Anda di halaman 1dari 14

P- 1

PEMBUATAN SIMPLISIA

TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan simplisia dan
organoleptik
TINJAUAN PUSTAKA
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan
belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari
60°C (BPOM, 2014).

Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak mengandung bahaya kimia,
mikrobiologis, dan bahaya fisik, serta mengandung zat aktif yang berkhasiat. Ciri simplisia
yang baik adalah dalam kondisi kering (kadar air < 10%), untuk simplisia daun, bila diremas
bergemerisik dan berubah menjadi serpihan, simplisia bunga bila diremas bergemerisik dan
berubah menjadi serpihan atau mudah dipatahkan, dan simplisia buah dan rimpang (irisan)
bila diremas mudah dipatahkan. Ciri lain simplisia yang baik adalah tidak berjamur, dan
berbau khas menyerupai bahan segarnya (Herawati, Nuraida, dan Sumarto, 2012).
Standarisasi suatu simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan dan
penetapan nilai berbagai parameter dari produk seperti yang ditetapkan sebelumnya.
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan yang
tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia Medika
Indonesia). Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi (serbuk jamu dsb.) masih
harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(Depkes RI, 2000).
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut:
1. Pengumpulan bahan baku: kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa
faktor, seperti : umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen, bagian
tumbuhan, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh.
2. Sortasi basah: Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan
asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan perajangan.
3. Pencucian: dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih.
4. Perajangan
5. Pengeringan: mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan
simplisia.

2
6. Sortasi kering: tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengemasan
8. Penyimpanan dan pemeriksaan mutu (Depkes, 1985).

ALAT DAN BAHAN

No. Nama Alat dan bahan No. Nama Alat dan bahan
1 Pisau Daun Seledri segar

2 Talenan Daun Jambu Biji segar

3 Tampah Herba Pegagan segar

4 Oven Bunga Mawar segar

5 Wadah Plastik Laos segar

6 Wadah untuk meniriskan Batang Brotowali segar

7 Plastik Kunyit segar

8 Tisu Jahe segar

9 Sarung Tangan Silika gel kemasan kecil

10 Masker

11 Kertas Label

CARA KERJA
Pembuatan simplisia
1. Pengumpulan bahan basah sebagai bahan baku simplisia
2. Bahan baku simplisia disortasi basah untuk memisahkan kotoran dari bahan
3. Bahan kemudian ditimang dan dicatat
4. Bahan kemudian dicuci dan ditiriskan
5. Bahan dirajang menggunakan pisau sampai ukuran yang diinginkan
6. Bahan ditempatkan dalam wadah/ tampah untuk kemudian dikeringkan dalam oven atau di
bawah sinar matahari.
7. Pastikan bahan sudah tidak basah ketika akan dimasukkan ke dalam oven

3
8. Setelah kering , simplisia ditimbang kemudian dilakukan pengamatan terhadap bentuk,
warna, bau, dan rasa
9. Bahan dikemas dalam plastik dan disimpan.
10. Jangan lupa ambil beberapa simplisia digunakan sebagai contoh

HASIL PENGAMATAN

Pengamatan organoleptik
No Nama simplisia
Bentuk Warna Bau Rasa

PUSTAKA ACUAN :
1. BPOM, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Bpom:
Jakarta.
2. Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Departemen
3. Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 9-16.
4. Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Depkes: Jakarta.
5. Herawati, Nuraida, dan Sumarto, 2012, Cara Produksi Simplisia Yang Baik, Seafast
Center, Bogor, 10-11.
6. MenKes, 2009, Keputusan Menteri Kesehatan RI No 261 tentang Farmakope Herbal
edisi pertama, Jakarta.

4
P8-P9

DESTILASI MINYAK ATSIRI


TUJUAN
Dapat menjelaskan dan mengidentifikasi proses destilasi dalam pembuatan minyak atsiri.
TINJAUAN PUSTAKA
Destilasi adalah metode pemisahan atau penyulingan suatu zat secara fisika-kimia yang
berdasarkan perbedaan titik didih nya. Cara kerja dari proses ini adalah ketika zat cair yang
dipanaskan hingga mencapai titik didihnya, hasilnya akan menghasilkan uap yang terdapat
pada alat pendingin dan akan ter-embun sebagai zat cair. (Arif, Dinoyo , Budiyanto, A., &
Richana, N., 2016) Prosesnya dilakukan tanpa kontak dengan udara luar sehingga
memperoleh hasil yang steril.
Proses destilasi dibedakan menjadi beberapa bagian berdasarkan metode dan alat yang
digunakan, antara lain:
a) Destilasi air (perebusan)
Sampel yang akan diujikan dilakukan penyulingan secara langsung dengan air
mendidih. Selama proses ini akan dihasilkan minyak atsiri yang kan menguap
bersama air dan akan turun ke tempat akhirnya setelah melalui kondensor sebagai
pendingin.
b) Destilasi Uap dan Air (pengukusan)
bahan ditempatkan dalam suatu wadah diatas air yang mendidih. Hasil yang didapat
adalah minyak atsiri yang akan menguap dengan air melalui kondensor. Hasil dari
proses ini memiliki mutu yang baik, tetapi ada prosesnya harus dilakukan kontrol
pada tekanan dan suhu. Tekanan harus > 1 atm dan suhu > 100°C
c) Destilasi Uap Langsung
Sampel dilakukan penguapan secara langsung dengan alat pembangkit uap. Uap yang
digunakan harus memiliki tekanan lebih besar dibandingkan tekanan atmosfer. Alat
yang digunakan dalam prose sini adalah alat suling uap langsung
(Putri, Fatimura, M., Husnah, & Bakrie, M., 2021)
ALAT DAN BAHAN

ALAT Bahan
Labu Destilasi Kondensor Termometer Aquades
Adaptor Labu Alas Bulat Erlenmeyer Tanaman Segar
Konektor Gelas beaker Aluminium Foil
Penangas Air Statif dan Klem

35
CARA KERJA
1. Dilakukan pemilihan dan perajangan bahan tanaman segar yang akan dilakukan,
2. dilakukan penimbangan bahan yang siap diproses.
3. Dilakukan perangkaian alat destilasi sederhana dengan baik,
4. Bahan dimasukkan ke dalam labu destilat dan ditambahkan air secukupnya hingga
bahan terendam,
5. Pada erlenmeyer hasil dilakukan penutupan dengan aluminium foil,
6. Alat destilasi dinyalakan dan diukur suhu awalnya,
7. Dilakukan pengecekan secara berkala tentang volume pada destilat,
8. Setelah cukup, dilihat suhu akhir proses destilasi. Catat
9. Hasil destilat dapat diukur berapa hasil volume yang didapat.

HASIL PENGAMATAN
No. Perlakuan Hasil pengamatan

1.

2.

Daftar Pustaka
Arif, A., Dinoyo , W., Budiyanto, A., & Richana, N. (2016). Analisis rancangan faktorial tiga faktor untuk
optimalisasi produksi bioetanol dari molase tebu. J. Informatika Pertanian, 25, 145-154.

Putri, I., Fatimura, M., Husnah, & Bakrie, M. (2021). Pembuatan minyak atsiri kemangi dengan
menggunakan metode destilasi uap langsung. Jurnal Redoks, 6, 149-156.

36
P10

EKSTRAKSI (MASERASI DAN INFUSA)


TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan ekstraksi menggunakan metode maserasi dan infusa
TINJAUAN PUSTAKA
Pemilihan teknik ekstraksi bergantung pada bagian tanaman yang akan diekstraksi dan bahan
aktif yang diinginkan. Oleh karena itu, sebelum ekstraksi dilakukan perlu diperhatikan
keseluruhan tujuan melakukan ekstraksi. Tujuan dari suatu proses ekstraksi adalah untuk
memperoleh suatu bahan aktif yang tidak diketahui, memperoleh suatu bahan aktif yang
sudah diketahui, memperoleh sekelompok senyawa yang struktur sejenis, memperoleh semua
metabolit sekunder dari suatu bagian tanaman dengan spesies tertentu, mengidentifikasi
semua metabolit sekunder yang terdapat dalam suatu makhluk hidup sebagai penanda kimia
atau kajian metabolisme. Sebaiknya untuk analisis fitokimia, harus digunakan jaringan
tanaman yang segar. Beberapa menit setelah dikumpulkan, bahan tanaman itu harus
dicemplungkan ke dalam alkohol mendidih. Kadang-kadang, tanaman yang ditelaah tidak
tersedia dan bahan mungkin harus disediakan oleh seorang pengumpul di benua lain. Dalam
hal demikian, jaringan yang diambil segar harus disimpan kering di dalam kantong plastik
dan biasanya akan tetap dalam keadaan baik untuk dianalisis setelah beberapa hari dalam
perjalanan dengan pos udara.
Teknik ekstraksi yang ideal adalah teknik ekstraksi yang mampu mengekstraksi bahan aktif
yang diinginkan sebanyak mungkin, cepat, mudah dilakukan, murah, ramah lingkungan dan
hasil yang diperoleh selalu konsisten jika dilakukan berulang-ulang.
❖ Maserasi
Maserasi dilakukan dengan melakukan perendaman bagian tanaman secara utuh atau yang
sudah digiling kasar dengan pelarut dalam bejana tertutup pada suhu kamar selama
sekurang-kurangnya 3 hari dengan pengadukan berkali-kali sampai semua bagian tanaman
yang dapat larut melarut dalam cairan pelarut. Pelarut yang digunakan adalah alkohol atau
kadang-kadang juga air. Campuran ini kemudian disaring dan ampas yang diperoleh di press
untuk memperoleh bagian cairnya saja. Cairan yang diperoleh kemudian dijernihkan dengan
penyaringan atau dekantasi setelah dibiarkan selama waktu tertentu. Keuntungan proses
maserasi diantaranya adalah bahwa bagian tanaman yang akan diekstraksi tidak harus dalam
wujud serbuk yang halus, tidak diperlukan keahlian khusus dan lebih sedikit kehilangan
alkohol sebagai pelarut seperti pada proses perkolasi atau sokletasi. Sedangkan kerugian
proses maserasi adalah perlunya dilakukan penggojogan/pengadukan, pengepresan dan
penyaringan, terjadinya residu pelarut di dalam ampas, serta mutu produk akhir yang tidak
konsisten.
❖ Infusa
Infusa dibuat dengan maserasi bagian tanaman dengan air dingin atau air mendidih dalam
jangka waktu yang pendek. Pemilihan suhu infus tergantung pada ketahanan senyawa bahan
aktif yang selanjutnya segera digunakan sebagai obat cair. Hasil infus tidak bisa digunakan

25
dalam jangka waktu yang lama karena tidak menggunakan bahan pengawet. Namun
pada beberapa kasus, hasil infusa (larutan infus) dipekatkan lagi dengan pendidihan untuk
mengurangi kadar airnya dan ditambah sedikit alkohol sebagai pengawet.
ALAT DAN BAHAN

No. Nama Alat


1 gelas ukur
2 Erlenmeyer
3 cawan porselin
4 Corong
5 statif + pegangan corong
6 spatula
7 neraca analitik
8 Oven
9 penangas air
10 panci infusa
11 Kompor
12 Tisu
13 sarung tangan
14 Masker
15 Label
16 aluminium foil
17 etanol
18 Akuades
19 kertas saring
20 Thermometer
21 kain flanel

CARA KERJA

❖ Maserasi

1. Timbang serbuk simplisia sebanyak 50 gram


2. Masukkan kedalam wadah tertutup
3. Tambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 375 mL
4. Aduk perlahan dan biarkan selama 3 hari dengan dilakukan pengadukan setiap
harinya
5. Saring menggunakan kertas saring,
6. Timbang cawan porselin 500 mL
7. Filtrat diletakkan dalam cawan porselin 500 mL
8. Bilas endapan menggunakan 125mL etanol 70% dan filtratnya ditampung ke dalam
tempat yang sama

26
9. Letakkan cawan berisi filtrate di atas waterbath
10. Tunggu sampai mengental dan amati
11. Timbang sampai konstan dan catat hasilnya

❖ Infusa

1. Timbang serbuk simplisia sebanyak 50 gram


2. Masukkan kedalam panci infusa
3. Tambahkan aquades sebanyak 500 mL
4. Panaskan sampai suhu 90oC
5. Tunggu sampai 15 menit
6. Saring menggunakan kain flanel
7. Ambil filtratnya dan letakkan di atas waterbath
8. Tunggu sampai ekstrak mengental dan amati
9. Timbang sampai bobot tetap
10. Catat

HASIL PENGAMATAN
Metode Maserasi
No Pengamatan Berat serbuk Berat ekstrak Berat rendemen
ekstrak
1
2.
3.
4.
5.

Metode Infusa
No Pengamatan Berat serbuk Berat ekstrak Berat rendemen
ekstrak
1.
2.
3.
4.
5.

DAFTAR PUSTAKA
1. Materia Medika Jilid III. 1979. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
2. Ansel, H., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 608-609, Jakarta, UI

27
P11
SKRINING FITOKIMIA

(ALKALOID, FLAVONOID, DAN TANNIN)


TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan uji kualitatif terhadap senyawa metabolit sekunder
(alkaloid, flavonoid dan tannin)

TINJAUAN PUSTAKA
Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam senyawa organik yang
dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya,
perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah serta fungsi biologinya.
Tumbuhan menghasilkan berbagai macam senyawa kimia organik, senyawa kimia ini bisa
berupa metabolit primer maupun metabolit sekunder. Kebanyakan tumbuhan menghasilkan
metabolit sekunder, metabolit sekunder juga dikenal sebagai hasil alamiah metabolisme.
Hasil dari metabolit sekunder lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit primer.
Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik. Alkaloid sering kali
beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi
digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Uji sederhana, tapi sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah.
Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida, golongan terbesar flavonoid berciri
mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu dari
cincin benzene. Efek flavonoid terhadap macam-macam organisme sangat banyak macamnya
dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam
pengobatan tradisional. Flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang
digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan hati.
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus
dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk
kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin
yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat di
dalam paku – pakuan dan gymnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama
pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas
pada tumbuhan berkeping dua.

ALAT DAN BAHAN


No. Nama Alat
1 batang pengaduk
2 hot plate
3 tabung reaksi
4 rak tabung

28
5 penangas air
6 Tisu
7 sarung tangan
8 Masker
9 Label
10 aluminium foil
11 penjepit kayu
12 gelas ukur
13 beaker glass
14 beaker glass
15 Etanol
16 Aquades
17 HCl
18 Pereaksi Mayer
19 pereaksi Wagner
20 NaCl
21 n-heksan
22 HCl pekat
23 logam Mg
24 Butanol
25 FeCl3 1%
26 larutan gelatin 1%
27 NaCl 10%

CARA KERJA
● Alkaloid
- Preparasi sampel
Ekstrak sebanyak 0,9 gram ditambah etanol sampai dengan larut,
kemudian ditambah 5 mL HCl 2 N, dipanaskan diatas penangas air selama 2-3
menit, sambil diaduk. Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl, diaduk merata
kemudian disaring. Filtrat ditambah 5 mL HCl 2 N. Filtrat dibagian dan
disebut sebagai larutan IA, IB dan IC
- Reaksi pengendapan
Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah dengan
pereaksi Wagner dan larutan IC dipakai sebagai blanko. Adanya kekeruhan
atau endapan menunjukkan adanya alkaloid.
● Flavonoid
- Preparasi sampel
0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 mL n-heksana berkali-kali dalam
tabung reaksi sampai ekstrak n-heksana tidak berwarna. Residu dilarutkan
dalam 20 mL etanol dan dibagi menjadi 3 bagian, masing-masing disebut

29
sebagai larutan IIA, IIB, dan IIC
- Reaksi warna
​ Uji Bate-Smith dan Metcalf
Larutan IIA sebagai blanko, larutan IIB ditambah 0,5 mL HCl pekat
dan diamati perubahan warna yang terjadi, kemudian dipanaskan diatas
penangas air dan diamati lagi perubahan warna yang terjadi. Bila
perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu, menunjukkan adanya
senyawa leukoantosianin (dibandingkan dengan blanko)
​ Uji Wilstater
Larutan IIA sebagai blanko, larutan IIC ditambah 0,5 mL HCl pekat
dan 4 potong magnesium. Diamati perubahan warna yang terjadi, encerkan
dengan air suling, kemudian ditambahn 1 mL butanol. Diamati perubahan
warna yang terjadi di setiap lapisan. Perubahan warna jingga menunjukkan
adanya flavon, merah pucat menunjukkan adanya flavonol, merah tua
menunjukkan adanya flavanon.
● Tanin dan polifenol
- Preparasi sampel
0,3 gram ekstrak ditambah 10 mL aquades panas, diaduk dan dibiarkan
sampai suhu kamar, lalu tambahkan 3-4 tetes NaCl 10%, diaduk kemudian
disaring. Filtrat dibagi menjadi tiga bagian dan disebut sebagai larutan IIIA,
IIIB dan IIIC
​ Uji Gelatin
Larutan IIIA digunakan sebagai blanko, larutan IIIB ditambah dengan
sedikit larutan gelatin 1% dan 5 mL NaCl 10%. Jika terjadi endapan putih
menunjukkan adanya tannin.
​ Uji Ferri klorida
Larutan IIIC diberi beberapa tetes larutan FeCl3 1%, kemudian diamati
terjadinya perubahan warna. Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan
adanya tannin. Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan
putih, tetapi setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan
warna menjadi hijau biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa
polifenol.

FeCl (+) dan uji gelatin (+) à tannin (+)


FeCl (+) dan uji gelatin (-) à polifenol (+)
FeCl(-)à polifenol(_), tannin(_)

HASIL PENGAMATAN
Alkaloid

No Perlakuan Pengamatan Hasil Kesimpulan


1
2

30
3
4
5

Flavonoid
No Perlakuan Pengamatan Hasil Kesimpulan
1
2
3
4
5

Tanin
No Perlakuan Pengamatan Hasil Kesimpulan
1
2
3
4
5

DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, ITB. Bandung
Simbala, H.E.I., 2009. Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan
Robinson, T. 1995, Kandungan Organik Tumbuhan tinggi, ITB Press Bandung

P12

SKRINING FITOKIMIA

(SAPONIN TRITERPENOID, SAPONIN STEROID DAN


ANTRAKUINON)

TUJUAN

31
Mahasiswa dapat melakukan uji kualitatif terhadap senyawa metabolit sekunder
(saponin triterpenoid, saponin steroid dan antrakuinon)

TINJAUAN PUSTAKA
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi
suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organic yang apabila dihidrolisis akan
menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok
yaitu saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan
melalui metoda ekstraksi.
Antrakuinon merupakan senyawa turunan antrasena yang diperoleh dari reaksi oksidasi
antrasena. Golongan ini memiliki aglikon yang sekerabat dengan antrasena yang memiliki
gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan C10), larut dalam air
panas atau alkohol encer. Antrakinon yang mengandung gugus karboksilat dapat diekstraksi
dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon
adalah antron denantranol terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida.

ALAT DAN BAHAN


No. Nama Alat
1 batang pengaduk
2 hot plate
3 tabung reaksi
4 rak tabung
5 penangas air
6 Tisu
7 sarung tangan
8 Masker
9 Label
10 aluminium foil
11 penjepit kayu
12 erlenmeyer
13 Etanol
14 asam asetat anhidrat
15 H2SO4 pekat
16 benzen/toluen
17 NH4OH pekat
18 KOH
19 H2O2
20 asam asetat glasial
21 Aquades

CARA KERJA

32
● Saponin
​ Uji buih
Ekstrak sebanyak 0,2 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambah
air suling 10 mL, dikocok kuat-kuat kira kira 30 detik. Tes buih positif mengandung saponin
bila terjadi buih yang stabil selama lebih dari 30 menit dengan tinggi 3 cm diatas permukaan
cairan.
- Reaksi warna dengan preparasi sampel
0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 mL etanol, lalu dibagi menjadi tiga bagian
masing-masing 5 mL, disebut sebagai larutan IVA, IVB dan IVC
​ Uji Liebermann-Burchard
Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVB sebanyak 5 mL ditambah 3 tetes
asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat, lalu dikocok perlahan dan diamati terjadinya
perubahan warna. Terjadinya warna hijau biru menunjukkan adanya saponin steroid, warna
merah ungu menunjukkan adanya saponin triterpenoid dan warna kuning muda menunjukkan
adanya saponin triterpenoid/steroid jenuh.
​ Uji Salkowski
Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVC sebanyak 5 mL ditambah 1-2 mL
H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan
timbulnya cincin warna merah.
● Antrakinon
​ Uji Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan 10 mL aquades, saring, lalu filtrate
diekstraksi dengan 5 mL benzene dalam corong pisah. Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali.
Fase benzene dikumpulkan dan dibagi menjadi dua bagian disebut sebagai larutan VA dan
VB. Larutan VA sebagai blanko, larutan VB ditambah ammonia pekat 1 mL dan dikocok.
Timbulnya warna merah menunjukkan adanya senyawa antrakuinon.
​ Uji Modifikasi Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 5 mL KOH dan 1 mL H2O2 encer.
Dipanaskan selama 5 menit dan disaring. Filtrat ditambah dengan asam asetat glasial,
kemudian diekstraksi dengan benzene. Fase benzene diambil dan dibagi menjadi 2 bagian,
larutan VIA dan VIB, Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB ditambah dengan amonia
pekat 1 mL timbulnya warna merah atau merah muda pada lapisan alkalis menunjukkan
adanya antrakinon.
HASIL PENGAMATAN
Saponin
No Perlakuan Pengamatan Hasil Kesimpulan
1
2
3

33

Anda mungkin juga menyukai