Anda di halaman 1dari 49

MODUL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI ANALISA FISIKA DAN ELEKTROKIMIA

Disusun oleh :
HANANDAYU WIDWIASTUTI, S.Si., M.Si.
NIP. 919880907201710201

PROGRAM STUDI D3 ANAFARMA


JURUSAN ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Pedoman Praktikum Teknologi Analisa Fisika dan Elektrokimia ini dibuat untuk
membantu mahasiswa dalam melaksanakan Praktikum Teknologi Analisa Fisika dan
Elektrokimia. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan tidak hanya mengacu pada modul ini,
tetapi lebih banyak membaca referensi lain.
Pedoman praktikum ini berisi petunjuk praktikum mengenai: Penentuan Densitas
Cairan, Penentuan Titik Didih Senyawa Organik, Penentuan Titik Leleh Senyawa Organik,
Penentuan Indeks Bias. Penentuan Viskositas Cairan, Analisis Secara Konduktometri, Analisis
Secara Potensiometri. Analisis Secara Elektrogravimetri

Malang, Januari 2023

Penyusun

ii
HALAMAN PENGESAHAN

MODUL PRAKTIKUM
TEKNOLOGI ANALISA FISIKA DAN ELEKTROKIMIA

Penyusun:
Hanandayu Widwiastuti, S.Si., M.Si.

Malang, Januari 2023


Mengetahui,
Ketua Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan, Ketua Program Studi D3 Anafarma,

Tanto Harianto,S.Kep., Ns., M.Biomed Elok Widayanti, S.Si., M.Si.


NIP. 197207071996031003 NIP. 19790725 200912 2 001

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM .............................................................................................. v
Penentuan Densitas Cairan.................................................................................................... 1
Penentuan Titik Didih Senyawa Organik ............................................................................ 4
Penentuan Titik Leleh Senyawa Organik ............................................................................ 8
Penentuan Indeks Bias......................................................................................................... 12
Analisis Secara Konduktometri .......................................................................................... 20
Analisis Secara Potensiometeri........................................................................................... 23
Analisis Secara Elektrogravimetri ...................................................................................... 34

iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM

Sebelum pelaksanaan Praktikum

1. Mahasiswa memprogram mata kuliah Praktikum Kimia Dasar pada semester yang sudah
ditentukan
2. Mahasiswa melakukan pendaftaran praktikum pada Laboran atau Koordinator
Laboratorium
3. Laboran atau Koordinator Laboratorium akan melakukan rekap dan mempersiapkan
Daftar Hadir, serta Kelengkapan Alat dan Bahan selama praktikum.
4. Dosen Pengampu untuk membentuk penunjukan asisten percobaan,pembentukan
kelompok Praktikum, persiapan materi yang akan dipraktekkan (sesuai dengan Modul
Praktikum atau dimodifikasi), pengecekan alat dan bahan yang tersedia, pembuatan
larutan atau sejenisnya, dan dilanjutkan dengan penjadwalan.
5. Mahasiswa memperhatikan jadwal praktikum dan mempersiapkan materi teori sesuai
dengan Buku Petunjuk Praktikum dan mendapatkan Buku Petunjuk Praktikum dan Kartu
Praktikum.
6. Mahasiswa wajib hadir dalam kegiatan Pengarahan Praktikum yang seyogyanya
dijadwalkan sehari sebelum pelaksanaan praktikum
7. Mahasiswa wajib menyusun laporan pendahuluan kegiatan Praktikum (Lamp.2) untuk
modul pertama yang akan diikuti, begitu seterusnya untuk penjadwalan yang telah
ditentukan.

Pelaksanaan Praktikum

1. Praktikan memasuki laboratorium lengkap dengan jas laboratorium, membawa laporan


pendahuluan, membawa Buku Petunjuk Praktikum, dengan toleransi waktu kehadiran
adalah 15 menit.
2. Praktikan akan mendapatkan test awal dari asisten untuk mengetahui sejauh mana
kesiapannya dalam pelaksanaan praktikum
3. Laboratorium akan memberikan penjelasan singkat tentang materi praktikun

4. Praktikan memulai dengan peminjaman alat dan mengisi Kartu Peminjaman Alat.

5. Dosen Pengampu mengawasi pelaksanaan praktikum mahasiswa

6. Selama praktikum berlangsung, praktikan wajib :

v
a) Mengikuti segala arahan dari asisten laboratorium dan dosen, baik mengenai
prosedur praktikum maupun penggunaan peralatan
b) Dilarang keluar masuk, makan dan minum, menggunakan gadget, membuat
keributan/ gaduh, atau menemui tamu dari luar
c) Menjaga ketertiban, kebersihan, kesopanan, dan keselamatan bersama

Setelah pelaksanaan praktikum

Selama praktikum berlangsung, praktikan wajib:

1. Membersihkan meja dan peralatan yang dipakai, serta langsung mengembalikan sesuai
dan mengisi Kartu Peminjaman Alat untuk mendapatkan tanda tangan Laboran atau
Koordinator Laboratorium.
2. Merapikan semua peralatan dan bahan kimia pada tempat semula

3. Meninggalkan laboratorium dalam kondisi bersih dan menanggalkan jas laboratorium


saat sudah berada di luar laboratorium.
4. Menyusun laporan praktikum dan menyerahkannya kepada asisten masing-masing
percobaan
5. Asisten Laboratorium akan memberikan penilaian dan mengembalikan laporan tersebut.

6. Asisten Laboratorium melakukan rekap nilai dibawah pengawasan Dosen Pengampu

ATURAN KESELAMATAN

1. Sebelum memulai praktikum, pastikan hal-hal berikut ini :

a) Penggunaan jas laboratorium dalam keadaan benar

b) Sepatu yang dikenakan dalam kondisi tertutup

c) Pintu laboratorium dalam keadaan terbuka dan udara bisa bebas keluar masuk

d) Shower keselamatan, air kran, kit untuk pertolongan pertama dalam kondisi siap
pakai

e) Kenali bahan-bahan dan peralatan yang akan anda pakai selama percobaan

2. Mahasiswa dilarang melakukan percobaan tanpa pengawasan asisten laboratorium

3. Apabila terjadi kecelakaan walaupun kecil harap segera melaporkan kepada asisten
atau dosen
4. Dilarang memanaskan zat di dalam gelas/ labu ukur

vi
5. Perhatikan cara menetralkan bahan-bahan bersifat asam atau basa
a) Asam pada pakaian : menggunakan ammonia encer

b) Basa pada pakaian : menggunakan asam cuka encer lalu ammonia


encer
c) Asam/basa di atas meja/lantai : dicuci dengan air yang banyak

d) Asam/basa/ zat-zat yang dapat merusak kulit : dicuci dengan air yang banyak dan
melaporkan ke asisten
6. Perhatikan penangangan bahan kimia berikut ini
a) Untuk mengenal bau uap, jangan menghirup langsung tepat di atasnya, namun
cukuplah dengan mengipas uap dengan tangan ke bagian muka
b) Pada saat akan mengambil atau mereaksikan zat-zat yang mengeluarkan gas/asap
beracun, mudah terbakar harus dilakukan di ruang asam
c) Zat-zat yang berupa pelarut organik dan mudah terbakar harus dijauhkan dari api
dan sebaiknya pemanasan dilakukan menggunakan pemanas listrik.
d) Menyimpan pelarut yang mudah terbakar di dalam botol bermulut kecil dan
dijauhkan dari area percobaan
e) Mengambil zat di dalam botol reagent seperlunya saja dan tidak diperbolehkan
mengembalikan kelebihan zat itu ke dalam botol penyimpan semula
f) Untuk menimbang, harap membawa bahan yang akan ditimbang ke tempat
penimbangan. Tidak diperbolehkan memindahkan posisi alat atau membawa bahan
padat secara sembarangan / terbuka.
g) Membuang bahan kimia di tempat yang sudah disediakan dan tidak diperbolehkan
membuang pada saluran air atau tempat sampah (dapat menimbulkan kebakaran).
h) Untuk sisa pelarut yang tidak larut air, seperti eter, petroleum, benzene, dll, dibuang
ke dalam wadah khusus yang sudah disediakan.

Ujian Akhir Praktikum

Dalam Ujian Akhir Praktikum, berlaku ketentuan sebagai berikut:

1. Ujian Akhir dilakukan bersama-sama untuk keseluruhan modul. Model yang seperti ini
dapat dilaksanakan melalui ujian tertulis.
2. Ujian Akhir dilakukan terpisah satu sama lain antar modul yang berbeda. Model yang
seperti ini sangat tergantung dari asisten laboratorium untuk masing-masing modul dan
bisa berupa : Ujian Praktek dan Ujian Presentasi.

vii
3. Tata cara pelaksanaan Ujian Akhir ditentukan melalui koordinasi dengan Laboran,
Dosen Pengampu, dan Asisten Laboratorium.

Penyerahan Nilai Akhir

1. Asisten Laboratorium menyerahkan keseluruhan nilai praktikum ke Dosen Pengampu

2. Dosen melakukan rekap nilai dengan kriteria sebagai berikut:


- UAP = 20 %
- Praktikum = 30 %
- Laporan Akhir = 20 %
- Laporan Pendahuluan = 10 %
- Post test = 10 %
- Kerapihan dan Kebersihan = 10 %

3. Kisaran nilai mengikuti aturan standar yang sudah ditetapkan oleh Universitas
Dosen Pengampu meyerahkan nilai kepada Program Studi dan Jurusan untuk diarsip dan
diinputkan dalam data base nilai. Format Nilai.

viii
P1 – P2.
Penentuan Densitas Cairan

A. Capaian Pembelajaran
• Mahasiswa dapat meakukan analisis massa jenis (densitas) suatu zat cairan

• Mahasiswa mampu melakukan analisis bulk density dari suatu senyawa

B. Dasar Teori
Densitas atau berat jenis suatu benda didefinisikan sebagai massa suatu bahan per
satuan volume. Persamaan matematis densitas adalah :
massa
Densitas (ρ) =
volume
Satuan densitas adalah g/mL atau Kg/L

Densitas menjadi properti bagi material yang sifatnya konstan pada suhu dan tekanan
tertentu dan tidak tergantung pada jumlah atau massa bahan. Penentuan densitas zat cair
menggunakan piknometer, dimana densitas suatu zat cair dapat dihitung dengan mengukur
secara langsung dengan peralatan piknometer sesuai persamaan ini:
massa zat cair dalam piknometer (g)
Densitas = ρ =
volume zat cair dalam piknometer (ml)

Gambar 1. Piknometer

Bulk density adalah sifat dari padatan, serbuk, butiran terutama digunakan sebagai
referensi/pembanding terhadap komponen mineral (tanah, kerikil), bahan kimia, farmasi,
bahan makanan atau bahan partikulat lainya. Bulk density dihitung berdasarkan massa dari
total partikel dalam suatu sampel dibagi dengan total volume yang meliputi volume partikel,
inter partikel, dan pori internal.

1
C. Metode Kerja Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuadest, NaCl dan asam borat.
Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, botol semprot, corong gelas, labu takar 25,
50, 100 mL, gelas kimia, piknometer, neraca analitik, gelas ukur, botol gelap, pipet tetes

D. Prosedur Percobaan
Pembuatan larutan NaCl
1) Siapkan 2 buah beaker gelas dan isikan pada masing-masing 100 mL aquades
2) Buatlah larutan NaCl dengan dengan menambahkan 2 gram dan 5 gram ke dalam
beaker glass tersebut
3) Aduk rata larutan hingga homogen
4) Hitunglah konsentrasi yang terjadi (w/w) atau (b/b) (%)
5) Ukurlah densitas larutan yang terjadi
6) Catat pengamatan anda

Pentuan densitas zat cair


1) Timbang piknometer kosong dalam keadaan kering
2) Isikan aquadest ke dalam piknometer
3) Timbang dengan menggunakan neraca analitik dan tentukan berat zat cair di dalam
piknometer
4) Hitung densitasnya
5) Catat pengamatan anda

Penentuan Kerapatan Bulk/Bulk Density


1) Ditimbang asam borat sebanyak 10 g, letakkan pada kertas timbang yang
dilapisi aluminium foil.
2) Dimasukkan pada gelas ukur 50 mL.
3) Ukur volume asam borat dalam gelas ukur.
4) Dihitung kerapatan Bulk

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 (𝑔)


𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑙𝑘 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑢𝑙𝑘 (𝑚𝑙)

2
Data Pengamatan
1. Membuat larutan
Hitunglah konsentrasi larutan garam yang sudah dibuat dalam bentuk: b/b atau w/w
(%).

2. Perhitungan Densitas

Percobaan menghitung densitas zat cair


Nama zat cair : ………………………………………………………….
Massa Massa
Massa Volume Densitas
Percobaan piknometer piknometer
zat cair zat cair zat cair
kosong + zat cair
Trial 1
Trial 2
Trial 3
Densitas rata-rata = ………………………………………

3. Perhitungan Bulk Density

Percobaan menghitung bulk density


Nama zat: ………………………………………………………….
Volume
Densitas bulk
Percobaan Massa zat padatan zat dala
density
gelas ukur
Trial 1
Trial 2
Trial 3
Densitas rata-rata = ………………………………………

3
P3 – P4.
Penentuan Titik Didih Senyawa Organik

A. Capaian Pembelajaran

• Mahasiswa dapat menentukan titik didih senyawa organik

B. Dasar Teori

Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama
dengan tekanan luar (tekanan yang digunakan pada permukaan cairan). Apabila tekanan
sama dengan tekanan luar, maka gelombang uap dapat terbentuk dalam cairan dapat
mendorong air ke permukaan menuju fase gas. Oleh karena itu, titik didih suatu cairan
tergantung pada tekanan luarnya. Dan sebagaimana telah kita ketahui bahwa air murni
pada tekanan 1 atm mempunyai titik didih 100°C, akan tetapi apabia kita melarutkan suatu
zat ke dalam air, maka titik didih larutan akan semakin tinggi dari 100°C.
Jarak didih zat adalah jarak suhu pada saat sebagian atau seluruhnya tersuling pada
tekanan 76mmHg. Penentuan titik didih dapat dilakukan dengan menggunakan alat
destilasi sederhana, atau pemanasan senyawa organik hingga menggunakan titik didih
dengan menggunakan pipa kapiler, tabung thiele.

C. Metode Kerja

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah etanol 96 %, aseton, kloroform,
paraffin cair. Alat yang digunakan adalah seperangkat alat destilasi (labu alas bulat,
kondensor, selang, gelas kimia, kasa asbes, spirtius, tempat spiritus, kaki tiga, termometer
raksa skala -10 sampai 360 oC, erlenmeyer , batu didih, hot plate, magnetik stirrer, batang
pengaduk, pipa kapiler untuk lab kimia (penentuan titik leleh) dari kaca borosilikat tebal
dinding 0,1 - 0,15 mm, d=0,9 mm-1,1 mm, tabung reaksi, pipet tetes, botol semprot.

Prosedur Percobaan

Penentuan Titik Didih Senyawa Organik dengan Alat Destilasi.

1. Pasanglah seperangkat alat destilasi


2. Ambil 10 mL larutan sampel, dan batu didih, lalu dimasukkan di dalam labu alas bulat

4
3. Panaskan labu alas bulat dengan menggunakan hot plate
4. Lakukan destilasi sampel hingga larutan sampel mendidih seperti ditunjukkan pada
Gambar 1

Gambar 2. Rangkaian alat Destilasi

5. Catat temperatur pada skala termometer pada saat gelembung mulai muncul dan
termometer menunjukkan konstan.
6. Temperatur tersebut sebagai titik didih sampel

Penentuan Titik Didih Senyawa Organik Deengan Pipa Kapiler


1. Dipipet 100 mL paraffin cair dan dimasukkan di dalam gelas kimia
2. Diambil 5 mL larutan sampel ke dalam tabung reaksi,
3. Diikatkan tabung reaksi tersebut dengan thermometer menggunakan karet
4. Diletakkan pipakapiler ke dalam tabung reaksi dengan ujung terbuka di bagian dasar
larutan
5. Dilekatkan tabung rekasi dan thermometer tersebut menggunakan klem dan dipasang di
statif
6. Pipa kapiler didalam tabung reaksi dan termometer diletakkan di dalam beaker gelas
yang telah terisi paraffin cair
7. Rangkaian alat pada no. 7 diletakkan di atas hot plate seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2

5
Gambar 3. Rangkaian Alat Penentuan Titik Didih

8. Diaduk beaker gelas dengan menggunakan magnetic stirrer yang dimasukkan


didalam hot plate.
9. Dicatat temperature pada saat gelembung udara keluar dari pipa kapiler secara
teratur sebagat t1
10. Kemudian hot plate dimatikan dan ketika gelembung udara naik dari pipa kapiler
hingga ke ujung atas pipa, dicatat sebagai t2
11. Rata-rata t1 dan t2 dihitung sebagai titik didih sampel.

Data pengamatan
Penentuan Titik Didih dengan Destlasi

Temperatur
No Cairan
(°C)

1
2
3

6
Penentuan Titik Didih Dengan Pipa Kapiler

Titik didih
No Cairan t1 (°C) T21 (°C)
(°C)

7
P5 – P6.
Penentuan Titik Leleh Senyawa Organik

A. Capaian Pembelajaran

• Mahasiswa dapat menentukan titik leleh senyawa organik

B. Dasar Teori

Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah wujud menjadi zat cair pada
tekanan satu atmosfer. Dengan kata lain,titik leleh merupakan suhu ketika fase padat dan
cair sama-sama berada dalam kesetimbangan. Perubahan tekanan tidak mempengaruhi titik
leleh suatu zat mengalami perubahan yang berarti. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik
leleh tidak begitu besar karena pada wujud padat jarak antarmolekul cukup berdekatan dan
yang paling berperan terhadap titik leleh adalah berat molekul zat dan bentuk simetris
molekul. Titik leleh senyawa organik mudah untuk diamati sebab temperatur dimana
pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana zat telah habis meleleh
semuanya.
Titik leleh: temperature pada saat zat paada saat sebagian atau seluruhnya tepat
melebur yang ditunjukkan pada fase padat tepat hilang. Jarak leleh (Range of Melting
Point): suhu antara suhu awal dan suhu akhir peleburan zat. Suhu awal dicatat pada saat zat
mulai menciut atau membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada
saat hilangnya fasa padat

C. Metode Kerja
Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah vanillin, asetanilida, naphtalena,
parafin cair. Alat yang digunakan antara lain digital melting point apparatus, gelas kimia, kasa
asbes, spirtius, tempat spiritus, kaki tiga, termometer raksa skala -10 sampai 360 oC, hot plate,
magnetik stirrer, batang pengaduk, pipa kapiler untuk lab kimia (penentuan titik leleh) dari
kaca borosilikat tebal dinding 0,1 - 0,15 mm, d=0,9 mm-1,1 mm, tabung reaksi, pipet tetes,
botol semprot.

8
Prosedur Percobaan

Penentuan Titik Leleh Senyawa Organik dengan Melting Point Apparatus.

1. Siapkan melting point apparatus seperti diytunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 4. Melting Point Apparatus

2. Ambil padatan sampel dan masukkan ke dalam pipa kapiler seperti Gambar 4.

Gambar 5. Sampel padatan dimasukkan didalam pipa kapiler

9
3. Letakkan pipa kapiler di dalam melting point apparatus

4. Lakukan pengukuran titik leleh didalam melting point apparatus, dengan mencatat
temperatur pada saat zat mulai meleleh sebagai t1 (Gambar 5 a) dan seluruhnya
komponen zat mulai meleleh sebagai t2 (Gambar 5 b). t1 dan t2 dicatat sebagai t1
dan t2.

Gambar 6 (a). Zat mulai meleleh; (b) seluruhnya zat mulai meleleh

Penentuan Titik Leleh Senyawa Organik Deengan Pipa Kapiler


1. Dipipet 100 mL paraffin cair dan dimasukkan di dalam gelas kimia
2. Diambil padatan sampel dan dimasukkan didalam pipa kapiler hingga ¼ pada bagian
dasar.
3. Diikatkan pipa kapiler tabung tersebut dengan thermometer menggunakan benang.
4. Dilekatkan pipa kapiler dan thermometer tersebut menggunakan klem dan dipasang
di statitf
5. Pipa kapiler dan termometer diletakkan di dalam beaker gelas yang telah terisi
paraffin cair
6. Rangkaian alat pada no. 5 diletakkan diatas hot plate seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 6.

10
Gambar 7. Rangkaian Alat Penentuan Titik leleh

7. Diaduk beaker gelas dengan menggunakan magnetic stirrer yang dimasukkan didalam
hot plate.
8. Dicatat temperature pada saat senyawa mulai meleleh sebagat t1 dan dicatata
temperature pada saat seluruh zat mulai meleleh sebagai t2
9. Rata-rata t1 dan t2 dihitung sebagai titik leleh sampel.

Data pengamatan

Penentuan Titik Leleh dengan Melting Point Apparatus


Temperatur
No Padatan Sampel
(°C)

1
2
3

Penentuan Titik Leleh Dengan Pipa Kapiler


Titik Leleh
No Padatan Sampel t1 (°C) T21 (°C)
(°C)

11
P7 – P8.
Penentuan Indeks Bias

A. Capaian pembelajaran

• Mahasiswa dapat menentukan indeks bias suatu senyawa

B. Dasar Teori

Cahaya akan melewati media yang berbeda dengan kecepatan yang berbeda pula.
Urutan kecepatan cahaya : dalam vakum > udara > padatan dan cairan. Saat melewati media
yang berbeda, akan terjadi perubahan arah. Inilah yang disebut pembiasan.
Indeks bias (n) adalah perbandingan sin i dan sin r, dimana i = sudut datang dan r =
sudut bias
!"# $
𝑛 =
!"# %

Harga n selalu > 1 (tanpa satuan) karena cahaya dari medium kurang padat menuju medium
lebih padat. Indeks bias ditentukan dengan Refraktometer Abbé

12
Bagian-bagian Refraktometer Abbe
A. Sisi bagian depan:
1. lensa pengintai
2. tombol pengatur halus
3. prisma (tempat sampel)
4. sumber cahaya (dapat digerakkan)
B. Sisi sebelah kiri:
1 tombol “POWER”
C. Sisi kanan:
1. tombol pengatur kasar
2. termometer dalam wadah logam

C. Metodologi

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaCl, KNO3 dan akuades. Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah refraktometer (Abbe Refractometer 2WAJ),
batang pengaduk, botol semprot, corong gelas, labu takar, gelas kimia, botol gelap , gelas
arloji, pipet tetes, botol semprot.

Prosedur Percobaan
Pembuatan larutan NaCl dan KNO3
1) Siapkan beaker gelas dan isikan pada masing-masing 100 mL aquades
2) Buatlah larutan garam dapur dengan dengan menambahkan 2 gram ke dalam beaker
glass tersebut
3) Aduk rata larutan hingga homogen
4) Hitunglah konsentrasi yang terjadi (w/w) atau (b/b) (%)
5) Ukurlah densitas larutan yang terjadi
6) Catat pengamatan anda
7) Lakukan hal sama dengan larutan KNO3

Penentuan Indeks Bias Larutan dengan Refraktometer


1. Tekan tombol POWER ke posisi “on”.
2. Buka PRISMA (miringkan ke kiri).

13
3. Letakkan 2-3 tetes sampel pada PRISMA bagian bawah dengan pipet bersih,
pastikan Anda tidak menyentuh PRISMA dengan pipet tersebut.
4. Tutup PRISMA dan gerakkan SUMBER CAHAYA ke atas menjauhi prisma
sampai cahaya berhenti.

5. Lihatlah ke dalam lensa pengintai.

6. Putar tombol PENGATUR KASAR sampai batas terang / gelap kira-kira terletak
dekat garis perpotongan.
7. Jika Anda mengamati warna pelangi, putar tombol PENGATUR HALUS sampai
diperoleh garis batas gelap/terang yang tajam.

8. Sekarang putar tombol PENGATUR KASAR sampai garis batas gelap/terang tepat
berada pada garis perpotongan.

Jika Anda mengalami kesulitan melakukan penyesuaian tersebut; misalnya melihat


batas perpotongan yang tidak rata; atau gumpalan warna hitam, maka kemungkinan
karena sampel pada PRISMA terlalu sedikit.

14
9. Tahan tombol POWER ke bawah untuk melihat skala dan membaca harga Indeks Bias
yaitu dimana garis vertikal menyilang skala atas, untuk angka desimal ke 4 merupakan
perkiraan. Skala bawah tidak digunakan.

Data pengamatan
Penentuan Indeks Bias dengan Refraktometer

Indeks Bias Indeks Bias


No Sampel
percobaan Teori

15
P9 – P10.

Penentuan Viskositas Cairan

A. Capaian pembelajaran:

• Mahasiswa mampu melakukan pengukuran viskositas cairan dengan


viskometer Ostwald.

B. Dasar Teori
Dalam pembuatan sediaan farmasi seperti krim, losion, dan gel, penentuan sifat alir
sangat penting untuk menjamin kualitas produk-produk farmasi maupun bahan makanan,
seperti glukosa dll dari segi fisik. Dengan demikian, perlu memahami sifat alir cairan dan
bagaimana cara mengukur parameter sifat alir cairan. Pada praktikum ini, mahasiswa akan
mempelajari sifat-sifat alir cairan, mengukur parmameter sifat alir.
Untuk mengukur viskositas cairan dibutuhkan suatu alat yang dinamakan dengan
viskometer. Ada beberapa macam viskometer yang digunakan untuk mengukur viskositas
cairan berdasarkan prinsip kerjanya antara lain capillary, falling sphere, cup and bob, cone and
plate viscometer. Pada tulisan ini, pembahasan akan dibatasi pada capillary dan cup andbob
viscometer. Capillary viscometer dapat digunakan untuk mengukur viskositas cairan
Newtonian tetapi tidak dapat digunakan untuk pengukuran viskositas cairan non-Newtonian
sedangkan cup and bob viscometer dapat digunakan untuk mengukur viskositas cairan
Newtonian maupun non-Newtonian.
Salah satu contoh capillary viscometer yang telah dikembangkan adalah viskometer
Ostwald (Gambar 7). Untuk mengukur viskositas cairan dengan viskometer ini diperlukan
larutan pembanding yang sudah diketahui viskositas dan massa jenisnya. Selain itu, viskositas
larutan uji juga harus diketahui. Prinsip pengukuran viskositas dengan viskometer Ostwald
sangat sederhana yaitu dengan menempatkan cairan sehingga ketinggiannya berada di atas
tanda pertama kemudian larutan dibiarkan mengalir dan dilakukan pengukuran waktu aliran
dari tanda pertama ke tanda kedua. Selanjutnya, viskositas dapat dihitung dengan persamaan 1

16
Gambar 8. Viskometer Ostwald

C. Metode Kerja
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah gliserol, etanol, aseton, gula. Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah Viskometer Kapiler Ostwald 450, 200, bola hisap,
stopwatch, pipet tetes, botol semprot, piknometer.
Prosedur Percobaan

Penentuan Viskositas Cairan dengan Viskometer Ostwald

17
18
Data Pengamatan
1. Penentuan Densitas
Berat Massa jenis
Berat Piknometer Berat Volume Larutan
Larutan Piknometer + Larutan Larutan Piknometer berat larutan
Kosong (g) (g) (g) (ml) voluNE
(g/ml)
Aquadest
sampel

2. Viskometer Ostwald
Sampel dengan perbedaan massa jenis fluida
Waktu
No Zat/ bahan Suhu Rata-rata
1 2 3
1. Akuadest
2. Sampel

19
P11.
Analisis Secara Konduktometri

A. Capaian Pembelajaran

• Mahasiswa dapat melakukan titrasi secara konduktometri

• Mahasiswa dapat menentukan kadar garam natrium fosfat dalam sampel

B. Dasar teori

Titrasi konduktometri digunakan untuk menentukan daya hantar larutan sampel


setelah ditambahkan titran. Didalam titrasi konduktometri ada beberapa kemudahan dengan
titrasi lainya, misal tidak menggunakan indikator, karena dalam titrasi konduktometri
hanya mengukur daya hantar larutan. Jadi dalam titrasi konduktometri ini kita tidak perlu
mencari titik ekuivalen dengan melihat adanya perubahan warna.
Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya hantar listrik,
yang berhubungan dengan adanya ion–ion dalam larutan yang berperan untuk
menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan
yang tidak terdapat ion–ion, sehingga larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus
listrik. Berikut adalah kurva titik akhir titrasi berbagai larutan secara titrasi konduktometer.

C. Metode Kerja

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam klorida (HCl), Na3PO4 dan
akuades. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat ukur hantaran dan sel hantaran
jenis celup Conductivity Meter HC3010 (Trans Instrument) (dengan elektroda + kabel
+penjepit buaya), botol gelap, botol semprot, pipet ukur, labu takar, gelas ukur, buret ,

20
statif+klem, magnetik stirer , stirrer, spatula, corong gelas, pipet tetes, botol semprot

Prosedur Percobaan
1. Diambil 5 mL larutan sampel diencerkan ke dalam labu takar 100 mL.

2. Diambil 25 mL larutan sampel hasil pengenceran dimasukkan ke dalam erlenmeyer


dan ditambhkan 100 mL akuadest
3. Dilakukan duplo

4. Kemudian disiapkan peralatan titrasi, dengan larrutan HCl 0,2 M dalam buret

5. Disiapkan konduktometer, dengan menekan tombol power ON, dan dicelupkan sel
hantaran ke dalam Erlenmeyer
6. Dilakukan titrasi secara konduktomter, dengan menambahkan tiap 2 mL HCl dan
dicatat nilai konduktivitas sesuai Gambar 8.
7. Dibuat kurva hubungan daya hantar sebagai sumbu y dan penambahan HCl (mL)
sebagai sumbu x
8. Dicari titik ekivalen, titik ekivalen merupakan titik dimana volume HCl mulai
mengalami peningkatan konduktifitas.
9. Ditentukan massa Na3PO4

Gambar 9. Titrasi Secara Konduktometeri

21
Data pengamatan

No Vol HCl (mL) Konduktivitas

22
P12 – P13.
Analisis Secara Potensiometeri

A. Capaian Pembelajaran
§ Mahasiswa dapat melakukan pembuatan elektroda Ag/AgCl dengan elektrolisis
§ Mahasiswa dapat menetukan karakterisasi elektroda yang telah dibuat secara
potensiometri meliputi, bilangan Nernst, kisaran konsentrasi dan batas deteksi.

B. Dasar Teori

Potensiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari ilmu pengukuran
potensial dari suatu elektroda. Pengukuran potensial elektroda banyak digunakan untuk dalam
ilmu kefarmasian terutama untuk pengukuran pH. Metode analisis potensiometri ini
didasarkan pada pengukuran potensial sel elektrokimia.
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan elektroda Ag/AgCl dengan menggunakan
elektrolisis. Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik. Pada sel
elektrolisis. Reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui larutan elektrolit, yaitu
energi listrik (arus listrik) diubah menjadi energi kimia (reaksi redoks). Elektroda berdasarkan
fungsinya dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu elektroda kerja, dan elektroda
pembanding. Elektroda kerja merupakan tempat terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi. Pada
elektroda ini terjadi respon dari analit yang akan diuji. Elektroda kerja dapat dimodifikasi
untuk keperluan analisis. Sedangkan elektroda pembanding merupakan elektroda setengah sel
yang diketahui nilai potensialnya. Potensial yang diaplikasikan merupakan beda potensial
antara elektroda kerja dengan elektroda pembanding. Dalam sistem dua elektroda, elektron
akan mengalir lewat elektroda pembanding. Sehingga pada sistem ini elektroda pembanding
akan sulit untuk mempertahankan potensialnya agar tetap pada titik tertentu. Hal ini
mengakibatkan elektroda pembanding mempunyai kemungkinan ikut bereaksi (mengalami
perubahan).
Hasil pembuatan elektroda Ag/AgCl dilakukan karakterisasi dengan melakukan
pengukuran menggunakan jembatan garam. embatan garam merupakan gel yang berisi
larutan garam seperti NaCl atau KCl yang digunakan untuk menyeimbangkan muatan pada
larutan yang tereduksi maupun yang teroksidasi sehingga menyebabkan proses menghasilkan
listrik suatu sel volta berlangsung lama. Karakterisasi yang dilakukan antara lain bilangan
Nernst, kisaran konsentrasi dan batas deteksi.

23
C. Metode Kerja

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah KCl, tepung agar-agar dan
akuades. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kawat Ag (silver),
kabel+penjepit buaya, baterai 1,2 -1,5 V, botol sampel, amplas no 1 digital multimeter
(kabel penghubung+penjepit buaya), power supply untuk elektrolisis, pipa U berbahan kaca
12x5 cm; ketebalan 0,5cm, labu ukur, pipet ukur, corong gelas, spatula, pipet tetes, botol
coklat, botol semprot

Prosedur Percobaan
Pembuatan Jembatan Garam
1) Ditimbang 1 g agar-agar
2) Ditambah akuades dengan 2 mL KCl 3 M
3) Aduk dan panaskan sampai mendidih
4) Dimasukkan kedalam pipa U dalam keadaan panas, dinginkan diudara bebas, 15
menit membeku siap pakai.

Pembuatan Ag/AgCl dengan elektrolisis


1) Siapkan 2 buah kawat Ag yang telah diamplas
2) Masukkan kedalam botol sampel yang telah diisi KCl 1 M
3) Dicapit masing-masing kawat Ag dengan penjepit kayu dan disambungkan dengan
kabel dan dihubungkan dengan power supply untuk elktrolisis, dan multimeter seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 9.
4) Dilakukan elektrolisis selama 15 menit sehingga terbentuk deposit AgCl pada ujung
bawah kawat Ag (Gambar 10)

24
Power supply

Gambar 10 (a) tempat sampel dan KCl 1 M serta kawat Ag; (b) power supply; (c)

multimeter

Gambar 11. Kawat Ag/AgCl hasil elektrolisis

Karakterisasi Ag/AgCl

1) Dua buah kawat Ag/AgCl hasil elektrolisis ditentukan karakterisasinya dengan


menggunakan jembatan garam
2) 1 kawat Ag/AgCl digunakan sebagai katoda atau elektroda pembanding dan 1 kawat
lainya digunakan sebagai elektroda indikator sebagai anoda
3) Elektroda pembanding diletakkan dalam botol sampel yang terisi KCl 3 M dan elektroda
indikator dimasukkan dalam botol sampel yang mengandung larutan kerja KCl dengan
berbagai konsentrasi 10-8- 10-1 M.
4) Pengukuran dilakukan dengan menguhubungkan menggunakan jembatan garam dan
dicatat nilai potensionya menggunakan multimeter seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 11.

25
Gambar 12. a, kawat Ag/AgCl sebagai katoda dalam KCl 3M; b. kawat Ag/AgCl sebagai
anada dalam larutan uji KCl; c, multimeter

5) Dibuat grafik antara beda potensial (mV) sebagai sumbu y dan –log
konsentrasi KCl (M) sebagai sumbu x
6) Dari grafik tersebut (Gambar 12) dibuat persamaan regresi liniear, yang
menunjukkan slope sebagai bilangan Nernst dan kisaran konsentrasi adalah rentang
konsentrasi KCl yang berada dalam garis liniear serta limit deteksi adalah batas
konsentrasi terendah dari pengukuran yang diperoleh dari perpotongan garis linier
dan non linear.

Gambar 13. Penentuan Limit Deteksi

26
Data Pengamatan

Potensial (mV)
p[Cl--]
1 2 3 Rerata
1
2
3
4
5
6
7
8
Faktor Nernst
Kisaran Konsentrasi

R2
Batas Deteksi
Intersep

27
P14 – P15.

Titrasi Potensiometri

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan titrasi asam basa dengan prinsip potensiometri.

B. Dasar Teori
Potensiometri adalah suatu teknik analisis pengukuran konsentrasi sebagai fungsi
dari potensial dalam suatu sel elektrokimia. Metode ini sangat berguna untuk menentukan
titik ekuivalen suatu titrasi secara instrumen sebagai pengganti indikator visual. Ketelitian
titrasi potensiometri lebih tinggi dibandingkan dengan titrasi visual yang menggunakan
indikator. Titrasi potensiometri dapat diaplikasikan pada titrasi-titrasi redoks,
kompleksometri, asam basa, dan pengendapan. Alat-alat yang diperlukan dalam titrasi
potensiometri adalah elektrode pembanding, elektrode indikator dan alat pengukur
potensial. Pengukuran potensial dapat dilakukan secara langsung dengan alat
potensiometer atau tidak langsung melalui pengukuran pH dengan alat pH meter.
Pada penggunaan alat ukur potensiometer, pembacaan potensial dilakukan pada
setiap periode penambahan titran. Penambahan titran dihentikan bila nilai potensial
terukur relatif tidak berubah pada penambahan volume titran, setelah terjadi lompatan
potensial yang tajam. Titik setara atau titik ekuivalen dapat ditentukan dengan membuat
kurva hubungan antara potensial (volt) terhadap mL titran. Volume di mana terjadi
lompatan tajam dari potensial dinyatakan sebagai volume titik setara.
Kadang kita mengalami kesulitan untuk menentukan titik ekivalen titrasi dari
kurva di atas. Untuk mempermudahnya, maka dibuat kurva turunan pertama dari data
potensial dan volume titran sehingga diperoleh kurva DE/DV terhadap volume titran.

28
Titik setara atau titik ekuivalen dapat ditentukan dengan membuat kurva
hubungan antara potensial (volt) terhadap mL titran. Volume di mana terjadi
lompatan tajam dari potensial dinyatakan sebagai volume titik setara.

Gambar 14. Kurva penentuan titik ekivalen titrasi potensiometri


Gambar 1.1.
Kurva titrasi potensiometri (mL titran terhadap potensial).
Titrasi asam basa merupakan salah satu jenis titrasi yang dapat dilakukan dengan
metode potensiometri. Pada penetapan asam digunakan basa sebagai titran, demikian pula
sebaliknya. NaOH adalah basa kuat yang dapat digunakan sebagai standar sekunder untuk
titrasi asam basa. NaOH termasuk standar sekunder karena sukar diperoleh dalam keadaan
murni, mudah berubah dalam keadaan padatnya karena bersifat higroskopis. Karena
sifatnya sebagai standar sekunder, maka untuk penggunaannya perlu distandarisasi
konsentrasinya dalam larutan dengan cara titrasi menggunakan standar primer asam. Salah
satu standar primer asam yang paling sering digunakan adalah asam oksalat. Asam oksalat
termasuk standar primer karena mudah diperoleh dalam keadaan murni dan stabil dalam
waktu relatif lama, baik sebagai padatannya maupun dalam bentuk larutannya.
Titrai dapat dihentikan apabila penambahan titran tidak lagi menyebabkan
perubahan potensial atau pH dari larutan yang dititrasi.. tetapi ini bukan merupakan titik
akhir titrasi atau titik ekivalen, seperti yang kita yakini pada titrasi secara konvensional
(titik akhir titrasi/titik ekuivalen terjadi saat terjadi perubahan warna indikator). Titik
ekuivalen dalam titrasi potensiometri terjadi saat terjadi lonjakan potensial atau pH
terhadap penambahan titran. Titik ekuivalen titrasi sangat sulit ditentukan berdasarkan
data pengamatan pH atau potensial saja. Titik ekuivalen titrasi dapat dengan mudah
ditentukan melalui pembuatan kurva titrasi. Kurva titrasi dapat dibuat dengan dua cara,
yaitu melalui kurva potensial vs mL titran atau pH vs mL titran. Kurva pH terhadap mL
titran hampir mirip bentuknya dengan kurva E vs mL titran.

29
dengan dua cara, yaitu melalui kurva potensial vs mL titran atau pH vs mL
titran. Kurva pH terhadap mL titran hampir mirip bentuknya dengan kurva E
vs mL titran.

Gambar 15. Kurva Titrasi Potensiometri (volume titran vs pH)


Gambar 1.6.
Kurva titrasi potensiometri (mL titran vs pH)
C. Metode Kerja
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam oksalat, NaOH, akuades, buffer
pH 4 dan 7, indikator PP. Alat yang digunakan adalah gelas kimia 50 ml dan 500 ml,
batang pengaduk, neraca analitik, labu takar 100 ml, corong pendek, botol semprot, buret
50 ml, pipet volume 10 ml, alat pengaduk magnet dan batang magnetnya.

Prosedur Percobaan
1. Pembuatan larutan standar asam oksalat
a. Timbang secara kuantitatif 0,63 g asam oksalat dalam gelas kimia 50 ml.
larutkan dengan sedikit akuades. Bila perlu panaskan sedikit agar asam oksalat
cepat larut.
b. Bila telah larut dan larutan mendingin kembali, tuangkan larutan di dalam gelas
kimia ke dalam labu ukur melalui corong pendek. Bilas sisa larutan dalam gelas
kimia sampai kita yakin bahwa semua asam oksalat telah masuk ke dalam labu.
c. Encerkan larutan dalam labu ukur sampai tanda batas. Kocok sampai benar-
benar homogen. Larutan siap dipakai untuk standarisasi.
2. Pembuatan NaOH
a. Timbang kira – kira 2 g NaOH dalam gelas kimia 50 ml.
b. Larutkan dengan sedikit akuades, pindahkan dalam labu takar 100 ml.
c. Tambahkan akuades hingga tanda batas.

30
3. Kalibrasi pH meter
a. Siapkan larutan buffer pH 4 dan pH 7 masing-masing di dalam gelas kimia 100 mL
yang kering dan bersih.
b. Bersihkan elektrode pH meter dengan cara menyemprotkan aquadest ke sekeliling
ujung elektrode. Keringkan dengan menggunakan kertas tisu.
c. Sambungkan elektrode dengan alat bacaan pH.
d. Celupkan elektrode ke dalam larutan buffer pH 4, goyang-goyang sebentar untuk
menghomogenkan, lalu biarkan beberapa saat. Pijit tombol On pada pH meter.
Amati pembacaannya. Bila bacaan tidak menunjukkan pH 4 maka putarlah tombol
kalibrasi sehingga pH pada bacaan menunjukkan nilai 4.
e. Angkat elektrode dari larutan. Cuci kembali dengan aquadest, lalu keringkan
dengan kertas tisu kembali.
f. Celupkan elektrode ke dalam larutan buffer pH 7. Pijit tombol On pada pH meter.
Bila bacaan pH menunjukkan pH 7 maka alat siap digunakan. Bila tidak
menunjukkan pH 7, mintalah instruktur Anda untuk memperbaiki atau mengganti
alat.
g. Cucilah dan keringkan elektrode selalu setiap akan digunakan untuk larutan yang
berbeda.
4. Penentuan konsentrasi larutan NaOH
a. Set alat potensiometer dan perangkatnya seperti terlihat dalam gambar.
b. Cucilah buret sebelum digunakan, dan bilas dengan larutan NaOH yang akan
diisikan minimal dua kali. Masukkan larutan NaOH ke dalamnya. Nol-kan
pembacaan volume NaOH pada buret.
c. Sementara itu pipet 10 mL larutan asam oksalat menggunakan pipet volume yang
telah bersih dan telah dibilas dua kali dengan larutan asam tersebut. Masukkan ke
dalam gelas kimia 100 mL. Encerkan larutan dengan menambahkan aquadest 20
mL.
d. Masukkan batang magnet ke dalam gelas kimia, lalu masukkan elektrode yang
telah bersih dan kering ke dalamnya. Putarlah tombol pengaduk untuk
menghomogenkan larutan.
e. Setelah beberapa saat hentikan pengadukan, bacalah nilai pH pada pH meter (ini
adalah data nilai pH untuk volume 0 mL titran).
f. Mulailah titrasi dengan cara menambahkan larutan NaOH dari buret. Lakukan
pembacaan pH setiap penambahan 0,5 mL larutan NaOH. Jika telah mendekati

31
titik akhir, pembacaan dilakukan setiap penambahan 0,2 mL.
g. Pembacaan sampai volume titran mencapai 15 mL.
h. Lakukan pekerjaan titrasi ini dengan cara duplo (dua kali pengulangan).
i. Buatlah kurva titrasi pH vs volume titran atau kurva turunan satu dan turunan
keduanya pada kertas grafik.
j. Tentukan titik ekuivalennya berdasarkan kurva titrasi yang telah dibuat
k. Hitunglah konsentrasi larutan NaOH dalam satuan mol ekuivalen/L (normal, N).

Gambar 16. Set alat titrasi potensiometri

Data Pengamatan
1. Penimbangan asam oksalat
Massa gelas kimia + zat = ... g
Massa gelas kimia = ... g
Massa zat = ... g

32
Perhitungan:
[H2C2O4] = .... N (4 desimal)

2. Titrasi asam oksalat dengan titran larutan NaOH


Volume NaOH (ml) Percobaan I Percobaan II
Titik akhir titrasi ......... ml ......... ml
Pembacaan awal ......... ml ......... ml
Total volume ......... ml ......... ml
Rata - rata ......... ml

Perhitungan konsentrasi NaOH

Jadi [NaOH] = .... N (4 desimal)

33
P16.
Analisis Secara Elektrogravimetri

A. Capaian pembelajaran

• Mahasiswa dapat melakukan penentuan kadar Cu(II) tembaga secara


elektrogravimetri

B. Dasar Teori

Elektrogravimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif berdasarkan pengendapan


atau pendepositan logam tersebut pada elektroda dengan bantuan arus listrik, dapat
digunakan untuk menentukan kadar suatu logam tertentu dalam larutannya. Alat
elektrogravimetri ini bekerja berdasarkan prinsip elektrolisis, dimana pemberian arus listrik
menyebabkan reaksi reduksi komponen pada kotoda dan sebaliknya proses oksidasi pada
anodanya. Endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan kata lain analit dielektrolisis
sehingga terjadi logam sebagai endapan dikenal dengan elektrogravimetri.
Dalam analisis ini, unsur tembaga diendapkan secara kuantitatif pada katoda yang
inner berupa sangkar platina. Pertambahan masa endapan dijadikan dasar pada penentuan
kandungan cu2+ yang mengalami proses reduksi menjadi logam Cu pada permukaan
katodanya. Proses pengendapan ini harus mencapai kesempurnaan, dilakukan dalam
suasana asam kuat.
Asam nitrat sebagai depolizer atau buffer potensial, dimana mencegah reduksi H+
yang berasal dari H2O (pemberi suasana asam) sangat berperan dalam reaksi ini, Ini akan
menstabilkan potensial katoda, dimana tidak terjadi cukup negatif untuk mereduksi logam-
logam lainnya, seperti nikel yang mingkin ada didalam sampel. Ini juga mencegah reduksi
H+ yang dapat mengakibatkan endapan tembaga yang berrongga dan tak menempel.
Penetapan massa Cu dalam percobaan ini dilakukan berdasarkan hukum Faraday.
Hukum Faraday: bahwa banyaknya zat yang diendapkan pada elektroda selama elektrolisis
berlangsung sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir melalui larutan tersebut.

34
&.$.( *% $.(
𝑤= 𝑤= ×
) + )

w = massa zat yang diendapkan (g)


e = massa ekivalen
i = arus (Ampere)
t = waktu (detik)
F = tetapan Faraday 96487 Coulomb
= 96500 Coulomb

C. Metode Kerja

Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah CuSO4, H2SO4, HNO3, Aseton,
Etanol 96 %. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah bejana elektrolisis berbahan
kaca, lempeng karbon, lempeng platina 9x7,3 cm, kabel penghubung+penjepit buaya, power
supply (baterai alkaline A2), amplas no 1, (kabel penghubung+penjepit buaya), botol semprot,
penjepit kayu, labu ukur, pipet ukur, pipet tetes, gelas ukur, gelas arloji, Oven , Desikator,
neraca analitik.

Prosedur Percobaan

1) Lempeng.Plat platina digosok dengan amplas, lalu dibilas dengan HNO3

2) Selanjutnya lempeng elektroda dibilas dengan etanol dan aseton

3) Selanjutnya dikeringkan dalam oven diletakkan diatas gelas arloji

4) Kemudian didinginkan dalam desikator

5) Ditimbang hingga diperoleh massa konstan

6) Dipipet 10 mL CuSO4 1 M dimasukkan ke dalam bejana elektrolisis

7) Ditambah 1 mL H2SO4 pekat ke dalam bejana elektrolisis dan ditambahkan akuades


hingga tanda batas
8) Lempeng platina diletakkan didalam bejana elektrolisis dan bagian atas lempeng dijapit
dan dihubungkan melalu kabel dengan arus listrik - sebagai katoda
9) Lempeng karbon diletakkan didalam bejana elektrolisis dan bagian atas lempeng dijapit
dan dihubungkan melalu kabel dengan arus listrik + sebagai anoda

35
10) Arus yang listrik yang digunakan adalah 2 buah baterai A2(3 Volt)
11) Elektrolisis dilakukan selama 20 menit sesuai Gambar 13
12) Setelah elektrolisis, lempeng platina diangkat dan diperoleh endapan Cu pada lempeng
platina
13) Kemudian endapan tersebut dicuci dengan etanol dan aseton
14) Lempeng platina yang terdapat endapan Cu(II) ditimbang hingga diperoleh massa
konstan
15) Dihitung massa Cu(II) dengan menggunakan hukum Faraday

Gambar 14. Penentuan Cu(II) Secara Elektrogravimetri

Data Pengamatan

Massa lempeng
Massa lempeng Massa endapan Cu
Sampel platina dan endapan
platina (g) (g)
Cu (g)

36
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
TEKNOLOGI ANALISA FISIKA DAN ELEKTROKIMIA

NAMA :
NIM :
JUDUL PRAKTIKUM :

I. Data Pengamatan dan Perhitungan

37
II. Diagram Alir

38
III. Pembahasan
A. Analisis Prosedur

39
B. Analisis Hasil

40
IV. Kesimpulan

V. Daftar Pustaka

41

Anda mungkin juga menyukai