Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT

JANTUNG KORENER

Dosen pengampu:

Sulastini,M.Kep

Disusun oleh:

Bulan Ardiani (KHGC21060)

Wanda Eka Herida (KHGC21066)

Farhan Hilmy R ( KHGC21067)

Intan Nurpadilah (KHGC21070)

Fani Siti Hajar (KHGC21084)

STIKES KARSA HUSADA GARUT


2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikankesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah tentang Asuhan Keperawatan pada Penyakit
Jantung Koroner ini disusun sebagai salahsatu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata
Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Kardio,Respirasi,Hermatologi.

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa.
Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan
harapan sebagai masukan dalamperbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami
berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terimakasih.

Garut,18 September 2022

penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Jantung Korener atau yang bisa di sebut PJK merupakan

penyakit yang mematikan (Iskandar, Hadi, & Alfridsyah, 2017). Penyakit

Jantung Korener merupakan penyakit pertama yang menyebabkan kematian

ataupun kecacatan di Negara maju maupun Negara berkembang (Pradono &

Werdhasari, 2018). Atheroklesosis atau plak pada jantung dapat menybabkan

menyempitan arteri koroneria yang membuat suplai darah ke otot jantung

menjadi tidak adekuat, yang menyebabkan otot jantung kekurangan oksigen. Hal

ini meningkatkan risiko terjadinya masalah pada PJK yang menyebab kan

intoleransi aktivitas. (Lemone, 2015).

Penyakit jantung koroner menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia.

Berdasarkan laporan World Health Statistic 2008, tercatat 17,3 juta orang

meninggal di dunia atau setara dengan 30 persen kematian di seluruh dunia

disebabkan oleh PJK(Notoatmodjo, Kasiman, & Rochadi, 2019). Berdasarkan

data dari WHO pada tahun 2015 ditemukan 7,4 juta kasus kematian pertahun

disebabkan oleh penyakit jantung korener. (Wahyuni, Rosjidi, & Nurhidayat,

2019). Menurut RISKESDAS tahun 2018 menunjukkan PJK mempunyai

prevalensi 1,5% atau 15 orang dari 1000 penduduk Indonesia. Menurut

pengalaman saat praktik klinik di ruang Gardena RSUD Ibnu Sina Gresik

(2019) dari 10 diagnosa medis PJK, 6 diantaranya mengalami intoleransi


aktivitas.

Penyakit Jantung Korener terjadi karena atherosklerosis menyebabkan

penyempitan arteri hingga tersumbatnya pembuluh darah yang menimbulkan

nyeri dada. Pada keadaan ini kebutuhan oksigen pada jaringan miokardium

berkurang sehingga menimbulkan metabolisme anaerobik, dalam system ini

menyebabkan asam laktat didistribusikan ke saraf otot dan menimbulkan

kelemahan pada fisik pasien PJK. Kelemahan ini membuat penderita tidak

mampu beraktivitas seperti biasanya dan terjadinya masalah intoleransi aktivitas

(Lemone, 2015). Pada kondisi ini harus dilakukan tindakan yang tepat, karena

dapat memengaruhi system organ yang lain, dan penanganan yang tidak tepat

dapat menyebabkan kegagalan system dan kematian.

Introleransi aktivitas dapat diselesaikan dengan melakukan aktivitas

sehari-hari pasien yang dilakukan secara bertahap mulai dari kegiatan yang

membutuhkan tenaga sedikit untuk klien. Hal ini perlu latihan dalam beberapa

pertemuan yang dapat dilihat dari beberapa respon klien saat melakukan latihan

yaitu nadi, pernafasan dan respon kekuatan tubuh. Latihan aktivitas dapat

berfungsi melatih kekuatan otot jantung secara bertahap. Latihan pada pasien

PJK juga harus disesuaikan pada kemampuan klien dan tingkat kelemahan

klien. Hal ini dilakukan agar metabolisme anaerob berkurang dan jantung

mampu berlatih kedalam fungsi normal.


1.2 Tujuan

1. Melakukan pengkajian perawatan introleransi aktivitas pada pasien penyakit

jantung korener

2. Merumuskan diagnosa keperawatan introleransi aktivitas pada pasien

penyakit jantung korener

3. Menyusun rencana keperawatan introleransi aktivitas pada pasien penyakit

jantung korener

4. Melaksanakan implementasi keperawatan introleransi aktivitas pada pasien

penyakit jantung korener

5. Melakukan evaluasi keperawatan introleransi aktivitas pada pasien penyakit

jantung korener

Mengetahui pengaruh pemberian jus lidah buaya (aloe vera) terhadap kadar
kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL).

1.3 Metode
Penelitian ini menggunakan true experiment dengan re test-post test with control
group design. Subjek penelitian adalah karyawati di dinas koperasi dan UKM Propinsi
Jawa Tengah serta balai koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah yang di ambil secara
konsecutive sampling, besar sample adalah 43 orang yang di bagi secara acak dalam 3
kelompok. Kelompok kontrol tidak diberi lidah buaya, kelompok perlakuan 1 dan
kelompok perlakuan 2 diberikan lidah buaya sebanyak 100 mg/hari dan 200mg/hari yang
di berikan dalam bentuk jus selama 14 hari. Kadar kolesterol LDL dan kadar kolesterol
LDL di ukur sebelum dan sesudah interverensi. Analisis kolesterol LDL dan kolesterol
HDL menggunakan metode enzimatic. Data yang di peroleh di analisis menggunakan uji
paired t-test dan anova pada derajat kemaknaan 5%.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kolestrol
Kolestrol merupakan zat berlemak yang di produksi oleh hati. Kolestrol dapat
ditemukan diseluruh tubuh dan berperan penting terhadap fungsi tubuh sehari-hari. Selain
itu, kolestrol merupakan bahan semacem lilin dan seperti lemak yang sesungguhnya di
perlukan untuk kesehatan kita. Kolesterol merupakan komponen esensial dari setiap sel
dan diperlukan oleh tubuh untuk melakukan banyak fungsi dasar. Kolesterol membantu
hati menghasilkan empedu, yang diperlukan untuk mencerna lemak, dan merupakan
bahan pembentuk yang darinya tubuh membuat kalenjar adrenal dan hormon seks.
Kolesterol juga membentuk jubah pelindung disekitar dinding sel dan selubung mielin
saraf, serta bekerja sebagai pelumas pada dinding arteri, membantu kelancaran aliran
darah. (Braveman dkk, 2006).
Kolesterol dalam jumlah seimbang sangat penting bagi tubuh. Terlalu sedikit
kolesterol tidaklah sehat, sama dengan terlalu banyak. Kadar kolesterol di bawah 135 bisa
merupakan tanda adanya stres kalenjer adrenal, kerusakan hati yang berat (akibat bahan
kimia, obat, atau hepatitis), serta gangguan autoimun atau penyerangan diri sendiri seperti
alergi, lupus, dan artritis rematoid. Kadar kolesterol yang menurun juga telah
dihubungkan dengan kanker dan gangguan fungsi kekebalan tubuh secara umum yang
tampak melalui kelelahan.Jika jumlah lebih banyak dari yang bisa diproses dan
digunakan oleh tubuh, kolesterol bisa disimpan dalam dinding pembuluh darah, dimana
kemudian menjadi berbahaya bagi tubuh. Kenaikan kadar kolesterol, yaitu angkannya
lebih dari 200, merupakan faktor risiko tunggal yang paling penting pada penyakit
jantung koroner.
Hubungan antara kadar kolesterol dan penyakit jantung sangat rumit, karena
kenyataannya bahwa tubuh menghasilkan dua bentuk utama dari kolesterol. Kolesterol
dibawa melalui aliran darah dalam dua komponen protein : lipoprotein berdensitas
rendah (Low Density Lipoprotein/HDL) dan lipoprotein berdensitas tinggi (High Density
Lipoprotein/HDL). LDL dianggap kolesterol yang jahat atau merusak, karena membawa
kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh dan pembuluh darah dimana kolesterol itu kemudian
tinggal di dalam sel-sel yang melapisi dinding arteri. Sedangkan HDL dianggap baik atau
melindungi, karena membaawa kolesterol dari dinding arteri ke hati, di mana kolesterol
dipecah untuk dibuang dari tubuh.
2.2 Pengertian Kolesterol LDL dan kolesterol HDL
 Kolesterol Jahat/LDL (Low Density Lipoprotein)
Kolestrol LDL adalah lemak yang jahat karena bisa menimbun pada dinding
dalam dari pembuluh darah, terutama pembuluh darah kecil yang menyuplai makanan ke
jantung dan otak. Timbunan lemak itu semakin lama semakin tebal dan keras, yang
dinamakan arteriosklerosis, dan akhirnya menumbat aliran darah.
Kolestrol LDL yang optimal adalah bila kadarnya dalam darah di bawah 100
mg/dl. Kolestrol LDL 100-129 mg/dl dimasukkan kategori perbatasan (borderline). Jika
di atas 130 dan disertai afktor risiko lain seperti merokok, gemuk, diabetes, tidak berolah
raga, apalagi jika sudah mencapai 160 atau lebih, maka segera perlu diberi obat.

 Kolesterol Bail/HDL (High Density Lipoprotein)


Kolestrol HDL disebut lemak yang baik karena bisa membersihkan dan
mengangkut timbunan lemak dari dinding pembuluh darah ke hati. Kolestrol HDL yang
ideal harus lebih tinggi dari 40 mg/dl untuk laki-laki, atau di atas 50 mg/dl untuk
perempuan.
Penyebab kolestrol HDL yang rendah adalah kurang gerak badan, terlalu gemuk,
serta kebiasaan merokok. Selain itu hormon testosteron pada laki-laki, steroid anabolik,
dan progesteron bisa menurunkan kolesterol HDL, sedangkan hormon estrogen
perempuan menaikkan HDL.
BAB III
PEMBAHASAN

Pada penelitian ini tidak ada perbedaan signifikan umur, indeks masa tubuh, jenis
kelamin, asupan lemak, asupan lemak, asupan serat, asupan kolesterol, asupan
karbohidrat, asupan protein, asupan energi, kadar kolesterol LDL dan kadar kolesterol
HDL sebelum penelitian, sehingga perubahan kadar kolesterol LDL dan kadar Kolesterol
HDL sesudah intervensi di sebabkan oleh efek jus lidah buaya

Pemberian jus lidah buaya pada kelompok perlakuan pertama dengan dosis
100mg/hari selama 14 hari mengalami penurunan kadar kolesterol sebanyak 0,57 mg/dl
tetapi penurunan ini tidak bermakna (p>o,05). Pada kelompok perlakuan ke 2 dengan
dosis 200mg/hari selama 14 hari terdapat penurunan kadar kolesterol LDL sebanyak
35,89 mg/dl atau 20,36% secara bermakna (p<0,05). Penurunan ini di duga karena salah
satu kandungan lidah buaya yaitu glukomanan, zat yang merupakan serat laut.
Glukomanan di percaya dapat menurunkan kadar resiko penyakit kordiovaskuler dengan
menurunkan kadar lipid didalam plasma melalui mekanisme peningkatan viskositas
kandungan intestinal sehingga dapat menurunkan reabsorbsi asam empedu dan
memperlambat absorbsi serat, sehingga meningkatkan ekskresi asam empedu dan
menurunkan asupan energi secara keseluruhan.

Lidah buaya dapat menurunkan kadar kolesterol LDL secara bermakna karena
mengandung berbagai bahan aktif seperti niasin (vitamin B3) yangf dapat menurunkan
produksi VLDL sehingga kadar kolesterol IDL dan juga kadar kolesterol LDL juga turun,
vitamin C yang mempunyai evek membantu hidroksilasi dalam pembentukan asam
empedu sehingga meningkatkan ekskresi kolesterol. Magnesium meningkatkan sekresi
kolesterol dengan meningkatkan aktivitas enzim HMG Ko-A reduktase dan menurunkan
kadar kolesterol. Vitamin E dan Vitamin A bertindak sebagai anti oksidan yang dapat
melindungi kolesterol LDL dari oksidasi. Penurunan kadar kolesterol LDL pada
kelompok pertama dengan dosis 100 mg/dl tidak bermakna disebabkan karena dosis
lidah buaya yang terlalu rendah sehingga tidak mempengaruhi penurunan kadar kolesterol
LDL.
Pemberian jus lidah buaya juga berpengaruh terhadap kadar kolesterol HDL.
Peningkatan kadar kolesterol HDL secara bermakna (p<0,05) terjadi pada kelompok
kedua dengan dosis 200mg/dl selama 14 hari. Peningkatan kadar kolesterol HDL setelah
intervensi meningkat sebanyak 10,07 mg/dl. Idah buaya juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL karena lidah buaya mengandung bahan aktif seperti nisin yang dapat
meningkatkan Apoliprotein A-1 sehingga kadar HDL meningkat. Magnesium yang dapat
meningkatkan produksi apolipoprtein A-IV dan apolipoprotein E sehingga HDL
kolesterol meningkat. Selenium dan zinc yang terbukti dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL dan menurunkan peroksidasi lipid plasma. Vitamin C pada lidah buaya
mampu meningkatkan kadar kolesterol HDL. Mekanisme vitamin C dalam meningkatkan
kadar kolesterol HDL yakni dengan cara meningkatkan Mrna Apoliproprotein A-1 dan
meningkatkan kadar Apolipoprotein A-1 di dalam darah. Apolipoprotei A-1 merupakan
konponen utama kolesterol HDL.

Perubahan kadar kolesterol HDL pada pemberian jus lidah buaya 100mg/hari
justru mengalami penurunan tetapi tidak bermakna (p>0,05). Asupan lemak pada
kelompok perlakuan jus lidah buaya 200 mg lebih tinggi di bandingkan asupan lemak
pada kelompok perlakuan jus lidah buaya 100mg, akan tetapi asupan serat pada
kelompok perlakuan jus lidah buaya 100mg lebih tinggi dibandingkan kelompok
perlakuan dengan jus lidah buaya 200mg. Faktor yang lain yang dapat meningkatkan
kadar kolesterol HDL adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik mampu meningkatkan
kolesterol HDL-C dan menurunkan kolesterol HDL-C, menurunkan tekanan darah,
menurunkan obesitas, dan menurunnya resistensi insulin. Pada penelitian ini tidak
meneliti mengenai aktivitas fisik subyek, sehingga tidak diketahui eveknya terhadap
kolesterol HDL.
BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan

Penelitian ini membuuktikan bahwa konsumsi jus lidah buaya 200mg/hari selama 14 hari
mampu menurunkan kadar kolesterol LDL sebesar 20,36% dan meningkatkan kadar
kolesterol HDL sebesar 18,8%.

BAB V
ASKEP

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Darah Lengkap


Alat :
1. Spuit 5cc yang sudah dilumasi dengan antikoagulan (EDTA)
2. Tabung untuk menampung darah
3. Bengkok
4. Torniquet
Bahan :
1.Kapas alkohol 2 buah
2.Sarung tangan
3.Plester

PROSEDUR:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2. Cuci tangan
3. Ambil spuit sesuai sampel yang diambi 5cc
4. Tentukan vena yang akan diambil
5. Lakukan desinfeksi
6. Pasang torniquet pada bagian atas vena yang akan dilakukan pengambilan darah
7. Lakukan penusukan pada vena mediana cubiti lurus dengan ulna dengan jarum spuit
8. mengahdap ke atas dengan sudut 30-45 derajat terhadap kulit,lanjutkan pengambilan
darah dan pada saat pengambilan darah torniquet dilepas
9. Setelah sampel darah di dapat lakukan penekanan 2-5 menit masukan darah kedalam
tabung yang diberi anti koagulan
10. Isi formulir permintaan pemeriksaan laboraturium dengan tepat dan kirim ke lab
11. 10.Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
12. 11.Rapikan alat
13. Catat tanggal prosedur, jumlah dan jenis sampel serta respon pasien

Persiapan Pemeriksaan Penunjang


Analis Data
Riwayat Penyakit Sekarang
Diagnosa Penyakit Jantung Koroner ditegakkan berdasarkan Anamnese mengenai riwayat
penyakit sekarang karena PJK terjadi secara tidak langsung atau klien belum menyadari dan
menunggu apabila gejala sakit telah timbul. Diagnosa pada PJK sering kali berdasarkan adanya
keluhan sakit dada yang mempunyai ciri khas sebagai berikut :

• Letaknya, seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau di
bawah, atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri atau dapat
menjalar kepunggung, rahang, leher, lengan kanan.
• Kualitas sakit dada pada angina biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas. Sakit
dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapat
timbul pada waktu tidur malam.
• Lamanya serangan sakit dada biasanya berlangsung 1-5 menit, walaupun perasaan tidak
enak dada masih dapat terasa setelah sakit dada hilang. Bila sakit dada berlangsung lebih
dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark miokard acute dan bukan
disebabkan angina pectoris.

Anamnese yang baik dan teliti dapat disimpulkan mengenai tinggi rendahnya kemungkinan klien
tersebut menderita angina pectoris stabil atau kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil.
Ada 5 hal yang perlu digali dari anamnese mengenai angina pectoris, yaitu : lokasinya,
kualitasnya, lamanya, faktor pencetus, faktor yang bisa meredakan nyeri dada.

Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperwatan utama untuk klien ini mencakup berikut

 Nyeri berhubungan dengan iskemia miokardium Cemas berhubungan dengan rasa takut
akan kematian
 Kurang pengetahuan tentang dasar sifat penyakit dan metode untuk menghindari
komplikasi

 Potensial terjadi ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik berhubungan dengan tidak


mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai

Intervensi
Pencegahan nyeri harus menghindari aktivitas yang diketahui akan menyebabkan nyeri
angina seperti latihan mendadak, pajanan terhadap dingin, dan kegembiraan emosional.

Mengurangi kecemasan. Pasien-pasien ini biasanya mempunyai rasa takut akan


kematian. Untuk pasien, asuhan keperawatan direncanakan sedemikian rupa sehingga waktu
dimana ia jauh dari tempat tidur diusahakan seminimal mungkin, karena perasaan takut akan
meninggal sering dapat dikurangi dengan adanya kehadiran fisik orang lain.

Penyuluhan pasien dan pendekatan asuhan di rumah. Program penyuluhan untuk


pasien dengan angina dirancang untuk menjelaskan sifat dasar penyakit dan menunjukkan data
yang diperlukan untuk mengatur kembali kebiasaan hidup untuk mencapai tujuan sebagai berikut

1. Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina

2. Memperlambat perkembangan penyakit yang mendasarinya, bila mungkin

3. Memberikan perlindunagan dari komplikasi lain


DAFTAR PUSTAKA
 http://eprints.umpo.ac.id/6145/2/BAB%20I.pdf
 Zain. Kesehatan Jantung. 2009
 Krummel D. Medical Nutrition therapy in cardiovascular diseases, In: Mahan LK, Escott
SS. Kraus, Food, Nutriotion and Diet Therapy. 11 Ed. Pensylvnia: Saunders: 2004. Hal:
881-896
 Mayes P.A Peengangkutan dan Penyimpanan Lipid. Dalam : Murray RK, Granner DK.
Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. 25 ed. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran
EGC: 2003 Hal 257-262
 Umi K pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah buaya terhadap Kadar Kolesterol HDL dan
LDL Serum Tikus Putih Hiperkolesterolemi. Skripsi Prodi Biologi, FMIPA Unnes:
Semarang: 2007 Hal 32-36
 Hermawan I, Endang SS. Pengaruh Jus Lidah Buaya (Aloe Vera Linn) terhadap Kadar
Kolesterol Tikus Hiperlipedemia. Skripsi Fakultas Kedokteran, Undip: Semarang, 2010
[serial online][dikutip 18 maret 20111] avaliable from:
URL://http://eprints.undip.ac.id/20391/1/Hermawan.pdf
 Schrock, Theodore R. Ilmu Bedah, Edisi 7. Jakarta: EGC
 Bahrudin, Moch. 2012. Terapi Modalitas Kardiovaskular dan Aplikasinya. Jakarta:
Transinfomedia

Anda mungkin juga menyukai