PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi/pembakuan obat
serta pengobatan termasuk pula sifat-sifat dan distribusinya serta penggunaannya
yang aman. Oleh karena itu, profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan
dengan seni dan ilmu dalam penyediaan (penggolongan) bahan sumber alam dan
bahan sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan dan
digunakan dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit. Penyediaan obat-
obatan disini mengandung arti pengumpulan, pengenalan, pengawetan dan
pembakuan bahan obat-obatan (Susanti, 2016). Melihat ruang lingkup dunia
farmasi yang cukup luas, Ilmu farmasi terbagi atas beberapa bidang ilmu. Salah
satunya Bioteknologi farmasi.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakann pada praktikum kali ini yaitu: buah
kelapa, tissue, buah pepaya, air.
3.2 Prosedur kerja
3.2.1 Metode mekanik
1. Dikupas sabut kelapa dan kulit ari kelapa, kemudian belah buah kelapa
dan cuci dengan air mengalir dan tiriskan.
2. Diparut daging kelapa
3. Dituangkan air bersih kedalam parutan kelapa, aduk sampai rata sambil
diremas-remas agar santan keluar.
4. Disaring dan masukkan santan kedalam toples besar, kemudian tutup
rapat, diamkan 1 sampai 2 jam sampai terbentuk 2 lapisan.
5. Dipisahkan lapisan atas (santan) dengan menggunakan sendok sup atau
selang kecil.
6. Diaduk santan secara merata dengan mixer selama 30 menit.
7. Disaring santan dan dimasukkan kedalam toples bening tutup rapat dan
diamkan selama 8-12 jam. Setelah terbentuk 3 lapisan, pisahkan lapisan
minyak dari blondo dan air.
8. Disaring minyak dengan mmenggunakan corong yang sudah dilapisi
dengan kapas pada bagian bawah dan dilapisi tisu pada bagian atas.
9. Ditampung hasil saringan didalam toples dan dan tutupi dengan plastik
bening untuk menjaga kebersihan minyak selama penyaringan.
3.2.2 Metode enzimatis
1. Dikupas sabut kelapa dan kulit ari kelapa, kemudian belah buah kelapa
dan cuci dengan air mengalir dan tiriskan.
2. Diparut daging kelapa
3. Dituangkan air bersih kedalam parutan kelapa, aduk sampai rata sambil
diremas-remas agar santan keluar.
4. Disaring dan masukkan santan kedalam toples kaca.
5. Diparut buah pepaya muda, kemudian masukkan kedalam blender,
tambahkan air secukupnya lalu blender hingga halus.
6. Dicampurkan kulit buah pepaya muda yang telah dihaluskan tadi
kedalam santan dengan perbandingan 1:2, satu bagian kulit buah pepaya
muda yang dihaluskan untuk 2 bagian santan.
7. Disaring campuran tersebut dan masukkan kedalam toples bening dan
tutup rapat.
8. Didiamkan selama kurang lebih 12 jam hingga terbentuk 3 lapisan.
9. Dipisahkan lapisan minyak, kemudian saring dengan menggunakan
corong yang sudah dilapisi dengan kapas pada bagian bawah dan
dilapisi tisu pada bagian atas.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Enzimatis
4.2 Pembahasan
VCO dapat disimpan pada suhu kamar selama bertahun-tahun tanpa
perubahan sifat. Dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, minyak kelapa
memiliki kandungan asam lemak yang paling tinggi, minyak ini tidak mudah
tengik karena kandungan asam lemak jenuhnya tinggi sehingga proses oksidasi
tidak mudah terjadi, namun bila kualitas VCO rendah, proses ketengikan akan
berjalan lebih awal, hal ini disebabkan oleh pengaruh oksigen, keberadaan air dan
mikroba yang mengurangi kandungan asam lemak yang berada dalam VCO
menjadi komponen lain (Darmoyuwono, 2006).
Pada praktikum kali ini dilaksanakan pembuatan VCO (Virgin coconut oil)
yang dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode menggunakan metode
mekanik dan metode enzimatis, dimana metode mekanik adalah metode dengan
cara pengadukan yaitu pemecahan emulsi, metode ini memanfaatkan gaya
mekanik dengan adanya putaran pada pengadukan sehingga terjadi pemecahan
emulsi dan dihasilkannya VCO (Muslihin & Riyani, 2018). Sedangkan metode
enzimatis merupakan metode yang membutuhkan senyawa protein yang dapat
mengkatalisis reaksi-reaksi kimia dengan maksud mempercepat reaksi pada
reaktan melalui penurunan energi aktivasi. Virgin Coconut Oil (VCO) dihasilkan
melalui reaksi enzimatis menggunakan papain yang merupakan salah satu enzim
proteolitik dalam getah pepaya. Papain mengkatalisis suatu substrat melalui reaksi
hidrolisis dengan pertolongan molekul air (Onyeike and Acheru, 2002 dalam
Suaniti 2014).
Langkah pertama yaitu menggunakan metode mekanik dengan dibersihkan
terlebih dahulu buah kelapa yang akan digunakan, diparut kemudian diperas
hingga menghasilkan santan, lalu disaring selanjutnya dituangkan kedalam toples
kaca yang bertujuan agar santan tetap terjaga kebersihannya. Setelah itu
didiamkan selama 1 sampai 2 jam agar santan dapat membentuk 2 lapisan, lapisan
atas yaitu santan dan air berada dilapisan bawah.
Selanjutnya dipisahkan santan dari air menggunakan alat bantu berupa sendok
atau bisa juga menggunakan selang kecil. Kemudian dilakukan pengadukan
menggunakan mixer yang bertujuan untuk menganggu kestabilan emulsi yang
dapat menghasilkan minyak. Kestabilan emulsi disebabkan oleh adanya lapisan
protein yang menyelimuti minyak, seperti globulin, albumin dan fosfolipida
(Noor, 2009). Digunakannya alat bantu mixer yaitu karena proses pemixeran
dapat memutuskan ikatan kimia dalam santan kelapa (Sipahelut, 2011). Setelah itu
disaring santan yang telah dimixer kedalam toples kaca, tujuan disaringnya santan
agar santan dapat terpisah dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan. Didiamkan
kembali selama waktu 8-12 jam, yang bertujuan agar santan membentuk 3 lapisan
antara minyak, air dan blondo sehingga mempermudah pemisahan VCO dengan
blondo dan air (Winarti, et al 2007).
Setelah di dapatkan 3 lapisan, disaring kembali minyak menggunakan corong
kaca yang diatasnya sudah diberikan tissu dan kapas dibagian bawah yang
bertujuan agar proses penyaringan dapat berjalan dengan lancar dan agar dapat
menyaring kotoran-kotoran, kemudian ditampung pada toples kaca dan ditutupi
menggunakan plastik bening untuk menghindari kontaminasi dengan kotoran-
kotoran.
Langkah kedua yaitu menggunakan metode enzimatis yang proses pembuatan
santannya sama seperti metode mekanik yang membedakannya metode ini
menggunakan kulit dari buah pepaya karena kulit dari buah pepaya mengandung
enzim papain yang dapat memecah protein yang ada pada santan (Liputo, 2007).
Tahap yang dilakukan pada metode ini yaitu dengan dipisahkan buah
pepaya dari kulitnya, kemudian dihaluskan menggunakan blender dan disaring
lalu dimasukan kedalam toples kaca yang telah berisi santan kemudian didiamkan
sampai membentuk 3 lapisan. Setelah terbentuk lapisan minyak, blondo dan air.
Disaring kembali minyak untuk memisahkan minyak dari blondo, dan air.
Blondo sendiri adalah salah satu produk sampingan dari proses
pembuatan minyak kelapa murni atau sering dikenal sebagai VCO. VCO atau
Virgin coconut oil merupakan produk utama yang dibuat dari santan segar. Blondo
yang dihasilkan dari proses pembuatan VCO memiliki karakteristik berwarna
putih, berbentuk cream, dan dalam waktu empat hari akan mengeluarkan bau yang
tidak sedap dan sangat menyengat (Haerani, 2010).
Kekurangan dari kedua metode ini yaitu membutuhkan waktu yang lama
dalam proses denaturasi protein untuk memisahkan minyak dari ikatan lipoprotein
yaitu sekitar 20-24 jam (Setiaji B, 2006).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Darmoyuwono, 2006. Gaya Hidup Sehat dengan Virgin Coconut Oil. Gramedia.
Jakarta. 47
Eka Prasetya, (2013). Bioteknologi Fermentasi Susu. Malang
Setiaji, B dan Surip Prayugo, 2006, Membuat VCO Berkualitas Tinggi, Jakarta
Suaniti N.M., Manurung, M., Hartasiwi N. 2014. Uji Sifat Virgin Coconut Oil
(VCO)
Tanasale MLP. 2013. Aplikasi ragi tape terhadap rendemen dan mutu VCO.
Jurnal Ekosains 2: 47-52.
Winarti, et al 2007. Ekstraksi Dan Stabilitas Warna Ubi Jalar Ungu Sebagai
Pewarna Alami. Jurrnal Teknik Kimia, Vol 3.