Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN FARMAKOLOGI KEMOTERAPI

Hari/tanggal praktikum : Senin, 15 September 2014


Pertemuan ke- : III
Judul : Pembuatan sediaan infusa dan
Penandaan hewan percobaan
Tujuan :
- Dapat membuat sediaan infusa dari tanaman sebagai obat
antiseptik
- Mengidentifikasi hewan percobaan serta mengelompokkannya
untuk diberi penandaan yang pada umumnya berdasarkan pada bobot
hewan percobaan (mg/Kg BB atau g/Kg BB)

I. Dasar Teori
Dasar dilakukan penandaan hewan percobaan adalah bentuk
karakteristik hewan satu spesies itu identik atau mempunyai identitas diri
sama dengan demikian dilakukan penandaan terhadap hewan percobaan
karena dosis obat yang diberikan pada hewan percobaan dinyatakan dalam
mg/Kg BB atau g/Kg BB tubuh hewan sehingga perlu diketahui berat dari
tiap hewan percobaan yang akan digunakan dalam percobaan dan tiap
hewan diberi tanda (titik/gaaris) dengan pewarna untuk
mengidentifikasinya.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
A. Diberi nama : degan ditulis nomor pada tubuhnya
B. Diberi tanda : Pewarnaan pada bulu (dengan asam pikrat). Tata
letak di bagian tubuh tertentu misalnya : kaki kanan / kiri
C. Tanda pada ekor berdasarkan tata nomor romawi
D. Dengan tato nomor. Diekor dengan laser (Animal
Identification Marking System)
Untuk pengujian bioaktivitas suatu tanaman obat maka terdapat proses
yang dinamakan ekstraksi. Ekstraksi merupakan cara menarik satu atau
lebih zat –zat berkhasiat yang digunakan dalam pengobatan sebanyak

1
mungkin dari zat-zat lainnya yang tidak berfaedah, supaya lebih mudah
digunakan daripada simplisia asal.
Metode ekstraksi berdasarkan suhu :
A. Cara panas, diantaranya refluks, soxlet, destilasi, infusa,
dekokta, dll
B. Cara dingin, diantaranya maserasi, perkolasi, corong pisah, dll
Infusa
Dalam farmakope Indonesia edisi I dikenal infusa dan dekokta, mulai
edisi II hanya dikenal infusa saja. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat
dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15
menit.
Cara ramuan penyarian dilakukan dengan cara mengambil 10 gram
simplisia seperti yang tertera pada monografi bersangkutan, serta
menambahkan air sebanyak 110 ml-120 ml. Didihkan hingga 90°C lalu
biarkan 15 menit. Setelah 15 menit lalu matikan api dan saring dengan
kain flanel selagi panas lalu peras.

II. Alat dan bahan


Alat :
- Spidol hitam
- Batang pengaduk
- Panci infusa
- Saringan flanel
- Hotplate/pembakar spiritus
- Beaker glass
Bahan :
- Asam pikrat
- Simplisia daun sirih
- Mencit
- Aquadest

2
III. Karakteristik
Daun Sirih (Piperis folium)
Nama tanaman asal : Piper betle (L) us
Keluarga : Piperaceae
Zat berkhasiat utama : Minyak atsiri yang mengandung fenol khas yang
disebut betelfenol atau aseptosol
Penggunaan : Anti sariawan, anti batuk, antiseptik, obat kumur
Pemerian : bau aromatik khas, rasa pedas khas
Bagian yang digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
(Susilowati, Farmakognosi untuk SMK Farmasi (Kelas XI) : 10)

IV. Prosedur kerja


A. Pembuatan infusa
Timbang Piperis folium Isi bagian air untuk
Siapkan alat sebanyak 13 gram pada neraca infusa, didihkan
dan bahan analitis

Masukkan simplisia
pada wadah yang
Saring dengan telah diisi air 100 ml,
Biarkan suhu 90°C lalu
kain flanel selagi diatas beaker glass
tunggu 15 menit
agak panas pada penangas air
yang telah mendidih

B. Penandaan pada ekor (menggunakan spidol)

C. Penandaan pada bulu (menggunakan asam pikrat)

3
V. Data hasil pengamatan dan dokumentasi

Mencit yang akan


Pembuatan infusa 15 menit setelah 90°C diberikan penandaan
menunggu suhu 90°C

Penandaan pada Penandaan pada Hasil penandaan pada


ekor punggung punggung dan ekor

4
VI. Perhitungan dosis dan sediaan uji
Infusa daun sirih :
10 g x 0,0026 = 0,026 g/20 g BB mencit
Jika diinginkan per oral 0,2 ml maka :
0,026 g/0,2 ml = 13 g/100 ml

VII. Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan praktikum pertemuan ketiga untuk
farmakologi kemoterapi yang membahas mengenai penandaan hewan
uji dan pembuatan salah satu sediaan yakni infusa.
Pembuatan infusa merupakan salah satu metode pemisahan
sederhana yang menggunakan panci infusa maupun yang serupanya
(beaker glass besar yang dikombinasikan dengan beaker glass kecil).
Infusa sendiri merupakan salah satu tekhnik pemisahan metode panas
di mana simplisia yang ditambahkan air sesuai takarannya tidak
langsung dididihkan diatas api secara langsung melainkan
menggunakan panas dari air yang ada di panci lainnya. Hal tersebut
dilakukan karena dikhawatirkan jika simplisia langsung mengenai api
dapat merusak kandungan zat aktif yang ada dalam simplisia tersebut
karena suhu yang terlalu tinggi. Selain itu, dalam simplisia juga
diperhatikan suhu dan lamanya waktu pendidihan. Berdasarkan
literatur di ketahui suhu yang digunakan dalam sediaan simplisia
cukup pada 90°C dan diukur selama 15 menit setelah mencapai suhu
tersebut. Hal ini dilakukan agar penguapan yang terjadi dapat
diminimalisir karena adanya penguapan zat dari simplisia yang bisa
saja terdapat banyak minyak atsiri di dalamnya. Lamanya waktu 15
menit pun digunakan untuk mengumpulkan penyarian yang ada dalam
panci infusa sehingga ketika dilakukan pemerasan menggunakan kain
flanel, zat aktif dapat disari seluruhnya tanpa banyak yang tertinggal
pada ampas. Praktikan memperoleh hasil infusa dari daun sirih
sebanyak 20 ml. Hal ini terjadi karena simplisia ketika dididihkan

5
terlalu banyak yang menguap dikarenakan tutup beaker (alumunium
foil) yang digunakan terbuka sehingga untuk terjadi penguapan yang
berlebihan besar kemungkinannya meskipun hasil filtrat akhir tidak
mungkin ada yang mencapai 100 ml. Hal tersebut dikarenakan adanya
air yang masuk ke dalam simplisia untuk menarik zat aktif yang ada
dalam simplisia yang dapat larut dalam air sehingga volume yang
tadinya 100 ml tidak mungkin utuh sebanyak 100 ml serta larutan
yang tadinya encer akan menjadi lebih pekat dan gelap warnanya
karena zat yang ada dalam simplisia tertarik keluar.
Praktikum kali ini digunakan simplisia daun sirih dengan tanaman
asal Piper betle (L) yang diketahui bahwa Piperis folium memiliki
khasiat antiseptik maupun anti sariawan . Bahkan sebelum ada metode
infusa, orang-orang terdahulu menggunakan Piperis folium untuk
menggosokkannya pada mulut sebagai antiseptik. Seiring dengan
perkembangan jaman, daun sirih / Piperis folium semakin
berkembang pembuatannya dan lebih modern meskipun tidak
melupakan metode lama .
Praktikum kali ini tidak sampai pada pemberian hasil infusa pada
hewan percobaan namun akan dipraktikumkan pada pertemuan
selanjutnya.
Untuk mengefektifkan waktu, ketika menunggu suhu simplisia
pada infusa mencapai 90°C maka praktikan melakukan penandaan
pada hewan uji. Pengujian pada penandaan hewan uji dilakukan secara
acak . Praktikan memperoleh kesempatan untuk menandai hewan
percobaan dengan penandaan di ekor merupakan mencit ke-21 dan
pada punggung merupakan mencit ke-102 .
Penandaan pada ekor digunakan spidol hitam whiteboard
sedangkan penandaan pada punggung menggunakan asam pikrat di
mana penandaan menggunakan asam pikrat lebih tahan lama (+ 1
bulan) ketahanannya dibandingkan menggunakan spidol pada
punggung. Hal tersebut terjadi karena asam pikrat memiliki warna

6
yang cukup terang dan non iritasi pada mencit sehingga untuk
menandai mencit satu dengan yang lainnya akan terlihat. Penandaan
sendiri digunakan untuk membedakan pemberian dosis dari tiap
mencit karena bobot dari mencit akan berbeda satu sama lain
meskipun secara kasat mata sama sehingga diperlukan penandaan baik
pada punggung maupun ekornya. Biasanya tiap kelompok hewan
percobaan dalam suatu penelitian berjumlah sekitar 5 ekor. Dan dari
tiap kelompok tersebut memiliki klasifikasi tertentu baik bobot
mencit, perlakuan kepada mencit, hingga dosis obat yang diberikan.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh
kesimpulan :
 Salah satu sediaan yang dapat diberikan pada hewan percobaan
adalah ekstrak dari infusa yang mengalami proses pendidihan pada
90°C selama 15 menit dengan volume akhir ekstrak daun sirih
sebanyak 20 ml .
 Penandaan hewan percobaan dapat dilakukan pada ekor
menggunakan spidol maupun pada punggung hewan percobaan
menggunakan asam pikrat berdasarkan nomor tiap-tiap hewan
percobaan .

IX. Daftar Pustaka


Anonim. id.wikipedia.com [diakses] 14 September 2014 pukul 16.15 WIB
Susilowati, Kiki Widyastuti . (2008). Farmakognosi untuk SMK Farmasi
(Kelas XI) . PPB SMF-SMKF : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai