asar Teori
Sediaan farmasi solutio (larutan) terdapat dua macam yaitu larutan soral dan
larutan topikal. beberapa contoh dari larutan oral yaitu potiones, elixir, mixture,
sirup, netralisasi, saturasi, dan potio effervecent. sedangkan beberapa contoh
dari larutan topikal yaitu collyrium, tetes mata, tetes mulut, tetes hidung dan
gargarisma.
Saturasi adalah obat minum yang membuat dengan mereaksikan asam dengan
basa akan tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh
dengan gas. sedangkan netralisasi adalh obat minum yang dibuat dengan
mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan
bersifat netral.
Asam sitrat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 10,1%
C6H8O7.H2O. pemerian hablur tidak berwarna ataupun serbuk putih, tidak
berbau, rasa sangat asam, agak higroskopis, merapuh dalam udara kering dan
panas.
Kelarutannya larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol
(95%) P, sukar larut dalam eter P. Identifikasi larutan dalam air bereaksi asam,
jika dinetralkan menunjukkan reaksi sitrat yang tertera pada reaksi identifikasi.
Natrium Karbonat mengandung tridak kurang dari 99,5% Na2CO3 dihitung
terhadap anhidrat. pemeriannya hablur tidak berwarna atau serbukhablur putih.
kelarutannya mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih.
identifikasi larutan 10% b/b bereaksi alkalis kuat terhadap larutan fenolftalein
P.B menunjukkan reaksi natrium dan karbonat yang tertera pada reaksi
identifikasi.
1.TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan saturasi
11.DASAR TEORI
Saturasi adalah obat munum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan
basa tetapi gas yang terjadi ditahan didalam wadah sehingga wadah jenuh
dengan gas.Saturasi merupakan obat caur yang prinsipnya larutan yang jenuh
dengan CO2.CO2 berfungsi sebagai corrigens.
Saturasi tidak dapat disimpan dalam waktu lama karena akan memper CO2
hilang .Sehingga tidak memenuhi syarat saturasi lagi.Pada saturasi larutan
tersebut dijenuhkan dengan CO2 pada pembuatan larutan secara saturasi harus
dibuat dengan keadaan dingin dan tadak boleh dikocok.
Pada obat seperti effervesent apabils dimasukan kedalam air akan membentuk
CO2 karena reaksi kimia dari 2 unsur dalam tablet karbonat bereaksi dengan
asanm organik .Bahan obat yang biasanya dicampurkan pada kedua unsur
tersebut adalah yang larut dalam air.
Untuk pembuatannya:
1.Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air.Misalnya natrium bicarbonat
digerus lalu dituang kedalam botol .
2.Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air
3. 2/3 bagian asam masuk kedalam basa dan gas dibuang seluruhnya.Sisa asam
dituang hayi-hati lewar tepi botol.Segera ditutup dengan gabus sehingga gas
tertahan.
1V.CARA KERJA
1X.PEMBAHASAN
Praktikum ini membuat sediaan satirasi,Saturasi adalah sediaan yang dibuat
dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terbentuk ditahan didalam
wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
Gas CO2 carbondioksida umumnya digunakan untuk pengobatan ,menjadi
stabilitas obat dan kadang-kadang dimasukan untuk menyegarkan rasa minuman
.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturasi dan potio
effervesent adalah :
1.Diberikan dalam botol yang kuat ,berisi kira-kira setengah bagian dan tertutup
dengan gabus/karet yang rapat .Kemudian diikat dengan rampagneknep.
2.Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut .Karena tidak boleh
dikocok .Pengocokan dapat menyebabkan botol pecah karena botol berisi gas
dalam jumlah besar.
Sediaan yang serupa dengan saturasi adalah netralisasi dan effervesent
.Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam
dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral.
Pada praktikum kali ini ,untuk perbandingan basa dan asamnya adalah 1/3
komponen asan 2/3 komponen basa.Komponen bahan asamnya adalah asam
sitrat dan komponen bahan basanya Na bicarbonat , Sacharum dan ekstrak teh
.Untuk pembuatan asam sitrat dilarutkan dengan aqua kemudian dilarutkan
dengan aqua,lalu ditambahkan Na bicarbonat dan tambahkan ekstrak teh .larutan
basa tersebut lalu dimasukan dalam botol .Lalu tuangkan larutan assa, pelan-
pelan kedalam botol melalui tepi botol.Setelah asam dimasukan,kemudian
ditutup dengan gabus dan diikat dengan benang jagung .Apabila botol
dikocok kemudian tali putus,dan gabus beserta isinya akan menyembur berarti
sediaan saturasi tersebut jadi .
Prisip kerjanya asam masuk basa ,hal ini karena BJ asam lebih besar dibanding
BJ basa, sehingga apabila asam dimasukan kedalam basa maka akan mencampur
sendiri tanpa perlu dikocok .
X.KESIMPULAN
Sediaan ini berfungsi untuk menyegarkan tubuh.
III. Pembahasan
Pada praktikum pembuatan infusa, daun kumis kucing mempunyai bagian
yang keras sebanyak 0,5 % bagian. Mula – mula kumis kucing digunting –
gunting terlebih dahulu baru kemudian ditimbang. Alasan mengapa kumis kucing
digunting terlebih dahulu, agar mempercepat zat aktif pada tanaman deuritik,
karena dengan memotong kita telah merusak dinding selulosanya. Pada Daun
kumis kucing tersebut mengandung kadar kalium (boorsma) yang cukup tinggi.
Ia juga mengandung glikosida orthosiphonin. Setelah itu dilakukan penimbangan
daun kumis kucing sebanyak 500 mg, karena dilakukan 2 kali jadi yang ditimbang
yaitu sebanyak 1 gram. Setelah itu dilakukan pemanasan pada air sebanyak 100
ml di dalam panci dimasukkan daun kumis kucing tersebut hingga suhunya
mencapai 90o. setelah itu diangkat dan dilakukan penyaringan dalam keadaan
panas, kecuali infusa yang mengandung minyak atsiri disaring dalam keadaan
dingin. Jika terdapat tanaman yang mengandung lendir, tidak diperbolehkan
untuk melakukan penyaringan. Lalu dimasukkan ke dalam botol, dan siap untuk
diberikan kepada pasien.
Pada umumnya kumis kucing dipergunakan dalama bentuk simplisia
sesuai dengan khasiat fitoterapi yang tercantum dalam Materia Madika Indonesia
yakni sebagai obat untuk memperlancar pengeluaran air seni. Diketahui juga
bahwa khasiat dari daun kumis kucing itu sendiri adalah sebagai Diuretikum dan
manfaat lainnya yang telah diteliti adalah untuk mengobati infeksi kandung
kemih, kencing manis, tekanan darah tinggi, rematik, menghancurkan batu
ginjal dan menurunkan kadar kolesterol.
Syarifudin, Arief. 2009. Sediaan Obat. (Online). Diakses pada 01 April 2011
Tjay, T.H. dan Kirana Rardja. 2007. Obat-Obat Penting. PT Elex Media Komputendo:
Jakarta.
Santoso, S. 1993. Perkembangan Obat Tradisional Dalam Ilmu Kedokteran di Indonesia
dan Upaya Pengembangannya Sebagai Obat Alternatif, Jakarta: FKUI.
Hariana, H.Arief.. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Dalimartha Setiawan, 2003, ATLAS Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Trubus
Agriwidya, hal. 126-130
anonym, 1980, Materi Medika Indonesia, Jilid 4, DEPKES RI, hal 85-91.
11.
Etiket :
Warna : Putih
Signa : 3 kali sehari 1 sendok makan
Label :
Pembahasan :
Praktikum pembuatan infusa Orthosiphonis Folium. Simplisia yang dipakai
adalah Orthosiphonis Folium kering. Karena simplisa kering maka air yang
dibutuhkan ditambah 2 kali bobot simplisia kering. Penambahan air berguna
untuk mengganti air sel yang hilang. Orthosiphonis Folium dihaluskan terlebih
dahulu untuk menambah luas permukaan. Penambahan luas permukaan
menambah bidang kontak pelarut dengan simplisia sehingga memepercepat
pelarutan. Karena pada laboratorium tidak tersedia ayakan no 5 dan 8 maka
ukuran serbuk Orthosiphonis Folium dikira- kira 2 - 3,35 mm.
Setelah dihaluskan serbuk simplisia siap untuk disari. Pada pembuatan infusa
penyarian dipakai air panas pada suhu 90 derajat Celcius. Sebuk simplisia
dimasukkan ke dalam panci infus yang telah berisi air panas bersuhu 90 derajat
Celcius. Pada suhu ini zat aktif masih stabil dan proses penyarian paling
maksimal. Proses penyarian berlangsung 15 menit sambil sesekali diaduk. Bila
lebih dari 15 menit dikhawattirkan zat aktif akan rusak oleh pemanasan. Infusa
merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif
yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini
menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan
lebih dari 24 jam.
Infuse diserkai sewaktu masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi
kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infus ditunggu
sampai dingin kemudian dimasukkan botol.
Khasiat Fitoterapi yang tercantum dalam Materia Madika Indonesia yakni
sebagai obat untuk memperlancar pengeluaran air seni. Diketahui juga bahwa
khasiat dari daun kumis kucing itu sendiri adalah sebagai diuretikum dan
manfaat lainnya yang telah diteliti adalah untuk mengobati infeksi kandung
kemih, kencing manis, tekanan darah tinggi, rematik, menghancurkan batu ginjal
dan menurunkan kadar kolesterol.
Kesimpulan :
Resep diatas berkhasiat untuk gangguan saluran kemih dan kencing batu.
Daftar Pustaka :
1. Anief, Moh, 1991, Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press :
Yogyakarta.
2. Anonim, 2015, Farmakope Indonesia edisi V, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
3. Anonim, 1980, Materi Medika Indonesia, Jilid 4, DEPKES RI : Jakarta
4. http://nunuunuruul.blogspot.co.id/2013/01/v-behaviorurldefaultvmlo.htm
May
30
Formula Saturasi
R/ Vitamin C 1000 mg
Natrii bicarbonas 3,6 g
Acidum citricum 3g
Sukrosa 12 g
Na-Benzoate 0,075 g
Essens jeruk q.s.
Madu 1g
Aquadest ad 150 mL
1.1 Uraian Masing-masing Bahan
A. Vitamin C
- Nama lain : acidum ascorbicum, asam askorbat
- Struktur kimia : C6H8O6 (Depkes RI, 1979)
- Berat Molekul : 176,13 g/mol (Depkes RI, 1979)
: Bentuk berupa serbuk atau hablur, warna putih atau agak kuning, rasa asam, tidak
berbau (Depkes RI, 1979)
: Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut
dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam benzen P (Depkes RI, 1979)
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya (Depkes RI, 1979)
: ± 1900 C (Depkes RI, 1979)
- pH : 2,1 – 2,6 (Rowe, et al., 2006)
s : Asam askorbat inkompatibilitas dengan basa, ion logam berat bahan
pengoksidasi, methenamine, dan salicylamide sodium nitrit dan dapat mengurangi intensitas
warna zat warna (Rowe, et al., 2006).
B. Sukrosa
Nama lain : sukrosa, beet sugar (Depkes RI, 1995)
: C12H22O17
: 342,30 g/mol
: Bentuk kristal bening, warna putih, rasa manis, tidak berbau (Depkes RI, 1995)
: sedikit larut dalam kloroform, mudah larut dalam 400 bagian etanol, ½ bagian air (Depkes
RI, 1995)
: dalam wadah tertutup baik, sejuk, dan kering (Depkes RI, 1995)
: 1860C (Rowe, et al., 2006)
: 3,5-5,5 (Rowe, et al., 2006)
:-
C. Asam Sitrat
: Acidum Citricum (Depkes RI, 1979)
: C6H8O7.H2O
- Berat Molekul : 210,14 g/mol
: Bentuk hablur tidak berwarna atau serbuk putih, berwarna
putih, rasa asam dan tidak berbau (Depkes RI, 1979)
: Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol dan sukar larut
eter (Depkes RI, 1979).
: Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)
: 90º C
- pH : 3,8-5,6 (Rowe, et al., 2006)
- Inkompatibilitas : -
D. Natrium Bicarbonat
: Natrii Bicarbonas (Depkes RI, 1995)
: Na2(CO3)2.H2O (Depkes RI, 1995)
- Berat Molekul : 124,00 g/mol (Depkes RI, 1995)
: Bentuk hablur warna putih, tidak berbau (Depkes RI, 1995)
Kelarutan : Mudah larut air dan air mendidih (Depkes RI, 1995).
: Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1995)
: 270º C (Depkes RI, 1995).
: antara 6 - 7,5 (Rowe, et al., 2006)
s : -
E. Natrium Benzoat
: Natrii Benzoas atau Natrium Benzenekarboksilat (Depkes RI, 1979)
a : C7H5NaO2
- Berat Molekul : 144,11 g/mol
: Bentuk hablur warna putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau (Depkes RI,
1979)
: larut dalam 2 bagian air dan 90 bagian etanol (Depkes RI, 1979).
: Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)
: 270º C.
: antara 2,5 – 4,0 (Rowe, et al., 2006)
- Inkompatibilitas : -
F. Madu
: Dextrosa (Depkes RI, 1995)
: C6H12O6 (Rowe, et al., 2006)
l : 180,18 g/mol (Rowe, et al., 2006)
: Bentuk larutan kental berwarna kuning, berbau khas berasa manis (Rowe, et al.,
2006).
: Memiliki kelarutan dalam sebanyak 6% (Rowe, et al., 2006).
: Dalam wadah tertutup baik (Rowe, et al., 2006)
: 160º C (Rowe, et al., 2006).
: 7 (Rowe, et al., 2006).
- Inkompatibilitas : -
G. Perasa Jeruk
: Citrus essens
- Struktur Kimia : -
- Berat Molekul : -
: Bentuk hablur, berbau khas dan berasa asam.
- Kelarutan : -
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
- Titik Lebur : -
- pH : -
- Inkompatibilitas : -
H. Aquadest
- Nama lain : Aquadestilata, air suling
- Struktur Kimia : H2O
- Berat Molekul : -
: Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau (Depkes RI, 1995)
- Kelarutan : -
: Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).
- Titik Lebur : -
- pH : 5-7
- Inkompatibilitas : -
1.2 Fungsi Masing-masing Bahan
- Vitamin C berfungsi sebagai bahan aktif yang digunakan untuk menjaga daya tahan tubuh
- Sukrosa berfungsi sebagai pemberi rasa manis.
- Natrium bikarbonat berfungsi sebagai bagian basa untuk memberi sensasi sejuk saat diminum
saat pelepasan gas CO2
- Asam sitrat berfungsi sebagai bagian asam karena lebih stabil bila direaksikan dengan natrium
bikarbonat dibandingkan bahan asam lain.
- Natrium benzoat berfungsi sebagai pengawet untuk mencegah tumbuhnya mikroba.
- Madu berfungsi sebagai antioksidan dan penambah rasa manis.
- Essens jeruk berfungsi sebagai pengaroma jeruk.
- Aquadest berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan semua bahan
Diposting 30th May 2013 oleh Kuro Usagi
0
Tambahkan komentar
Kuropedia
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Dec
19
PENGUKURAN PARAMETER
RHEOLOGI DENGAN VISKOMETER
BROOKFIELD
DOWNLOAD FULL ARTICLE
COPY TEXT
A. TUJUAN
B. DASAR TEORI
Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar
resistensi
suatuzat cair untuk mengalir semakin besar pula viskositasnya. Rheologi ad
alah ilmu yangmempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat
Viskositas mula-mula diselidiki oleh Newton, yaitu dengan
mensimulasikan zat cair dalam bentuk tumpukan kartu seperti pada gambar
berikut :
Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan -lapisan molekul yang sejajar
satu sama lain.Lapisan terbawah tetap diam, sedangkan lapisan di atasnya
bergerak dengan kecepatan konstan, sehingga setiap lapisan akan
b e r g e r a k d e n g a n k e c e p a t a n ya n g b e r b a n d i n g l a n g s u n g d e n g a n
jaraknya terhadap lapisan terbawah yang tetap. Perbedaan kecepatan dv antara
dua lapisan yangdipisahkan dengan jarak dx adalah dv/dx atau kecepatan
geser (rate of share). Sedangkan gayasatuan luas yang dibutuhkan
untuk mengalirkanzat cair tersebut adalah F/A atau tekanan
geser (shearing stress) (Kusuma dkk, 2009).
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu. Kelompok ini terbagi
atas tiga jenis, yakni :
a) Aliran plastik
b) Aliran pseudoplastik
c) Aliran dilatan
2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu. Kelompok ini terbagi atas
tiga jenis, yakni :
a) Tiksotropik
b) Antitiksotropik
c) Rheopeksi
A. Aliran Plastik
dv/dx
B. Aliran Pseudoplastik
C. Aliran Dilatan
D. Aliaran Tiksotropik
E. Aliran Rheopeksi
F. Aliran Antitiksotropik
VISKOSIMETER
Penetrometer
Viskometer kapiler
Viskometer Brookfield
Viskometer stormer
1. Viscometer brookfield
2. Beker glass
3. Batang pengaduk
2. Bahan
D. PROSEDUR KERJA
d. Turunkan posisi spindle beserta rotornya sampai batas tanda tercelup pada
spindle
e. Siapkan rpn yang dikehendaki, mulailah dari rpm yang paling rendah
f. Tekan rem dan nyalakan putaran rotor. Lepaskan rem perlahan, biarkan
samapai mencapai 3-5 kali putaran
g. Tekan rem pada saat penunjuk tampak pada piringan. Matikan rotor dengan
rem yang tetap ditekan. Baca skala pada piringan, catat lalu lepaskan rem
a. Berdasarkan pada data percobaan cara kerja 1, pilihlah salah satu rpm yang
hasil pembacaan skalanya mendekati 100
b. Dengan nomor spindle yang sama dan rpm yang sesuai dilakukan
pengamatan pengaruh lama pengadukan terhadap viskositas. Lama
pengadukan yang dilakukan bervariasi
a. Berdasarkan pada data percobaan cara kerja 1, pilihlah salah satu harga rpm
yang hasil pembacaan skalanya mendekati 100
b. Dengan nomor spindle yang sama dan rpm yang dibuat konstan (3-5
putaran spindle) dilakukan pengamatan pegaruh perubahan temperatur
terhadap viskositas. Temperatur yang digunakan bervariasi dimana
perubahan temperatur diperoleh dengan peningkatan pemanasan
%
Hasil Kesalahan
Tipe No. Faktor
rpm Pembacaan Viskositas
Viskometer Spindle Spindle
Skala
LV 6 2 50 9 450 11,111 %
LV 12 2 25 11 275 9,091 %
LV 30 2 10 25 250 4%
LV 60 2 5 52,5 262,5 1,890 %
%
Hasil Kesalahan
Tipe No. Faktor
rpm Pembacaan Viskositas
Viskometer Spindle Spindle
Skala
F. PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilakukan untuk penentuan viskositas dan sifat
alir sediaan sirup merah didapatkan viskositas pada 6 rpm adalah 450 poise, 12
rpm mempunyai viskositas 275 poise, 30 rpm mempunyai viskositas 250 poise,
dan 60 rom memiliki viskositas 262,5 poise. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa viskositas yang di dapat tidak stabil, seharusnya semakin
besar ilai rpmnya maka viskositasnya semakin kecil. Perbedaan ini atau tidak
stabilnya viskositas karena kurang telitinya praktikan membaca hasil pembacaan
skala.
Percobaan pada penentuan viskositas dan sifat alir sediaan lotion Marina
di dapatkan viskositas pada 6 rpm adalah 24000 poise, 12 rpm memiliki
viskositas 15750 poise, 30 rpm memiliki viskositas 9800 poise dan 60 rpm
memiliki viskositas 6200 poise. Dan hasil yang di dapatkan sesuai dengan teori,
yaitu semakin besar rpmnya maka viskositasnya semakin kecil.
Spindle yang digunakan untuk sirup merah yaitu spindle nomor 2 dengan
tipe viscometer LV. Sedangkan spindle yang digunakan untuk lotion Marina
menggunakan spindle nomor 4. Perbedaan spindle ini dikarenakan semakin
kental larutannya maka semakin besar nomor spindle yang digunakan/
H. DAFTAR PUSTAKA
http://farmasiforyou.wordpress.com
http://jesikasiyanselina.blogspot.com
http://www.scribd.com/doc/49672770/Viskosita-dan-Rheologi-oggix
I. DISKUSI
Tambahkan komentar
2.
Dec
14
MIKROMERITIKA
DOWNLOAD FILE
MIKROMERITIKA
A. Tujuan
B. Dasar teori
1. Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan
atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas
mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat,
diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan
dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari
dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada
perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel
dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus
dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari
distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun
demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan,
bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya
gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa
dideteksi dengan metode ini :
2. Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari
penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya
adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan
menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas.
Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling
besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai,
berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel
yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu
waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit)
ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah
ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan.
t
h
√
(ρ- ρo)g
18 η
d=√
Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah
metode pipet, metode hidrometer dan metode malance.(1). Partikel dari serbuk
obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih 10.000
mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran
koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk ini
mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah
“very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang
dihubungkan dengan bagian serbuk yang mempu melalui lubang-lubang
ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu
periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat
pengaduk ayakan secara mekanis (Martin, 1990).
D. PROSEDUR KERJA
1. Mengkalibrasi micrometer okuler terhadap objektif
a. Micrometer okuler yang akan dikalibrasi dipasang di dalam lensa okuler
b. Micrometer objektif dipasang di bawah lensa objektif
c. Skala 0,0 pada micrometer objektif dihimpitkan hingga segaris dengan
salah satu skala pada skala okuler
d. Sejumlah skala pada skala objektif yang segaris dengan jumlah skala
pada skala okuler kemudian dicatat. Dilakukan 3 kali kalibrasi.
e. Micrometer objektif dilepas.
2. Membuat preparat
a. Amprotob + aquadesr di aduk ad homogeny.
b. Teteskan pada gelas objek.
3. Mengamati ukuran partikel sebanyak 250 kali.
4. Mencatat ukuran partikel terbesar dan terkecil untuk membuat interval
kelas.
5. Menghitung parameter mikromeritikanya.
Ukuran terkecil = 10 μm
Ukuran terbesar = 40 μm
Banyaknya kelas = 4
Lebar interval = 10
A. dln= = = 15,2
B. dsn = = = 17,669
C. dvn = = = 19,633
D. dsl = = = 20,539
E. dvs = = = 24,241
F. dvw = = = 26,821
G. PEMBAHASAN
Praktiukum kali ini berjudul Mikromeritika yang bertujuan agar
praktikan mampu dan terampil menggunakan mikroskopi optic untuk
menentukan ukuran partikel dan distribusinya serta praktikan dapat memahami
dan mampu menghitung parameter yang berhubungan dengan bentuk dan
ukuran partikel. Metode yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah
metode mikroskopis. Partikel yang diukur merupakan partikel dari dari serbuk
amprotob yang sudah dilarutkan dengan aquadest, sehingga ukuran rata-rata
partikel cukup besar daripada ukuran partikel dari suatu larutan murni seperti
NaOH. Dalam dunia farmasi, sediaan yang berhubungan dengan percobaan ini
adalah suspense, emulsi, kapsul dan serbuk.
Keuntungan dari penggunaan metode mikroskopis ini adalah dapat
mendeteksi adanya gumpalan dari partikel-partikellebih dari komponen sampel.
Akan tetapi metode mikroskopis ini juga memiliki kerugian yang diantaranya
adalah garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel yaitu
dimensi panjang dan lebar. Kita tidak dapat memperkirakan bagaimana
mengetahui ketebalan dari partikel. Selain itu kita juga harus menghitung
jumlah partikel yang sangat banyak ( 250 – 500 )agar memperoleh hasil yang
agus dan baik dari distribusinya, sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk mengamatinya.
Pengukuran partikel dilakukan dengan mengukur garis tengah atau diameter
yang ekivalen sehingga akan didapatkan ukuran partikelnya. Ukuran partikel yang
didapat sangat bervariasi dan diperlukan kurva distribusinya untuk dapat menetukan
ukuran rata-rata partikel. Untuk membuat kurva distribusi diperlukan rentang dan mean
serta jumlahnya yang kemudian akan dibuat grafik dan membuat kurva sehingga dapat
menentukan ukuran rata-rata partikel.
Cara kerja pada percobaan ini adalah dengan membuat larutan amprotob
dengan aquadest secukupnya. Kemudian larutan tadi dipipet dan diletakkan di
atas kaca objek dan setelah itu mengamati ukuran partikelnya. Amprotob
biasanya digunakan sebagai zat tambahan atau pengisi pada sediaan obat. Sifat
amprotob adalah mudah larut didalam air dan memiliki ukuran partikel yang
besar karena tersuspensi dalam aquadest sehingga mudah untuk mengamatinya
pada skala yang telah ditentukan. Cara mengkalibrasi yaitu dengan melepaskan
micrometer okuler pada lensa okuler dan dipasang micrometer objektif di
bawah lensa objektif. Setelah itu disejajarkan skala 0,0 mikrometer objektif
dengan salah satu skala pada micrometer okuler. Setelah di dapat hitung skala
1,0 okuler terhadap partikel. Dalam hal ini didapatkan kesejajaran pada skala
5,0 sehingga untuk skala 1okulernya adalah 10 μm. Pada pengkalibrasian
micrometer ini dilakukan 3 kali replikasi.
Dari hasil percobaan dan perhitungan yang telah kami lakukan, maka di
dapatkan hasil dari 250 kali pengamatan yaitu ∑nd sebesar 3800, ∑nd2 sebesar
79.050, ∑ nd3 sebesar 1.892.000, ∑ nd4 sebesar 50.746.250. setelah di dapatkan
hasil perhitungan di atas maka di hitung lagi untuk mencari beberapa
mikromeritiknya sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut ; parameter ukuran
panjang adalah 15,2 μm , parameter ukuran luas permukaan adalah 17,669 μm,
parameter ukuran volume adalah 19,663 μm, parameter ukuran panjang dengan
frekuensi panjang adalah 20,539 μm, parameter ukuran panjang terhadap luas
permukaan adalah 24,241 μm dan parameter ukuran panjang terhadap berat
adalah 26,821 μm. Dari hasil perhitungan ini diperoleh parameter terbesar
ditunjukkan oleh pengukuran parameter ukuran panjang terhadap berat
sedangkan parameter terkecil ditunjukkan oleh pengukuran parameter ukuran
panjang. Frekuensi yang sering muncul pada data yang kami ujikan ini adalah
15. Grafik ini menunjukkan diameter partikel yang sering muncul. Grafik
menggambarkan kurva histogram antara ukuran partikel (μm) terhadap
distribusi frekuensi. Kurva distribusi frekuensi didapat dengan cara memplotkan
jumlah partikel rata-rata.
7.2 Saran
Sebaiknya tempat untuk melakukan penelitian dengan mikroskop tidak
terlalu jauh dengan tempat kami praktikum. Serta diharapkan kepada
asisten agar lebih mengawasi praktikan saat praktikum berlangsung.
I. DAFTAR PUSTAKA
Dora, Rosa. 2011. Distribusi ukuran partikel.
http://rosadora.blogspot.com/2011/01/distribusi-
ukuranpartikel.html#ixzz1g8rcyz6Y
http://grace107.blogspot.com/2011/01/cara-penentuan-ukuran-
partikel.html
J. DISKUSI
Pertanyaan :
1. Apa kegunaan pengukuran partikel pada sediaan suspense atau emulsi?
2. Apa keuntungan dan kerugian penentuan ukuran partikel menggunakan
mikroskopi?
3. Jelaskan dengan singkat prinsif pengukuran partikel dengan beberapa
metode yang ada di pustaka
Jawab :
Pengayakan
Tambahkan komentar
3.
Dec
PENGARUH PERUBAHAN PH
TERHADAP STABILITAS KIMIA
BAHAN OBAT
DOWNLOAD FILE
PENGARUH PERUBAHAN PH TERHADAP STABILITAS KIMIA BAHAN
OBAT
A. TUJUAN
1. Memahami peran katalis dalam proses pruraian suatu bahan obat dalam
bentuk larutan
2. Membedakan proses dekomposisi yang terjadi apakah katalisa asam-
basa umum atau katalisa asam-basa spesifik
B. DASAR TEORI
Terjadinya dekomposisi obat akibat hidrolisis atau solvolisis dari sediaan
farmasi cair adalah adalah hal yang umum terjadi karena kelembaban atau pelarut yang
digunakan. Gugus-gugus fungsional tertentu memudahkan terjadinya reaksi tersebut.
Telah dipelajari berbagai metode untuk meningkatkan stabilitas bahan farmasi yang
mengalami penguraian dengan jalan hidrolisis. Faktor-faktor yang dapat
dipertimbankan salah satunya adalah pH. pH adalah suatu ukuran keasaman suatu air
(larutan). Pengertian pH dalam aplikasinya berbeda-beda. (Parrot,1970).
Laju reaksi dalam larutan berair sangat mudah dipengaruhi oleh adanya pH
sebagai akibat adanya proses katalisis. Untuk mengetahui pengaruh pH maka faktor-
faktor lainnya yang berpengaruh seperti suhu, kekuatan ionik dan komposisi pelarut
harus dibuat tetap. Pengaruh pH dapat diketahui dari bentuk profil pH laju degradasi
dari hubungan antara antara pH dan log k tanpa pengaruh dapar. Dari profil tersebut
dapat diketahui pH yang stabil, katalisis reaksi dan persamaan laju reaksi hipotetiknya
yang memberikan informasi praktis stabilitas suatu obat (Connors et al, 1986).
Terkadang profil pH laju degradasi mengikuti bentuk Sigmoid (S). bentuk ini
terjadi jika obat mengalami disosiasi asam basa 1 kali. Keuntungan profil log k Vs k
dalam bentuk sigmoid ini adalah bahwa plot log k Vs pH dapat berubah menjadi bentuk
sebaliknya (Connors et al, 1986). Bentuk parabola memiliki dua titik infleksi yang
terjadi karena asam basa mengalami disosiasi 2 kali. Seperti bentuk sigmoid, bentuk ini
bisa terjadi dari kombinasi bentuk parabola dengan bentuk V pada profil pH laju
degradasi yang sama (Connors et al, 1986).
Tiga bentuk profil pH laju degradasi yang dikenal yaitu bentuk V, bentuk
Sigmoid (S) dan bentuk Parabola (bell shape) atau kombinasi dari bentuk tersebut.
Bentuk profil yang dihasilkan tergantung pada sifat-sifat zat dan reaksi yang terjadi.
Bentuk V terjadi bila obat bersifat tak terionkan. Keuntungan dari profil log k Vs pH
dalam bentuk V adalah dapat digunakan pada pH rendah maupun tinggi ketika reaksi
di katalisis oleh asam dan basa (Connors et al, 1986).
Parasetamol merupakan kristal putih, tidak berbau atau serbuk kristalin dengan
rasa pahit. Jarak lebur 169oC-172oC. Kelarutannya adalah 1 gram dapat larut kira-kira
70 ml air pada suhu 25oC, 1 g larut dalam 20 ml air mendidih, dalam 70 ml alkohol,
dalam 13 ml aseton, dalam 50 ml kloroform, , dalam 40 ml gliserin dan dalam 9 ml
propilenglikol. Tidak larut dalam benzen dan eter dan larut dalam alkali hidroksida.
Larutan jenuh mempunyai pH kira-kira 6 dan pKa 9,51. Parasetamol merupakan
senyawa yang sangat stabil dalam larutan air. Profil laju pH menunjukkan katalis asam
spesifik dengan stabilitas maksimumnya pada jarak pH 5 sampai 7. Senyawa farmasi
yang mengandung gugus amida dapat mengalami hidrolisis dengan cara yang serupa
dengan senyawa jenis ester. Pengganti asam dan alkohol yang terbentuk pada hidrolisis
ester, pemecahan hidrolisis amida menghasilkan asam dan amida. Langkah penentu laju
reaksi pada reaksi yang terkatalisis ion hidroksida adalah serangan nukleofilik oleh ion
hidroksida. Mekanisme hidrolisis asam pada amida memerlukan substituen yang efek
Jalur utama degradasi yang menyebabkan asetaminofen tidak stabil adalah peristiwa
hidrolisis yang memecah parasetamol menjadi p- aminofenol dan asam asetat
(Connors,et al.,1986).
- Botol timbang
- Kaca arloji
- Gelas ukur
- Pipet volume
- Batang pengaduk
- Beker glass
- Labu ukur
- Corong
- Spektrofotometer
- Paracetamol
- NaOH
- Metanol
- Na. Sitrat
- Aquadest
D. PROSEDUR KERJA
β = 2,303 X C X
0,01 = 2,303 X C X
C =
= 0,034 mol/L
pH = pKa + log
4 = pKa + log
-0,761 = log
antilog -0,761 =
0,173 =
C = [A] + [G]
0,034 = [A] + 0,173 [A]
β = 2,303 X C X
0,01 = 2,303 X C X
C =
= 0,021 mol/L
pH = pKa + log
6 = 6,39 + log
-0,0396 = log
antilog -0,0396 =
0,401 =
C = [A] + [G]
0,021 = [A] + 0,401 [A]
β = 2,303 X C X
0,01 = 2,303 X C X
C =
= 0,181 mol/L
pH = pKa + log
8 = 6,396 + log
antilog 1,604 =
40,179 =
C = [A] + [G]
0,181 = [A] + 40,179 [A]
Panjang Absorbansi
gelombang pH pH
t= 0 menit t= 30 menit
6
243 4 0,638 0,610
243 6 0,641 0,625
243 8 0,65 0,563
C Log C
PH
t0 t20 t0 t30
A. Laju peruraian PH 4
Y = 6x + a
= 6,667 x 10-4 + 1,025
Slope = -6,667 x 10-4
Slope =
-6,667 x 10-4 =
-1,535x10-3 = -k
Log k = -2,818
t1/2 =
=
= 450 menit
B. Laju peruraian PH 6
Y = 6x + a
= 4,67x10-4 + 1,028
Slope = -4,67 x 10-4
Slope =
-4,67x10-4 =
-4,912x10-3 = -k
Log k = -2,309
t1/2 =
=
= 644,050 menit
t1/2 =
=
= 141,083 menit
F. PEMBAHASAN
G.1 Kesimpulan
H. DAFTAR PUSTAKA
Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J. 1986. Chemical Stability of
Pharmaceutical. John Willey and Sons. New York.
Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L.1986. Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi ketiga. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
http://wahyuriyadi.blogspot.com/2009/07/macam-spektrofotometer
dan-perbedaannya.html
Jalur utama degradasi yang menyebabkan asetaminofen tidak stabil adalah peristiwa
hidrolisis yang memecah parasetamol menjadi p-aminofenol dan asam asetat (Connors
et al, 1986).
NHCOCH3 NH2
+ H2O → + CH3COOH
OH OH
3. Mengapa pada pH tertentu suatu larutan bahan obat dapat memiliki stabilitas optimal?
Jawab : Karena pada pH tersebut konsentrasi H+ dan OH- keduanya rendah hanya k0
yang penting dan reaksi tersebut terjadi dengan katalisis pelarut. Artinya pada pH
tersebut katalisa asam-basa tidak terlalu berpengaruh (k1[H+] dan k2[OH-] mempunyai
nilai kecil), sehingga katalisis pelarut berkerja sendirian. Akibatnya laju penguraian
bahan suatu obat menjadi lambat. Oleh karena itu stabilitasnya menjadi optimal.
4. Bagaimana pengaruh asam-basa umum dan asam-basa spesifik terhadap stabilitas
kimia bahan obat?
Jawab : larutan sejumlah obat mengalami percepatan penguraian pada penambahan
asam atau basa. Jika larutan obat di dapar, penguraian tidak akan dipengaruhi oleh
perubahan konsentrasi asam atau basa yang berarti, sehingga reaksi diperkirakan
dikatalis oleh ion hidrogen atau hidroksil. Bila hukum laju reaksi untuk penguraian
yang dipercepat ini mengandung bagian yang melibatkan konsentrasi ion hidrogen atau
hidroksil, reaksi yang demikian disebut katalisis asam-basa spesifik. Sebagai contoh
dari katilisis asam-basa spesifik, kita dapat memperhatikan ketergantungan hidroksil
ester terhadap pH larutan. Dalam larutan asam, kita dapat menganggap hidrolisis ini
bergantung pada kesetimbangan awal antara ester dan ion hidrogen, diikuti oleh reaksi
yang menentukan laju reaksi dengan air (Martin et al, 1984).
5. Bagaimana cara membedakan suatu hasil percobaan stabilitas kimia bahan obat
tersebut dipengaruhi oleh katalisa asam-basa umum atau asam-basa spesifik?
Jawab : Pada stabilitas kimia bahan obat yang dipengaruhi oleh katilis asam-basa
spesifik hukum laju reaksi penguraiannnya hanya mengandung bagian yang
melibatkan ion hidrogen dan ion hidroksil. Contohnya, dapat diperhatikan
ketergantungan hidroksil ester terhadap pH larutan dalam larutan asam, dapat dianggap
hidrolisis ini bergantung pada kesetimbangan awal antara ester dan ion hidrogen, diikuti
oleh reaksi yang menentukan laju reaksi denagn air.
S + H+ ↔ SH+
SH+ + R → P
Skema reaksi umum ini menganggap bahwa hasil reaksi P pada reaksi hidrolisis ini
tidak bergabung kembali membentuk ester.
Sedangkan pada katalis asam-basa umum, pada efek pH terhadap laju reaksi sering
terjadi kemungkinan reaksinya dikatalisis oleh satu atau beberapa komponen penyusun
dapar tergantung pada apakah katalis tersebut asam atau basa. Misalnya pada hidrolisis
antibiotik streptozotosin, laju reaksi dalam dapar fosfat lebih besar daripada laju reaksi
yang diharapkan untuk katalisa basa spesifik (Martin et al, 1984).
Diposting 6th December 2014 oleh Kuro Usagi
0
Tambahkan komentar
4.
May
30
Formula Saturasi
R/ Vitamin C 1000 mg
B. Sukrosa
- Nama lain : sukrosa, beet sugar (Depkes RI,
1995)
Tambahkan komentar
5.
Oct
24
Iodo Iodimetri
DOWNLOAD TEXT
Copy Artikel
PERCOBAAN V
IODOMETRI-IODIMETRI
I. TUJUAN PRAKTIKUM
I2 + 2e 2I-
I2 + I- I3- K= = 7 x 102
I2(solid) 2e 2I-
Persamaan di atas mengacu kepada suatu larutan air yang jenuh dengan
adanya iod padat; reaksi sel setengah ini akan terjadi, misalnya, menjelang
akhir titrasi iodida dengan suatu zat pengoksid seperti kalium permanganat,
ketika konsentrasi ion iodida menjadi relatif rendah. Dekat permulaan, atau
dalam kebanyakan titrasi iodometri, bila ion iodida terdapat dengan
berlebih, terbentuklah ion tri-iodida:
I2(aq) + I- I3-
karena iod mudah larut dalam larutan iodida, reaksi sel setengah itu lebih
baik ditulis sebagai:
I3- + 2e 3I-
Potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt. Maka, iod atau ion tri-
iodida merupakan zat pengoksid yang jauh lebih lemah ketimbang kalium
permanganat, kalium dikromat, dan serium (IV) sulfat (Bassett, 1994).
Zat-zat pereduksi yang kuat (zat – zat potensial reduksi yang jauh
lebih rendah), seperti timah (II) klorida, asam sulfat, hidrogen sulfida, dan
natrium thiosulfat, bereaksi lengkap dan cepat dengan iod, bahkan dalam
larutan asam. Dengan zat pereduksi yang lemah misalnya arsen trivalen,
atau stibium trivale, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan
dijaga tetap netral atau, sangat sedikit asam. Pada kondisi ini, potensial
reduksi adalah minimum, atau daya mereduksinya adalah maksimum
(Bassett, 1994).
Jika suatu zat pengoksid kuat diolah dalam larutan netral atau (lebih
biasa) larutan asam, dengan ion iodida yang sangat berlebih, yang terakhir
bereaksi sebagai zat pereduksi, dan oksidan akan direduksi secara
kuantitatif. Dalam hal-hal yang demikian, sejumlah iod yang ekivalen akan
dibebaskan, lalu dititrasi dengan larutan standar suatu zat pereduksi,
biasanya natrium thiosulfat (Bassett, 1994).
Selama reaksi zat antara S2O32- yang tidak berwarna adalah terbentuk
sebagai berikut : S2O32- + I3- S2O3I- + 2I- yang mana berjalan terus
menjadi: S2O3I- + S2O32- S4O62- +I3- Reaksi berlangsung baik dibawah
pH = 5,0 (Khopkar, 2002).
II.2 Uraian Bahan
c. Struktur kimia :
e. Kelarutan :-
f. Khasiat : Pelarut.
kan panas.
e. Kelarutan :-
c. Struktur kimia :
Hilang.
e. Kelarutan :-
c. Struktur kimia :I
c. Struktur kimia : K — I
higroskopik.
f. Khasiat : Antijamur.
c. Struktur kimia :
d. Pemerian : Serbuk putih atau hablur monoklin kecil, buram,
f. Khasiat : Antasidum
b. Nama
lain : Metampiron.
c. Struktur kimia :
c. Pemerian : Serbuk hablur, putih/putih kekuningan.
d. Kelarutan :-
( Khopkar,2008 )
( Khopkar, 2008 )
H2O + I-
I2 I+ + I-
I+ + HCl I Cl- + H+
Cl + HCl I Cl2- + H+
I+ + 2 HCl I Cl2- + 2 H+
(Gandjar, 2007 )
( Khopkar, 2008 ).
III.1 Alat
2. Bekker glass
3. Erlenmeyer
4. Labu ukur
5. Pipet tetes
6. Pipet volume
7. Pro pipet
8. Timbangan analitik
III.2 Bahan
1. Aqua destillata
2. Indikator amylum
3. KI 10%
4. Larutan H2SO4
7. Larutan KIO3
8. Larutan Kanji
9. Larutan Na2S2O3
3. Menambahkan 3 ml H2SO4 2 N.
Titrasi
Reaksi V Na2S2O3
ke-
10 ml iodium + 40 ml aquades
kuning pucat + 2 ml indikator V1 = 5,3 ml
1
amylum biru tua tak V2 = 0,4 ml
berwarna
10 ml iodium + 40 ml aquades
kuning pucat + 2 ml indikator V1 = 5,3 ml
2
amylum biru tua tak V2 = 0,7 ml
berwarna
3 10 ml iodium + 40 ml aquades
kuning pucat + 2 ml indikator V1 = 5,5 ml
amylum biru tua tak V2 = 0,5 ml
berwarna
Titrasi
Reaksi VNaOH
ke-
0,7151 g antalgin + 4 ml
aquades + 5 ml Hcl 0,02 N + 4
1 9,1 ml
ml indikator amilum warna
tetesan merah
0,7151 g antalgin + 4 ml
aquades + 5 ml Hcl 0,02 N + 4
2 9,4 ml
ml indikator amilum warna
tetesan merah
3 0,7151 g antalgin + 4 ml
aquades + 5 ml Hcl 0,02 N + 4 8,9 ml
ml indikator amilum warna
tetesan merah
V.2 Perhitungan
V pelarut = 1000 ml
Ekuivalen =6
= (3,6084/214) x (1000/1000) x 6
= 0,1014 N
N Na2S2O3 = 0,1001 N
V.2.3 Normalitas Baku tersier (iodium)
Vtitran 1 = 5,7 ml
Vtitran 2 = 6,0 ml
Vtitran 3 = 5,55 ml
Ditanyakan : Niodium
Penyelesaian :
I. Titrasi 1
N . V(titran) = N . V (analit)
0,1001 N . 5,7 ml = N . 10 ml
N = 0,0571 N
II. Titrasi 2
N . V(titran) = N . V (analit)
0,1001 N . 6 ml = N . 10 ml
N = 0,0601 N
III. Titrasi 3
N . V(titran) = N . V (analit)
0,1001 N . 5,55 ml = N . 10 ml
N = 0,0556 N
= 0,0576 N
V1 = 5,7 = 0,0571 N
V3 = 5,55 = 0,0556 N
= 0,0564 N
Diket : N I2 = 0,0564 N
Valensi =2
V I2(1) = 9,1 ml
V I2(2) = 9,4 ml
V I2(3) = 8,9 ml
Ditanyakan : % Kadar Antalgin
Penyelesaian :
I. Kadar %(1) =
= 12,6082 %
= 13,0259 %
= 12,3331 %
= 12,4707 %
VI. PEMBAHASAN
I2 + 2e 2 I-
VII.1 Kesimpulan
VII.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan oleh praktikan pada percobaan ini adalah
bahan yang digunakan untuk praktikum sebaiknya benar-benar dipersiapkan
sehingga tidak terjadi kekurangan bahan saat praktikum sedang
berlangsung. Kepada praktikan diharap antri dalam mengambil bahan,dan
agar alat-alat praktikum diperbanyak juga diatur dengan rapi sehingga
memudahkan praktikan dalam bekerja dan dapat lebih menghemat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
http://imamsamodra.files.wordpress.com/2008/02/microsoft-
word- iodo/iodimetri.pdf
Bassett, J, dkk., 1994, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Day, R.A & Underwood, A. L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Harjadi, W., 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT. Gramedia, Jakarta.
Rohman, Abdul, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
ENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani dam beraktivitas. Olehnya itu, kita dianjurkan
untuk berolah raga pasling kurang dua kali dalam seminggu. Olah raga memiliki sangat bermanfaat
untuk kesehatan sistem kardiovaskuler.
Seseorang yang sehat dan fit akan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa kelelahan yang
berarti. Ia masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup untuk suatu kegiatan ekstra seperti
berolahraga dan rekreasi. Sehat dalam arti umum adalah dengan cara menjaga makanan agar cukup
gizi dan menjaga kebersihan sehari-hari. Kebersihan ini meliputi kebersihan diri sendiri, misalnya
mandi, berpakaian, dan lain-lain.
Oleh karena itu dalam percobaan ini, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh aktivitas
terhadap kerja jantung dan perubahan fisiologis. Untuk menentukan kesanggupan badan kita dalam
melakukan suatu aktivitas maka dilakukan tes harvard. Tes ini bertujuan untuk menentukan indeks
kesanggupan badan untuk melakukan kerja, di sini kita menilai kebugaran dan kemampuan untuk
pulih dari kerja berat.
B. Tujuan
Tujuan percobaan yaitu menentukan kesanggupan badan untuk melakukan suatu kerja
(menentukan kapasitas kerja).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tes Harvard
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi dan atau mendiagnosa
kelainan kardivaskuler. Tes ini juga salah satu ukuran yang bagus bagi kebugaran, dan kemampuan
untuk pulih dari olahraga berat. Semakin cepat jantung kembali normal maka semakin bugar
tubuhnya.(2)
Otot dibagi kedalam tiga kelompok utama menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh
bagian tubuh. Pengelompokannya adalah sebagai berikut :
a) Otot rangka (otot lurik) terdapat pada sistem skelet ,memberikan pengontrolan pergerakan,
mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.
b) Otot visceral (otot polos) terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan, pembuluh
darah. Otot-otot ini mendapat rangsangan dari saraf otonom berkontraksi diluar kesadaran.
c) Otot cardiak hanya terdapat pada jantung, berkontraksi diluar pengendalian
Seperti halnya tulang, Otot juga mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
1. Untuk menggerakkan skelet
2. Untuk menghasilkan panas
3. Untuk mempertahankan sikap badan
B. Jaringan Otot
Jaringan otot bertanggung jawab untuk sebagian besar interaksi kita dengan dunia luar. Fungsi-
fungsi ini termasuk bergerak, berbicara, dan sejumlah tindakan sehari-hari lainnya. Namun tidak kalah
penting, adalah internal fungsi otot. Internal fungsi otot adalah pompa darah kita dan mengatur
alirannya, makanan kita bergerak karena sedang dicerna dan menyebabkan pembuangan limbah, dan
berfungsi sebagai pengatur kritis berbagai proses internal. (3 :138)
Jaringan otot memiliki karakteristik yang unik mengenai konstraktilitas, ekstensibilitas, elastisitas,
dan iritabilitas. Karena otot bersifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini berpasangan namun
memiliki aksi yang berlawanan; ketika satu otot berkontraksi (penggerak yang utama) maka yang lain
akan mengendor (antagonis). Gerakan terjadi karena otot menarik tulang yang berfungsi sebagai
tangkai dan persendian bekerja sebagai engsel. Kekuatan setiap gerakan atau kontraksi tergantung
pada panjang asli dari serabut-serabut, jumlah serabut yang diaktifkan oleh sistem syaraf dan keadaan
metabolik otot.(4)
2. Unit motorik
Oleh karena setiap akson neuron motor spinal, yang mempersarafi otot rangka, bercabang-
cabang untuk mempersarafi kelompok-kelompok serat otot, jumlah terkecil otot yang dapat
berkontraksi sebagai respons terhadap perangsangan oleh satu motor neuron bukan satu
serat otot melainkan seluruh serta otot yang dipersarafi neuron tersebut.
3. Elektromiografi
Penggiatan unit motorik dapat dipelajari dengan elektromiografi, proses perekaman kegiatan
listrik otot pada osiloskop sinar katoda.
6. Mekanik tubuh
Gerakan tubuh secara keseluruhan diatur berdasarkan pemanfaatan prinsip-prinsip fisiologi.
Misalnya, otot-otot tubuh melekat pada tubuh dengan panjang awal yang sama dengan atau
mendekati panjang istirahatnya, pada saat otot akan mengawali kontraksinya.
7. Penyakit otot
Mutasi kode-kode genetik untuk berbagai komponen dari kompleks distrofin glikoprotein
menyebabkan distrofi otot, suatu sindroma yang ditandai oleh kelemahan otot progresif.
Sebagian besar dari bentuk penyakit ini menimbulkan kecatatan berat dan berakhir fatal.
8. Perkembangan Otot
Perlu diingat bahwa telah terjadi kemajuan yang sangat berarti dalam pengetahuan mengenai
pengendalian genetik terhadap perkembangan otot beberapa tahun terakhir ini. Miogenin
merupakan faktor transkripsi yang utama pada proses ini. Miogenin merangsang fibroblas
menjadi sel-sel otot, dan ketika mencit yang dibuat menjadi homozigot untuk gen miogenin
mutant dilahirkan, mereka mati karena ketiadaan otot, termasuk otot-otot yang perlu untuk
pernapasan.(5 : 72)
a) Kerja dinamis positif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian berkontraksi dan
relaksasi (misalnya, menaiki bukit).
b) Kerja dinamis negatif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian memperpanjang
istirahat sementara (istirahat kerja) dan berkontraksi tanpa beban (misalnya, menuruni bukit).
c) Kerja statis postural, yang membuat otot terus menerus kontraksi (misalnya, berdiri tegak).
Banyak kegiatan melibatkan kombinasi dari dua atau tiga jenis pekerjaan otot. Efek kerja mekanik
diarahkan diproduksi di aktivitas otot dinamis, tapi tidak dalam pekerjaan murni postural. Dalam kasus
terakhir, gaya x jarak = 0. Namun, energi kimia masih digunakan dan benar-benar berubah menjadi
bentuk panas disebut pemeliharaan panas (kekuatan otot kali durasi kerja postural).(7 : 74)
Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik. Adaptasi akut
merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan dan adaptasi kronik merupakan
hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti
terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan teijadinya mekanisme
penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban,
lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja fisik tersebut.
Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke jaringan yang
aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat
ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebutbeberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara
lain :
Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang
selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka
frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi denyut
jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang
akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. Pada
suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut
jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi
maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia.
Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah sekitar 5 liter
(5000 mL). Menurut perhitungan, seluruh volume darah dalam system peredaran darah akan
dipompa oleh jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan (aktivitas fisik) dapat
meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter / menit.
Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing
jaringan baik dalam keadaan istirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak
selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat sesuai dengan
bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan berkurang pada
beban kerja yang meningkat. Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja
persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan penurunan pH atau
peningkatan derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak kapiler dan
arteriol yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus darah adalah siklus
jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja, akan terjadi peningkatan
frekuensi denyut jantung dan hal ini mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang digunakan untuk
satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian pembuluh darah koroner yang
terbanyak adalah pada fase diastole. Dengan berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner
juga akan berkurang.
5) Tekanan Darah
Dalam keadaan istirahat, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan 60-90
mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi
jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan maksimum pada 250 mmHg yang
bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan
latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif bisa
mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi
latihan.
BAB III
A. Nama Percobaan
Percobaan Harvard (Harvard Step Test)
F1 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 1 menit sampai 1 menit 30 detik kemudian
F2 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 2 menit sampai 2 menit 30 detik kemudian
F3 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 3 menit sampai 3 menit 30 detik kemudian
8. Hitunglah Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dengan memakai rumus berikut ini.
Cara Cepat :
Cara Lambat :
Penilaian :
D. Hasil Percobaan
Nama orang coba : Tn. HR
Pemeriksa : Nn. F
Umur : 18 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Sebelum melakukan aktivitas :
Tekanan darah kontrol : 120/70 mmHg
Denyut nadi : 78 kali/menit
Saat melakukan aktivitas : T = 74 detik
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Denyut nadi : F1 = 44 kali/30 detik
F2 = 40 kali/30 detik
F3 = 34 kali/30 detik
Indeks Kesanggupan Badan :
a) Cara Cepat :
Sebelum melakukan aktivitas pada orang coba yaitu Tn. HR didapatkan hasil pemeriksaan tekanan
darah normal 120/70 mmHg dan denyut nadi 78 kali/menit. Hal ini berarti orang coba dapat mengikuti
test harvard. Apabila orang coba mempunyai tekanan darah di atas 130 mmHg (sistole) maka orang
coba tidak boleh mengikuti test ini, begitu pun dengan denyut nadi apabila melebihi 80 kali permenit
maka orang coba tidak boleh mengikuti test ini.
Setelah melakukan aktivitas yaitu test harvard yang dilakukan Tn. HR, tekanan darah meningkat
menjadi 130/80 mmHg, dan denyut nadi meningkat pada F1 = 44 kali/30 detik, F2 = 40 kali/30 detik
dan F3 = 34/30 detik. Setelah itu dilakukan perhitungan indeks kesanggupan kerja dan didapatkan
hasil pada perhitungan cara cepat yaitu 30,57 dan cara lambat 31,35. Hal ini menunjukkan bahwa
orang coba mempunyai kesanggupan kerja kurang, karena dalam pengukuran dengan cara cepat hasil
yang didapatkan hasil <50, demikian pula dengan cara lambat <55 pada hasil ini temaksud pada
golongan kesanggupan kerja kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena orang coba kurang istirahat
dan kurang berolahraga secara teratur.
Pada orang coba dapat dilihat peningkatan tekanan darah dan denyut nadi. Hal ini disebabkan
karena aktivitas orang coba meningkat maka curah kerja jantung ikut meningkat hal ini bertujuan
untuk menyuplai O2 dan nutrisi dari jantung ke bagian tubuh yang membutuhkan. Karena peningkatan
curah jantung darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam
peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan tekanan darah yang berjalan
disepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat.
Dari hasil yang diperoleh, belum tentu menunjukkan bahwa kesanggupan orang coba kurang
karena mungkin terdapat beberapa faktor misalnya beban kerja yang diberikan lebih berat dari yang
biasanya dan tanpa pemanasan sebelumnya, frekuensi naik turun harvard kurang maksimum, atau
standar yang dipakai pada rumus ini merupakan standar dari luar negeri dimana orang barat dominan
memiliki kapasitas kerja lebih dibandingkan kita orang Indonesia, misalnya karena faktor pemenuhan
gizi atau perbedaan pola hidup dalam pekerjaan sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kapasitas kerja adalah kesanggupan orang coba untuk melakukan kerja hingga batas
kemampuan kerja dalam percobaan ini setelah dilakukan perhitungan adalah cara cepat 30,57
dan cara cepat 31,35 hal ini termasuk dalam kategori kesanggupan badan kurang.
Aktivitas dapat mengakibatkan peningkatan carah jantung karena peningkatan diastole
sebagai akibat dari peningkatan tonus otot. Selain itu, karena adanya rangsangan otonom yang
meningkatkan kerja saraf simpatis sehingga denyut jantung juga meningkat.
B. Saran
1) Sebaiknya orang coba dalam keadaan baik agar hasil yang didapatkan maksimal.
2) Alat yang digunakan dalam laboratorium sebaiknya ditambah untuk kelancaran praktikum.
3) Ruangan praktikum sebaiknya diperluas agar semua kelompok dapat masuk secara bersamaan
untuk mengifisienkan waktu.
4) Sebaiknya ruangan praktikum diberi penyejuk ruangan agar pada saat praktikum mahasiswa
tidak mengalami kegerahan.
DAFTAR PUSTAKA