FERMENTASI TEMPE
PEKANBARU
KATA PENGANTAR
Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki
karya-karya kami di waktu mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
3.4.4. Inkubasi............................................................................................11
3.5.5. Inokulasi...........................................................................................13
3.5.6. Pengemasan......................................................................................14
BAB IV PENUTUP..............................................................................................18
4.1 Kesimpulan............................................................................................18
4.2 Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN
Awal (sebelum tahun 1875). Tempe mungkin berasal dari pulau Jawa
setidaknya beberapa abad yang lalu. Pada saat itu orang-orang Jawa, tanpa
pelatihan formal di bidang mikrobiologi atau kimia berhasil menegembangkan
sebuah makanan baru yang luar biasa dari proses fermentasi yang disebut tempe.
Makanan ini bis disebut ini produk pengganti daging, karena mereka memiliki
banyak tekstur yang sama dengan daging, rasa, dan kandungan protein yang tinggi
seperti makanan daging (Limando dkk., 2007).
Kata tempe diduga berasal dari bahasa jawa kuno. Pada zaman jawa kuno
terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi.
Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan
Standarisasi makanan tumpi tersebut (Badan Standarisasi Nasional, 2012).
Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini
akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicema menjadi
protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia
pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi
tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti
diare. Produksi tempe agar tahan lama Untuk tahan lama, tempe yang misalnya
akan menjadi produk ekspor dapat di bekukan dan dikirim ke luar negeri di dalam
peti kemas pendingin. Proses membekukan tempu untuk ekspor sbb : mula-mula
tempe di iris-iris setebal 2-3 cm dan di blanching direndam dalam air mendidih
selama lima menit untuk mengaktifkan kapang dan enzim. Kemudian tempe di
bungkus dengan plastik selofan dan di bekukan pada suhu 40 derajat Celcius
sekitar 6 jam. Setelah beku disimpan pada suhu beku sekitar 20 derajat celcius
selama 100 hari tanpa mengalami perubahan sifat penampak warna, bau dan rasa.
Menurut Hidayat (2008), selain jenis tempe kedelai ada jenis tempe yang
lain, yakni tempe leguminosa non kedelai dan tempe non leguminosa. Tempe
leguminosa non kedelai diantaranya adalah tempe benguk, tempe kecipir, tempe
kedelai hitam, tempe lamtoro, tempe kacang hijau, tempe kacang merah, dan lain-
lain. Sedangkan jenis tempe non leguminosa diantaranya tempe gandum, tempe
sorghum, tempe campuran beras dan kedelai, tempe ampas tahu, tempe bongkrek.
tempe ampas kacang, tempe tela, dan lain-lain.
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Tempe merupakan salah satu produk fermentasi yang umumnya berbahan
baku kacang kedelai yang difermentasi dan mempunyai nilai gizi yang
baik bagi kesehatan.
2. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tempe diantaranya,
oksigen, uap air, suhu, keaktifan starter, dan derajat keasaman (pH).
3. Ada 2 mekanisme pembentukan tempe yaitu perkecambahan spora dan
proses miselia menembus jaringan biji kedelai.
4. Pada dasarnya teknologi pembuatan tempe yang dilakukan oleh perajin
meliputi perebusan, pengupasan, perendaman, peragian, pengemasan dan
fermentasi.
5. Fermentasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu spontan dan tidak
spontan. Fermentasi spontan adalah yang tidak ditambahkan
mikroorganisme dalam bentuk starter atau ragi dalam proses
pembuatannya, sedangkan fermentasi tidak spontan adalah yang
ditambahkan starter atau ragi dalam proses pembuatannya
4.2 Saran
Kami sebagai penulis makalah ini menyarankan kepada para pembaca agar
memberikan kritik dan sarannya terhadap makalah ini, supanya kedepannya kami
bisa memperbaiki dan tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Dan kami juga
minta maaf atas kekurangan dari makalah ini, karena kami bersifat khilaf dan
lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional, 2012, Tempe:Persembahan Indonesia Untuk
Dunia, Jakarta.
Bourgaize, D., Jewell, T.T. dan Buiser, R.G. 1999. Biotechnology Demystifying
The Concepts. Benjamin Cummings, San Fransisco.
Cahyadi, W. Analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan. Jakarta: Bumi
Aksara; 2008.
Dewi, Ratna Stia dan Saefuddin Aziz. 2011. "Isolasi Rhizopus Oligosporus Pada
Beberapa Inokulum Tempe Di Kabupaten Banyumas". Jurnal Molekul. 6(2):
93-104.
Kasmijo, Dr. Ir.R.B. 1990. Tempe Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan Serta
Pemanfaatannya. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM.
Limando, I., & Soewito, B. M. (2014). Perancangan Buku Visual Tentang Tempe
Sebagai Salah Satu Makanan Masyarakat Indonesia. Jurnal DKV Adiwarna,
1(4), 12.
Sulistyaningrum, L.S. 2008. Optimasi Fermentasi Asam Kojat Oleh Galur Mutan
Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Farmasi. Universitas Indonesia
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. Surabaya: UNESA Pres.