Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM FARMASETIKA II

PERCOBAAN 6:
BENTUK SEDIAAN INFUSA (INFUS)

Disusun oleh:

Nama : Liva Amarelia Pratista

Kelas : C-2022
22/494125/FA/13424

Golongan :1

Kelompok :C

Tanggal Praktikum : Kamis, 25 Mei 2023

LABORATORIUM MFFM 1
DEPARTEMEN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
85
A. Nama Bentuk Sediaan 8
Infusa

B. Tinjauan Pustaka 6
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979) infus adalah sediaan cair yang
dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama
15 menit. Infus / rebusan obat:sedian air yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air suhu 90° C selama 15 menit,yang mana ekstraksinya dilakukan secara
infundasi Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula di dalam sel
ditarik oleh cairan penyanyi sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum
penyarian akan bertambah baik apabila permukaan (Ansel, 2008).
Infusa daun sena dan infusa simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai
setelah dinginn. Infusa daun sena, infusa asam jawa dan infusa simplisia lain yang
mengandung lendir tidak boleh diperas. Asam jawa sebelum dibuat infusa dibuang
bijinya dan diremas dengan air hingga massa seperti bubur, buah adas manis dan buah
adas harus dipecah dahulu. Pada pembuatan infusa kulit kina ditambahkan asam sitrat
10% dari bobot bahan khasiat (Anonim, 1979).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979) derajat halus simplisia yang
digunakan untuk infusa harus mempunyai derajat halus sebagai berikut:
1. Serbuk 5/8 : Akar manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun
2. Serbuk 8/10 : Dringo, kelembak
3. Serbuk 10/27 : Laos, akar valerian, temulawak, jahe
4. Serbuk 22/60 : Kulit kina, akar ipeka, sekale sernutum
5. Serbuk 85/20 : Daun digitalis
Infusa yang mengandung glikosida antrakinon, seperti kulit Frangula, Purshiana,
ditambahkan Natrium karbonat 10% dari bobot simplisia. Infusa yang mengandung
bahan tidak berkhasiat keras, dibuat dengan 10% simplisia. Khusus untuk simplisia
berikut digunakan untuk 100 bagian infusa yaitu (Anief, 1987):
1. Kulit kina : 6 bagian 5. Sekale kornutum : 3 bagian
2. Daun digitalis : 0,5 bagian 6. Daun sena : 4 bagian
3. Akar ipeka : 0,5 bagian 7. Temulawak : 4 bagian
4. Daun kumis kucing : 0,5 bagian

Simplisia adalah bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat ramuan
obat tradisional yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali proses pengeringan.
Ditinjau dari asalnya, simplisia digolongkan menjadi simplisia nabati dan simplisia
hewani. Simplisia hewani berasal dari hewan, baik masih utuh, organ-organnya, maupun
zat-zat yang dikandungnya yang berguna sebagai obat dan belum berupa zat kimia
murni. Simplisia nabati berasal dari tanaman, baik yang masih utuh, bagian-bagiannya,
maupun zat-zat nabati yang dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia
murni. Sumber simplisia nabati sampai saat ini berupa tumbuhan liar dan tanaman budi
daya (Santoso, 1993).
Dekokta merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simlisia
nabati dengan air pada suhu 900C pada waktu yang lebih lama (30 menit). Hal ini
dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa yang lebih banyak dalam sari
(Santoso, 1993).
Penentuan dibuatnya dekokta atau infusa adalah sifat dari simplisia yang
digunakan, yaitu (Santoso, 1993):
1. Dekokta untuk simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri dan
tahan terhadap pemanasan;
2. Infusa untuk simplisia yang lunak, yang mengandung minyak atsiri dan bahan yang
tidak tahan panas;
Syarat-syarat infusa yang baik menurut Syamsuni (2006), antara lain:
1. Aman, tidak menyebabkan iritasi jaringan dan efektoksis;
2. Jernih, berarti tidak ada partikel padat;
3. Tidak bewarna, kecuali obatnya memang bewarna;
4. Sedapat mungkin isohidlis, pH larutan sama dengan darah dan cairan tubuh lain, yaitu
7,4;
5. Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan
darah atau cairan tubuh lain;
6. Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup dan pathogen maupun non pathogen; dan
7. Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan
demam. Keuntungan dan kekurangan metode infundasi menurut Syamsuni
(2006):
1. Keuntungan
a. Unit alat yang dipakai sederhana; dan
b. Biaya operasionalnya relatif rendah.
2. Kerugian
a. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,apabila
kelarutannya sudah mendingin.(lewat jenuh);
b. Hilangnya zat-zat atsiri; dan
c. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, dismping itu simplisia yang
mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan
menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.
Adapun cara menyerkai menurut (Santoso, 1993), yaitu:
1. Pada umumnya infus diserkai selang panas, kecuali infus simplisia yang mengandung
minyak atsiri, infus condurangu cortex, dan infus daun senae diserkai setelah dingin;
2. Infus condurangu diserkai dingin karena zat berkhasiatnya larut dalam keadaan
dingin dan mengendap dalam keadaan panas;
3. Infus daun sena harus diserkai setelah dingin karena mengandun zat yang dapat
menyebabkan sakit perut yang larut dalam air panas, tetapi tidak larut air dingin;
4. Untuk asam jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan air
hingga massa seperti bubur;
5. Infus daun sena, infus asam jawa, dan infus simplisia lain mengandung lendir tidak
boleh diperas;
6. Untuk buah adas manis dan buah adas harus dipecah terlebih dahulu; dan
7. Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusan nya, hendaknya mengambil derajat
kehalusan suatu bahan dasar yang kekentalan sediaan galenik dengan bahan yang
sama.

C. Nama dan Isi Formula


Nama Resep : Infusum Ortosiphonis 0,5%
Bentuk Sediaan : Infusa
Kekuatan Sediaan : Folium orthosiphon 0,5% dan
Hexamini Isi Formula : Folium orthosiphon 0,5% : 500 mg
Hexamini : 5 gram
Aquae : 100 gram = 100 mL (air ekstra
= 1 mL, Total air 101 mL)

D. Contoh Merk Dagang


Galgin Karomah, Gang Jie, dll
E. Formula Standar 10

Resep: Infusum Ortosiphonis 0,5 %


Resep Asli(Anonim, 1978): Resep Standar (Anonim, 1966):

Keterangan:
R/ (Recipe) *ambillah
S.t.d.d.Cl (Signa ter de die cochlear) *tandailah 3 kali sehari 1 sendok
makan Pro *identitas pasien

F. Fungsi Setiap Bahan 7


1. Folium orthosiphon : Sebagai anti jamur, menyembuhkan gagal ginjal, membantu
detoksifikasi, dll (diuretikum)
2. Hexamini : Sebagai antiseptik saluran kemih
3. Aquae : Sebagai pelarut
tambahkan keterangan bahan: pemerian, penyimpanan, inkompatibilitas, dll
G. Khasiat 8

Untuk pengobatan kencing batu.

H. Perhitungan Penimbangan Bahan 10

1. Folium orthosiphon : 0,5 × 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 500 𝑚𝑔


100

2. Hexamini : 5 gram
3. Aquae : 100 gram = 100 mL
(Air ekstra : 2 x berat bahan
dasar
2 × 500 𝑚𝑔 = 1000 𝑚𝑔 = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1 𝑚𝐿)
Total Aquae : 100 mL + 1 mL= 101 mL

I. Peralatan Untuk Meracik 9

1. Neraca lengan (1) *untuk menimbang bahan-bahan


2. Anak timbang (1) *untuk menyetarakan neraca lengan (timbangan)
3. Corong (1) *sebagai alat bantu pemindahan cairan ke dalam botol
4. Sendok sungu (1) *untuk mengambil bahan dalam toples
5. Lap & tisu (secukupnya) *untuk membersihkan peralatan dan meja pembuatan
6. Pipet tetes (secukupnya) *untuk memindahkan cairan dari botol
7. Botol (1) *sebagai tempat infusa
8. Panci infusa (1) *sebagai tempat pembuatan dan pemanasan cairan
infusa
9. Sudip (1) *untuk mengeluarkan campuran dari mortar
10. Kertas timbang (secukupnya) *sebagai alas untuk menimbang bahan
11. Kertas timbang yang dilapisi gliserin (secukupnya) *sebagai alas untuk menimbang
bahan yang berlemak
12. Kain kassa (1) *untuk menyaring sisa bahan
13. Thermometer (1) *sebagai pengukur suhu
14. Gelas aluminium (1) *sebagai penampung air saringan cairan infusa
15. Penangas air (1) *untuk menghangatkan mortar dan digunakan dalam proses
emulsifikasi
16. Gelas ukur (1) *untuk mengukur volume bahan cairan yang akan
digunakan

tambahkan bahannya dan jumlahnya


9
J. Cara Kerja

panci bawah apa atas

etiket warna apa?

Keterangan:
Derajat halus simplisia adalah 5/8.
Jika bahan dasar berupa simplisia, maka pengambilan air dari bahan dasarnya harus
ditambahkan tersendiri. Umumnya diambil air ekstra sebanyak 2 kali berat simplisia.
(pada sediaan ini menggunakan bahan simplisia sehingga harus dilakukan penambahan
air ekstra sebanyak 2 kali berat simplisia.
Bahan hexamine harus dilarutkan ketika cairan infusa telah dingin, karena apabila
hexamine dilarutkan pada cairan yang masih panas akan membuat hexamine terurai
menjadi formaldehid dan amonia. Formaldehid dapat mengiritasi saluran pencernaan dan
amonia memiliki bau yang tidak enak.
10
K. Etiket
Apotek
Farmasetika
Jl. Sekip Utara, Yogyakarta
Telp. (0274) 587333
No. XI Tanggal : 25 Mei 2023
Pasien : Ibu Elma
Obat : Infusum Ortosiphonis 0,5% (Obat kencing batu)
Aturan Pakai : 3x sehari 1 sendok makan
Sesudah makan
Peringatan Simpan di Kadaluarsa Apoteker
Kocok dahulu Tempat sejuk dan 8 Juni 2023
sebelum digunakan kering

Liva A
Kadaluarsa selama 14 hari setelah peracikan, karena merupakan formula oral yang
mengandung air.

L. Wadah Akhir 8
Botol yang tertutup rapat disimpan dalam kondisi?
M. Referensi
Anief, M., 1987, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim, 1966, Formularium Nasional, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1978, Formularium Nasional Edisi Kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, UI Press, Jakarta.
Santoso, S., 1993, Perkembangan Obat Tradisional Dalam Ilmu Kedokteran di Indonesia
dan Upaya Pengembangannya Sebagai Obat Alternatif, FKUI, Jakarta.
Syamsuni, 2006, Ilmu Resep Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai