Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi/pembakuan obat
serta pengobatan termasuk pula sifat-sifat dan distribusinya serta penggunaannya
yang aman. Oleh karena itu, profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan
dengan seni dan ilmu dalam penyediaan (penggolongan) bahan sumber alam dan
bahan sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan dan
digunakan dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit. Penyediaan obat-
obatan disini mengandung arti pengumpulan, pengenalan, pengawetan dan
pembakuan bahan obat-obatan (Susanti, 2016). Melihat ruang lingkup dunia
farmasi yang cukup luas, Ilmu farmasi terbagi atas beberapa bidang ilmu. Salah
satunya Bioteknologi farmasi.

Bioteknologi merupakan pemanfaatan sistem kehidupan dan organisme untuk


mengembangkan dan menciptakan produk baru untuk menghasilkan atau
memodifikasi produk atau proses dengan tujuan memperoleh produk yang lebih
baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta singkat dalam waktu produksi.
Bioteknologi berasal dari kata Bios yang artinya hidup, teuchos yang artinya alat,
dan logos yang artinya hidup sehingga bioteknologi dapat diartikan sebagai
cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatkan mahluk hidup maupun produk dari
mahluk hidup dalam proses produksi barang dan jasa untuk meningkatkan
kesejahteraan umat manusia. Primrose mengartikan bioteknologi sebagai
penerapan prinsip-prinsip biologi, biokimia, dan rekayasa dalam mengolah suatu
bahan dan jasa memanfaatkan organisme hidup dan komponennya untuk
menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi manusia. Office of Technical
Assistance (OTA), Amerika Serikat menyatakan bioteknologi sebagai teknik
pendayagunaan organisme hidup atau bagian dari organisme tersebut untuk
membuat atau memodifikasi produk guna meningkatkan atau memperbaiki sifat
tanaman atau hewan. European Federation of Biotechnology menyatakan bahwa
bioteknologi merupakan integrasi dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa
dengan tujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, atau bagian dari
organisme hidup untuk menghasilkan barang dan jasa (Eko Prasetya, 2013).
Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil atau VCO) merupakan produk
olahan asli Indonesia yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah pada suhu
rendah atau tanpa melalui pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam
minyak tetap dapat dipertahankan Minyak kelapa murni merupakan hasil olahan
kelapa yang bebas dari transfatty acid (TFA) atau asam lemak-trans. Asam lemak
trans ini dapat terjadi akibat proses hidrogenasi. Agar tidak mengalami proses
hidrogenasi, maka ekstraksi minyak kelapa ini dilakukan dengan proses dingin.
Misalnya, secara fermentasi, pancingan, pemanasan terkendali, pengeringan
parutan kelapa secara cepat dan lain-lain (Tanasale, 2013).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses pembuatan
VCO (Virgin Coconut Oil) dengan cara mekanik dan enzimatis.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikun ini yaitu, agar praktikan mengetahui proses
pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan cara mekanik dan enzimatis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar teori
2.1.1 Pengertian VCO (Virgin coconut oil)
Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang dibuat tanpa
pemanasan atau dengan pemanasan minimal. Virgin Coconut Oil (VCO) adalah
minyak kelapa yang dihasilkan dari pengolahan daging buah kelapa tanpa
melakukan pemanasan atau dengan pemanasan suhu rendah sehingga
menghasilkan minyak dengan warna yang jernih, tidak tengik dan terbebas dari
radikal bebas akibat dari pemanasan. Virgin Coconut Oil adalah minyak kelapa
yang dibuat dari bahan baku kelapa segar, diproses dengan tanpa pemanasan sama
sekali dan tanpa bahan kimia.Virgin Coconut Oil adalah minyak kelapa murni
yang mempunyai khasiat ampuh sebagai penyembuh aneka penyakit (Syah,
2005).
VCO dihasilkan dari ekstraksi  secara mekanik maupun alami dari kopra
yang terdapat pada inti kelapa segar dengan  atau tanpa menggunakan aplikasi
panas, yang pengolahannya tidak mengubah kandungan nutrisi pada minyak.
VCO diproduksi tanpa melalui proses pemurnian, penjernihan, dan penghilangan
aroma tak sedap. Berbagai metode dapat digunakan untuk ekstraksi VCO pada
kelapa dalam. Salah satu metode yang biasa diaplikasikan yakni dengan
perebusan santan dalam selang waktu tertentu hingga diperoleh minyak kelapa.
Perebusan mengakibatkan kualitas minyak yang tidak dapat bertahan lama karena
cepat berbau tengik dan penampakan warna menjadi coklat. Hal tersebut
disebabkan oleh proses oksidasi yang terjadi karena proses oksidasi saat
pemanasan (Rindawati et al., 2014).

2.1.2 Manfaat VCO (Virgin coconut oil)


Price (2003), menyatakan jika menggunakan lotion biasa untuk perawatan
kulit, umumnya lotion menggunakan komponen air sehingga ketika dipakai akan
memberikan kesegaran sesaat namun ketika kandungan airnya hilang karena
penguapan, maka kulit menjadi kering. Minyak kelapa yang diolah untuk
konsumsi sebagai minyak goreng akan kehilangan sebagian zat-zat aktif yang
dibutuhkan kulit karena pengolahan dengan pemanasan dan penjernihan oleh
karena itu jika dipakai sebagai bahan topical untuk perawatan kulit
mengakibatkan terjadinya radikal bebas di permukaan kulit dan menyebabkan
kerusakan jaringan konektif. Hal demikian dapat dihindari dengan memilih bahan
topical minyak kelapa yang diolah dengan baik yaitu tanpa pemanasan suhu tinggi
dan tidak dijernihkan seperti pada VCO.
Pemanfaatan VCO sebagai dasar krim pelembab karena VCO banyak
mengandung pelembab alami dan antioksidan yang penting untuk perawatan kulit
dan mampu menghasilkan emulsi yang relative stabil dan pH mendekati nilai
yang diinginkan sebagai bahan pelembab kulit (Nilamsari, 2006).

2.2 Uraian Tanaman


2.2.1 Tanaman Kelapa (Cocos mucifera L.)
Kelapa (Cocos mucifera L.) adalah komoditas strategis yang memiliki peran
sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tumbuhan
ini di manfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga di anggap
sebagai tumbuhan serta guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Hasil kelapa
yang di perdagangkan sejak zaman dahulu yaitu minyak kelapa, yang sejak abad
ke 17 telah di masukkan ke Eropa dari Asia (Setyamidjaja, 2008).
1. Klasifikasi (Gun Mardiatmoko, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos Nucifera Linneaeus
2. Morfologi
Akar kelapa merupakan akar serabut yang berjumlah sekitar 2000-
4000 helai tergantung pada kesuburan tanah, iklim dan kesehatan tanaman.
Bagian dasar dari batang kelapa bentuknya membesar, kemudian dibagian
dalam tanah menciut lagi sehingga merupakan kerucut terbalik. Bagian ini
di sebut “root bulb”. Pada umumnya batang pohon kelapa tumbuh lurus ke
atas, kecuali pada pohon kelapa yang tumbuh di tempat-tempat tertentu
seperti di pinggir sungai, tebing dan lain-lainnya batang akan tumbuh
melengkung ke arah matahari. Batang kelapa berwarna kelabu, licin dan
tinggi batang kelapa dapat mencapai 20 meter hingga dengan garis tengah
(Gun Mardiatmoko, 2018).
Daun kelapa terdiri atas tangkai (petiole) dan pelepah daun (rachis).
Pada pelepah terdapat helai daun atau leoflets yang di tengahnya berlidi
(midrib). Panjang helai daun berbeda-beda, tergantung pada posisinya. Helai
daun yang terdapat di tengah sumbu daun berukuran lebih panjang di
banding yang tumbuh di pangkal atau ujung sumbu daun. Pada biji yang
baru mula-mula berbentuk 4-6 helai daun tersusun satu membalut yang lain
sehingga merupakan selubung dan runcing sebelah ujungnya. Susunan
demikian perlu untuk memudahkan menembus lapisan sabut di sebelah
pangkal buah. Setelah itu menyusul secara berturut-turut 4-6 helai daunnya
belum menyirip. Kemudian daun-daun lainnya menyusul terbentuk berturut-
turut, ukurannya bertambah besar (Gun Mardiatmoko, 2018).
2.2.2 Tanaman pepaya
Pepaya ialah tumbuhan yang berasal dari negara tropis, tanaman pepaya ini
memiliki batang yang tumbuh lurus keatas dengan tinggi batang tinggi 3-8 m, 8
pada kondisi-kondisi khusus tinggi batang pepaya akan bisa mencapai ketinggian
10 m. Pohon pepaya bisasanya tidak memiliki cabang, daun-daun dan buah
tumbuh secara langsung dari batang yang bisa mempunyai diameter sampai 20
cm. Hanya dalam peristiwa-peristiwa langka ketika batangnya patah bisa
berbentuk cabang-cabang. Pepaya dapat lebih cepat tumbuh dan memiliki “kayu”
yang lunak. Tanaman pepaya tidak tahan dingin dan bahkan suhu-suhu mendekati
nol biasanya membunuhnya (Nuraini, 2011).
1. Klasifikasi
Tumbuhan pepaya berdasarkan struktur klasifikasi Menurut
Tjitrosoepomo (2004) ialah.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cistales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica pepaya L.
2. Morfologi
Buah pepaya merupakan jenis buah yang familiar dan disukai oleh
sebagian besar masyarakat. Hal ini dikarenakan buah pepaya memiliki
daging yang lunak dan memiliki warna merah atau kuning, buah pepaya ini
mempunyai rasa manis, menyegarkan dan mempunyai banyak kandungan
air. Tanaman pepaya adalah tanaman yang berbuah setiap tahun sehingga
buah dari tanaman pepaya ini akan mudah ditemukan setap saat (Barus,
2008).
Daun pepaya memiliki bentuk daun yang menjari dan memiliki tangkai
panjang yang berongga di bagian tengah. Bentuk buah dari tanaman pepaya
ini lonjong, dengan ujung yang lancip. Warna buah saat masih muda
berwarna hijau gelap, dan sesudahbuah matang berwarna hijau muda sampai
kekuningan. Daging pepaya berasal dari carpela yang tebal, memiliki warna
kuning sampai jingga.Bagian tengahnya memiliki rongga. Biji pepaya
memiliki warna hitam yang diselimuti lapisan berlendir untuk mencegah
dari kekeringan (Rukmana, 2003).
Varietas pepaya California adalah salah jenis pepaya yang sedang
disenangi oleh para petani untuk ditanam karena sangat menguntungkan.
Pepaya 9 california ini mempunyai sifat dan kelebihan diantaranya buah
memiliki ukuran kecil dengan berat 0,8-1,5 kg/buah. kulit hijau tebal mulus
dan bentuknya lonjong. Ketika matang buah berwarna kuning, memiliki rasa
yang manis, daging buah yang kenyal dan tebal (Putri, 2006).
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu: toples kaca,
corong, pisau, blender, mixer, saringan, baskom, sendok, gelas ukur.

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakann pada praktikum kali ini yaitu: buah
kelapa, tissue, buah pepaya, air.
3.2 Prosedur kerja
3.2.1 Metode mekanik
1. Dikupas sabut kelapa dan kulit ari kelapa, kemudian belah buah kelapa
dan cuci dengan air mengalir dan tiriskan.
2. Diparut daging kelapa
3. Dituangkan air bersih kedalam parutan kelapa, aduk sampai rata sambil
diremas-remas agar santan keluar.
4. Disaring dan masukkan santan kedalam toples besar, kemudian tutup
rapat, diamkan 1 sampai 2 jam sampai terbentuk 2 lapisan.
5. Dipisahkan lapisan atas (santan) dengan menggunakan sendok sup atau
selang kecil.
6. Diaduk santan secara merata dengan mixer selama 30 menit.
7. Disaring santan dan dimasukkan kedalam toples bening tutup rapat dan
diamkan selama 8-12 jam. Setelah terbentuk 3 lapisan, pisahkan lapisan
minyak dari blondo dan air.
8. Disaring minyak dengan mmenggunakan corong yang sudah dilapisi
dengan kapas pada bagian bawah dan dilapisi tisu pada bagian atas.
9. Ditampung hasil saringan didalam toples dan dan tutupi dengan plastik
bening untuk menjaga kebersihan minyak selama penyaringan.
3.2.2 Metode enzimatis
1. Dikupas sabut kelapa dan kulit ari kelapa, kemudian belah buah kelapa
dan cuci dengan air mengalir dan tiriskan.
2. Diparut daging kelapa
3. Dituangkan air bersih kedalam parutan kelapa, aduk sampai rata sambil
diremas-remas agar santan keluar.
4. Disaring dan masukkan santan kedalam toples kaca.
5. Diparut buah pepaya muda, kemudian masukkan kedalam blender,
tambahkan air secukupnya lalu blender hingga halus.
6. Dicampurkan kulit buah pepaya muda yang telah dihaluskan tadi
kedalam santan dengan perbandingan 1:2, satu bagian kulit buah pepaya
muda yang dihaluskan untuk 2 bagian santan.
7. Disaring campuran tersebut dan masukkan kedalam toples bening dan
tutup rapat.
8. Didiamkan selama kurang lebih 12 jam hingga terbentuk 3 lapisan.
9. Dipisahkan lapisan minyak, kemudian saring dengan menggunakan
corong yang sudah dilapisi dengan kapas pada bagian bawah dan
dilapisi tisu pada bagian atas.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


No. Metode Hasil pengamatan
1. Mekanik

2. Enzimatis

4.2 Pembahasan
VCO dapat disimpan pada suhu kamar selama bertahun-tahun tanpa
perubahan sifat. Dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, minyak kelapa
memiliki kandungan asam lemak yang paling tinggi, minyak ini tidak mudah
tengik karena kandungan asam lemak jenuhnya tinggi sehingga proses oksidasi
tidak mudah terjadi, namun bila kualitas VCO rendah, proses ketengikan akan
berjalan lebih awal, hal ini disebabkan oleh pengaruh oksigen, keberadaan air dan
mikroba yang mengurangi kandungan asam lemak yang berada dalam VCO
menjadi komponen lain (Darmoyuwono, 2006).
Pada praktikum kali ini dilaksanakan pembuatan VCO (Virgin coconut oil)
yang dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode menggunakan metode
mekanik dan metode enzimatis, dimana metode mekanik adalah metode  dengan
cara pengadukan yaitu pemecahan emulsi, metode ini memanfaatkan gaya
mekanik dengan adanya putaran pada pengadukan sehingga terjadi pemecahan
emulsi dan dihasilkannya VCO (Muslihin   &   Riyani,   2018). Sedangkan metode
enzimatis merupakan metode yang membutuhkan senyawa protein yang dapat
mengkatalisis reaksi-reaksi kimia dengan maksud mempercepat reaksi pada
reaktan melalui penurunan energi aktivasi. Virgin Coconut Oil (VCO) dihasilkan
melalui reaksi enzimatis menggunakan papain yang merupakan salah satu enzim
proteolitik dalam getah pepaya. Papain mengkatalisis suatu substrat melalui reaksi
hidrolisis dengan pertolongan molekul air (Onyeike and Acheru, 2002 dalam
Suaniti 2014).
Langkah pertama yaitu menggunakan metode mekanik dengan dibersihkan
terlebih dahulu buah kelapa yang akan digunakan, diparut kemudian diperas
hingga menghasilkan santan, lalu disaring selanjutnya dituangkan kedalam toples
kaca yang bertujuan agar santan tetap terjaga kebersihannya. Setelah itu
didiamkan selama 1 sampai 2 jam agar santan dapat membentuk 2 lapisan, lapisan
atas yaitu santan dan air berada dilapisan bawah.
Selanjutnya dipisahkan santan dari air menggunakan alat bantu berupa sendok
atau bisa juga menggunakan selang kecil. Kemudian dilakukan pengadukan
menggunakan mixer yang bertujuan untuk menganggu kestabilan emulsi yang
dapat menghasilkan minyak. Kestabilan emulsi disebabkan oleh adanya lapisan
protein yang menyelimuti minyak, seperti globulin, albumin dan fosfolipida
(Noor, 2009). Digunakannya alat bantu mixer yaitu karena proses pemixeran
dapat memutuskan ikatan kimia dalam santan kelapa (Sipahelut, 2011). Setelah itu
disaring santan yang telah dimixer kedalam toples kaca, tujuan disaringnya santan
agar santan dapat terpisah dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan. Didiamkan
kembali selama waktu 8-12 jam, yang bertujuan agar santan membentuk 3 lapisan
antara minyak, air dan blondo sehingga mempermudah pemisahan VCO dengan
blondo dan air (Winarti, et al 2007).
Setelah di dapatkan 3 lapisan, disaring kembali minyak menggunakan corong
kaca yang diatasnya sudah diberikan tissu dan kapas dibagian bawah yang
bertujuan agar proses penyaringan dapat berjalan dengan lancar dan agar dapat
menyaring kotoran-kotoran, kemudian ditampung pada toples kaca dan ditutupi
menggunakan plastik bening untuk menghindari kontaminasi dengan kotoran-
kotoran.
Langkah kedua yaitu menggunakan metode enzimatis yang proses pembuatan
santannya sama seperti metode mekanik yang membedakannya metode ini
menggunakan kulit dari buah pepaya karena kulit dari buah pepaya mengandung
enzim papain yang dapat memecah protein yang ada pada santan (Liputo, 2007).

Tahap yang dilakukan pada metode ini yaitu dengan dipisahkan buah
pepaya dari kulitnya, kemudian dihaluskan menggunakan blender dan disaring
lalu dimasukan kedalam toples kaca yang telah berisi santan kemudian didiamkan
sampai membentuk 3 lapisan. Setelah terbentuk lapisan minyak, blondo dan air.
Disaring kembali minyak untuk memisahkan minyak dari blondo, dan air.
Blondo sendiri adalah salah satu produk sampingan dari proses
pembuatan minyak kelapa murni atau sering dikenal sebagai VCO. VCO atau
Virgin coconut oil merupakan produk utama yang dibuat dari santan segar. Blondo
yang dihasilkan dari proses pembuatan VCO memiliki karakteristik berwarna
putih, berbentuk cream, dan dalam waktu empat hari akan mengeluarkan bau yang
tidak sedap dan sangat menyengat (Haerani, 2010).
Kekurangan dari kedua metode ini yaitu membutuhkan waktu yang lama
dalam proses denaturasi protein untuk memisahkan minyak dari ikatan lipoprotein
yaitu sekitar 20-24 jam (Setiaji B, 2006).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu proses pembuatan VCO


(Virgin coconut oil) adalah minyak kelapa yang dibuat dari bahan baku kelapa
segar, diproses dengan tanpa pemanasan sama sekali dan tanpa bahan
kimia.Virgin Coconut Oil adalah minyak kelapa murni yang mempunyai khasiat
ampuh sebagai penyembuh aneka penyakit. VCO dibuat dengan dua cara yakni
cara pertama dengan metode mekanik dimana memanfaatkan gaya mekanik
dengan adanya putaran pada pengadukan sehingga terjadi pemecahan emulsi dan
dihasilkannya VCO. Sedangkan cara enzimatis dihasilkan dari perolehan santan
dengan cara basah berupa penambahan air.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk dosen
Sebaiknya dosen lebih lebih memantau lagi kegiatan ini secara lebih
intensif agar tidak terdapat kesulitan dan apabilah terjadi masalah maka
langsung dapat diatasi
5.2.2 Saran untuk asisten
Untuk asisten agar dapat membimbing dan mengontrol praktikan
selama proses praktek berlangsung agar tidak terjadi kesalahan dalam
percobaan
5.2.3 Saran praktikan
Diharapkan agar praktikan dapat lebih memahami proses praktek
kerja lapangan agar tidak ada halangan atau hambatan sedikitpun
DAFTAR PUSTAKA

Darmoyuwono, 2006. Gaya Hidup Sehat dengan Virgin Coconut Oil. Gramedia.
Jakarta. 47
Eka Prasetya, (2013). Bioteknologi Fermentasi Susu. Malang

Gun Mardiatmoko dan Mira Ariyanti. 2018. Produksi Tanaman Kelapa (Coco.


Nusifera. L). Ambon: Badan Penerbit Fakultas Pertanian Universitas
Pattimura.
Liputo, 2007. Pengaruh Religiusitas Terhadap Psychological Well-Being.
Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Malang.
Nuraini, D.N., 2011, Aneka Manfaat Biji-Bijian, Yogyakarta, Gava Media, hal 11

Onyeike and Acheru, 2002.  Chemical Composition of Selected Nigerian Oil


Seeds and Physicochemical Properties of The Oil Extracts. Food
Chemistry 77: 431-437.
Price (2003). Peer rejection and social information-processing factors in the
development of aggressive behavior problems in children. Journal of child
development, 74, 2, 374–393
Rukmana, Rahmat, 2003. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya..
Penerbit Kanisius Yogyakarta. Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak
Atsiri.

Setiaji, B dan Surip Prayugo, 2006, Membuat VCO Berkualitas Tinggi, Jakarta

Suaniti N.M., Manurung, M., Hartasiwi N. 2014. Uji Sifat Virgin Coconut Oil
(VCO)
Tanasale MLP. 2013. Aplikasi ragi tape terhadap rendemen dan mutu VCO.
Jurnal Ekosains 2: 47-52. 

Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan. dengan Sistem Pengelolaan.


Terpadu (PTT) di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala

Winarti, et al 2007. Ekstraksi Dan Stabilitas Warna Ubi Jalar Ungu Sebagai
Pewarna Alami. Jurrnal Teknik Kimia, Vol 3.

Anda mungkin juga menyukai