dan Manfaat Kalibrasi


2.7.1 Tujuan kalibrasi adalah:

1. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai yang menunjukkan suatu


instrument atau deviasi dimensinominal yang seharusnya untuk suatu bahan ukur

2.Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standart nasional maupun


internasional (Dewan Standarisasi Nasional/DNS1990).

3.“Patient Safety” menjaga dan meningkatkan mutu dan efektifitas pelayanan


serta keselamatan terhadap pasien dan petugas medis, menjadi hal yang wajib dari
penggunaan peralatan kesehatan harus memenuhi persyaratan mutu dan
keamanan.

4.Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi dari suatu bahan ukur


atau instrumen/alat.

5.Menentukan deviasi atau penyimpangan kebenaran konvensional dari nilai


penunjukan suatu instrumen ukur atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya
untuk suatu bahan ukur.
6.Menjaga keakuratan nilai yang dihasilkan oleh suatu alat sehingga tidak
menyimpang jauh dari ambang batas yang ditentukan.
7.Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun
internasional.

14
2.7.2 Manfaat kalibrasi

Menjaga kondisi instrument ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesifikasinya (DNS1990). Sedangkan tujuan umum kalibrasi ialah agar tercapai
kondisi layak pakai atau menjamin ketelitian dalam rangka mendukung
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, (Dirjen Pelayanan Medik Depkes,
2001). Fungsinya tentu saja sebagai tolak ukur jaminan keakuratan alat
tersebut pada pemanfaatannya.

2.7. Waktu Kalibrasi


Waktu kalibrasi suatu alat ukur tergantung pada karakteristik dan tujuan
pemakaiannya.Ditinjau dari karakteristiknya, maka makin tinggi kualitas
metrologis, makin panjang selang kalibrasinya. Bila ditinjau dari tujuan
pemakaiannya, semakin kritis pemakaiannya, semakin kecil dampak hasil
ukurnya, maka semakin pendek selang kalibrasinya.

Secara umum selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur,
frekuensi pemakaian dan pemeliharaan dari alat tersebut. Adapun waktu-waktu
kalibrasi biasanya dinyatakan dalam beberapa cara yaitu:

1.Dinyatakan dalam waktu kalender,misalnya enam bulan sekali,setahun sekali


dan seterusnya

2.Dinyatakan dalam pemakaian, misalnya 1000 jam pakai, 5000 jam pakai dan
seterusnya

3.Kombinasi cara pertama dan kedua diatas,misalnya enam bulan sekali atau
1000 jam pakai, tergantung mana yang dahulu.

Untuk alat kesehatan khususnya,telah diatur dalam peraturan Menteri


Kesehatan atau Permenkes Nomor 54 tahun 2015,tentang pengujiandan kalibrasi
alat kesehatan dilakukan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam (satu)
tahun. Alat kesehatan wajib diuji dan/atau dikalibrasi sebelum jangka waktu 1
(satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam kondisi tertentu seperti :

15
a. Mengikuti petunjuk pemakaian alat kesehatan.
b. Diketahui penunjukan atau keluarannya atau kinerja atau keamanannya tidak
sesuai lagi.
c. Telah mengalami perbaikan.
d. Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi.
e. Telah dilakukan reinstalasi.
f. Belum memiliki sertifikat pengujian dan/atau kalibrasi.

Suatukegiatan bias dikatakan merupakan kegiatan kalibrasi jika kegiatan


tersebut menghasilkan:

1. Sertifikasi kalibrasi,

2.Lembar hasil atau laporan hasil kalibrasi yang memuat,mencantumkan atau


berisi angka koreksi,deviasi atau penyimpangan, ketidakpastian dan batasan-
batasan atau standart penyimpangan yang diperkenankan, dan

3. Label atau penanda.

Kalibrasi diperlukan hanya untuk alat yang baik atau sedang


dioperasionalkan dan bukan untuk alat yang rusak. Alat rusak haruslah diperbaiki
dahulu barukemudian dilakukan pengujian dan kalibrasi untuk memastikan
bahwa alat tersebut betul-betulbaik.

Dari hasil kalibrasi dapat diketahui kesalahan penunjukan instrumenukur,


system pengukuran atau bahan ukur, untuk pemberian nilai pada tanda skala
tertentu dan juga dapat dicatat dalam suatu dokumen disebut sebagai sertifikat
kalibrasi atau laporan kalibrasi, dan suatu alat kesehatan dinyatakan lulus
kalibrasi bila:

1. Penyimpanan hasil pengukur dibandingkan dengan nilai yang dibandingkan


pada alat kesehatan tersebut tidak lebih menyimpang dari yang diijinkan, dan

2. Nilai hasil pengukuran keselamatan kerja, berada dalam nilai ambang batas
yang diijinkan.

2.8. Alasan Perlunya dilakukan Kalibrasi

16
Ketentuan mengenai pengujian dan/atau kalibrasi peralatan medis, standar
yang berkaitan dengan keamanan, mutu, dan manfaat dilaksanakan sesuai dengan
aturan pemerintah dan amanat undang-undang sebagai berikut:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 104
(1) Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunakan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu
dan/atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit Pasal 16
(1) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) meliputi
peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai.
(2) Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan
dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau
institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
(3) Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan
harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
a. Peraturan Menteri Kesehatan No 54 Tahun 2015. Tentang Pengujian dan
Kalibrasi alat Kesehatan, dilampirkan daftar alat kesehatan yang wajib
dikalibrasi.
(1) Setiap alat kesehatan wajib dilakukan pengujian dan/atau kalibrasi untuk
menjamin kebenaran nilai keluaran atau kinerja keselamatan dan keamanan
pemakaian.
(2) Pengujian dan/atau kalibrasi serta pengukuran paparan/ kebocoran radiasi
fasilitas kesehatan dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu tahun.
2.9. Teknik Pengolahan Data Kalibrasi
a. Nilai hasil pengukuran Elektrosurgery Unit
b. Nilai rata-rata penunjukan Elektrosurgery Unit

17
Jumlah nilai dari beberapa hasil pengukuran dibagi dengan banyaknya
pengukuran, pengukuran dilakukan 5 kali untuk setiap setting

Nilai rata-rata (Mean) = = ……… ………....(1)


Keterangan:
n = Banyaknya jumlah pengukuran
x1= Jumlah nilai dari beberapa hasil pengukuran
c. Koreksi
Koreksi = Nilai standar setting–Rata-rata pengukuran..… …..……(2)
d. Kesalahan Relatif

Kesalahan relatif (%) = x 100%..........................(3)

2.10. Thermohygrometer

Sumber: Manual book Thermohygrometer BK Precission 720, 2019


Gambar 2.4 Thermohygrometer

Thermohygrometer adalah gabungan dari thermometer (termometer)


ruangan dan hygrometer (higrometer), yaitu alat untuk mengukur suhu udara dan
kelembaban, baik di ruang tertutup ataupun di luar ruangan.
Thermometer adalah alat untuk mengukur panas atau suhu. Pada umumnya,
termometer terbuat dari tabung kaca yang diisi zat cair termometrik. Termometer
berasal dari bahasa Latin thermo, yang artinya panas dan meter yang artinya untuk
mengukur. Zat cair termometrik adalah zat cair yang mudah mengalami perubahan

18
fisis jika dipanaskan atau didinginkan, misalnya air raksa dan alkohol.
Termometer mempunyai banyak jenis, antara lain termometer klinis, termometer
dinding, termometer bimetal, dan termometer maksimum-minimum.
Hygrometer adalah sebuah alat untuk mengukur kadar kelembaban udara
pada lingkungan. Alat pengukuran kelembaban udara biasanya bergantung pada
pengukuran-pengukuran beberapa kuantitas lainnya seperti temperatur, tekanan,
masa atau perubahan mekanis atau elektris pada zat dimana kelembaban terhisap.
Thermohygrometer adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur suhu
dan kelembaban pada suatu ruangan / daerah secara digital. Biasanya pada suatu
ruangan di rumah sakit seperti ruangan laboratorium, ruang operasi, ruangan bayi,
serta alat kesehatan berupa incubator perawan untuk memonitor suhu dan
kelebaban ruang atau Chamber pada alat.

2.11. ESA (Electrical Safety Analyzer)

Sumber: Manual book Fluke ESA620 Equipment, 2019


Gambar 2.5 Electrical Safety Analyzer

ESA ( Electrical Safety Analyzer ) Merupakan alat uji yang digunakan


untuk menguji keselamatan (safety) dari suatu peralatan kesehatan maupun rumah
sakit yang berbasis kelistrikan. Pengujian yang bisa dilakukan adalah kebocoran
arus (leakage current), daya tahan perlindungan pembumian (Protective Earth
Resistance), daya tahan isolasi (Insulation Resistance) dan juga bisa mensimulasi
sinyal electrocardiograph (ECG). Standar yang biasa digunakan dalam pengujian
peralatan kesehatan untuk keselamatan adalah mengacu pada IEC 60601-1

19
series :Medical Electrical Equipment ; Part 1. General Requirement for Safety
(LIPI,2013)
Keamanan (safety) pada alat sangatlah penting tak terkecuali pada
peralatan elektrosurgery Unit yang langsung dihubungkan ketubuh pasien.
Adanya kebocoran arus listrik sangat membahayakan pasien maupun operator
alat.Oleh karena itu,pengukuran dengan safety analyser penting untuk mengetahui
pengamanan alat dan seberapa besar arus bocor,apakah masih pada level aman
atau berbahaya. Sesuai dengan batasan masalah,hasil pengujian dengan safety
analyser tersebut dirangkum oleh penulis secara umum dan tidak dibahas secara
mendalam pada hasil data analisa elektrosurgery Unit nantinya

2.12. Elektrosurgical Analyzer SPL type HF 400 V2

Sumber: www.spl-elektronik.com,
Gambar 2.6ElectrosurgicalAnalyzer SPLtype HF 400 V2
SPL HF-400 berfungsi untuk menguji fungsi HF Peralatan bedah. Sesuai
dengan instruksi dari pabrik stannndar pabrik pembuat perangkat bedah, pengguna
dapat mengukur HF output daya dan arus bocor HF diberikan pada resistor beban.
Resistor beban dapat disesuaikan hingga 10 Ohm dan dari 25 - 6375 Ohm dalam
langkah 25 Ohm. Parameter pengujian untuk pengujian dapat ditetapkan dalam
instruksi tes dan dapat secara otomatis diuji dengan PC. Ini memungkinkan untuk
mengurangi waktu pengujian. Di gunakan sebagai uji multi fungsi perangkat, nilai
yang diukur akan langsung ditampilkan. Sebagai contoh:

-Daya keluaran HF
-Kebocoran arus HF

20
-HF saat ini, RMS
-Tegangan HF, RMS

2.13.1. Pengukuran Daya keluaran HF

Selama pengukuran daya, pertama perangkat lunak mengatur resistensi


beban yang ditentukan 10 Ohm atau mulai 25 Ohm hingga 6375 Ohm dalam 25
Langkah ohm. Dari kekuatan output HF bisa kirim ke HF-400 dan diukur. Sebuah
pengalih jarak otomatis mengurus kontrol optimal dari RMS-converter. Itu
Konverter RMS, berdasarkan termal prinsip konversi dan bersama dengan modul
driver, dirancang untuk frekuensi naik hingga 10 MHz.

2.13.2. Pengukuran frekuensi


Penentuan frekuensi sinyal dapat dilakukan tempat untuk sinyal asli serta
untuk rms sinyal nilai - atau untuk sinyal interferensi.

2.13.3. Pengukuran Kebocoran arus HF:

Arus bocor frekuensi tinggi adalah diukur melalui resistor beban 200
Ohm. Untuk pengujian ini, resistor beban dapat disesuaikan.

2.13.4. Sistem pengujian untuk tes


Elektrosurgery Analyzer SPL HF 400 untuk tes fungsi Peralatan Bedah
HF sesuai dengan IEC 60601-2-2
☑operasi kursor terpandu menu atau operasi PC
☑HF - pengukuran daya
☑HF - pengukuran tegangan
☑HF - pengukuran saat ini
☑HF - pengukuran arus bocor
☑uji elektroda netral
☑Resistan beban uji 10 Ohm, 25 - 6375 Ohm dalam langkah 25 Ohm
☑ 6 pra-resistensi dipilih
2.13.5. Data Teknis
Tegangan listrik :83 - 264 V ac, 50/60 Hz
Konsumsi daya :50 VA

21
Kelas :1
Suhu lingkungan :+ 5 - + 40 ° C
Suhu penyimpanan :- 10 - + 50 ° C
Rentang pengukuran :RMS HF-saat ini: 0 - 5000 Ma
:Puncak HF-saat ini : 0 - 5000 mA
Diskriminasi : 0,1 mA
HF- output daya RMS : (tergantung RL) 0 - 500
Watt Crest Faktor : (V2) 1 - 10 (bei> 1000 mA)
HF-kebocoran saat ini : 0 - 250 mA
Diskriminasi : 0,1 mA
Tes elektroda netral : 0 - 1000 Ohm
Bandwidth 0,3 - 10 MHz
Prinsip pengukuran : konverter listrik termal
Load resistor :10 Ohm
25 Ohm - 6375 Ohm
Dalam langkah 25 Ohm
Berayun tepat waktu : <3
Detik Daya output :500 W: 1 menit aktif, off 5 menit permanen:
maks. 200 W pada 25 ° C suhu lingkungan
(50 - 800Ohm)
Data mekanis : case logam ringan IP20
Dimensi : 340 x 87 x 290 mm (W x H x D)
Berat : sekitar 3,8 kg
Keyboard : Keyboard foil 6 tombol
Layar : Layar B / W LCD berukuran 4 x 20
Antarmuka :1 x USB untuk antarmuka
PC 1 x RS-232 untuk antarmuka
PC 1 x RS-232

22
untuk perangkat uji tambahan

Colokan pengujian : 2 colokan pengaman 4 mm untuk Kekuatan


HF
2 x colokan pengaman 4 mm untuk
Kebocoran arus HF
1 x steker pengaman 4 mm untuk PE
1 x saldo potensial
Aksesori :1 x kabel keseimbangan potensial
1 x kabel antarmuka RS-232
Bahasa yang dipilih :Jerman, Inggris, Perancis, Polandia spanyol, italia,
portugis, turki

23
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


3.1.1. Waktu
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan tugas akhir yang berjudul
“Kalibrasi Electrosurgery Unit Menggunakan Electrosurgical Analyzer SPL
Type HF400 V2 ” yaitu mulai Februari 2019 hingga April 2019.
3.1.2 Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan di BPFK Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan
No. 7, RT.2, Tamalanrea, Kec. Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan
90245.

3.2. Alat Dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Thermohygrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu
dan kelembaban pada saat pengujian/kalibrasi.

Foto Termohygrometer Atas Izin BPFK Makassar


Gambar 3.1 Thermohygrometer

24
2. Electrical Safety Analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
tegangan jala-jala dan untuk mengukur keselamatan listrik.

Foto Electrical Safety Analyzer Atas Izin BPFK Makassar


Gambar 3.2 Electrical Safety Analyzer
3. Elektro Surgery Unit Analyzer
Elektro Surgerry Unit Analyzer adalah alat yang di gunakan untuk
mengkalibrasi alat Elektro Surgerry Unit.

Foto Electsurgical Analyzer Atas Izin BPFK Makassar


Gambar 3.3 ElektroSurgica Analyzer
4. Buku Intruksi Kerja
Buku intruksi kerja berfungsi sebagai pedoman untuk melakukan kalibrasi.

Foto Buku Intruksi Kerja Atas Izin


BPFK Makassar
Gambar 3.4 Buku Intruksi Kerja

3.2.2 Bahan
a. Lembar Kerja Kalibrasi Elektrosurgery Unit

25
Lembar Kerja adalah lembar data registrasi yang harus diisi sebagaimana yang
tertera.

Foto Lembar Kerja Elektrosurgery Unit Atas Izin BPFK Makassar

Gambar 3.5 Lembar Kerja Elektro Surgerry Unit

3.3. Pelaporan Kalibrasi Electrosurgery Unit


3.3.1 No. Registrasi
Nomor registrasi adalah nomor yang berisikan kode alat, urutan alat yang
dikalibrasi, tahun kalibrasi, dan nomor IRM (Instalasi Reabilitasi Medik) rumah
sakit.

3.3.2 Tanggal Terima/ Kalibrasi

Tanggal terima/kalibrasi adalah tanggal pelaksanaan kalibrasi.


3.3.3 Kalibrasi ulang
Kalibrasi ulang adalah waktu alat tersebut harus dikalibrasi kembali.
3.3.4 Lokasi Alat
Lokasi alat adalah tempat keberadaan alat yang akan dikalibrasi.
3.3.5 Tempat pelaksanaan
Tempat pelaksanaa adalah tempat melakukan proses kalibrasi.
3.3.6 Merk
Merek adalah merek alat yang akan dikalibrasi.
3.3.7 Model/ Type
Model/type adalah model dan tipe alat yang akan dikalibrasi.
3.3.8 No. Seri
Nomor seri produksi alat kesehatan
3.3.9 Kondisi Ruang
a. Tegangan jala-jala
b. Suhu kelembaban relative
3.3.10 Hasil pemeriksaan kondisi fisik dan fungsi komponen alat

26
3.3.11 Hasil Pengukuran Kinerja

3.3.12 Metode
Mengacu pada prosedur pengujian dana atau kalibrasi alat
kesehatan (DEPKES & KESSOS RI, DIRJEN YAMED-2001).
3.3.13 Alat ukur
3.3.14 Kesimpulan
Jika alat yang dikalibrasi dalam batas toleransi (diperolah dari
nilai koreksi dan nilai ketidakpastian pengukran) dinyatakan Laik Pakai
dan jika melebihi batas toleransi dinyatakan Tidak Laik Pakai.
3.3.15 Saran
Bila ditemukan dalam pemeriksaan fisik, funsi dan kinerja
Inkubator perawatan terdapat ketidaksesuaian maka disampaikan saran-
saran perbaikan.
3.3.16 Tanggal, Paraf pelaksana pembuatan laporan dan pemeriksa.
3.3.17. Nama dan tanda tangan penanggung jawab kebenaran hasil kalibrasi.

3.4. Teknik Pengambilan Data


3.4.1. Pengamatan (Observasi )
Penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek
penulisan untuk mendapatkan data atau keterangan yang diperlukan.

3.4.2. Wawancara ( Interview )


Yaitu pengumpulan data dengan cara penulis langsung bertatap
muka dan mencari keterangan dengan responden (personalia/ karyawan di
balai pengamanan fasilitas kesehatan makassar).
3.4.3. Studi Pustaka ( Library Research )
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membaca beberapa
literatur/buku- buku yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian.
Pelaksanaan dimulai dari tahap pengumpulan data, perancangan sistem
(desain), pembuatan program, uji program (testing), hingga penyusunan
laporan.
3.4.4. Studi lapangan (Field Study)

27
Yaitu bagaimana menjelaskan mengenai konsep pengkalibrasian
yang akan digunakan serta pengumpulan data-data yang akan dipakai
dalam pelaksanaan kalibrasi.

3.5. Metode Kerja


Proses pengkalibrasian
3.5.1. Prosedur Kerja
1. Melakukan pendataan administrasi pada lembar kerja.
a. Melakukan pendataan alat Elektro Surgerry Unit berupa, nomor order/
registrasi alat, merek alat, model type alat, nomor seri alat, dan lokasi
alat.
b. Melakukan pendataan terhadap alat kalibrasi yang digunakan berupa,
merek alat kalibrasi, model type alat kalibrasi dan nomor seri alat
kalibrasi.
c. Melakukan pengukuran kondisi ruang berupa tegangan jala-jala, suhu
dan kelembapan ruangan sebelum dan sesudah dilakukan melakukan
kalibrasi.

2. Melakukan pemeriksaan kondisi fisik & fungsi komponen alat.terhadap


badan permukaan elektrostimulator, kontrol indikator, tombol selector, dan
kabel power. Kemudian catat hasilnya pada lembar kerja.
3. Melakukan pengukuran keselamatan listrik berupa :
a. Pegukuran tahanan isolasi kabel catu daya denga selungkup.
b. Tahanan hubungan pentanahan.
c. Arus bocor kabel pembumian polaritas normal dengan pembumian
d. Arus bocor kabel pembumian polaritas terbalik dengan pembumian.
e. Arus bocor pada selungkup polaritas normal dengan pembumian.
f. Polaritas terbalik dengan dan tanpa pembumian.
g. Polaritas normal dengan dan tanpa pembumian.
h. Polaritas terbalik dengan pembumian
4. Melakukan telaah teknis.

28
Pada bagian ini petugas mengambil keputusan apakah alat
Spirometer tersebut masih “LAIK” digunakan atau “TIDAK LAIK”,
setelah mempertimbangkan semua pengukuran yang telah di lakukan
mulai dari kondisi ruang, kondisi fisik dan fungsi komponen alat,
keselamatan listrik, dan pengukuran kinerja apakah semua masih dalam
batas toleransi atau tidak.
5. Mencatat tanggal dilakukan kalibrasi, tempat pelaksanaan, dan nama
pelaksana teknis.

29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Prosedur Kalibrasi


Prosedur kalibrasi ini mengacu pada standar ECRI 411 -20010301,
SNI 16-4778-1998, dan Guide to Expression of Uncertainty in Measurement,
First Edition 1993, International Organisation for Standardisation,
Switzerland.

4.1.1. Siapkan alat kesehatan Electrosurgery unit beserta Lembar Kerja


Electrosurgery Unit.

4.1.2. Siapkan peralatan kalibrasi yang akan digunakan :


Electrosurgery Analyzer, Thermohygrometer dan Electrical Safety
Analyzer.

4.1.3. Pendataan administrasi

Lakukan pendataan administrasi meliputi pemilik, alamat, data alat


medik, tanggal dan ruangan/lokasi kalibrasi.

4.1.4 Dengan menggunakan thermohygrometer, lakukan pengukuran kondisi


lingkungan meliputi : suhu dan kelembaban lingkungan. Data diambil
pada ruang kalibrasi, pada awal dan akhir pengukuran alat.
4.1.5. Lakukan Pengamatan sebagai berikut :

1. Pengamatan Fisik dan Fungsi alat

a. Periksa kondisi fisik dan fungsi dari UUT meliputi :

i. Badan dan permukaan : Periksa bagian luar dan kondisi kebersihan fisik
secara menyeluruh. Pastikan selungkup utuh, terpasang ketat satu dan lainnya
dan tidak ada bekas tertimpa cairan ataupun gangguan lainnya.

ii. Kotak kontak alat : Periksa apakah ada gangguan pada kotak kontak (AC-
Power). Gerak-gerakkan kotak kontak untuk memastikan keamanannya.

30
Goyang-goyangkan kotak kontak untuk memastikan tidak ada baut atau mur
yang longgar. Jika ada, buka mur dan ganti dan perbaiki bila perlu.

iii.Kabel catu utama (Line cord) : Periksa kabel, apakah terlihat ada
kerusakan. Jika ada pindahkan atau tukar kabel yang rusak. Jika kerusakan
disekitar ujung kabel singkirkan bagian yang rusak dan ganti dengan yang
baru. Pastikan kabel power yang baru ataupun kotak kontak yang baru
mempunyai polaritas yang sama dengan yang lama. Periksa juga fungsi
kabel chargernya waktu dipergunakan untuk mengisi ulang.

iv.Sekering (Fuse): Apabila terdapat sekering atau pengaman rangkaian,


periksa apakah masih berfungsi dengan baik. Periksa sekering yang
terdapat pada bagian luar rangkaian, apakah nilai tahanan dan tipenya
sesuai dengan spesifikasi yang tertulis pada alat.

v. Elektroda dispesrsive dan aktif : Sebelum diuji periksa kabel dan fungsi
masing-masing kedua ujungnya (kotak kontaknya) dan keregangannya
secara menyeluruh. Kemudian periksa dengan hati-hati apakah ada
terdapat luka ataupun sobek pada lapisan isolasinya. Periksa dengan
seksama untuk memastikan tidak ada terjadi gangguan koneksi.

vi. Tombol, saklar dan kontrol : Sebelum mempergunakan/ mengubah-ubah


tombol kontrol, periksa posisinya, jika terlihat tidak berada pada posisinya
(periksa dengan menggunakan mode pemeriksaan standar). Bandingkan
dengan posisi control. Ingat pengaturan tersebut dan jangan lupa untuk
mengembalikan pada setting awal jika sudah selesai menggunakan.

vii. Tampilan dan indikator : Selama pengecekan fungsi, pastikan lampu


indikator dan tampilan layar berfungsi seluruhnya, yakinkan bahwa bagian
tampilan digital berfungsi.
viii. Sinyal audio : operasikan unit untuk mengaktifkan sinyal audio. Lepaskan
pasien palte/elektrode dispersive untuk memastikan sinyal bahaya
berbunyi. Kemudian pasang kembali, tekan tombol cutting dan coagulating
untuk memastikan bunyi sinyal audionya.

31
ix. Pelabelan dan aksesori : Periksa bahwa semua keberadaan plakat, label
dan petunjuk masih sesuai dan terbaca. Pastikan cadangan baterai, kertas
dan sekring ada.
x. Catat kondisi tersebut (baik atau tidak baik) pada lembar kerja.

2. Lakukan Pengamatan keselamatan listrik meliputi pengukuran :

a. Kebocoran arus pada selungkup


i. Polaritas normal dengan pembumian dan tanpa pembumian
ii. Polaritas terbalik dengan dan tanpa pembumian
b. Kebocoran arus pada elektrode
i. Polaritas normal dengan pembumian dengan dan tanpa pembumian
ii. Polaritas terbalik tanpa pembumian dengan dan tanpa pembumian
c. Kebocoran kabel pembumian
i. Polaritas normal dengan pembumian dan tanpa pembumian
ii. Polaritas terbalik dengan dan tanpa pembumian
d. Tahanan pembumian
e. Nilai tahanan isolasi kabel catu daya dengan selungkup.
3. Pengamatan hasil kalibrasi Electrosurgery Unit sesuai Standar Prosedur
oprasional (SOP)
a.Siapkan UUT beserta aksessoriesnya, pasang/intalasikan, kemudian
hidupkan UUT, tunggu 10 menit untuk pemanasan dan pastikan semua
electrode berfungsi sebagaimana mestinya .
b.Siapkan STANDARD beserta aksessoriesnya, pasang/intalasikan, kemudian
hidupkan STANDARD, tunggu 10 menit untuk pemanasan dan lakukan
pemilihan load impedance sesuai pada standar impedance dan rentang ukur
keluaran daya sesuai yang tertera pada nameplate spesifikasi UUT.
c.Hubungkan electrode aktif UUT ke terminal active electrode (biasanya
berwarna merah) pada alat STANDARD dan electrode pasif atau dispersive
UUT ke terminal patient plate pada alat STANDARD.
d.Lakukan pemilihan mode Daya Energi (Cuting / Coagulating) serta mode
jenis bentuk keluaran energi optimum.

32
e.Tentukan titik/ setting pengukuran pada UUT (min 3 setting) berdasarkan
spesifikasi kemampuan UUT.
f.Lakukan pengukuran keluaran daya dengan menekan tombol atau switch
CUT atau COAG pada UUT.
g.Catat nilai penunjukan daya energi STANDARD di lembar kerja pengujian/
kalibrasi.
h.Ulangi langkah e s.d g agar diperoleh 5 data pada tiap titik pengukuran

4.2. Perbandingan Hasil Kalibrasi Elektro Surgerry Unit Sesuai Ketentuan


Standar Oprasional Prosedur (SOP) dan Tidak Sesuai ketentuan
Oprasional Prosedur (SOP)
Pada laporan hasil kalibrasi Elekrosurgery Unit berikut ini dilakukan
percobaan pengamatan kalibrasi sesuai prosedur dengan melakukan setting
impedance sebesar 350ohm sesuai spesifikasi standar dan impedance diluar
spesifikasi standar yang tertera pada nameplate electrosurgery unit yang di
kalibrasi dengan melakukan setting sebesar 150ohm.
4.2.1 Pemeriksaan Kondisi Ruang
Tabel 4.1 Pemeriksaan Kondisi Ruang

Ambang batas yang


NO. Parameter Terukur
diijinkan
1 Tegangan jala-jala 199,8 Volt ± 10 % dari 220 Volt

Terukur
NO. Parameter
Awal Akhir
o
2 Suhu 27,2 C 26,9 oC
3 Kelembapan Relatif 71,2 % 73,3 %

4.2.2. Pemeriksaan Kondisi Fisik dan Fungsi Alat

33
Table 4.2 Pemeriksaan Kondisi Fisik dan Fungsi Alat
Hasil Pemeriksaan
NO. Parameter Keterangan
Fisik Fungsi
1 Badan dan permukaan  
2 Kabel dan konektor  
3 Saklar dan indicator  
4 Tombol selector  
5 Elektroda aktif  
6 Elektroda pasif  
7 Foot switch  
8 Finger tip switch  
9 Alarm  
Pada hasil pemeriksaan fisik dan fungsi komponen alat dengan beberapa
parameter pengukuran kita mendapatkan hasil kondisi fisik dan fungsi alat
berfungsi dengan baik.

4.2.3. Hasil Pengukuran Kinerja Elektrosurgerry Unit Sesuai Ketentuan


Standar Prosedur oprasional (Setting Impedance 350ohm)
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran kinerja Sesuai SOP
(ANSI/AAMI HF 18- 1986)
Hasil Pengukuran Terukur
No. Parameter Setting Toleransi
I II III IV V Rata-rata

34
Energy 60 59,9 59,7 57,3 59,9 59,6 59,3

Cutting 50 49,8 49,8 49,7 49,3 49,8 49,7

1 (watt) 40 39,9 39,0 39,2 38,2 38,2 38,9 ± 20%

60 60,8 60,6 59,1 57,9 59,6 59,6


Energy
Coagulation 50 51,3 51,6 50,6 50,3 51,8 51,1

(watt) 40,1 40,1


2 40 39,9 40,1 40,3 39,9 ± 20%

Energy
3 Bipolar Tidak Dilakukan Pengukuran
± 20%
(watt)

Setelah data pengujian diperoleh maka dilakukan telaah berdasarkan data


pengujian kinerja Electrosurgerry Unit tersebut dengan ketentuan dari Balai
Pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Diizinkan dan dinyatakan laik pakai jika kinerja Electrosurgerry Unit
tidak melebihi batas toleransi yang ditetapkan.
Sebagai contoh dan untuk mewakili cara pengambilan data, penulis
mengambil kegiatan kalibrasi sesuai Standar Oprasional Prosedur (Setting
Impedance 350ohm) Sesuai yang tertera pada Nameplate Electrosurgery Unit
setting 60 pada masing-masing parameter. Dengan mempertimbangkan aspek
Efektifitas waktu dan keakuratan pengukuran serta mengacu pada standar
kalibrasi yang digunakan BPFK dari data yang diatas diambil sebanyak 5 kali
pengukuran dengan menggunakan Electrosurgerry Analyzer.

4.2.4. Analisa Perhitungan Pengukuran Cutting Setting 60 Sesuai Standar


Prosedur Opraional (SOP)

a. Nilai rata – rata ( Mean ) = =

35
= = = = 59,3

b. Koreksi = Nilai Setting – Nilai Rata-Rata Terukur


= 60 – 59,3 = 0,7
c. Kesalahan Relatif (%)

= = 1,2%

4.2.5. Analisa perhitungan pengukuran Coagultion Setting 60 Sesuai Standar


Prosedur Opraional (SOP)

a. Nilai rata – rata ( Mean ) = =

= = = = 59,6

b. Koreksi = Nilai Setting – Nilai Rata-Rata Terukur


= 60 – 59,6 = 0,4
c. Kesalahan Relatif (%)

= = 0,7%

4.2.6. Hasil Pengukuran Kinerja Elektrosurgerry Unit Tidak Sesuai


ketentuan prosedur Oprasional (Setting Impedance 150ohm)
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran kinerja Tidak Sesuai SOP
(ANSI/AAMI HF 18- 1986)

36
Hasil Pengukuran Terukur
No. Parameter Setting Toleransi
I II III IV V Rata-rata

Energy 60 43,9 42,7 45,3 44,9 43,6 44,1

Cutting 50 38,8 37,6 36,3 37,5 35,8 37,2


± 20%
1 (watt) 40 27,9 26,3 28,2 27,8 28,0 27,6

60 45,6 43,6 43,3 47,6 46,5 45,3


Energy
Coagulation 50 38,3 37,5 35,6 38,5 37,7 37,5
± 20%
(watt) 27,6 27,3
2 40 26,5 27,9 28,3 26,4

Energy
3 Bipolar Tidak Dilakukan Pengukuran
± 20%
(watt)

Sebagai contoh dan untuk mewakili cara pengambilan data, penulis


mengambil kegiatan kalibrasi sesuai Standar Oprasional Prosedur (Setting
Impedance 350ohm) Sesuai yang tertera pada Nameplate Electrosurgery Unit
setting 60 pada masing-masing parameter. Dengan mempertimbangkan aspek
Efektifitas waktu dan keakuratan pengukuran serta mengacu pada standar
kalibrasi yang digunakan BPFK dari data yang diatas diambil sebanyak 5 kali
pengukuran dengan menggunakan Electrosurgerry Analyzer.

4.2.7. Analisa perhitungan pengukuran Cutting Setting 60 Tidak Sesuai


Standar Oprasional Prosedur (SOP)

a. Nilai rata – rata ( Mean ) = =

37
= = = = 44,1

b. Koreksi = Nilai Setting – Nilai Rata-Rata Terukur


= 60 – 44,1 = 15,9

c. Kesalahan Relatif (%)

= = 26,5%

4.2.8. Analisa perhitungan pengukuran Coagultion Setting 60 Sesuai


Prosedur

a.Nilai rata – rata ( Mean ) = =

= = = = 45,3

b.Koreksi = Nilai Setting – Nilai Rata-Rata Terukur


= 60 – 45,3 = 14,7
c.Kesalahan Relatif (%)

= = 24,5%

38
4.3. Telaah Teknis
Tabel 4.5 Telaah Teknis
Bagian Peralatan Kategori Keterangan
a. Baik
1. Kondisi Ruang
b. Tidak Baik
2. Kondisi Fisik dan a. Baik
komponen Alat b. Tidak Baik
a. Baik
3. Keselamatan Listrik
b. Tidak Baik
a. Baik
4. Kinerja
b. Tidak Baik

Setelah mendapatakan hasil dilapangan, selanjutnya dilakukan Telaah


teknik yaitu mengambil kesimpulan untuk kondisi ruang, kondisi fisik dan fungsi
komponen alat, keselamatan listrik, dan kinerja apakah masuk dalam kategori
“Baik” atau “Tidak Baik”.

4.4. Kesimpulan Telaah Teknis


Tabel. 4.7 Kesimpulan Telaah Teknis
Berdasarkan hasil
TIDAK LAIK PAKAI
pengujian keselamatan
listrik dan pengukuran LAIK PAKAI
PAKAI
kinerja alat kesehatan
tersebut dinyatakan
Setelah mendapatakan hasil dilapangan, selanjutnya dilakukan
Kesimpulan Telaah teknik yaitu mengambil kesimpulan untuk menentukan
apakah alat “Laik PakaI” atau “Tidak Laik Pakai” dengan memperhitungkan
Kondisi Ruang, Kondisi dan Fungsi Komponen Alat, Hasil Pengukuran Kinerja,
dan Telaah Teknis.

Hasil yang didapatkan dilapangan menunjukkan bahwa Electrosurgery


Unit yang dikalibrasi masih dalam batas toleransi dan masih “Laik Pakai”

39
mengacu pada kegiatan kalibrasi yang dilakukan sesuai standar oprsional
prosedur (SOP).

4.5. Tabel Perbandingan Hasil Rata-rata Pengukuran Kegiatan Kalibrasi


Sesuai SOP dan Tidak Sesuai SOP
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Rata-rata Pengukuran

Kesalahan
Rata-rata Koreksi
Relatif (%)
Parameter Setting Tidak Tidak Tidak Toleransi
Sesuai Sesuai Sesuai
Sesuai Sesuai Sesuai
(SOP) (SOP) (SOP)
(SOP) (SOP) (SOP)
Energy 60 59,3 44,1 0,7 15,9 1,2 26,5
50 49,7 37,2 0,3 12,8 0,6 25,6
Cutting
40 38,9 27,6 1,1 12,4 2,8 30,9 ±20 %
(watt)
Energy 60 59,6 45,5 0,4 14,7 0,7 24,5
50 51,1 37,5 1,1 12,5 2,2 25,0
Coagulation
40 40,1 27,3 0,1 12,7 0,1 31,7 ±20 %
(watt)
Energy
Bipolar Tidak Dilakukan Pengukuran
±20 %
(watt)

Grafik 4.1 Perbandingan Rata -Rata Energy Cutting (watt)

40
Grafik 4.1 Perbandingan Rata -Rata Energy Coagulation (watt)

Dari hasil pengukuran rata-rata pada setting 60watt sesuai (SOP),


diperoleh hasil energy keluaran Elektrosurgery Unit mempunyai selisih dari nilai
setting sebesar 0,7watt untuk energy cutting dan selisih 0,4watt untuk energy
coagulation dan nilai keluaran dari setting 60watt pengukuran tidak sesuai (SOP)
mempunyai selisih sebesar 15,9watt untuk energy cutting dan 14,7watt untuk
energy coagulation.pada setting 50watt sesuai (SOP), diperoleh hasil energy
keluaran mempunyai selisih dari nilai setting sebesar 0,3watt untuk energy cutting
dan selisih 1,1watt untuk energy coagulation dan nilai keluaran dari setting 50watt
pengukuran tidak sesuai (SOP) mempunyai selisih sebesar 12,8watt untuk energy
cutting dan 12,5watt untuk energy coagulation.pada setting 40watt sesuai (SOP),
diperoleh hasil energy keluaran mempunyai selisih dari nilai setting sebesar
1,1watt untuk energy cutting dan selisih 0,1watt untuk energy coagulation dan
nilai keluaran dari dari setting 40watt pengukuran tidak sesuai (SOP) mempunyai

41
selisih sebesar 12,4watt untuk energy cutting dan 12,7watt untuk energy
coagulation.

Grafik 4.3 Perbandingan kesalahan relatif Energy Cutting (%)

Grafik 4.4 Perbandingan kesalahan relatif Energy Coagulation (%)

Perlu di ketahui dalam kegiatan kalibrasi alat kesehatan dalam hal ini
Electrosurgery Unit bahwa semakin kecil angka Kesalahan relatif suatu alat
kesehatan maka semakin baik pula kinerja alat kesehatan tersebut. Pada hasil
pengukuran rata-rata tingkat kesalahan relatif Electrosurgery Unit pada setting
60watt pengukuran sesuai (SOP) diproleh kesalahan relatif dari nilai setting
sebesar 1,2% untuk energy cutting dan sebesar 0,7% untuk energy coagulation
dan kesalahan relatif dari setting 60watt pengukuran tidak sesuai (SOP) sebesar

42
26,5% untuk energy cutting dan 24,5% untuk energy coagulation. Sedangkan
pengukuran rata-rata tingkat kesalahan relatif pada setting 50watt pengukuran
sesuai (SOP) diproleh kesalahan relatif dari nilai setting sebesar 0,6% untuk
energy cutting dan sebesar 2,2% untuk energy coagulation dan kesalahan relatif
dari setting 50% pengukuran tidak sesuai (SOP) sebesar 25,5% untuk energy
cutting dan 25,0% untuk energy coagulation. Serta pengukuran rata-rata tingkat
kesalahan relatif pada setting 40watt pengukuran sesuai (SOP) diproleh kesalahan
relatif dari nilai setting sebesar 2,8% untuk energy cutting dan sebesar 0,1% untuk
energy coagulation dan kesalahan relatif dari setting 40watt pengukuran tidak
sesuai (SOP) sebesar 30,9% untuk energy cutting dan 31,7% untuk energy
coagulation.

43
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan Kalibrasi Elektrosurgery Unit (ESU) Menggunakan
Elektrosurgical Analyzer, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kalibrasi Elektrosurgery Unit (ESU) menggunakan Elektrosurgical Analyzer
dilakukan dengan membandingkan nilai setting 60watt,50watt,40watt, untuk
masing-masing parameter Cutting dan Coagulation Elektrosurgery Unit
dengan hasil yang ditampilkan langsung pada alat kalibrasi Elektrosurgical
Analyzer dari 5 kali pengukuran diproleh hasil rata-rata 59,3watt, 49,7watt,
38,9watt untuk cutting dan diproleh hasil rata-rata 59,6watt, 51,1watt, 40,1watt
untuk coagulation pada tiap parameters pengukuran.
2. Penentuan kelaikan operasi alat kesehatan Elektro Surgerry Unit dilihat dari
hasil pengukuran kesalahan relatif dari masing-masing parameter
Elektrosurgery Unit Energy Monopolar Cutting sebesar 1,2% pada setting
60watt, 0,6% pada setting 50watt, 2,8%pada setting 40watt dan Energy
Coagulation 0,7% pada setting 60watt, 2,2% pada setting 50watt, 0,1% pada
setting 40watt diproleh hasil yang tidak keluar dari ambang batas toleransi
±20%.
3. berdasarkan proses kalibrasi yang dilakukan diluar dari ketentuan Standar
Oprasional Prosedur (SOP) kalibrasi alat kesehatan Elektrosurgerry Unit
berakibat ke hasil analisa kelaikan ESU yang membahayakan pasien dan
pengguna serta merugikan pihak instansi pemilik alat kesehatan karena hasil
Analisa tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dari alat Elektrosurgery Unit
yang di kalibrasi.
4. Analisa hasil kalibrasi 2 prosedur ini di lakukan dengan melakukan
perhitunngan pengukuran parameter Rata-rata,koreksi,kesalahan relatif dan
dilakukan perbandingan hasil pengukuran dari 2 prosedur kalibrasi
Elektrosurgerry Unit yang dilakukan sesuai prosedur dan tidak sesuai prosedur
dan ditampilkan dalam Grafik perbandingan. .

44
5.2. Saran
Dalam melakukan pengukuran hendaknya dilakukan dengan teliti dan
sesuai prosedur yang berlaku untuk menghindari terjadinya kesalahan pengukuran
yang mengakibatkan kerugian ke pihak/instansi pemilik alat kesehatan.

45
DAFTAR PUSTAKA

ANSI/AAMI HF 18-1986
Analyzer Safety Electrical,2017,”Manual Book ESA Rigel 288+”.
Anggun Bangkit W, Abadi Imam,Sawitri Dyah.2015.”Analisa keandalan,Safety
Dan Ketidakpastian Electrosurgical Unit Di Rumah Sakit DR.Mohammad
Soewandhie Surabaya.” ( hlm.3)
Ansell Care (2004) “ Information and educational program for the hospital and
medical community”.

ECRI No.411 – 20010301 – 01

IEC 601 – 1 – 1 – 1
Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan No.HK.02.02/V/5771/2018,
Tentang Metode Kerja Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan. Lembaran RI
Tahun 2018 No.No.HK.02.02/V/5771/2018, Jakarta : Sekretrariat Negara.
Purba Feriyanto, Yulizam. 2014.”Analisis Kalibrasi Electrosurgical Di RSU Dr
H. Kumpulan Pane Tebing Tiggi.” (hlm. 2)
Peratutan Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Nomor 54 Tahun 2015
Tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan. Lembaran RI Tahun 2015
No.54, Jakarta : Sekretariat Negara.
Thermohygrometer, 2016,”Manual Book BK Precision”.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai