Anda di halaman 1dari 20

Cardiac Arrest

Program Studi D4 Keperawatan Lawang


Ira Rahmawati, S.Kep.,Ns., MNSc(EM)
2019
Kemampuan akhir yang diharapkan

Setelah mengikuti pembelajaran, mahasiswa mampu:


1. Melakukan tindakan Basic Cardiac Life Support
(BCLS) sesuai dengan algoritme dari American Heart
Association (AHA) 2015
Cardiac Arrest / Henting Jantung
o Terhentinya suplay darah yang disebabkan jantung berhenti
berkontraksi secara mendadak.
o Penyebab: 5H + 4T, dengan penyebab utama adalah Iskemik
jantung
Hipovolumia Toxins
Hipoksia Trombosis
Hidrogen ion (asidosis) Tension Pnemothorax
Hipo/hiperkalemia Tamponade jantung
Hipotermia
Klasifikasi
1. Shockable rhythm
o irama yang membutuhkan tindakan defibrilasi. Yaitu:
ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi tanpa nadi
o Terjadi pada 25% kasus cardiac arrest
o Mempunyai 30% kesempatan untuk ROSC (Return of
spontaneous Circulation)

2. Non-shockable rhythm / irama non shockable


o asistole dan Pulseless electrical activity (PEA)
o Terjadi pada 75% kasus cardiac arrest
o Mempunyai 10% survival rate
Shockable Rhythm
Ventrikel Fibrilasi
Ventrikel Takikardia
https://www.youtube.com/watch?v=Xq0gNFcBJXc
 Jika anda mendapatkan pasien henti jantung
dengan irama awal ventrikel fibrilasi atau Ventrikel
takikardi tanpa nadi, maka tindakan yang harus
segara anda lakukan adalah High quality CPR
(kompresai dada) dan Defibrilasi (Pemberian
kejutan listrik)
 Selanjutnya, terapi obat mengikuti algoritme (akan
dibahas di slide berikutnya)
Non-Shockable Rhythm
Asystole
Non-Shockable Rhythm
 Jika anda mendapatkan pasien henti jantung
dengan irama awal asistole atau PEA, maka
tindakan yang harus segara anda lakukan
adalah High quality CPR (kompresai dada)
TANPA Defibrilasi
 Selanjutnya, terapi obat mengikuti algoritme
(akan dibahas di slide berikutnya)
Initial Assessment pada pasien dengan cardiac arrest
1. Danger (3A)
2. Cek Respon → unresponsive?
3. Call For Help
Tekan Tombol Code Blue/Teriak Minta Tolong
4. Cek Nadi di Carotis, Tidak lebih dari 10 detik, secara simultan cek
apakah pasien bernafas spontan (Look, Listen Feel)
5. Nadi tidak teraba?., Lakukan High Quality CPR

High Quality CPR??


 Push Hard >> kedalaman 5-6 cm
 Push Fast >> 100-120 kali/menit
 keep it going minimal interruption
 Allow chest recoil
 Avoid hyperventilation
6. Setelah monitor siap, cek irama, jika VT/VF berikan
shock dengan 200 j
Semakin cepat pasien diberikan shock semakin
tinggi kemungkinan pasien survive.
Pasien dengan shockable rhythm apabila diberikan
shock dalam waktu 1 menit, maka kemungkinan
survive 30-40%, jika 6 menit menjadi < 20%
7. Lanjutkan CPR dengan 30:2
8. Berikan adrenalin 1 mg setiap 3-5 menit

https://www.youtube.com/watch?v=ZO_G0-jBVH8
Chain Of Survival
Shock energy
 Biphasic: 200 j (manufacturer
recommendation)
 Monophasic: 360 j

Drug Therapy
 Adrenaline IV/IO dengan dosis I mg
setiap 3 sampai 5 menit
 Amiodaron IV/IO First dose: 300 mg
bolus
 Second dose: 150 mg

Advanced airway: Endotracheal Tube


(ETT)
 Apabila ETT telah terpasang, rasio
30: 2 Tidak Digunakan lagi
 Berikan ventilasi 1 kali setiap 6 detik
(10 X/ menit) dengan kompresi dada
tetap berlangsung
Return Of Spontaneous Circulation (ROSC)
 Terdapat nadi dan tekanan darah
 Peningkatan PETCO2 yang significant (lebih
dari > 40 mmHg)
DAFTAR PUSTAKA

Aehlert, B. (2012). ACLS Study Guide. 4th ed. St. Louis: Elsevier.
Morton, PG., Fontaine, D., Hudak, CM & Gallo, BM. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan
Asuhan Holistik. Edisi 8. Jakarta: EGC.

19
THANKS!
Any questions?
You can find me at:
▪ Irarahmawati.polkesma@gmail.com
▪ www.pojok-science.com

20

Anda mungkin juga menyukai