Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

HENTI JANTUNG

Dosen Pengampu : Ns. Yeni Koto, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh :
Oktika Nurjanah 09180000001
Melian Gita Dewi 09180000006
Bella Amelia Catrin 09180000011
Izma Febry Yani 09180000017
Shintia 09180000019
Hilman Irshadi 09180000076

Mata Kuliah :
Keperawatan Gawat Darurat 6-B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
Gedung Hz Jl. Harapan No.50 Lenteng Agung, Jakarta 12610, DKI Jakarta.
Telepon : 021-78894044-45, Fax : 021-78894044 Website : http://stikim.ac.id
Email:stikim@centrin.net.id
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji serta syukur atas ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya, yang berjudul “Henti Jantung”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas keperawatan gawat darurat.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ns. Yeni Koto, S.Kep., M.Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah
keperawatan gawat darurat.
2. Ibu dan Bapak kami yang selalu mendukung kami selama penyusunan
makalah ini.
3. Para Anggota kelompok yang saling mensupport, memotivasi serta
bekerjasama dengan baik dalam mengerjakan makalah ini.
Demikian kiranya yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Jakarta, 19 Juni 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS.............................................................................4
A. Pengertian......................................................................................................4
B. Etiologi..........................................................................................................4
C. Tanda dan Gejala..........................................................................................6
D. Patofisiologi..................................................................................................7
E. Penatalaksanaan............................................................................................8
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Henti jantung (Cardiac Arrest) adalah penghentian tiba-tiba fungsi
pemompaan jantung dan hilangnya tekanan darah arteri. Saat terjadinya
serangan jantung, penghantaran oksigen dan pengeluaran karbon dioksida
terhenti, metabolisme sel jaringan menjadi anaerobik, sehingga asidosis
metabolik dan respiratorik terjadi. Pada keadaan tersebut, inisiasi langsung
dari resusitasi jantung paru diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan
jantung, paru-paru, ginjal, kerusakan otak dan kematian.
Henti jantung terjadi ketika jantung mendadak berhenti berdenyut,
mengakibatkan penurunan sirkulasi efektif. Semua kerja jantung dapat
terhenti, atau dapat terjadi kedutan otot jantung yang tidak sinkron (fibrilasi
ventrikel). (Hackley, Baughman, 2009. Keperawatan Medikal- Bedah.
Jakarta : EGC)
Henti jantung" adalah istilah yang digunakan untuk kegagalan jantung
dalam mencapai curah jantung yang adekuat akibat terjadinya asistole atau
disritmia (biasanya fibrilasi ventrikel). (Blogg Boulton, 2014. Anestesiologi.
Jakarta : EGC)
Henti jantung adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan,
terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart
Association, 2010). Keadaan kegawat daruratan dapat berupa kecelakaan
seperti kecelakaan kendaraan bermotor, tersengat listrik, keracunan
obat/makanan, serangan jantung, tenggelam, kehilangan darah dan lain-lain.
Serangan jantung merupakan kegawat daruratan yang dapat menyebabkan
terjadinya henti jantung dan henti nafas. Kasus kegawat daruratan henti
jantung merupakan suatu kondisi di mana jantung kehilangan fungsi secara
mendadak dan sangat tiba-tiba ditandai dengan terjadinya henti nafas dan

1
jantung. Kondisi kegawat daruratan dapat terjadi di mana saja dan pada siapa
saja dan merupakan kondisi kegawat daruratan yang dapat mengancam jiwa
yang membutuhkan penanganan segera (Pusat Siaga Bantuan Kesehatan 188,
2013).
Berdasarkan penelitian di negara-negara Eropa, kasus henti jantung
merupakan salah satu penyebab kematian dengan angka kejadian sekitar
700.000 kasus setiap tahun. Menurut penelitian di negara Amerika, penyakit
jantung merupakan pembunuh nomor satu. Setiap tahun hampir 330.000
warga Amerika meninggal secara mendadak karena henti jantung (Bala et al,
2014). Untuk jumlah prevalensi penderita henti jantung di Indonesia tiap
tahunnya sekitar 10.000 warga (Depkes, 2016).
Henti jantung memerlukan tindakan penanganan segera yaitu dengan
resusitasi jantung paru (RJP). Resusitasi jantung paru (RJP) adalah
serangkaian usaha penyelamatan hidup pada henti jantung. Walaupun
pendekatan yang dilakukan dapat berbeda-beda, tergantung penyelamat,
korban dan keadaan sekitar, tantangan mendasar tetap ada, yaitu bagaimana
melakukan RJP yang lebih dini, lebih cepat dan lebih efektif (AHA, 2010).
Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat melakukan
tindakan RJP (Kaliammah, 2013).
Upaya untuk mengurangi angka kematian akibat henti jantung maka
dibutuhkan penatalaksnaan yang tepat. Salah satu penanganan yang
dikembangkan adalah resusitasi jantung paru. Hingga saat ini RJP merupakan
penatalaksanaan yang sangat vital dalam kasus henti jantung karena
tenggelam, sakit jantung atau kejadian yang lain. Kejadian henti jantung dapat
terjadi di mana saja, maka dari itu harus di paparkan informasi tentang
pelatihan resusitasi jantung paru (RJP). Hal ini adalah ketrampilan yang
sangat penting yang harus di miliki oleh orang medis maupun orang awam,
karena hal tersebut dapat dilkukan oleh siapapun meskipun bukan orang medis
dan dimanapun ketika kita secara mendadak menemukan seseorang yang tak
sadarkan diri (AHA, 2010).

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Henti Jantung (Cardiac Arrest)?
2. Apa etiologi Henti Jantung (Cardiac Arrest)?
3. Apa saja tanda dan gejala Henti Jantung (Cardiac Arrest)?
4. Bagaimana patofisioogi Henti Jantung (Cardiac Arrest)?
5. Bagaimana penatalaksanaan Henti Jantung (Cardiac Arrest)?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang Henti Jantung (Cardiac Arrest)?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep henti jantung.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian henti jantung
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Henti Jantung (Cardiac
Arrest);
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala Henti Jantung
(Cardiac Arrest);
d. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Henti Jantung (Cardiac
Arrest);
e. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan Henti Jantung
(Cardiac Arrest); dan
f. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang Henti Jantung
(Cardiac Arrest)

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Henti jantung (Cardiac Arrest) adalah penghentian tiba-tiba fungsi
pemompaan jantung dan hilangnya tekanan darah arteri. Saat terjadinya
serangan jantung, penghantaran oksigen dan pengeluaran karbon dioksida
terhenti, metabolisme sel jaringan menjadi anaerobik, sehingga asidosis
metabolik dan respiratorik terjadi. Pada keadaan tersebut, inisiasi langsung
dari resusitasi jantung paru diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan
jantung, paru-paru, ginjal, kerusakan otak dan kematian.
Henti jantung terjadi ketika jantung mendadak berhenti berdenyut,
mengakibatkan penurunan sirkulasi efektif. Semua kerja jantung dapat
terhenti, atau dapat terjadi kedutan otot jantung yang tidak sinkron (fibrilasi
ventrikel). (Hackley, Baughman, 2009. Keperawatan Medikal- Bedah.
Jakarta : EGC)
Henti jantung" adalah istilah yang digunakan untuk kegagalan jantung
dalam mencapai curah jantung yang adekuat akibat terjadinya asistole atau
disritmia (biasanya fibrilasi ventrikel). (Blogg Boulton, 2014. Anestesiologi.
Jakarta : EGC)
Henti jantung adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan,
terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart
Association, 2010).

B. Etiologi
henti jantung mendadak disebabkan oleh gangguan irama jantung,
tepatnya penyakit ventrikel fibrilasi. Ventrikel fibrilasi adalah gangguan irama
jantung yang membuat ventrikel jantung hanya bergetar saja, bukan berdenyut

4
untuk memompa darah, sehingga menyebabkan jantung berhenti secara
mendadak.
Penyebab cardiac arrest adalah adanya masalah pada sistem elektrik di
dalam jantung. Gangguan kelistrikan ini paling sering terjadi akibat fibrilasi
ventrikel, menurut National Heart, Lung, and Blood Institute. Fibrilasi
ventrikel sendiri adalah kondisi ritme jantung yang tidak wajar.
Jantung Anda terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang di bawah yang
disebut dengan bilik (ventrikel) dan dua sisanya di atas adalah serambi
(atrium). Pada fibrilasi ventrikel, ventrikel akan bergetar secara tidak
terkendali. Kondisi ini menyebabkan ritme jantung berubah secara drastis.
Ventrikel yang bermasalah menyebabkan jantung tidak dapat
memompa darah dengan baik. Pada beberapa kasus, peredaran darah akan
berhenti total. Hal tersebut dapat menyebabkan kematian.
Ketika fibrilasi ventrikel terjadi, nodus sinoatrial (SA) tidak dapat
mengirimkan impuls elektrik dengan baik. Nodus SA berada di ruang kanan
jantung yang fungsinya adalah mengatur seberapa cepat jantung memompa
darah.
1. Penyakit arteri koroner
Sebagian besar penyebab henti jantung mendadak adalah penyakit
arteri koroner yang berawal dari aterosklerosis. Kondisi ini terjadi akibat
arteri koroner mengalami penyumbatan oleh kolesterol atau endapan
kalsium, yang dapat mengganggu aliran darah ke jantung.
2. Serangan jantung
Serangan jantung dapat menimbulkan jaringan parut pada jantung
Anda. Kondisi ini bisa memperpendek arus listrik, memicu kelainan irama
jantung yang akhirnya bisa menyebabkan henti jantung.
3. Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah kondisi pembesaran jantung, tepatnya di
bagian otot jantung karena peregangan atau penebalan. Kemudian, otot
jantung yang tidak normal ini melemah, menyebabkan denyut jantung
tidak beraturan dan memicu cardiac arrest.

5
4. Penyakit jantung bawaan
Jantung berhenti mendadak bisa terjadi pada anak-anak yang lahir
dengan penyakit jantung bawaan. Walaupun mereka telah menjalani
operasi korektif untuk mengatasi kelainan pada jantung ini, risiko
mengalami henti jantung tetap ada.
5. Penyakit keturunan
Penyakit keturunan seperti long QT syndrome (LQTS) merupakan
salah satu penyebab henti jantung. Sindrom ini menyebabkan kelainan
aktivitas kelistrikan di jantung karena pori-pori kecil di permukaan sel otot
jantung.
6. Olahraga intens
Olahraga intens juga menjadi penyebab cardiac arrest. Ini karena
selama aktivitas fisik, tubuh memproduksi hormon adrenalin yang memicu
henti jantung pada orang yang memiliki masalah jantung.

C. Tanda dan Gejala


1. Tidak sadar (pada beberapa kasus terjadi kolaps tiba-tiba)
2. Henti nafas atau mengap-mengap (gasping)
3. Sianosis dari mukosa buccal dan liang telinga
4. Pucat secara umum dan sianosis
5. Jika pernapasan buatan tidak segera di mulai, miokardium (otot jantung)
akan kekurangan oksigen yang di ikuti dengan henti napas.
6. Hipoksia
7. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa
Atau brakialis pada bayi)
8. Nyeri dada yang berulang dengan sering.
9. Jantung berdebar
10. Detak jantung cepat dan tidak teratur (aritmia)
11. Sesak napas tanpa alasan yang jelas.
12. Pusing.
13. Rasa tidak nyaman pada dada (angina).

6
14. Palpitasi jantung (sensasi jantung berdegup kencang)
15. Kelemahan tubuh

D. Patofisiologi
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang
mendasarinya. Beberapa sebab dapat menyebabkan ritme denyut jantung
menjadi tidak normal, dan keadaan ini sering disebut aritmia. Selama aritmia,
jantung dapat berdenyut terlalu cepat atau terlalu lambat atau berhenti
berdenyut. Empat macam ritme yang dapat menyebabkan pulseless cardiac
arrest yaitu Ventricular Fibrillation (VF), Rapid Ventricular Tachycardia
(VT), Pulseless Electrical Activity (PEA) dan asistol (American Heart
Association (AHA), 2005). Kematian akibat henti jantung paling banyak
disebabkan oleh ventricular fibrilasi dimana terjadi pola eksitasi quasi
periodik pada ventrikel dan menyebabkan jantung kehilangan kemampuan
untuk memompa darah secara adekuat. Volume sekuncup jantung (cardiac
output) akan mengalami penurunan sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan
sistemik tubuh, otak dan organ vital lain termasuk miokardium jantung. Henti
jantung timbul akibat terhentinya semua sinyal kendali listrik di jantung, yaitu
tidak ada lagi irama yang spontan. Henti jantung timbul selama pasien
mengalami hipoksia berat akibat respirasi yang tidak adekuat. Hipoksia akan
menyebabkan serabut-serabut otot dan serabut-serabut saraf tidak mampu
untuk mempertahankan konsentrasi elektrolit yang normal di sekitar
membran, sehingga dapat mempengaruhi eksatibilitas membran dan
menyebabkan hilangnya irama normal.
Apapun penyebabnya, saat henti jantung telah mengalami insufisiensi
pernafasan akan menyebabkan hipoksia dan asidosis respiratorik. Kombinasi
hipoksia dan asidosis respiratorik menyebabkan kerusakan dan kematian sel,
terutama pada organ yang lebih sensitif seperti otak, hati, dan ginjal, yang
pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot jantung yang cukup berat
sehingga dapat terjadi henti jantung.

7
Penyebab henti jantung yang lain adalah akibat dari kegagalan
sirkulasi (syok) karena kehilangan cairan atau darah, atau pada gangguan
distribusi cairan dalam sistem sirkulasi. Kehilangan cairan tubuh atau darah
bisa akibat dari gastroenteritis, luka bakar, atau trauma, sementara pada
gangguan distribusi cairan mungkin disebabkan oleh sepsis atau anafilaksis.
Organ-organ kekurangan nutrisi esensial dan oksigen sebagai akibat dari
perkembangan syok menjadi henti jantung melalui kegagalan sirkulasi dan
pernafasan yang menyebabkan hipoksia dan asidosis. Sebenarnya kedua hal
ini dapat terjadi bersamaan.
Pada henti jantung, oksigenasi jaringan akan terhenti termasuk
oksigenasi ke otak. Hal tersebut, akan menyebabkan terjadi kerusakan otak
yang tidak bisa diperbaiki meskipun hanya terjadi dalam hitungan detik
sampai menit. Kematian dapat terjadi dalam waktu 8 sampai 10 menit. Oleh
karena itu, tindakan resusitasi harus segera mungkin dilakukan

E. Penatalaksanaan
Pemberian penanganan segera pada henti nafas dan jantung berupa
Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) akan berdampak langsung pada
kelangsungan hidup dan komplikasi yang ditimbulkan setelah terjadinya henti
jantung.
CPR atau yang lebih dikenal dengan istilah Resusitasi Jantung Paru
(RJP) merupakan upaya yang dilakukan terhadap korban atau penderita yang
sedang berada dalam kondisi gawat atau kritis untuk mengembalikan nafas
dan sirkulasi spontan. RJP terdiri atas Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan
Bantuan Hidup Lanjutan (BHL). BHD adalah tindakan resusitasi yang
dilakukan tanpa menggunakan alat atau dengan alat yang terbatas berupa bag-
mask ventilation, sedangkan BHL sudah menggunakan alat dan obat-obatan
resusitasi sehingga penanganan dapat dilakukan lebih optimal.
Resusitasi jantung paru bertujuan untuk mengoptimalkan tekanan
perfusi dari arteri koronaria jantung dan aliran darah ke organ-organ penting
selama fase low flow. Kompresi jantung yang adekuat dan berkelanjutan

8
dalam pemberian penanganan bantuan hidup dasar sangat penting pada fase
ini.
Menurut (Thygerson,2006), prisip penanganan cardiac arrest terdapat 4
rangkaian yaitu early acces, early CPR, early defibrillator ,dan early advance
care.
1. Early acces : kemampuan untuk mengenali/mengidentifikasi gejala dan
tanda awal serta segera memanggil pertolongan untuk mengaktifasi EMS
(Cepat hubungi fasilitas pelayanan kegawatdarutan jantung, ex : call 118 )
2. Early CPR : CPR akan mensuplai sejumlah minimal darah ke jantung dan
otak, sampai defibrilator dan petugas yang terlatih tersedia/datang.
3. Early defibrillator : pada beberapa korban, pemberian defibrilasi segera ke
jantung korban bisa mengembalikan denyut jantung.
4. Early advance care : pemberian terapi IV, obat-obatan, dan ketersediaan
peralatan bantuan pernafasan

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiogram
Biasanya tes yang diberikan ialah dengan elektrokardiogram
(EKG). Ketika dipasang EKG, sensor dipasang pada dada atau kadang-
kadang di bagian tubuh lainnya misalnya tangan dan kaki. EKG mengukur
waktu dan durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat menggambarkan
gangguan pada irama jantung. Karena cedera otot jantung tidak melakukan
impuls listrik normal, EKG bisa menunjukkan bahwa serangan jantung
telah terjadi. ECG dapat mendeteksi pola listrik abnormal, seperti interval
QT berkepanjangan, yang meningkatkan risiko kematian mendadak.
Gambaran EKG bisa menunjukan Fibrilasi Ventrikel (VF) atau takikardi
ventrikel (VT) tanpa denyut aktivitas listrik tanpa nadi / pulseless electric
activity (PEA) dan asistol.
2. Pemeriksaan Enzim Jantung
Enzim-enzim jantung tertentu akan masuk ke dalam darah jika
jantung terkena serangan jantung. Karena serangan jantung dapat memicu

9
sudden cardiac arrest. Pengujian sampel darah untuk mengetahui enzim-
enzim ini sangat penting apakah benar-benar terjadi serangan jantung.
3. Pemeriksaan Foto Thorax
Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta
pembuluh darah. Hal ini juga dapat menunjukkan apakah seseorang
terkena gagal jantung.
4. Ekokardiogram
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambaran jantung. Echocardiogram dapat membantu mengidentifikasi
apakah daerah jantung telah rusak oleh cardiac arrest dan tidak memompa
secara normal atau pada kapasitas puncak (fraksi ejeksi), atau apakah ada
kelainan katup.
5. Ejection fraction testing
Salah satu prediksi yang paling penting dari risiko sudden cardiac
arrest adalah seberapa baik jantung mampu memompa darah. Ini dapat
menentukan kapasitas pompa jantung dengan mengukur apa yang
dinamakan fraksi ejeksi. Hal ini mengacu pada persentase darah yang
dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung. Sebuah fraksi ejeksi
normal adalah 55 sampai 70 persen. Fraksi ejeksi kurang dari 40 persen
meningkatkan risiko sudden cardiac arrest. Ini dapat mengukur fraksi
ejeksi dalam beberapa cara, seperti dengan ekokardiogram, Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dari jantung Anda, pengobatan nuklir scan dari
jantung Anda atau computerized tomography (CT) scan jantung.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Henti jantung merupakan suatu keadaan terhentinya fungsi pompa otot
jantung secara tiba-tiba yang berakibat pada terhentinya proses penghantaran
oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Keadaan ini bisa terjadi akibat
hipoksia lama karena terjadinya henti nafas yang merupakan akibat terbanyak
henti jantung.
Kerusakan otak dapat terjadi luas jika henti jantung berlangsung lama,
karena sirkulasi oksigen yang tidak adekuat akan menyebabkan kematian
jaringan otak. Hal tersebutlah yang menjadi alasan penatalaksanaan berupa
CPR atau RJP harus dilakukan secepat mungkin untuk meminimalisasi
kerusakan otak dan menunjang kelangsungan hidup korban.
Hal yang paling penting dalam melakukan resusitasi pada korban,
apapun teknik yang digunakan adalah memastikan penolong dan korban
berada di tempat yang aman, menilai kesadaran korban dan segera meminta
bantuan.

B. Saran
Informasi dan pelatihan tatalaksana henti jantung sebaiknya dapat
diberikan kepada masyarakat umum, mengingat bahwa resusitasi dapat
memberikan pertolongan awal. Dampak yang di timbulkan semakin berat jika
waktu datangnya pertolongan semakin lama.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fradia, R. H. (2018/2019). Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Terhadap Pegetahuan Tentang Penanganan Henti Jantung. Malang:
Politeknik Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang.

Mamonto, R., Mintarsih, I. D., & Santoso, B. (2018, Maret 12). Scribd.Id.
Retrieved from Scribd:
https://id.scribd.com/document/402908280/373830006-Makalah-Cardiac-
Arrest-docx

Savitri, T., & Hapsari, A. (2020, Juni 15). Hellosehat. Retrieved from
Hellosehat.com: https://hellosehat.com/jantung/jantung-lainnya/henti-
jantung/

Willy, T. (2019, April 30). Alodokter.com. Retrieved from Alodokter:


https://www.alodokter.com/henti-jantung-mendadak

12

Anda mungkin juga menyukai