Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Teknik (A.Md.T) Pada Program Studi D3 Teknik Elektronika Program Pendidikan Vokasi
Universitas Halu Oleo
OLEH :
ARHAM
NIM P3D3 16 009
i
Halaman PersetujuanTugas Akhir
ii
Halaman Pengesahan
iii
Halaman Pengesahan Tugas Akhir
ABSTRAK
Kelistrikan memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Salah satu penggunaan listrik adalah di rumah sakit ataupun di klinik-klinik
adalah peralatan medis. Selain sebagai penerangan, bahkan kelistrikan dalam
iv
dunia kedokteran digunakan untuk mempermudah dokter pada saat proses operasi
pembedahan berlangsung Contoh pemanfaatan listrik dalam dunia kedokteran
adalah dengan memanfaatkan arus listrik dengan frekuensi tinggi yang kemudian
menimbulkan efek termal pada suatu jaringan menggunakan alat Elektrosurgerry
Unit. Elektro Surgerry Unit sebagai pengganti pisau bedah konvensional guna
mengurangi pendarahan akibat sayatan/luka pada saat operasi pembedahan
dilakukan. Dalam fungsinya sebagai alat kesehatan yang berhubungan langsung
dengan pasien, keamanan dan kelaikan sebuah alat kesehatan sangatlah penting .
Elektro Surgerry Unit yang memanfaatkan arus listrik berfrekuensi tinggi dalam
pengaplikasiannya, nilai besaran listrik yang keluar haruslah sesuai dengan hasil
settingan untuk keamanan pasien saat proses operasi. Untuk itu perlu dilakukan
kalibrasi menggunakan Electrosugrical Analyzerdipantau sesuai dengan standar
yang ditetapkan BPFK (Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan) maka diperlukan
pengkalibrasian.Pada proses kalibrasi ini dengan membandingkan 2 prosedur
pengkalibrasian, pada kalibrasi A dilakukan kalibrasi sesuai standar oprasional
prosedur yang berlaku dan pada kalibrasi B dilakukan kalibrasi tidak sesuai
standar oprasional yang berlaku. Serta menganalisa dan membandingkan hasil
kedua kegiatan kalibrasi tersebut.
v
ABSTRACT
Electricity plays an important role in various aspects of human life. One of the
uses of electricity is in hospitals or clinics is medical equipment. Apart from being
lighting, even electricity in the medical world is used to facilitate doctors during
the surgical operation process. Examples of electricity utilization in the medical
world are by utilizing high-frequency electric currents which then cause thermal
effects on a network using the Electrosurgery Unit. Electro Surgical Unit as a
replacement for a conventional scalpel to reduce bleeding due to incisions /
wounds when surgery is performed. In its function as a medical device that relates
directly to patients, the safety and health of a medical device is very important.
Electrical Surgical Unit that utilizes high frequency electric current in its
application, the value of the electrical quantity that comes out must be in
accordance with the results of the settings for patient safety during the operation
process. For this reason, it is necessary to do a calibration using the
Electrosugrical Analyzer which is monitored according to the standards set by the
BPFK (Health Facility Security Center), so calibration is required. In this
calibration process by comparing 2 calibration procedures, calibration A is
carried out according to the operational standard procedures that apply and the
calibration B is carried out calibration is not in accordance with the applicable
operational standards. And analyze and compare the results of the two calibration
activities.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan izin
dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat serta salam
semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam. Tugas akhir ini berjudul
“KALIBRASI ELECTROSURGERY UNIT MENGGUNAKAN ELECTROSURGICAL
ANALYZER SPL TYPE HF400 V2” sebagai syarat untuk memperoleh gelar ahli
madya teknik (Amd.T) pada Program Studi D.3 Teknik Elektronika Program
Pendidikan Vokasi Universitas Halu Oleo.
Ucapan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada
ayahanda tercinta Alm.Hariaman dan ibunda tercinta Hajra Bire atas segala
perhatian, kasih sayang, doa, serta dukungan yang senantiasa mengiringi
perjalanan hidup penulis, serta saudara tersayangHarianto terima kasih atas doa
dan motivasinya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya ke pada bapak Mustamin ST.,MT selaku pembimbing I dan
bapak Gamal Abdel Naseer Masikki,ST.,M.Eng selaku pembimbing II yang telah
banyak membantu baik secara moral maupun bimbingan, saran, kritik, nasehat,
serta permohonan maaf atas segala kesalahan penulis baik sengaja maupun tidak
di sengaja mulai awal sampai akhir pembimbingan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya juga kepada :
1. Bapak Prof. Dr.Muhammad Zamrun F.,S.Si.,M.Sc selaku Rektor Universitas
Halu Oleo.
2. Bapak Arman Faslih, ST., MT., selaku Direktur Program Pendidikan Vokasi
Universitas Halu Oleo.
3. Bapak Mustamin, ST., MT., selaku Koordinator Program Studi D3 Teknik
Elektronika Universitas Halu Oleo.
4. Seluruh dosen dan staf lingkup Jurusan/Program Studi Ilmu dan Teknologi
Pangan, Fakultas D3 Teknik Elektronika Universitas Halu Oleo.
vii
5. Semua pegawai BPFK Makassar yang telah banyak membantu dalam tugas
akhir ini, terkhusus kepada ibu Hj.St Marwah Rachman.ST.,MT, bapak
Kasman, S.ST, bapak H. Ilcham Hidayat, bapak ST, Herwin, ST, bapak Rezki
Hairy, ST., MM, kak Muhammad Sofyan, kak Andi Patala Putra, dan kak
Haerul Budiman Saleh.
6. Sahabat dekat penulis Alm.Muhammad Rahmat Hafid, Mohammad Rohman
Candra, Mohammad Zulkifli, Yan Jamaludin Ahmadi, Erwin, Muh.Alan,
Muh.Iqra Al-Adiyat Han, Walid Noor Ihsan, wardono Solit Sabansari, Asmar,
Apriyanto Saputra,kaharuddin, Risky Putra Maulana,Ridwan hudi,Sapri dan
teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu-satu yang telah
banyak membantu serta memberikan dukungan dan motivasi selama masa
studi penulis,mengingatkan dan memberi motivasi untuk penulis.
7. Rekan-rekan seperjuangan magang Reski Amanda Sari,Asmatul Fadillah, Nur
Hafni Azizah, Alifah NurSari Sri Mulyani Purnama, Rahmayana, Irda Ariyanti,
Sari Astuti, Andi Hasrudin, Albi Sarira, Muh. Ali Isran Dai, Wahyudin, dan
Rinaldi yang telah sabar menghadapi sifat kekanakan penulis.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari
Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap mudah – mudahan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa D3 Teknik Elektronika
Universitas Halu Oleo. Dengan penuh keikhlasan penulis menyadari masih
banyak kekurangan pada tugas akhir ini, oleh karena itu segala masukkan dan
kritik yang membangun akan sangat membantu untuk penyempurnaan tugas
akhir ini. Terima kasih.
Sekian yang dapat penulis katakan, semoga Allah subhanawata’ala
melimpahkan rahmat ke pada semua pihak yang telah membantu, Amiin,
Kendari, Juni 2019
Penulis
viii
Daftar Isi
ix
3.4. Teknik Pengambilan Data.................................................................................28
3.5. Metode Kerja....................................................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................31
4.1 Prosedur Kalibrasi..................................................................................................31
4.2. Perbandingan Hasil Kalibrasi Elektro Surgerry Unit Sesuai Ketentuan Standar
Oprasional Prosedur (SOP) dan Tidak Sesuai ketentuan Oprasional Prosedur (SOP). .34
4.3. Telaah Teknis....................................................................................................40
4.4. Kesimpulan Telaah Teknis................................................................................40
4.5. Tabel Perbandingan Hasil Rata-rata Pengukuran Kegiatan Kalibrasi Sesuai SOP
dan Tidak Sesuai SOP..................................................................................................41
BAB V PENUTUP.......................................................................................................45
5.1. Kesimpulan......................................................................................................45
5.2. Saran................................................................................................................46
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABLE
xii
DAFTAR GRAFIK
xiii
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 1..........................................................................................................19
Persamaan 2..........................................................................................................19
Persamaan 3..........................................................................................................19
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kalibrasi menurut acuan-acuan yang mengatur pengkalibrasian alat elektrosurgery
unit akan berdampak pada hasil analisa proses kalibrasi dan menyebabkan hasil
analisa tidak akurat dan tidak benar terhadap kinerja alat kesehatan Elektro
Surgerry Unit yang di kalibrasi.
2
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara melakukan kalibrasi pada alat kesehatan Elektro
Surgerry Unit menggunakan Elektro Surgerry Unit Analyzer SPL tipe
HF400 V2?
2. Mengetahui Bagaimana proses penentuan kelaikan operasi alat
kesehatan Elektro Surgerry Unit?
3. Mengetahui akibat dari dilakukannya proses kalibrasi diluar dari
ketentuan Standar Oprasional Prosedur (SOP) kalibrasi alat kesehatan
elektro surgerry unit?
4. Mengetahui Analisa hasil dan perbandingan hasil penukuran dari 2
prosedur kalibrasi Elektrosurgerry Unit?
1.4.2 Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai panduan dalam melakukan proses kalibrasi peralatan Elektro
Surgerry Unit.
2. Memberikan peluang kepada peneliti-peneliti untuk mengkaji lebih
dalam, serta mengembangkan dari hasil penelitian ini.
1.5. Metode Penelitian
1. Studi Literatur (Literature Study)
Yaitu studi yang dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan
serta landasan teori dari berbagai buku, referensi, dan sumber lainnya
yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
2. Metode Konsultasi
Yaitu dengan mendiskusikan data atau sumber mengenai
perancangan alat ini dengan dosen dan orang-orang yang telah mendalami
dan menguasai hal tersebut.
3
Yaitu tahap dimana data mentah hasil kalibrasi akan di olah sesuai
dengan standar yang berlaku sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
yang menyatakan alat tersebut laik atau tidak laik.
1.6. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan proposal tugas akhir dilakukan dengan membagi tiap-
tiap bab sebagai berikut:
BabIPendahuluan
Menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan dijelaskan tentang teori dasar yang mendukung penelitian ini
diantaranya teori dan fungsi dasar dari peralatan yang digunakan dalam penelitian
ini.
Bab III Metode Perancangan
Pada bab ini akan dibahas tentang prosedur pengkalibrasian alat terapi
elektrostimulator menggunakan elektrostimulator analyzer, serta penulis
menganalisa parameter pengukuran yang akan dilakukan pada alat tersebut.
Bab IV Hasil Dan Pembahasan
Tahap ini akan ditamplkan data mentah hasil proses kalibrasi yang akan diolah
sesuai dengan standar prosedur yang berlaku hingga menghasilkan suatu
kesimpulan laik atau tidak laik.
Bab V Penutup
Merupakan bab penutup dari penulisan tugas akhir ini di mana isinya mencakup
kesimpulan dari tugas akhir ini dan saran yang dilakukan untuk menyempurnakan
hasil penelitian ini di masa akan datang.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Elektrosurgical Unit (ESU-Unit Bedah-Elektro) yang menggunakan Arus RF
listrik pada tissue biologis. Generator bedah elektro memasok sumber arus listrik
yang memindahkan energi (electron) ke tissue. Dalam bedah elektro, arus listrik di
terapkan langsung pada tissue dan pasien merupakan bagian dari rangkaian
listrik. Sumber bedah llistrik dapat dengan cepat diidentifikasi di kamar bedah
dari elektroda tanah yang di pasang pada pasien.ESU beroprasi pada mode
monopolar dengan menggunakan elektroda aktif dan mode bipolar dengan
menggunakan elektroda bipolar seperti gunting bedah (forceps)
6
sehingga terjadi loncatan energy yang dapat menghentikan pendarahan. Dengan
prosedur yang tepat, proses kesembuhan pasca operasi akan menjadi lebih cepat.
Electrosurgery Unit (ESU) adalah suatu alat bedah dengan memanfaatkan
arus listrik frekuensi tinggi.Pengoperasian ESU dibagi menjadi 2 (dua) mode,
yaitu bipolar dan monopolar. Mode bipolar biasa digunakan pada bedah minor
untuk proses koagulasi (pembekuan). Dalam proses ini elektroda berbentuk pinset
digunakan untuk menjepit jaringan yang tidak diinginkan, kemudian arus listrik
frekuensi tinggi mengalir dari ujung elektroda melewati jaringan tadi kemudian
menuju ujung elektroda yang lain. Sedangkan pada mode monopolar digunakan
pada bedah mayor dengan metode pemotongan/ cutting. Dalam proses ini
digunakan dua elektroda terpisah, yaitu elektroda aktif dan elektroda netral
dengan permukaan lebih luas yang ditempatkan dekat dengan lokasi yang akan
dibedah. Arus listrik akan terpusat pada elektroda aktif dan elektroda netral dibuat
khusus untuk mendistribusikan arus listrik dengan bertujuan untuk mencegah
kerusakan jaringan. Oleh karena itu, mode bipolar lebih banyak digunakan untuk
melakukan pembedahan minor. (Feriyanta Purba dan Yulizam)
2.2.1 Fungsi
Dalam pemakaianya Elektro Surgerry Unit berfungsi sebagai alat bedah
pengganti pisau bedah konvensional dengan menggunakan listrik frekuensi tinggi
yang diharapkan mampu meminimalisir pendarahan selama proses operasi
berlangsung.
7
2.2.2 Bagian-bagian Elektro Surgerry Unit
a. Bagian-bagian Elektro Surgerry Unit
1. Body
(Sumber: http://www.medicalexpo.com,2016)
Gambar 2.1 Body Elektrosurgerry Unit
2. Keypad & LCD Display
8
LCD Display: Berfungsi untuk menampilkan suatu tampilan yang
berupa data, baik huruf maupun grafik bentuknya tipis
mengeluarkan sedikit panas.
9
AC berfrekuensi tinggi dengan tingkat energi/power sesuai kebutuhan
user dialirkan ke electrode aktif dan dipergunakan untuk melakukan sayatan
sebagai fungsi cutting atau dipergunakan untuk penutupan luka sebagai Fungsi
coagulating terhadap pasien, kemudian arus listrik akan diterima Electrode netral
dandialirkan kembali ke ESU. Untuk mode bipolar tidak berbeda dengan mode
monopolar , hanya saja pada mode bipolar menggunakan frekuensi sekitar 100
KHz atau lebih tinggi danmenggunakan electrode aktif khusus bipolar yang mana
tidak menggunakan electrode netral. Pada mode bipolar , setelah arus
listrik AC frekuensi tinggidibangkitkan dan dikuatkan sesuai tingkat
energi/ power Keinginan user , dengan menggunakan footswitch Atau
handswitch, arus listrik AC frekuensi tinggi dengantingkat energi/ power yang
sesuai dialirkan keElectrode aktif bipolar , umumnya electrode aktif
bipolar berbentuk seperti pinset dengan dua ujung berpenampangkecil, sehingga
dengan pengaktifan menggunakan footswitch atau handswitch ,akan terjadi Loop
tertutup dari sumber, ujung satu electrode bipolar, pasien, ujunglainnya Electrode
bipolar dan kembali ke sumber. Seperti fungsinya secara umumbipolar surgery
digunakan untuk melakukan penghilangan/penghancuran bagianyang tidak
diinginkan, dengan bentuk electrode berpenampang sama, maka energiakan
terpusat sehingga terjadi pemanasan di kedua sisi yang dapat menyebabkanterjadi
penghancuran jaringan dan memudahkan untuk menghilangkan jaringan/bagian
yang tidak diinginkan.
10
diperlukan standar internasional dimana didalamnya memberikan persyaratan-
persyaratan yang diperlukan dan metode pengujian berdasarkan karakteristik
peralatan kesahatan. Standar Australia 3551 merupakan salah satu standar
keselamatan kelistrikan yang dapat digunakan. Dimana 3 didalmnya terdapat
detail mengenai Batasan nilai nilaikelistrikan yang diperkenankan. (Bangkit
Anggun W,Imam Abadi dan Dyah Sawitri)
11
Troubleshooting
Tabel 2.1 Penanganan Troubleshooting Ringan Elekrosurgery Unit
Sumber : Buku Intruksi Kerja, 2016
Periksa Item Penyebab Tindakan
Pada proses kalibrasi kerap kali petugas kalibrasi mendapati kondisi fisik
alat kesehatan yang tidak dalam kondisi baik dan mengalami kerusakan. Ketika
Hal tersebut di dapati terjadi pada Elektrosurgery Unit yang akan dikalibrasi dan
masih tergolong kerusakan ringan maka dapat dilakukan langkah troubleshooting
yaitu sebagai tindakan penanganan kerusakan pada Elektrosurgery Unit yang akan
di kalibrasi untuk memastikan uji kelaiakan piranti kesehatan Elektrosurgery Unit
aman untuk di oprasikan ke pasien.
12
2.5. Pengertian Kalibrasi
Akurasi suatui nstrumen tidak sendirinya timbul dari suatu rancangan yang
baik,tetapi dipengaruhi oleh kinerjanya (performance),stabilitas kehandalan dan
biaya yang tersedia(pemeliharaan). Akurasi hanya timbul dari kalibrasi yang
benar, artinya hasil pengukurannya dapat ditelusuri melalui pengujian dan
kalibrasi terhadap instrumen dengan teratur. Sekalipun alatnya masihbaru,
tetapharus dikalibrasi dahulu sebelum dioperasikan.Kalibrasi adalah kegiatan
penerapan untuk menentukan kebenaran nilai penunjukan alat ukur dan / atau
bahan ukur,(definisi:PermenkesNo.54 Tahun 2015).
2. Sudah berakhir jangka waktu sertifikat atau tanda pengujian dan kalibrasi
13
3. Diketahui penunjukan keluaran kinerjanya (performance) atau keamanannya
(safety)tidak sesuai lagi,walaupun sertifikasi dantandamasih berlaku
6. Jika ada layak pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau rusak,sehingga
dibutuhkan data kalibrasi terbaru untuk dapat memberikan informasi yang
sebenarnya.
14
2.7.2 Manfaat kalibrasi
Menjaga kondisi instrument ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesifikasinya (DNS1990). Sedangkan tujuan umum kalibrasi ialah agar tercapai
kondisi layak pakai atau menjamin ketelitian dalam rangka mendukung
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, (Dirjen Pelayanan Medik Depkes,
2001). Fungsinya tentu saja sebagai tolak ukur jaminan keakuratan alat
tersebut pada pemanfaatannya.
Secara umum selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur,
frekuensi pemakaian dan pemeliharaan dari alat tersebut. Adapun waktu-waktu
kalibrasi biasanya dinyatakan dalam beberapa cara yaitu:
2.Dinyatakan dalam pemakaian, misalnya 1000 jam pakai, 5000 jam pakai dan
seterusnya
3.Kombinasi cara pertama dan kedua diatas,misalnya enam bulan sekali atau
1000 jam pakai, tergantung mana yang dahulu.
15
a. Mengikuti petunjuk pemakaian alat kesehatan.
b. Diketahui penunjukan atau keluarannya atau kinerja atau keamanannya tidak
sesuai lagi.
c. Telah mengalami perbaikan.
d. Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi.
e. Telah dilakukan reinstalasi.
f. Belum memiliki sertifikat pengujian dan/atau kalibrasi.
1. Sertifikasi kalibrasi,
2. Nilai hasil pengukuran keselamatan kerja, berada dalam nilai ambang batas
yang diijinkan.
16
Ketentuan mengenai pengujian dan/atau kalibrasi peralatan medis, standar
yang berkaitan dengan keamanan, mutu, dan manfaat dilaksanakan sesuai dengan
aturan pemerintah dan amanat undang-undang sebagai berikut:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 104
(1) Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunakan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu
dan/atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit Pasal 16
(1) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) meliputi
peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai.
(2) Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan
dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau
institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
(3) Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan
harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
a. Peraturan Menteri Kesehatan No 54 Tahun 2015. Tentang Pengujian dan
Kalibrasi alat Kesehatan, dilampirkan daftar alat kesehatan yang wajib
dikalibrasi.
(1) Setiap alat kesehatan wajib dilakukan pengujian dan/atau kalibrasi untuk
menjamin kebenaran nilai keluaran atau kinerja keselamatan dan keamanan
pemakaian.
(2) Pengujian dan/atau kalibrasi serta pengukuran paparan/ kebocoran radiasi
fasilitas kesehatan dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu tahun.
2.9. Teknik Pengolahan Data Kalibrasi
a. Nilai hasil pengukuran Elektrosurgery Unit
b. Nilai rata-rata penunjukan Elektrosurgery Unit
17
Jumlah nilai dari beberapa hasil pengukuran dibagi dengan banyaknya
pengukuran, pengukuran dilakukan 5 kali untuk setiap setting
2.10. Thermohygrometer
18
fisis jika dipanaskan atau didinginkan, misalnya air raksa dan alkohol.
Termometer mempunyai banyak jenis, antara lain termometer klinis, termometer
dinding, termometer bimetal, dan termometer maksimum-minimum.
Hygrometer adalah sebuah alat untuk mengukur kadar kelembaban udara
pada lingkungan. Alat pengukuran kelembaban udara biasanya bergantung pada
pengukuran-pengukuran beberapa kuantitas lainnya seperti temperatur, tekanan,
masa atau perubahan mekanis atau elektris pada zat dimana kelembaban terhisap.
Thermohygrometer adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur suhu
dan kelembaban pada suatu ruangan / daerah secara digital. Biasanya pada suatu
ruangan di rumah sakit seperti ruangan laboratorium, ruang operasi, ruangan bayi,
serta alat kesehatan berupa incubator perawan untuk memonitor suhu dan
kelebaban ruang atau Chamber pada alat.
19
series :Medical Electrical Equipment ; Part 1. General Requirement for Safety
(LIPI,2013)
Keamanan (safety) pada alat sangatlah penting tak terkecuali pada
peralatan elektrosurgery Unit yang langsung dihubungkan ketubuh pasien.
Adanya kebocoran arus listrik sangat membahayakan pasien maupun operator
alat.Oleh karena itu,pengukuran dengan safety analyser penting untuk mengetahui
pengamanan alat dan seberapa besar arus bocor,apakah masih pada level aman
atau berbahaya. Sesuai dengan batasan masalah,hasil pengujian dengan safety
analyser tersebut dirangkum oleh penulis secara umum dan tidak dibahas secara
mendalam pada hasil data analisa elektrosurgery Unit nantinya
Sumber: www.spl-elektronik.com,
Gambar 2.6ElectrosurgicalAnalyzer SPLtype HF 400 V2
SPL HF-400 berfungsi untuk menguji fungsi HF Peralatan bedah. Sesuai
dengan instruksi dari pabrik stannndar pabrik pembuat perangkat bedah, pengguna
dapat mengukur HF output daya dan arus bocor HF diberikan pada resistor beban.
Resistor beban dapat disesuaikan hingga 10 Ohm dan dari 25 - 6375 Ohm dalam
langkah 25 Ohm. Parameter pengujian untuk pengujian dapat ditetapkan dalam
instruksi tes dan dapat secara otomatis diuji dengan PC. Ini memungkinkan untuk
mengurangi waktu pengujian. Di gunakan sebagai uji multi fungsi perangkat, nilai
yang diukur akan langsung ditampilkan. Sebagai contoh:
-Daya keluaran HF
-Kebocoran arus HF
20
-HF saat ini, RMS
-Tegangan HF, RMS
Arus bocor frekuensi tinggi adalah diukur melalui resistor beban 200
Ohm. Untuk pengujian ini, resistor beban dapat disesuaikan.
21
Kelas :1
Suhu lingkungan :+ 5 - + 40 ° C
Suhu penyimpanan :- 10 - + 50 ° C
Rentang pengukuran :RMS HF-saat ini: 0 - 5000 Ma
:Puncak HF-saat ini : 0 - 5000 mA
Diskriminasi : 0,1 mA
HF- output daya RMS : (tergantung RL) 0 - 500
Watt Crest Faktor : (V2) 1 - 10 (bei> 1000 mA)
HF-kebocoran saat ini : 0 - 250 mA
Diskriminasi : 0,1 mA
Tes elektroda netral : 0 - 1000 Ohm
Bandwidth 0,3 - 10 MHz
Prinsip pengukuran : konverter listrik termal
Load resistor :10 Ohm
25 Ohm - 6375 Ohm
Dalam langkah 25 Ohm
Berayun tepat waktu : <3
Detik Daya output :500 W: 1 menit aktif, off 5 menit permanen:
maks. 200 W pada 25 ° C suhu lingkungan
(50 - 800Ohm)
Data mekanis : case logam ringan IP20
Dimensi : 340 x 87 x 290 mm (W x H x D)
Berat : sekitar 3,8 kg
Keyboard : Keyboard foil 6 tombol
Layar : Layar B / W LCD berukuran 4 x 20
Antarmuka :1 x USB untuk antarmuka
PC 1 x RS-232 untuk antarmuka
PC 1 x RS-232
22
untuk perangkat uji tambahan
23
BAB III
METODOLOGI
24
2. Electrical Safety Analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
tegangan jala-jala dan untuk mengukur keselamatan listrik.
3.2.2 Bahan
a. Lembar Kerja Kalibrasi Elektrosurgery Unit
25
Lembar Kerja adalah lembar data registrasi yang harus diisi sebagaimana yang
tertera.
26
3.3.11 Hasil Pengukuran Kinerja
3.3.12 Metode
Mengacu pada prosedur pengujian dana atau kalibrasi alat
kesehatan (DEPKES & KESSOS RI, DIRJEN YAMED-2001).
3.3.13 Alat ukur
3.3.14 Kesimpulan
Jika alat yang dikalibrasi dalam batas toleransi (diperolah dari
nilai koreksi dan nilai ketidakpastian pengukran) dinyatakan Laik Pakai
dan jika melebihi batas toleransi dinyatakan Tidak Laik Pakai.
3.3.15 Saran
Bila ditemukan dalam pemeriksaan fisik, funsi dan kinerja
Inkubator perawatan terdapat ketidaksesuaian maka disampaikan saran-
saran perbaikan.
3.3.16 Tanggal, Paraf pelaksana pembuatan laporan dan pemeriksa.
3.3.17. Nama dan tanda tangan penanggung jawab kebenaran hasil kalibrasi.
27
Yaitu bagaimana menjelaskan mengenai konsep pengkalibrasian
yang akan digunakan serta pengumpulan data-data yang akan dipakai
dalam pelaksanaan kalibrasi.
28
Pada bagian ini petugas mengambil keputusan apakah alat
Spirometer tersebut masih “LAIK” digunakan atau “TIDAK LAIK”,
setelah mempertimbangkan semua pengukuran yang telah di lakukan
mulai dari kondisi ruang, kondisi fisik dan fungsi komponen alat,
keselamatan listrik, dan pengukuran kinerja apakah semua masih dalam
batas toleransi atau tidak.
5. Mencatat tanggal dilakukan kalibrasi, tempat pelaksanaan, dan nama
pelaksana teknis.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
i. Badan dan permukaan : Periksa bagian luar dan kondisi kebersihan fisik
secara menyeluruh. Pastikan selungkup utuh, terpasang ketat satu dan lainnya
dan tidak ada bekas tertimpa cairan ataupun gangguan lainnya.
ii. Kotak kontak alat : Periksa apakah ada gangguan pada kotak kontak (AC-
Power). Gerak-gerakkan kotak kontak untuk memastikan keamanannya.
30
Goyang-goyangkan kotak kontak untuk memastikan tidak ada baut atau mur
yang longgar. Jika ada, buka mur dan ganti dan perbaiki bila perlu.
iii.Kabel catu utama (Line cord) : Periksa kabel, apakah terlihat ada
kerusakan. Jika ada pindahkan atau tukar kabel yang rusak. Jika kerusakan
disekitar ujung kabel singkirkan bagian yang rusak dan ganti dengan yang
baru. Pastikan kabel power yang baru ataupun kotak kontak yang baru
mempunyai polaritas yang sama dengan yang lama. Periksa juga fungsi
kabel chargernya waktu dipergunakan untuk mengisi ulang.
v. Elektroda dispesrsive dan aktif : Sebelum diuji periksa kabel dan fungsi
masing-masing kedua ujungnya (kotak kontaknya) dan keregangannya
secara menyeluruh. Kemudian periksa dengan hati-hati apakah ada
terdapat luka ataupun sobek pada lapisan isolasinya. Periksa dengan
seksama untuk memastikan tidak ada terjadi gangguan koneksi.
31
ix. Pelabelan dan aksesori : Periksa bahwa semua keberadaan plakat, label
dan petunjuk masih sesuai dan terbaca. Pastikan cadangan baterai, kertas
dan sekring ada.
x. Catat kondisi tersebut (baik atau tidak baik) pada lembar kerja.
32
e.Tentukan titik/ setting pengukuran pada UUT (min 3 setting) berdasarkan
spesifikasi kemampuan UUT.
f.Lakukan pengukuran keluaran daya dengan menekan tombol atau switch
CUT atau COAG pada UUT.
g.Catat nilai penunjukan daya energi STANDARD di lembar kerja pengujian/
kalibrasi.
h.Ulangi langkah e s.d g agar diperoleh 5 data pada tiap titik pengukuran
Terukur
NO. Parameter
Awal Akhir
o
2 Suhu 27,2 C 26,9 oC
3 Kelembapan Relatif 71,2 % 73,3 %
33
Table 4.2 Pemeriksaan Kondisi Fisik dan Fungsi Alat
Hasil Pemeriksaan
NO. Parameter Keterangan
Fisik Fungsi
1 Badan dan permukaan
2 Kabel dan konektor
3 Saklar dan indicator
4 Tombol selector
5 Elektroda aktif
6 Elektroda pasif
7 Foot switch
8 Finger tip switch
9 Alarm
Pada hasil pemeriksaan fisik dan fungsi komponen alat dengan beberapa
parameter pengukuran kita mendapatkan hasil kondisi fisik dan fungsi alat
berfungsi dengan baik.
34
Energy 60 59,9 59,7 57,3 59,9 59,6 59,3
Energy
3 Bipolar Tidak Dilakukan Pengukuran
± 20%
(watt)
35
= = = = 59,3
= = 1,2%
= = = = 59,6
= = 0,7%
36
Hasil Pengukuran Terukur
No. Parameter Setting Toleransi
I II III IV V Rata-rata
Energy
3 Bipolar Tidak Dilakukan Pengukuran
± 20%
(watt)
37
= = = = 44,1
= = 26,5%
= = = = 45,3
= = 24,5%
38
4.3. Telaah Teknis
Tabel 4.5 Telaah Teknis
Bagian Peralatan Kategori Keterangan
a. Baik
1. Kondisi Ruang
b. Tidak Baik
2. Kondisi Fisik dan a. Baik
komponen Alat b. Tidak Baik
a. Baik
3. Keselamatan Listrik
b. Tidak Baik
a. Baik
4. Kinerja
b. Tidak Baik
39
mengacu pada kegiatan kalibrasi yang dilakukan sesuai standar oprsional
prosedur (SOP).
Kesalahan
Rata-rata Koreksi
Relatif (%)
Parameter Setting Tidak Tidak Tidak Toleransi
Sesuai Sesuai Sesuai
Sesuai Sesuai Sesuai
(SOP) (SOP) (SOP)
(SOP) (SOP) (SOP)
Energy 60 59,3 44,1 0,7 15,9 1,2 26,5
50 49,7 37,2 0,3 12,8 0,6 25,6
Cutting
40 38,9 27,6 1,1 12,4 2,8 30,9 ±20 %
(watt)
Energy 60 59,6 45,5 0,4 14,7 0,7 24,5
50 51,1 37,5 1,1 12,5 2,2 25,0
Coagulation
40 40,1 27,3 0,1 12,7 0,1 31,7 ±20 %
(watt)
Energy
Bipolar Tidak Dilakukan Pengukuran
±20 %
(watt)
40
Grafik 4.1 Perbandingan Rata -Rata Energy Coagulation (watt)
41
selisih sebesar 12,4watt untuk energy cutting dan 12,7watt untuk energy
coagulation.
Perlu di ketahui dalam kegiatan kalibrasi alat kesehatan dalam hal ini
Electrosurgery Unit bahwa semakin kecil angka Kesalahan relatif suatu alat
kesehatan maka semakin baik pula kinerja alat kesehatan tersebut. Pada hasil
pengukuran rata-rata tingkat kesalahan relatif Electrosurgery Unit pada setting
60watt pengukuran sesuai (SOP) diproleh kesalahan relatif dari nilai setting
sebesar 1,2% untuk energy cutting dan sebesar 0,7% untuk energy coagulation
dan kesalahan relatif dari setting 60watt pengukuran tidak sesuai (SOP) sebesar
42
26,5% untuk energy cutting dan 24,5% untuk energy coagulation. Sedangkan
pengukuran rata-rata tingkat kesalahan relatif pada setting 50watt pengukuran
sesuai (SOP) diproleh kesalahan relatif dari nilai setting sebesar 0,6% untuk
energy cutting dan sebesar 2,2% untuk energy coagulation dan kesalahan relatif
dari setting 50% pengukuran tidak sesuai (SOP) sebesar 25,5% untuk energy
cutting dan 25,0% untuk energy coagulation. Serta pengukuran rata-rata tingkat
kesalahan relatif pada setting 40watt pengukuran sesuai (SOP) diproleh kesalahan
relatif dari nilai setting sebesar 2,8% untuk energy cutting dan sebesar 0,1% untuk
energy coagulation dan kesalahan relatif dari setting 40watt pengukuran tidak
sesuai (SOP) sebesar 30,9% untuk energy cutting dan 31,7% untuk energy
coagulation.
43
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan Kalibrasi Elektrosurgery Unit (ESU) Menggunakan
Elektrosurgical Analyzer, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kalibrasi Elektrosurgery Unit (ESU) menggunakan Elektrosurgical Analyzer
dilakukan dengan membandingkan nilai setting 60watt,50watt,40watt, untuk
masing-masing parameter Cutting dan Coagulation Elektrosurgery Unit
dengan hasil yang ditampilkan langsung pada alat kalibrasi Elektrosurgical
Analyzer dari 5 kali pengukuran diproleh hasil rata-rata 59,3watt, 49,7watt,
38,9watt untuk cutting dan diproleh hasil rata-rata 59,6watt, 51,1watt, 40,1watt
untuk coagulation pada tiap parameters pengukuran.
2. Penentuan kelaikan operasi alat kesehatan Elektro Surgerry Unit dilihat dari
hasil pengukuran kesalahan relatif dari masing-masing parameter
Elektrosurgery Unit Energy Monopolar Cutting sebesar 1,2% pada setting
60watt, 0,6% pada setting 50watt, 2,8%pada setting 40watt dan Energy
Coagulation 0,7% pada setting 60watt, 2,2% pada setting 50watt, 0,1% pada
setting 40watt diproleh hasil yang tidak keluar dari ambang batas toleransi
±20%.
3. berdasarkan proses kalibrasi yang dilakukan diluar dari ketentuan Standar
Oprasional Prosedur (SOP) kalibrasi alat kesehatan Elektrosurgerry Unit
berakibat ke hasil analisa kelaikan ESU yang membahayakan pasien dan
pengguna serta merugikan pihak instansi pemilik alat kesehatan karena hasil
Analisa tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dari alat Elektrosurgery Unit
yang di kalibrasi.
4. Analisa hasil kalibrasi 2 prosedur ini di lakukan dengan melakukan
perhitunngan pengukuran parameter Rata-rata,koreksi,kesalahan relatif dan
dilakukan perbandingan hasil pengukuran dari 2 prosedur kalibrasi
Elektrosurgerry Unit yang dilakukan sesuai prosedur dan tidak sesuai prosedur
dan ditampilkan dalam Grafik perbandingan. .
44
5.2. Saran
Dalam melakukan pengukuran hendaknya dilakukan dengan teliti dan
sesuai prosedur yang berlaku untuk menghindari terjadinya kesalahan pengukuran
yang mengakibatkan kerugian ke pihak/instansi pemilik alat kesehatan.
45
DAFTAR PUSTAKA
ANSI/AAMI HF 18-1986
Analyzer Safety Electrical,2017,”Manual Book ESA Rigel 288+”.
Anggun Bangkit W, Abadi Imam,Sawitri Dyah.2015.”Analisa keandalan,Safety
Dan Ketidakpastian Electrosurgical Unit Di Rumah Sakit DR.Mohammad
Soewandhie Surabaya.” ( hlm.3)
Ansell Care (2004) “ Information and educational program for the hospital and
medical community”.
IEC 601 – 1 – 1 – 1
Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan No.HK.02.02/V/5771/2018,
Tentang Metode Kerja Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan. Lembaran RI
Tahun 2018 No.No.HK.02.02/V/5771/2018, Jakarta : Sekretrariat Negara.
Purba Feriyanto, Yulizam. 2014.”Analisis Kalibrasi Electrosurgical Di RSU Dr
H. Kumpulan Pane Tebing Tiggi.” (hlm. 2)
Peratutan Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Nomor 54 Tahun 2015
Tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan. Lembaran RI Tahun 2015
No.54, Jakarta : Sekretariat Negara.
Thermohygrometer, 2016,”Manual Book BK Precision”.
LAMPIRAN