Anda di halaman 1dari 22

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan-bahan yang digunakan


1. Etanol 54 %
2. Aquades

3.2 Alat-alat yang digunakan


1. Unit alat distilasi batch
2. Gelas ukur 100 ml
3. Gelas piala 2000 ml
4. Alkoholmeter
5. Stopwatch
6. Termokopel
7. Corong plastik

3.3 Prosedur Percobaan


Pada percobaan ini, terlebih dahulu dibuat komposisi etanol-air yang akan
digunakan. Untuk menambah keakuratan, komposisi etanol dalam air diukur dengan
menggunakan alkoholmeter. Kemudian percobaan dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Sebelum percobaan dilakukan, pastikan semua valve dalam keadaan tertutup
2. Kemudian valve V10 pada pipa refluks dibuka
3. Selanjutnya, reboiler diisi dengan 10 liter campuran etanol-air dengan
komposisi 54%
4. Power pada control panel dinyalakan
5. Rasio refluks dan temperatur diatur tetap yaitu masing-masing 1:1 dan 70℃
6. Kemudian power controller diset sesuai dengan variasi yang telah ditentukan,
yaitu 0,55 ; 0,65 ; dan 0,75
7. Valve V5 dibuka, agar air pendingin dapat mengalir ke kondenser

18
8. Selanjutnya, temperatur T9 diamati
9. Apabila telah terjadi refluks, laju boil-up diukur menggunakan valve V3.
Sebelum pengukuran dilakukan, sebagian V3 dibuka untuk mengeluarkan
kondensat dari sistem refluks agar diperoleh aliran yang steady. Pengukuran
dilakukan sebanyak 5 kali dengan rentang waktu 10 menit
10. Diambil sampel pada bagian overhead sebanyak 100 ml melalui valve V3 dan
sampel pada bagian bottom sebanyak 100 ml melalui valve V2 pada waktu yang
bersamaan.
11. Temperatur pada T1 dan T8 diukur dan dicatat
12. Komposisi overhead dan bottom yang diperoleh diukur menggunakan alkohol
meter

19
3.4 Rangkaian Alat

Gambar 3.1 Rangkaian alat unit distilasi batch

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 4.1 Pengaruh power reboiler pada kolom distilasi batch
Power Komposisi Komposisi Suhu Suhu Laju Boil-
Reboiler Overhead Bottom (%v) Top Bottom up
(kW) (%v) (˚C) (˚C) (ml/min)
0,55 89,9 46,5 76 80,4 0,0709
0,65 87,8 46 78,2 81,2 0,1528
0,75 85,1 45,6 79,6 82 0,2185

Tabel 4.2 Pengaruh power reboiler terhadap efisiensi kolom distilasi batch
Power Jumlah Tray Efisiensi Kolom Jumlah Tray Efisiensi Kolom
Reboiler (Persamaan (Persamaan (Metode Mc (Metode Mc
(kW) Fenske) Fenske) Cabe-Thiele) Cabe-Thiele)
0,55 1,8 22,2% 2,3 28,75%
0,65 1,6 19,4% 2,1 26,25%
0,75 1,3 16,3% 1,4 17,5%

4.2 Pembahasan
Percobaan distilasi batch ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi
operasi yaitu variasi power reboiler terhadap efisiensi kolom distilasi batch serta
menghitung banyaknya tray teoritis menggunakan persamaan Fenske dan Mc Cabe-
Thiele. Proses distilasi batch ini dilakukan menggunakan umpan berupa campuran
etanol-air sebanyak 8 liter dengan komposisi etanol sebesar 54%. Proses distilasi
dilakukan dengan variasi power reboiler yaitu 0,55; 0,65; dan 0,75 kW dengan rasio
refluks konstan yaitu 1. Campuran etanol-air dapat dipisahkan melalui distilasi karena
rentang perbedaan titik didih kedua komponen cukup jauh. Setelah proses distilasi,
komposisi overhead dan bottom diukur menggunakan alkoholmeter dengan satuan
%V. Komposisi etanol pada overhead dan bottom setelah melalui proses distilasi dapat
dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

21
94 51
92 50

Komposisi Overhead

Komposisi Bottom
49
90 48
88 47
46
86
45
84 44
82 43
42
80 41
0 2 Run 4 6 0 2 Run 4 6

(a) (b)
Gambar 4.1 Komposisi overhead (a) dan komposisi bottom (b) garis biru
menandakan power 0,55kW, oranye power 0,65 kW, dan abu-abu 0,75 kW

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa komposisi product overhead lebih besar
dibandingkan komposisi bottom pada variasi power reboiler. Selama proses
berlangsung, etanol yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu keatas lalu dikondensasi oleh kondensor dan memasuki decanter untuk proses
pemisahan sehingga diperoleh sebagai product overhead. Komposisi product overhead
akan relatif kaya akan komponen yang mudah menguap (etanol) dan komposisi bottom
sebagai umpan menjadi kecil akan etanol. Oleh karena itu komposisi product overhead
lebih besar dibandingkan komposisi bottom (Geankoplis, 1993).
Campuran etanol-air didistilasi untuk mendapatkan etanol dengan tingkat
kemurnian tinggi, proses operasi berlangsung dengan refluks tetap. Pada Gambar 4.1
dapat dilihat bahwa komposisi overhead maupun bottom menurun seiring interval
waktu. Pengambilan product overhead pada distilasi batch dilakukan secara
continuous tanpa pemasukkan umpan saat operasi. Komposisi etanol pada bottom
menurun karena sudah banyak etanol yang teruapkan sehingga komposisi bottom
menurun. Karena tidak ada penambahan umpan selama operasi, seiring menurunnya
komposisi bottom sebagai umpan, maka product overhead yang diambil pada run
selanjutnya juga akan mengalami penurunan komposisi (Coulson dan Ricardson’s,
2002).

22
4.2.1 Menentukan Jumlah Tray Teoritis Menggunakan Persamaan Fenske dan
Metode Mc Cabe-Thiele
Percobaan ini dilakukan dengan variasi power reboiler yaitu 0,55 kW, 0,65 kW,
dan 0,75 kW. Dalam menentukan jumlah tray teoritis kita dapat menggunakan
Persamaan Fenske. Hasil yang didapatkan adalah jumlah tray teoritis pada power
reboiler 0,55 kW sebesar 2,8 step atau 1,8 tray+reboiler. Diketahui bahwa jumlah tray
aktual kolom distilasi yang digunakan adalah 8 tray, sehingga efisiensi kolom distilasi
yang didapatkan adalah 22,2%. Jumlah tray teoritis power reboiler 0,65 kW sebesar
2,6 step atau 1,6 tray+reboiler. Diketahui bahwa jumlah tray aktual kolom distilasi
yang digunakan adalah 8 tray, sehingga efisiensi kolom distilasi yang didapatkan
adalah 19,4%. Dan jumlah tray teoritis power reboiler 0,75 kW sebesar 2,3 step atau
1,3 tray+reboiler. Diketahui bahwa jumlah tray aktual kolom distilasi yang digunakan
adalah 8 tray, sehingga efisiensi kolom distilasi yang didapatkan adalah 16,3%.
Selain menggunakan Persamaan Fenske, dalam menentukan jumlah tray
teoritis dapat menggunakan metode Mc Cabe-Thiele. Jumlah tray teoritis merupakan
jumlah anak tangga yang terbentuk dari penghubungan garis operasi dan garis
kesetimbangan yang dimulai dari kadar etanol destilat (XD) sampai dengan kadar etanol
bottom (XB). Jumlah tray teoritis pada power boiler 0,55; 0,65; dan 0,75 kW dapat
dilihat pada Gambar 4.2, 4.3, dan 4.4 berikut.

Gambar 4.2 Penentuan tray teoritis pada power boiler 0,55 kW menggunakan
metode Mc Cabe-Thiele

23
Gambar 4.2 memiliki anak tangga kurang lebih 3,3 yang berarti step teoritis atau 2,3
tray+reboiler. Diketahui bahwa jumlah tray aktual kolom distilasi yang digunakan
adalah 8 tray, sehingga efisiensi kolom distilasi yang didapatkan adalah 28,75%.

Gambar 4.3 Penentuan tray teoritis pada power boiler 0,65 kW menggunakan
metode Mc Cabe-Thiele

Gambar 4.3 memiliki anak tangga kurang lebih 3,1 yang berarti step teoritis atau 2,1
tray+reboiler. Diketahui bahwa jumlah tray aktual kolom distilasi yang digunakan
adalah 8 tray, sehingga efisiensi kolom distilasi yang didapatkan adalah 26,25%.

Gambar 4.4 Penentuan tray teoritis pada power boiler 0,75 kW menggunakan
metode Mc Cabe-Thiele

24
Gambar 4.4 memiliki anak tangga kurang lebih 2,4 yang berarti step teoritis atau 1,4
tray+reboiler. Diketahui bahwa jumlah tray aktual kolom distilasi yang digunakan
adalah 8 tray, sehingga efisiensi kolom distilasi yang didapatkan adalah 17,5%. Jika
dibandingkan dua metode menentukan tray teoritis ini terdapat sedikit perbedaan.

4.2.2 Pengaruh Power Reboiler terhadap Efisiensi Kolom Distilasi


Penentun pengaruh power reboiler dilakukan dengan dengan membandingkan
efisiensi ketiga variasi baik brdasarkan persamaan Fenske maupun metode Mc Cabe-
Thiele. Dari Tabel 4.2 terlihatbahwah semakin besar power reboiler maka semakin
rendah pula efisiensi dari kolom distilasi. Power reboiler berbanding lurus dengan laju
penguapan atau dikenal dengan laju boil-up. Laju boil-up ini mempengaruhi efisiensi
kolom, dimana semakin tinggi laju boil-up maka semakin rendah efisiensinya karena
waktu kontak antar fasa menurun (Coulson dan Ricardson’s, 2002).
Terdapat rentang boil-up yang yang membuat laju boil-up berbanding lurus
dengan efisiensi perolehan distilat, dan diluar range tersebut maka hubungan antara
laju boil-up dan efisiensi kolom akan berbanding terbalik. Diluar rentang tersebut
kemungkinan yang terjadi adalah jika laju boil-up terlalu tinggi, maka butiran-butiran
cairan akan terbawa oleh uap dan akan memenuhi space antar tray. Hal ini biasa disebut
dengan flooding. Selain itu tingginya laju boil-up menyebabkan foaming yang
mengarah pada terbentuknya cairan pada tray. Sebaliknya, jika laju boil-up kecil, maka
uap tidak dapat mengimbangi laju alir liquid sehingga butiran-butiran liquid turun
melalui lubang-lubang pada tray. Hal ini biasa disebut dengan weeping (Komariah,
dkk., 2009). Keadaan proses distilasi seperti di atas akan mengakibatkan efisiensi
distilasi menjadi rendah karena kontak antara umpan dengan steam tidak optimal
sehingga komposisi etanol yang diperoleh pun sedikit (Coulson, 2002).

25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Semakin besar power reboiler maka semakin tinggi laju boil-up dan semakin
rendah pula efisiensi kolom. Efisiensi kolom tertinggi didapat pada power reboiler
0,55 kW dan terendah pada power reboiler 0,65 kW.
2. Efisiensi kolom dari persamaan Fenske pada power reboiler 0,55 kW, 0,65 kW,
dan 0,75 kW berturut-turut ialah 22,15%; 19,39%; dan 16,24%, sedangkan dari
metode Mc Cabe-Thiele yaitu 55%; 28,75%; dan 13,75%.
3. Jumlah tray teoritis dapat dihitung menggunakan persamaan Fenske dan metode
Mc Cabe-Thiele secara grafis.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam konsentrasi dari etanol yang digunakan konsentrasi yang relatif
besar agar dapat dilihat secara jelas bagaimana komposisi di overhead dan bottom pada
percobaan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Coulson dan Richardson’s. 2002. Chemical Engineering: Particle Technology and


Separation Process Volume 2 (Fifth Edition). Butterworth-Hinerman. Oxford,
USA.
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Process and Unit Operation 3rd Edition. Prentice Hall
Inc. Englewood Cliffs : New Jersey America.
Henley, E.J., J.D. Seader. 1968. Equilibrium-Stage Saparation Operations in Chemical
Engineering. John Wiley and Sons. New York.
Komariah, L. N., Ramdja, A. F., & Leonard, N. (2009). Tinjauan Teoritis
Perancangan Kolom Distilasi untuk Pra-Rencana Pabrik Skala Industri. Jurnal
Teknik Kimia, 16(4).
McCabe, W.L., Julilian, C.S., Peter, H. 1993. Unit Operations of Chemical
Engineering 5th Edition. McGraw-Hill Inc. New York.
Smith, J. M, dkk. 2007. Introductions to Chemical Engineering Thermodinamics Seven
Edition. McGraw-Hill. New York.
Tim Penyusun. 2010. Laboratorium Operasi Teknik Kimia UNTIRTA: Distilasi Batch,
Penuntun Pratikum. Banten.
Treybal, R. E. 1981. Mass Transfer Operation, 3rd edition, Mc. Braco, Singapore.

27
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Laju boil-up


Dik : Volume sampel = 100 ml
Waktu (t) = 1231 s
Dit : Laju boil-up
Jawab :
Laju boil-up = V/t = 100 ml/ 1231 s = 0.0812 ml/s = 0.292 L/jam

A.2 Fraksi Massa dan Mol Destilat


Dik : Volume Etanol (a) = 92 ml BM Etanol = 46.07 gr/mol
Volume Air (b) = 8 ml BM Air = 18.0153 gr/mol
𝜌 etanol = 0.789 gr/ml
𝜌 air (T = 344.2 K) = 0.977212 gr/ml
Dit : Xad dan Xbd dalam fraksi massa dan mol
Jawab :
Etanol
Massa Etanol = V 𝜌 = 92 ml (0.789 gr/ml) = 72.588 gr
Mol Eatnol = Massa / BM = 72.588 gr / (46.07 gr/mol) = 1.5756 mol
Air
Massa Air = V 𝜌 = 8 ml (0.977212 gr/ml) = 7.818 gr
Mol Air = Massa / BM = 7.818 gr / (18.0153 gr/mol) = 0.434 mol
 Fraksi massa
Xad = Massa Etanol / (Massa Etanol + Massa Air)
= 72.588 / (72.588 + 7.818) = 0.9027
Xbd = 1-Xad = 1 – 0.9027 = 0.0973
 Fraksi mol
Xad = Mol Etanol / (Mol Etanol + Mol air)
= 1.5756 / (1.5756 + 0.434) = 0.784

28
Xbd = 1 – Xad = 1- 0.784 = 0.216

A.3 Fraksi Massa dan Mol Bottom Product


Dik : Volume Etanol (a) = 50 ml BM Etanol = 46.07 gr/mol
Volume Air (b) = 50 ml BM Air = 18.0153 gr/mol
𝜌 etanol = 0.789 gr/ml
𝜌 air (T = 351.2 K) = 0.973026 gr/ml
Dit : Xab dan Xbb dalam fraksi massa dan mol
Jawab :
Etanol
Massa Etanol = V 𝜌 = 50 ml (0.789 gr/ml) = 39.45 gr
Mol Eatnol = Massa / BM = 39.45 gr / (46.07 gr/mol) = 0.856 mol
Air
Massa Air = V 𝜌 = 50 ml (0.973026 gr/ml) = 48.65 gr
Mol Air = Massa / BM = 48.65 gr / (18.0153 gr/mol) = 2.70 mol
 Fraksi massa
Xad = Massa Etanol / (Massa Etanol + Massa Air)
= 39.45 / (39.45 + 48.65) = 0.45
Xbd = 1-Xad = 1 – 0.45 = 0.55
 Fraksi mol
Xad = Mol Etanol / (Mol Etanol + Mol air)
= 0.856 / (0.856 + 2.70) = 0.24
Xbd = 1 – Xad = 1- 0.24 = 0.76

A.4 Data kesetimbangan etanol-air pada 1 atm (Geankoplis, Appendix A.3-


23)
1. Data kesetimbangan dalam fraksi massa
Temperatur Fraksi massa etanol Temperatur Fraksi massa etanol
(°C) Xa Ya (°C) Xa Ya
100 0 0 81 0.6 0.794
98.1 0.02 0.192 80.1 0.7 0.822

29
95.2 0.05 0.377 79.1 0.8 0.858
91.8 0.1 0.527 78.3 0.9 0.912
87.3 0.2 0.656 78.2 0.94 0.942
84.7 0.3 0.713 78.1 0.96 0.96
83.2 0.4 0.746 78.2 0.98 0.978
82 0.5 0.771 78.3 1 1
2. Data kesetimbangan dalam fraksi mol
Temperatur Fraksi mol etanol Temperatur Fraksi mol etanol
(°C) Xa Ya (°C) Xa Ya
100 0 0 81 0.37 0.601
98.1 0.008 0.085 80.1 0.477 0.644
95.2 0.02 0.191 79.1 0.61 0.703
91.8 0.042 0.304 78.3 0.779 0.802
87.3 0.089 0.427 78.2 0.86 0.864
84.7 0.144 0.493 78.1 0.94 0.902
83.2 0.207 0.533 78.2 0.95 0.946
82 0.281 0.568 78.3 1 1

A.5 Psat etanol dan Psat air produk destilat pada suhu 349.15 K
Dik : Data Antoine

A B C
etanol 16.1952 3423.53 -55.7152
Air 16.5362 3985.44 -38.9974

T = 349.15 K
Dit : Psat Etanol dan Psat air
Jawab :
Psat Etanol
𝐵
ln (P sat ) = (𝐴 − )
𝐶+𝑇
3423.53
P sat etanol = Exp(16.1952−−55.7152+349.15) = 92.58 mmHg

30
Psat Air
𝐵
ln (P sat ) = (𝐴 − )
𝐶+𝑇
3985.44
P sat etanol = Exp(16.5362−−38.9974+349.15) = 39.89 mmHg

A.6 Psat etanol dan Psat air produk bottom pada suhu 353.55 K
Psat Etanol
𝐵
ln (P sat ) = (𝐴 − )
𝐶+𝑇
3423.53
P sat etanol = Exp(16.1952−−55.7152+353.55) = 109.99 mmHg

Psat Air
𝐵
ln (P sat ) = (𝐴 − )
𝐶+𝑇
3985.44
P sat etanol = Exp(16.5362−−38.9974+353.55) = 47.75 mmHg

A.7 Perhitungan nilai Yad, Ybd, Yab, dan Ybb


Dik : Psat produk destilat Psat produk bottom
Psat Etanol = 92.58 mmHg Psat Etanol = 109.99 mmHg
Psat Air = 39.89 mmHg Psat Air = 47.75 mmHg
Xad = 0.74 Xab = 0.22 P = 760 mmHg
Xbd = 0.26 Xbb = 0.78
Dit : Yad, Ybd, Yabd, dan Ybb
Jawab :
 Yad = Xad.Psat / P = (0.74 * 92.58) / 760 = 0.09
 Ybd =Xbd.Psat / P = (0.26 * 39.89) / 760 = 0.014
 Yab = Xab.Psat / P = (0.22 * 109.99) / 760 = 0.031
 Ybb = Xbb.Psat / P = (0.78 * 47.75 ) / 760 = 0.049

31
A.8 Perhitungan volalilitas reltif destilat (𝜶𝒅) dan bottom (𝜶𝒘)
Dik : Xad = 0.74 Xab = 0.22 Yad = 0.09 Yab = 0.031
Xbd = 0.26 Xbb = 0.78 Ybd = 0.014 Ybb = 0.049
Dit : 𝜶𝒅 dan 𝜶𝒘
Jawab :
𝜶𝒅
𝜶𝒅 = (𝑌𝑎𝑑/𝑋𝑎𝑑)/(𝑌𝑏𝑑/𝑋𝑏𝑑) = (0.09/0.74)/(0.014/0.26) = 2.321
𝜶𝒘
𝜶𝒘 = (𝑌𝑎𝑏/𝑋𝑎𝑏)/(𝑌𝑏𝑏/𝑋𝑏𝑏) = (0.031/0.22)/(0.049/0.78) = 2.304

A.9 Perhitungan volalilitas relative rata-rata 𝜶𝒂𝒗


𝛼𝑎𝑣 = √αD . αW = √2.321 x 2.304 = 2.312

A.10 Perhitungan tahap teoritis dan tray teoritis menggunakan metode Fenske
Dik : Xad = 0.74 Xab = 0.22 𝛼𝑎𝑣 = 2.312
Xbd = 0.26 Xbb = 0.78
Dit : N dan tray teoritis
Jawab :
Tahap teoritis
x x
log [(xA ) x (xB ) ]
B D A B
Nm =
log(αav )
0.74 0.78
log [(0.26) x (0.22) ]
D B
Nm =
log(2.312)
Nm = 2.77 stages
Tray = 2.77 - 1 = 1.77 tray

A.11 Efisiensi kolom pada metode Fenske


Eo = (Jumlah tray teoritis / Jumlah tray aktual) x 100%
= (1.77 / 8) x 100% = 22.22 %

32
A.12 Perhitungan nilai q-line
Dik :
Data Tb Tv Tf
Run-1 76 80.4 25
Run-2 78.2 81.2 78.2
Run-3 79.6 82 79.6

Hv Tb 349.2 Tv 353.6
a b c d e
Etanol 17.6907 0.149532 8.95E-05 -2E-07 8.32E-11
Air 34.0471 -0.00965 3.3E-05 -2E-08 4.3E-12
Hf Tf 298.2 Tb 349.2
a b c d
Etanol -325.137 4.13787 -0.01403 1.7E-05
Air 18.2964 0.472118 -0.00134 1.31E-06

Dit : q-line
Jawab :
Run 1
- Perhitungan nilai Hf
349.2
Hf etanol = ∫298.2 𝐶𝑝𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑑𝑇 = 6246.453 kJ/kg.mol
349.2
Hf air = ∫298.2 𝐶𝑝𝑙𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑇 = 3845.603 kJ/kg.mol
Hf, av = (Hf etanol + Hf air) / 2= (6246.453 + 3845.603) / 2 = 5046.028
- Perhitungan Hv
353.6
Hv etanol = ∫349.2 𝐶𝑝𝑣𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑑𝑇 = 320.4518 kJ/kg.mol
353.6
Hv air = ∫349.2 𝐶𝑝𝑣𝑎𝑖𝑟𝑙 𝑑𝑇 = 148.9357 kJ/kg.mol
Hv, av = (Hv etanol + Hv air) / 2= (320.4518 + 148.9357 ) / 2 = 234.6937
- Perhitungan Hl
Hv – Hf = (Hv – Hl) + (Hl – Hf)
(234.6937 - 5046.028) = (234.6937 – Hl) + (Hl - 5046.028)
Hl = 2405.667 kJ/kg.mol

33
𝐻𝑣−𝐻𝑓 234.6937 − 5046.028
- q-line = = = 2.216
𝐻𝑣−𝐻𝑙 234.6937− 2405.667

- Slope q = 𝑞/(𝑞 − 1) = 2.216 / (2.216 – 1) = 1.822


- 𝜃 q = tan-1 (1.822) = 61.24°
Untuk Run 2 dan Run 3, umpan diumpankan kedalam reboiler pada titik
didihnya, sehingga nilai q =1.

34
A.13 Perhitungan stages dan tray dengn metode Mc Cabe Thiele
Run 1
x y Xad 0.878299
0 0 Xbb 0.41342
0.02 0.192 Xf 0.54
0.05 0.377 q 2.216211
0.1 0.527 tan-1 61.24
0.2 0.656 yd 0.439149
0.3 0.713
0.4 0.746
0.5 0.771
0.6 0.794
0.7 0.822
0.8 0.858
0.9 0.912
0.94 0.942
0.96 0.959
0.98 0.978
1 1

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.2 0.4 Xf 0.6 0.8 1 1.2

Xb
35
Run 2

x y Xad 0.853825
0 0 Xab 0.409191
0.02 0.192 Xf 0.54
0.05 0.377 q 1
0.1 0.527 tan-1
0.2 0.656 yd 0.426913
0.3 0.713
0.4 0.746
0.5 0.771
0.6 0.794
0.7 0.822
0.8 0.858
0.9 0.912
0.94 0.942
0.96 0.959
0.98 0.978
1 1

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Axis Title

36
Run 3

x y Xad 0.822669
0 0 Xab 0.405381
0.02 0.192 Xf 0.54
0.05 0.377 q 1
0.1 0.527 tan-1
0.2 0.656 yd 0.411335
0.3 0.713
0.4 0.746
0.5 0.771
0.6 0.794
0.7 0.822
0.8 0.858
0.9 0.912
0.94 0.942
0.96 0.959
0.98 0.978
1 1

1.2 `

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Axis Title

37
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B1. Unit alat distilasi batch Gambar B2. Pengukuran jumlah
campuran etanol-air sebagai umpan

Gambar B3. Proses penampungan Gambar B4. Proses penampungan


produk destilat produk bottom

38
Gambar B5. Proses pengukuran Gambar B6. Proses pengukuran
komposisi campuran etanol-air temperature kolom distilasi
menggunakan alkoholmeter menggunakan termokopel

39

Anda mungkin juga menyukai