0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan19 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang antiinflamasi, termasuk definisi inflamasi, tanda-tanda inflamasi, jenis obat antiinflamasi seperti NSAIDs dan kortikosteroid, mekanisme kerja obat antiinflamasi, serta beberapa metode percobaan untuk menguji aktivitas antiinflamasi suatu zat seperti menggunakan asam asetat, formalin, karagenan, dan panas.
Dokumen tersebut membahas tentang antiinflamasi, termasuk definisi inflamasi, tanda-tanda inflamasi, jenis obat antiinflamasi seperti NSAIDs dan kortikosteroid, mekanisme kerja obat antiinflamasi, serta beberapa metode percobaan untuk menguji aktivitas antiinflamasi suatu zat seperti menggunakan asam asetat, formalin, karagenan, dan panas.
Dokumen tersebut membahas tentang antiinflamasi, termasuk definisi inflamasi, tanda-tanda inflamasi, jenis obat antiinflamasi seperti NSAIDs dan kortikosteroid, mekanisme kerja obat antiinflamasi, serta beberapa metode percobaan untuk menguji aktivitas antiinflamasi suatu zat seperti menggunakan asam asetat, formalin, karagenan, dan panas.
Chintia Milenia (PO.71.39.1.18.043) Devia Lestari (PO.71.39.1.18.045) Dinda Mutiara Rizki (PO.71.39.1.18.047) Emilia Fransisca (PO.71.39.1.18.049) Antiinflamasi Inflamasi :Suatu respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh kerusakan pada jaring an yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat mikrobiologik. Infla masi berfungsi untuk menghancurkan, mengurangi, atau melokalisasi (sekuster) baik ag en yang merusak maupun jaringan yang rusak. Tanda-tandanya : Pembengkakan/edema, kemerahan, panas, nyeri & perubahan fungsi. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan, sehingga meredakan nyeri dan menurunkan demam. NSAIDs sering dikonsumsi untuk mengatasi sakit kepala, nyeri menstruasi, keseleo, atau nyeri sendi Inflamasi dimulai ketika sel tubuh mengalami kerusakan dan terjadi pelepasan zat kimia tubuh sebagai tanda bagi sistem imun. Inflamasi sebagai respon imun pertama bertujuan untuk merusak zat atau objek asing yang dianggap merugikan, baik itu sel yang rusak, bakteri, atau virus OBAT INFLAMASI Inflamasi biasanya diobati dengan menggunakan obat antiinflamasi golongan steroid (AIS) dan obat antiinflamasi golongan nonsteroid (AINS) (Katzung, 2002 : 462). Obat antiinflamasi kimia banyak digunakan masyarakat karena mempunyai efek yang cepat dalam menghilangkan inflamasi tetapi juga mempunyai resiko efek samping yang berbahaya, antara lain gangguan pada saluran cerna, darah, pernafasan, proses metabolik, hipersensitivitas, dan sindrom reye (Mycek, 2001 : 401). KORTIKOSTEROID SINTESIS Contoh-contoh kortikosteroid sintetis adalah: • Betametason • Dexamethasone • Methylprednisolone • Prednison • Prednisolone GOLONGAN NSAIDs dan OAINS Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang termasuk ke dalam golongan NSAIDs atau OAINS: • Ibuprofen • Aspirin • Naproxen • Diclofenac • Asmet • Piroxicam • Meloxicam Mekanisme Antiinflamasi Bagaimanakah mekanisme aksi NSAID? • Adanya rangsangan yang diterima tubuh, menyebabkan sel akan mengalami cidera. Dinding sel terdiri datas komponen fosfolipid (fosfat dan lemak), adanya cidera sel akan menyebabkan lepasnya enzim fosfolipase A2. • Enzim ini menyebabkan diproduksinya asam arakidonat oleh sel yang akan dilepaskan dalam darah. Asam arakidonat selanjutnya berubah bentuk menjadi senyawa mediator nyeri seperti prostaglandin (PG), prostasiklin (PGI), dan tromboksan A2 (TX). • Pembentukan senyawa-senyawa ini terjadi karena dalam tubuh terdapat enzim siklooksigenase (COX). Selain melalui enzim COX, asam arakidonat bisa juga diubah bentuknya oleh enzim lain yakni lipooksigenase membentuk leukotrien (LT1). Mekanisme Antiinflamasi Ada dua tipe utama NSAID, nonselektif dan selektif. Istilah nonselektif dan selektif merujuk pada kemampuan NSAID untuk menghambat jenis enzim COX tertentu; tipe utama adalah COX-1 dan COX-2. • NSAID non selektif – menghambat enzim COX-1 dan COX-2 pada tingkat yang sama. • NSAID selektif – lebih menghambat COX-2 (banyak ditemukan di situs peradangan) dibanding COX-1, jenis yang biasanya ditemukan di lambung, trombosit darah, dan pembuluh darah. Perhatian terhadap NSAID secara umum • Orang dengan penyakit arteri koroner yang diketahui (misalnya riwayat serangan jantung, angina [nyeri dada karena arteri jantung yang menyempit], riwayat stroke, atau arteri menyempit ke otak) dan orang-orang yang berisiko lebih tinggi harus menghindari menggunakan baik NSAID selektif maupun nonselektif. • NSAID umumnya tidak dianjurkan untuk orang dengan penyakit ginjal, gagal jantung, atau sirosis, atau untuk orang yang menggunakan diuretik. Beberapa pasien yang alergi terhadap aspirin mungkin dapat mengambil NSAID selektif dengan aman, meskipun hal ini harus dibicarakan terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan profesional. Mekanisme Antiinflamasi Metode-Metode Percobaan Antiinflamasi • 1. Asam Asetat sebagai penginduksi rasa nyeri Setelah dua minggu hewan diadaptasikan, mencit galur ICR jantan (18-25 gr) dibagi secara acak kedalam empat kelompok, termasuk juga kedalamnya kelompok normal dan kelompok positif kontrol, an dua kelompok sampel uji. Kelompok kontrol diberikan salin, sedangkan kelompok positif kontrol diberikan indometasin (10mg/kg ip) 20 menit sebelum diberikan asam asetat. Dosis sampel uji dibeirkan dalam dua variasi dosis, dimana diberikan secara peroral 60 menti sebelum asam asetat (0.1 ml/10g) diberikan. % menit setelah injeksi IP asam asetat dilihat tikus yang mengalami nyeri dalam rentang waktu 10 menit. • 2. Tes formalin Mencit galur ICR jantan (18-25 gr) dikelompokkan secara acak kedalam 4 grup (n=8). Termasuk kedalamnys kelompok normal dan positif control dan kelompok sample uji. Kelompok control hanya diberi pembawa, positf contro, indometasin (10mg/kg ip) dilarutkan dalam tween 80 plus 0.9% (w/v) larutan salin dan diberikan secara IP pada volume 0.1ml/10 g. Satu jama sebelum pengujian, hewan ditempatkan pada kandang standar ( ukuran 30x12x13 cm) yang digunakan sebagai tempat observasi.Samepl diberikan secara peroral 60 menit sebelum injeksi formalin. Indometasin diadministrasikan 30 menit sebelum injeksi formalin. 20 µl formalin 1% dinjeksikan pada permukaan dorsal dari tapak kaki kanan. Dan waktu tapak kaki meregang dicatat. 5 menit setelah injeksi formalin disebut fase awal, dan waktu 15-40 menit disebut fase akhir. Waktu yang dibutuhkan untuk meregangkan tapak kaki dihutng dengan stopwatch. Aktivitas diukur dlam interval waktu 5 menit. • 3. λ-carrageenin sebagai penginduksi udema pada tapak kaki Mencit jantan galur ICR (18-25 gr) dipuasakan 24 jam sebelum masa percobaan dengan tetap diberi minum. 50 µl suspensi 1% karagenan dilarutkan dalam larutan salin dinjeksikan pada tapak kaki kanan mencit.Sampel dan indometasin dilarukan dalam tween 80 plus 0.9% (w/v) larutan salin. Konsentrasi final dari tween 80 tidak boleh lebih dari 5% dan tidak menyebabkan inflamasi yng berarti. 2 jam sebelum dinduksi, diberikan sampel dengan 2 tingkatan dosis secara oral. Indometasin (10 mg/kg ip) diinjeksikan 90 menit sebelum induksi. Udema pada tapak kaki segera dihitung setlah injeksi karagenan (interval waktu 1,2,3,4,5,6 jam) dengan menggunakan pletismometer. Derajat udema dievaluasi dengan rasio a/b a= volume tapak kaki kanan setelh induksi karagenan b= volume tapak kaki kanan sebelum induksi karagenan • 4. Metode Panas Tes Hot plate Metode ini dengan menggunakan hot plate yang suhunya 55 ± 1°C. Waktu terjadi reaksi basal hewan terhadap panan dicatat. Hewan yang menunjukkan respon melompat dalam waktu 6-8 detik dimasukkan kedalam kelompok percobaan. 60 menit setelah administrasi senyawa uji dan positif control, hewan dikelompokkan kedalam 6 grup dimana masing-masingnya ditaruh pada hot plate. Waktu sampai terjadi lompat hewan coba disebut waktu reaksi.Persentasi inhibisi sakit dihutung denga rumus: (PIP) = ((T1-T0)/T0) x 100 àT1 =
Tes menarik ujung ekor
Waktu reaksi basal hewan uji terhadap panas dicatat dengan melekatkan ujung ekor (jarak 1-2 cm paling ujung) pada sumber panas. Respon dilihat ketika hwean menarik ekor dari sumber panas. Hewan yang menunjukkan respon dalam 3-5 detik dimasukkan kedlaam percobaan. Periode waktu pemgamatan selama 15 detik. Waktu pengamatan dilakukan setelah 30 dan 60 menti administrasi obat. Persentase inhibis dihutng dengan rumus: (PIP) = ((T1-T0)/T0) x 100 T1 =waktu setalah diberi obat and T0 = sebelum diberi obat • 5. Etil fenil propionate sebagai penginduksi edem pada telinga tikus Tikus jantan (100-150 gr) digunakan sebgai hewan coba. Edema telinga dinduksi mengoleskan secara topical EEp dengan dosis 1mg/20 μl pertelinga pada bagian permukaan dan dalam kedua telinga dengan mengunakan pipet otomatis. Sampel uji juga dioleskan pada telinga denga volum yang sama seperti EEP. Waktu sebelum, 30 menit, 1 jam dan 2 jam merupakan waktu pengamatan setelah induksi. Ketebalan telinga diukur jangka sorong. • 6. Putih telur sebagai penginduksi edema Empat grup tikus wistar jantan dan betina diberikan : grup 1, 10% propilenglikol, grup 2 dan 3 sampel uji, dan grup 4 diberikan natrium diklofenak sebagaikontrol positif (100 mg/kg po). Setelah 30 menit, masing- masing kelompok disuntikkan dengan putih telur sebanyak 0.5 ml pada tapak kaki kiri. Digunakan pletismometer digital untuk mengukur volume kaki yang mengalami udema dalam perode 120 menit. Dengan interval 30, 60, 90 dan 120 menit. Prosedur percobaan Antiinflamasi 1. Mulai percobaan, masing-masing tikus dikelompokkan dan ditimbang bobot badannya, kemudian diberi tanda pengenal. 2. Berikan tanda batas pada kaki belakang kiri untuk setiap tikus dengan spidol, agar pemasukan kaki ke dalam air raksa setiap kali selalu sama. 3. Pada tahap pendahuluan volume kaki tikus diukur dan dinyatakan sebagai volume dasar. Pada setiap kali pengukuran volume, tinggi cairan raksa pada alat diperiksa dan dicatat sebelum dan sesudah pengukuran, usahakan jangan sampai ada air raksa yang tertumpah. 4. Tikus diberi obat atau larutan kontrol secara i.p atau oral. Satu jam kemudlan telapak kaki kiri diukur volume pembengkakan alat Plethysmometer dengan mencatat kenaikan air raksa pada alat tersebut (Vo). Selanjutnya, 0,05 ml larutan karagenan diberikan pada telapak kaki kiri tikus secara subkutan. 5. Volume kaki yang diberi karagenan diukur setiap 1 jam sampai menit ke 75. Catat perbedaan volume kaki untuk setiap jam pengukuran (Vt). 6. Hasil pengamatan dicantumkan dalam tabel untuk setiap kelompok, Tabel harus berisi persentase kenaikan volume setiap jam untuk masing-masing tikus. Perhitungan persentase kenaikan volume kaki dilakukan dengan membandingkannya terhadap volume dasar sebelum menyuntikkan karagenan. 7. Selanjutnya untuk setiap kelompok dihitung persentase rata-rata dan bandingkan persentase yang diperoleh kelompok yang diberi obat terhadap kelompok kontrol pada jam yang sama. 8. Gambarkan grafik persentase inhibisi radang terhadap waktu. Tumbuhan Obat yang Bersifat Antiinflamasi 1. Srikaya Dalam jurnal ilmiah Farmasi yang berjudul “Uji Efektivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona squmosa. L) terhadap edema kaki Tikus Putih Jantan Galur Wistar” bahwa Ekstrak etanol daun Srikaya (Annona squamosa. L) memiliki daya antiinflamasi pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi oleh larutan putih telur 5%. Dosis 200mg/kg BB tikus merupakan dosis efektif yang memiliki daya antiinflamasi sebesar 83,74% Tumbuhan Obat yang Bersifat Antiinflamasi 2. Jahe Dalam jurnal ilmiah Farmasi yang berjudul “Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Roscoe) pada Tikus Putih Jantan” bahwa Ekstrak etanol jahe dengan dosis 360 mg/kg BB memberikan efek antiinflamasi. Tumbuhan Obat yang Bersifat Antiinflamasi 3. Seledri Dalam jurnal ilmiah Farmasi yang berjudul “Uji Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Herba Seledri (Apium graveolens L) terhadap jumlah neutrofil dan ekspresi COX-2 pada Mencit Betina Galur Swiss terinduksi Karagenin ” bahwa pemberian ekstrak etanol Apium graveolens L mempunyai efek antiinflamasi. Tumbuhan Obat yang Bersifat Antiinflamasi 4. Bawang Dayak Dalam jurnal ilmiah Farmasi yang berjudul “Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine americana L. Merr) terhadap Stabilisasi Membran Sel Darah Merah ” bahwa ekstrak bawang dayak yang memiliki aktivitas antiinflamasi paling tinggi adalah pada ekstrak konsentrasi 0,08% yaitu sebesar 72,74%. Tumbuhan Obat yang Bersifat Antiinflamasi 5. Mengkudu Dalam jurnal ilmiah Farmasi yang berjudul “Potensi buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) sebagai Anti Radang pada Luka Gores Mencit Jantan” bahwa perasan buah mengkudu dapat menurunkan jumlah neutrofil lebih cepat pada radang luka gores. Daftar Pustaka • ESCOP Monographs, (2003)., The Scientific Foundation for Herbal Medicinal Products., Thieme. United Kingdom. • Anton. R. (ed). 2003. Monographs The Scientific Foundation for Herbal Medical product, European Scientific Cooperative on Phytotherapy. United Kingdom. 107-111. • Schulz, Volker, Rudolf Hansel, Mark Blumenthal, V.E. Tyler (2004)., Rational Phytotherapy. • dll Terima kasih