Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

“INFUNDASI”

Disusun Oleh :

Annisa Cahyani Ihza

Bunga Fadillah Erpan

Citra Kurnia Tara

Deta Meliana Surya

Dewi Karina

Dina Octaviani

Lokal/Semester : 3B/5

Dosen Pengawas : Dra. Sarma, M.Farm. Apt

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN FARMASI
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Fitokimia
yang berjudul “Infundasi” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
sebab itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat dimengerti bagi siapapun yang membacanya. Mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan yang kurang berkenan.

Jakarta, 8 September 2018

Penulis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Infundasi

Ekstrak adalah sedian kental yang di peroleh dengan mengekstraksi senyawa

aktif dari simplisa nabati atau simplisa hewani menggunakan pelarut yang sesuai

(Depkes RI Dirjen POM, 2000).

Ekstrak dikelompokan atas dasar sifatnya, yaitu (Voight, 2005) :

1. Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan

dapat dituang.

2. Ekstrak kental adalah sediaan yang liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat

dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya kandungan

ainya menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran bakteri.

3. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi dan mudah dituang.

Sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

4. Ekstrak cair, ektrak yang dibuat sedemikian sehingga 1 bagian simplisa sesuai

dengan 2 bagian ekstrak cair.

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang terdapat pada


simplisa. Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan
kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang diisolasi.
Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah terjadinya
oksidasi enzim atau hidrolisis (Harbone, 1996). Karena didalam simplisa mengandung
senyawa aktif yang berbeda – beda, sehingga metode didalam penarikan senyawa aktif
didalam simplisa harus memperhatikan faktor seperti udara, suhu, cahaya, logam berat.
Prosesekstraksi dapat melalui tahap menjadi : pembuatan serbuk, pembasahan,
penyariran, dan pemekatan (depkes RI Dirjen POM, 2000).

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat
aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini
menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang, oleh
karena itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
B. Prinsip Infundasi
Prinsip infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air (bejana infusa tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur (90-98oC)
selama waktu tertentu (15-20 menit). Infusa diserkai melalui kain flanel selagi panas,
kemudian ditambah air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume
infus yang dikehendaki (Anonim, 2000). Hasil infundasi umumnya diserkai dalam
keadaan panas, tetapi untuk bahan yang mengandung minyak atsiri, disertai dalam
keadaan dingin.
Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan
lunak,yang mengandung minyak atsiri,dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama
(Depkes RI.1979).
Infus dibuat dengan cara :
1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan, untuk
bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.
2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu
900 – 980C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan. Pada
simplisia tertentu tidak diambilo 10 bagian bahan. Hal ini di sebabkan karena:
- Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina digunakan
6 bagian.
- Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan, misalnya daun
kumis kucing, sekali minum infuse 100cc karena itu diambil 1/2 bagian.
- Berlendir, misalnya karagen digunakan 11/2 bagian
- Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan 1/2 bagian.
3. Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia
misalnya:
- Asam sitrat untuk infuse kina
- Kalium atau Natrium karbonat untuk infuse kelembak
4. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang
mengandung bahan yang mudah menguap.
5. Simplisia yang digunakan untuk pembuatan infuse harus mempunyai derajat
kehalusan tertentu.
- Derajat kahalusan (2/3), misalnya daun kumis kucing, daun sirih, akar manis
- Derajat kehalusan (3/6), misalnya rimpang jeringau, akar kelembak
- Derajat kehalusan (6/8), misalnya rimpang lengkuas, rimpang temulawak,
rimpang jahe
- Derajat kehalusan (8/24), misalnya kulit kina

C. Kelebihan dan Kekurangan Infundasi


Kelebihan dan kekurangan Metode Infundasi
a. Keuntungan
1. Unit alat yang dipakai sederhana
2. Biaya operasionalnya relatif rendah
b. Kekurangan
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap
kembali,apabila kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh)
2. hilangnya zat-zat atsiri
3. adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia yang
mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan
menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.
BAB II

METODE KERJA

A. Alat dan bahan infundasi


1. Panci infus
2. Kompor listrik
3. Penangas air
4. Timbingan simplisia.
5. Waterbath
6. Cawan penguap
7. Batang pengaduk
8. Kain saring / flannel
9. Wadah ekstrak
10. Alat-alat gelas lainnya
11. Aqua destilata – etanol
12. Simplisia daun jati belanda

B. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Grinder simplisia yang akan digunakan untuk infus
3. Timbang simplisia yang sudah menjadi serbuk seberat 10 g
4. Siapkan panci yang berisi air dan panaskan hingga mendidih
5. Ambil 1 panci lagi yang masih kosong, lalu masukkan simplisia kedalam nya
6. Basahi simplisia dengan air ekstra 2x = 20ml, aduk pelan hingga basah
7. Jika sudah basah merata, lalu tuangkan air sebanyak 100 ml
8. Panci yang berisi simplisia ditaruh diatas panci yang sudah terisi air yang sudah
dipanaskan diatas kompor
9. Sambil di perhatikan suhu nya hingga mencapai 90-98℃ hingga 15 menit
10. Jika sudah 15 menit tuang ekstra simplisia nya dalam botol sambil disaring dengan
kertas saring, lalu tambahkan air panas hingga 100 ml, kemudian beri label
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berat Simplisia 10,0225 g

Berat Ekstrak 26 ml

Pemerian Ekstrak

Bentuk Cair

Bau Teh

Rasa Tidak ada rasa

Warna Cokelat

% Rendemen

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan ektraksi simplisia daun jati belanda dengan
metode infundasi. Pengertian dan prinsip infundasi adalah metode penyarian dengan
cara menyari simplisia dalam air pada suhu 900C-980C selama 15 menit, sedangkan
tujuan dari ekstraksi adalah menarik senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia.
Ekstrak adalah sedian kental yang di peroleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisa nabati atau simplisa hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Sedangkan
infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat aktif
yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Umumnya infus digunakan untuk jaringan lunak yang mengandung minyak atsiri
dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama. Cairan penyari yang digunakan berupa
etanol/metanol, untuk mencegah timbulnya kapang.
Pada saat pemanasaan simplisia daun jati belanda sebaiknya tutup panci jangan
dibuka tutup terus-menerus karena akan mempengaruhi suhunya yang tidak stabil atau
selalu naik turun dan kalau terlalu lama dipanaskan akan membuat simplisia tersebut
menjadi kering.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan praktikum yang dilakukan pada tanggal 5 September 2018, hasil
dari metode infundasi untuk menghasilkan ekstrak daun jati belanda dengan
berat simplisia 10,0225 g yaitu bentuknya cair, berbau teh, dan berwarna cokelat
2. Ekstraksi cara infundasi dan maserasi berbeda pada cara kerjanya yaitu
infundasi harus dipanaskan dan pelarut yang digunakan pada metode ini adalah
air.

B. Saran
1. Pada saat praktikum ekstraksi dengan cara infundasi perlu diperhatikan
beberapa hal yaitu suhu saat pemanasan dan cara pemerasan atau penyarian
filtrat, menggunakan kain flanel.
2. Ketersediaan air di waterbath juga perlu dijaga agar ekstrak tidak terlalu kering
sehingga didapat hasil ekstrak yang kental.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Buku Pedoman Praktikum Farmakognosi II: Buku Pedoman Praktikum Fitokimia

Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Departemen kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen KesehatanRepublik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai