Anda di halaman 1dari 13

ANALISA TRYAL PADA STERILIZER

DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV
PABRIK KELAPA SAWIT PABATU

Disusun oleh : Ade Junesa


Nim : 2102001
Kelas : TPHP 2A

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONESIA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi,
penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik
dansaran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan kerja praktek ini lebih
lanjut,akan penulis terima dengan senang hati. Tidak lupa penulis ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah
ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi
kami, dosen pembimbing, Ibu SITI AISYAH ST., MSi dan juga kepada teman-
teman seperjuangan yang membantu saya dalam berbagai hal. Harapan saya,
informasi dan materi yang terdapat dalam tugas ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Sempurna, karena itu saya memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan tugas saya selanjutnya. Demikian tugas ini saya buat, apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang
kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik
dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat penelitian yang lebih
baik pada kesempatan berikutnya.

Medan, 14 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN UMUM ................................................................................... 3
2.1 Pengertian Sterilizer .................................................................................. 3
2.2 Fungsi Sterilizer ........................................................................................ 3
2.3 Jenis Sterilizer ........................................................................................... 5
BAB 3 PEMBAHASAN ......................................................................................... 6
3.1 Perebusan dengan waktu 100 menit .......................................................... 6
3.2 Tekanan menggunakan 3 Peak.................................................................. 6
3.3 Temperatur 135-140 C .............................................................................. 7
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 9
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9
4.2 Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pabrik kelapa sawit merupakan industri yang mengolah tandan buah segar
menjadi CPO, Kernel dan lain sebagainya. Tentu saja buah kelapa sawit menjadi
inti pokok dari industri ini. Tanaman Kelapa Sawit adalah jenis tanaman palma
yang berasal dari Benua Afrika dan cocok ditanam di daerah tropis serta sudah
berkembang secara meluas di Asia Tenggara dan Amerika Selatan Sterilizer (ketel
rebusan) adalah suatu bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus
kelapa sawit. Proses sterilizer berfungsi sebagai pengeringan atau penguraian
kadar air pada sawit, mempermudah proses pelepasan brondolan buah sawit dari
tandan buah segar. Mengingat pentingnya stasiun perebusan (sterilizer) sebagai
peralatan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses produksi. stasiun perebusan
dilakukan pada awal proses produksi kelapa sawit yang jika mengalami kerusakan
akan mengakibatkan terhentinya proses produksi. Oleh karena itu perlu diadakan
suatu pemeliharaan terencana untuk memperkecil resiko kerusakan dan
meningkatkan ketersediaan peralatan yang digunakan dalam produksi. Baik
buruknya mutu dan jumlah hasil olahan suatu pabrik kelapa sawit terutama
ditentukan oleh keberhasilan rebusan yang dilakukan oleh sterilizer tersebut. Oleh
sebab itu merebus buah harus sesuai dengan ketentuan yang ada dan merupakan
suatu hal yang mutlak dilakukan. Selama proses perebusan diharapkan tekanan
uap yang diterima oleh sterilizer harus sesuai sehingga panas dapat menembus
masuk ke dalam daging buah sehingga dapat menghasilkan mutu minyak dan
kondisi sterilizer yang baik. Proses pembuatan minyak kelapa sawit yang krusial
berlangsung dalam sterilizer. Dalam sterilizer buah kelapa sawit direbus dengan
uap pada suhu dan tekanan serta waktu tertentu. Jika persyaratan di atas tidak
terpenuhi, maka efisiensi produksi dari CPO yang dihasilkan mungkin tidak
mampu memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dalam SNI 01-2901-2006.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun permasalahan yang dibahas
adalah dampak dari perebusan terlalu lama, suhu terlalu tinggi, tekanan terlalu
rendah dan sebagainya pada pks pabatu.

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui berbagai dampak yang terjadi pada saat perebusan TBS
di sterilizer dan pengaruhnya terhadap kualitas mutu CPO.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Agar pembaca memahami dampak dari perebusan yang terlalu lama
maupun singkat pada sterilizer
2. Untuk menambah wawasan bagi pembaca mengenai perebusan TBS di
sterilizer
3. Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut

2
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Pengertian Sterilizer
Sterilizer adalah suatu bejana uap yang bertekanan, yang fungsinya
merebus Tandan Buah Segar (TBS) dengan memakai media pemanas yang di
pergunakan adalah uap basah yang berasal dari sisa pembuangan turbin uap yang
bertekanan ± 3 kg/cm2 dan temperatur 132,88 0C. Bila temperatur yang
digunakan diatas 132,88oC saat perebusan akan mengakibatkan buah menjadi
hangus atau kegosongan sehingga kualitas minyak CPO rusak dan bila
menggunakan suhu dibawah 132,88oC saat perebusan akan mengakibatkan
enzim-enzim pada buah tidak mati dan masih banyak mengandung kadar air.
Tahap pengolahan TBS yang pertama adalah proses perebusan atau sterilisasi
yang dilakukan dalam bejana bertekanan (steriliser) dengan menggunakan uap
jenuh (saturated steam). Penggunaan uap jenuh memungkinkan terjadinya proses
hidrolisa/penguapan terhadap air di dalam buah, jika menggunakan uap kering
akan dapat menyebabkan kulit buah hangus sehingga menghambat penguapan air
dalam daging buah dan dapat juga mempersulit proses pengempaan. Oleh karena
itu pengontrolan kualitas uap yang dijadikan sebagai sumber panas perebusan
menjadi sangat penting agar diperoleh hasil perebusan yang sempurna.

2.2 Fungsi Sterilizer


Pada dasarnya, keberhasilan dalam proses perebusan ini akan mendukung
kemudahan-kemudahan dalam proses selanjutnya, baik di stasiun Thressing,
Press, Digester dan lain-lain. Adapun fungsi dari Sterilizer adalah untuk
melakukan proses Sterilisasi buah TBS sebelum di proses menjadi minyak. Proses
sterilisasi TBS bertujuan diantaranya untuk yaitu :
a. Menghentikan Aktifitas Enzim : Buah yang dipanen mengandung enzim
lipase dan oksidase yang tetap bekerja di dalam buah sebelum enzim
tersebut dihentikan. Enzim Lipase bertindak sebagai katalisator dalam
pembentukan asam lemak bebas (ALB) sedangkan enzim oksidasi
berperan dalam pembentukan peroksida yang kemudian berubah menjadi
gugus aldehide dan kation. Senyawa tersebut bila teroksidasi akan
terbentuk asam lemak bebas. Jadi asam lemak bebas yang terdapat dalam

3
minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase. Aktifitas
enzim semakin tinggi apabila buah TBS mengalami kememaran (luka).
Enzim umumnya tidak aktif lagi bila dipanaskan sampai suhu >50 0 C.
Maka perebusan dengan suhu >120 0 C sekaligus menghentikan kegiatan
enzim.
b. Melepaskan Buah dari Tandannya : Minyak dan inti sawit terdapat dalam
buah, maka untuk mempermudah prosesnya ekstraksi minyak, buah perlu
dipisahkan dari tandannya. Pelepasan buah dari tandannya karena adanya
hidrolisa pektin yang terjadi dipangkal buah. Jadi Hidrolisa pektin ini telah
terjadi secara alam dilapangan yang menyebabkan buah membrondol.
Hidrolisa pektin dapat terjadi pula didalam ketel rebusan, dengan adanya
reaksi yang dipercepat oleh pemanasan. Panas dan uap didalam ketel akan
meresap ke dalam buah karena adanya tekanan. Hidrolisa pektin dalam
tangkai tidak seluruhnya menyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu
perlu dilakukan proses perontokan buah didalam mesin Tressing.
c. Menurunkan Kadar Air : Proses Sterilisasi buah dapat menyebabkan
penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan baik dari
dalam saat direbus maupun saat sebelum dimasukkan ke Tressing.
Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan
minyak sawit dari antara sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang
rendah sehingga mudah dikeluarkan dalam proses pengempaan (proses
ekstraksi minyak).
d. Melunakkan Buah Sawit Perikarp : (kulit buah) yang mendapatkan
perlakuan panas dan tekanan akan menunjukkan sifat, serat yang mudah
lepas antara serat yang satu dengan yang lain. Hal ini akan mempermudah
proses didalam Digester dan Depericarper/Polishing. Karena adanya panas
dan tekanan tersebut maka air yang terkandung dalam inti akan menguap
lewat mata biji sehingga proses pemecahan biji lebih mudah (dalam Rippel
Mill).
e. Melepaskan serat dan biji : Perebusan buah yang tidak sempurna dapat
menimbulkan kesulitan pelepasan serat dari biji dalam polishing drum,
yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji.

4
Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses pemisahan serat
perikarp dan biji, yang dipercepat oleh proses hidrolisis
f. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang : Perebusan yang sempurna
akan menurunkan kadar air biji hingga 15 %. Kadar biji yang turun hingga
15 % akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka
terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses
fermentasi didalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung
dengan baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses
pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung
kotoran yang lebih kecil.

2.3 Jenis Sterilizer

Sterilizer horizontal yang berpintu dua. Sterilizer ini di isi dengan tandan
buah yang di masukan kedalam lori. Lama perebusan adalah 100 menit dengan
suhu 135-140 C. Sterilizer horizontal dapat di muati 10 lori untuk satu kali
perebusan dengan muatan perlori 2,5 ton TBS. Tipe horizontal memiliki
keuntungan antara lain : Kapasitas sterilizer antara 30 ton TBS, pengoperasian
lebih mudah dan praktis, buah tidak bersinggungan langsung dengan dinding,
bahan olah tidak mungkin menyebabkan bejana menjadi korosi, pengisian uap
masuk dan pembuangan uap keluar serta pembuangan air kondensat lebih mudah
dilakukan.

5
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Perebusan dengan waktu 100 menit
3.1.1 Dampak yang terjadi jika perebusan lebih dari 100 menit adalah :
a. Semakin lama perebusan, maka jumlah buah yang terpipil semakin tinggi
atau presentasi tandan semakin rendah.
b. Semakin lama perebusan, maka biji semakin masak dan menghasilkan biji
yang lebih mudah pecah dan bersifat lekang.
c. Semakin lama perebusan buah, maka kehilangan minyak dalam air
kondensat semakin tinggi
d. Semakin lama perebusan buah, makam kandungan minyak pada tandan
kosong semakin tinggi yaitu terjadinya penyerapan minyak oleh tandan
kosong akibat adanya rongga-rongga kosong.
e. Semakin lama perebusan buah, maka mutu minyak sawit semakin
menurun.

3.1.2 Dampak yang terjadi jika perebusan kurang dari 100 menit adalah :
a. Semakin singkat waktu perebusan, menyebabkan buah kurang masak yaitu
sebagian berondolan tidak lepas dari tandan dan menyebabkan losses
dalam tandan kosong bertambah.
b. Semakin singkat waktu perebusan, menyebabkan pelumatan didalam
digester tidak sempurna. Sebagian daging buah tidak lepas dari biji
sehingga mengakibatkan proses pengempaan tidak sempurna dan kerugian
minyak pada ampas dan biji bertambah.
c. Semakin singkat waktu perebusan, menyebabkan ampas basah sehingga
pemakaian bahan bakar lebih boros pada proses pembakaran di boiler.

3.2 Tekanan menggunakan 3 Peak


3.2.1 Dampak yang terjadi jika tekanan lebih dari 3 peak :
a. Tekanan yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kualitas minyak kelapa
sawit dengan mengubah karakteristik fisik dan kimianya, menghasilkan
produk akhir yang tidak sesuai harapan.

6
b. Proses dengan tekanan yang berlebih memerlukan lebih banyak energi
untuk mempertahankan suhu dan tekanan yang diperlukan, menyebabkan
peningkatan biaya operasional.
c. Tekanan yang terlalu tinggi menyebabkan resiko keamanan bagi pekerja
pabrik, jika tidak di atur dengan baik, tekanan yang tinggi menyebabkan
ledakan pada sterilizer.
d. Tekanan yang terlalu tinggi mengakibatkan kerusakan pada komponen
sterilizer seperti bearing, katup, dan pipa. Mengakibatkan biaya perbaikan
yang tinggi.
e. Tekanan yang terlalu tinggi mengakibatkan cepatnya proses sterilisasi.
Namun, mengurangi efesiensi dan menghambat aliran produksi.

3.2.2 Dampak yang terjadi jika tekanan kurang dari 3 peak :


a. Tekanan yang terlalu rendah dapat mengurangi efektifitas proses
sterilisasi. Mikroorganisme pathogen dan enzim yang ada dalam kelapa
sawit tidak dihancurkan dengan baik, mengakibatkan resiko kontaminasi
dan penurunan kualitas produk
b. Tekanan yang terlalu rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai kondisi sterilisasi yang memadai, menyebabkan waktu proses
produksi dan mengurangi efesiensi.
c. Tekanan yang terlalu rendah menyebabkan minyak kelapa sawit
teroksidasi lebih cepat, mengurangi kualitas dan umur simpan produk
akhir (CPO).
d. Tekanan yang terlalu rendah menyebabkan kandungan nutrisi pada minyak
kelapa sawit menurun
e. Tekanan yang terlalu rendah menyebabkan kerusakan pada peralatan, yaitu
bocornya pipa dan kerusakan komponen lainnya.

3.3 Temperatur 135-140 C


3.3.1 Dampak yang terjadi jika temperatur lebih dari 135-140 C
a. Temperatur yang terlalu tinggi, menyebabkan degradasi minyak pada
minyak kelapa sawit ( oksidasi, pengaruh lingkungan, dan daya simpan).

7
b. Temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan hilangnya aroma dan rasa
alami pada minyak kelapa sawit
c. Temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan hilangnya beberapa nutrisi
pada minyak kelapa sawit
d. Temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan perubahan fisik pada minyak
seperti viskositas dan warna.

3.3.2 Dampak yang terjadi jika temperatur kurang dari 135-140 C


a. Temperatur yang terlalu rendah menyebabkan minyak kelapa sawit tidak
terpapar dengan baik oleh panas, sehingga proses sterilisasi tidak berjalan
dengan optimal yang berdampak pada kualitas minyak yang dihasilkan.
b. Temperatur yang terlalu rendah menyebabkan peningkatan waktu proses
yaitu memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai kondisi
sterilisasi yang memadai yang mengakibatkan peningkatan waktu proses
produksi dan mengurangi efesiensi pabrik.
c. Temperatur yang terlalu rendah menyebabkan tidak efektifnya membunuh
mikroorganisme pathogen atau mikroba lainnya.
d. Temperatur yang terlalu rendah menyebabkan perubahan tekstur dan
warna sehingga menyebabkan standar yang tidak diharapkan.

8
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kunci dari perebusan adalah suhu,
waktu, dan tekanan. Fungsi dari perebusan pada sterilizer adalah menonaktifkan
enzim lipase,melepaskan buah dari tandan, mengurangi kadar air, melunakkan
buah, melepaskan serat dan biji, dan membantu proses pelepasan inti dari
cangkang. Agar perebusan optimal sesuai SOP harus memperhatikan suhu
perebusan yang terpat yaitu 135-140 C, waktu perebusan yang tepat yaitu 100
menit, dan tekanan yang tepat yaitu 3 peak dengan kriteria : puncak 1 2 bar,
puncak 2 2,8 bar, dan puncak 3 3 bar.

4.2 Saran
Untuk mencegah terjadinya kerugian pada pabrik maupun karyawan,
utamakam SOP saat bekerja serta wawasan yang luas agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan. Sebaiknya para karyawan diberi pelatihan agar tercapainya
standarisasi minyak yang diharapkan. Untuk mengurangi maintenance akibat
kerusakan alat harus memantau tekanan, suhu, dan waktu secara berkala.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hikmawan, O., & Angelina, R. (2019). Pengaruh Variasi Waktu dan Tekanan
terhadap Kehilangan Minyak pada Air Kondensat di Unit Sterilizer Pabrik
Kelapa Sawit. Jurnal Teknik dan Teknologi, 14(28), 33-39.
Tambunan, W., & Muslimin, M. (2018). Kajian Paparan Panas Lingkungan Kerja
Operator Sterilizer Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit. Tekinfo: Jurnal
Ilmiah Teknik Industri dan Informasi, 7(1), 31-37.
Pratama, A. (2010). Optimisasi Jumlah Tandan Buah Segar yang dapat diolah
pada PKS PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Pabatu (Doctoral
dissertation, Universitas Sumatera Utara).

10

Anda mungkin juga menyukai