Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identidikasi, analisis dan standarisasi pembakuan obat serta
pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaannya
yang aman. Farmasi mempunyai beberapa ruang lingkup dan salah satunya
farmasetika (Yudoyono,1997).
Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
menjadi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-
obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien. Selain itu termasuk juga meliputi sebagai
segala hal mengenai resep (Noviansary R, 2013).
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan, yang di beri ijin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan untuk membuat
meracik serta menyerahkan obat kepada pasien (Dirjen Pom, 1979).
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit luka atau kelainan badaniah dan rohania pada
manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia. Obat terdiri dari sediaan-sediaan yang telah beredar saat ini umumnya
dibedakan atas sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semi padat (Moh Anief,
2006).
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau bahan obat atau zat kimia
yang dihaluskan, di tujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Oleh masyarakat terutama
bagi anak-anak dan orang tua yang sukar menelan obat dalam bentuk tablet, pil,

1
atau pun kapsul. Serbuk dapat di bedakan menjadi serbuk terbagi (Pulvers) atau
tidak terbagi (Pulvis) (Ansel C Howard, 1989).
Serbuk bagi (Pulvers) adalah serbuk yang dibagi dalam bbobt yang kurang
lebih sama dibungkus dengan kertas perkamen atau pengemas lain yang cocok.
Sedangkan serbuk tak terbagi atau serbuk tabor (Pulvis) adalah serbuk ringan
yang digunakan untuk pemakaian topikal dikemas dalam wadah yang bagian
atasnya berlubang untuk memudahkan untuk penggunaan pada kulit (Anonim,
1979).
1.2 Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu meracik dan
menghitung dosis maksimum dari resep serbuk sesuai dengan metode peracikan
serbuk.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum kali ini dapat mengetahui bagaimana meracik
serbuk maksimum dari resep serbuk serta mampu membuat sediaan obat serbuk
bagi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Serbuk Bagi
Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama dibungkus dengan kertas perkamen atau pengemas lain yang cocok.
Sedangkan serbuk tak terbagi atau serbuk tabur (pulvis) adalah serbuk ringan yang
digunakan untuk pemakaian topical dikemas dalam wadah yang bagian atasnya
berlubang untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Serbuk mempunyai luas
permukaan yang luas, sehingga serbuk mudah terdispersi dua lebih larut dari pada
bentuk sediaan yang dipadatkan (Syamsuni, 2006).
Serbuk (pulvis) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian luar karena memiliki luas permukaan yang
luas, serbuk mudah terdipersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang
dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet
lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk (Depkes, 1995).
Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.
Maka itu untuk menggerus halus serbukn kristal lebih baik menggunakan mortir
panas. Jika jumlah obat kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang, harus digunakan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.
Obat bermassa lembek misalnya ekstrak kental dilarutkan kedalam pelarut yang
sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang cocok.
Jika serbuk obat mengandung bahan yang mudah menguap, dikeringkan dengan
pertolongan kapur tohor atay bahan pengering lain yang cocok (Depkes, 1979).
2.1.2 Metode Pembuatan
Menurut Syamsuni (2006) cara mencampur bahan obat untuk serbuk yaitu:
1. Triturition, mencampurkan bahan obat dalam mortir dengan stamper.
2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung diatas kertas.
3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup.

3
4. Tumbling, cara mencampurka bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyang-
goyangkan .
2.1.3 Syarat Serbuk
Adapun syarat sediaan serbuk adalah :
1. Kering
2. Halus
3. Homogen
4. Memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau
keseragaman kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang
berlaku untuk serbuk bagi/pulvers yang mengandung obat keras,
narkotika, psikotropika.
Adapun syarat keuntungan serbuk yaitu :
a. Keuntungan sediaan serbuk bagi : (Syamsuni, 2006)
1. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
si penderita
2. Lebih stabil terutama obat yang rusak oleh air
3. Penyerapan lebih cepat dan lebih sempurna
4. Cocok digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar
menelan tablet atau kapsul
5. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet dan kapsul,
dapat dibuat serbuk.
b. Kerugian sediaan serbuk bagi : (Syamsuni, 2006)
1. Tidak tertutupnya rasa tidak enak, pahit, lengket, dilidah (bisa
diatasi dengan corigons sapposig)
2. Pada penyimpanan menjadi lembab
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, methanol, etanol, isopropil alkohol
Berat molekul : 46,07 g/mol

4
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah terbakar, berbau khas panas, memberikan nyala
biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : Untuk mensterilkan alat laboratorium.
Khasiat : Antiseptik (menghentikan dan mematikan pertumbuhan
kuman), disinfektan (mensterilkan alat-alat laboratorium)
2.2.2 Chlopeniramin Maleat (Dirjen POM,1979)
Nama Resmi : CHLOPENIRAMIN MALEAT
Nama Lain : CTM
Rumus molekul : C16H13CIN2,C4H4O4
Berat Molekul : 390,89 g/mol
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian air,dalam 10 bagian etanol 95% P
didalam 10 bagian klorofom p, sukar larut dalam eter p.
Kegunaan : Sebagai zat aktif
Khasiat : Antihistaminikum
2.2.3 Paracetamol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama lain : Paracetamol, acitaminofen, acetamidophenol
Rumus molekul : C8H9N02
Berat molekul : 151, 16 g/mol
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksidan
1 N, mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Kegunaan : Sebagai zat aktif
Khasiat : Analgetik dan Antipiretik

5
2.2.4 GG (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Gliseril Guaiakolat
Nama Kimia : Guaifinensin
Rumus molekul : C10H14O4 / 198,22
Berat molekul : 151, 16 g/mol
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai agak keabu-abuan, bauk
khas lemah, rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Khasiat : Sebagai Ekspektoram
Penyimpanan : Dalam wadah kering tertutup

6
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini alat yang digunakan yaitu
lumpang alu, Sudip, Gunting, Lap kasar / Halus.
3.2 Bahan
Adapun Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu serbuk
bagi antara lain alkohol 70%, Kapas, CTM 5 mg, PCT 2,5 mg, GG 5 mg, Kertas
Perkamen, Plastik Obat, Copy Resep, Etiket.
3.3 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Lumpang alu dialasi dengan kain kasar
3. Lumpang alu dibersihkan dengan alkohol 70%
4. Masukan PCT 2,5 tab, CTM 5 tab, GG 5 tab, Gerus hingga homogen
5. Siapkan kertas perkamen sebanyak 10 bagian dan tuangkan serbuk tersebut
sama rata kedalam kertas perkamen
6. Kemudian lipat kertas perkamen sesuai tekniknya dan masukan 10 bagian
serbuk yang sudah terbungkus tersebut kedalam plastik obat
7. Beri etiket warna putih

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Sebelum Sesudah Keterangan

Terjadi perubahan
bentuk dari sediaan yang
dibuat yaitu dari bentuk
padat menjadi serbuk

4.1.2 Perhitungan dosis


a. Copy resep
Dr. Hans Alson
Jl. Ade Laide No.22 Samarinda
12241918/SIPO

Samarinda, 24-02-2020
R/ Paracetamol 125 mg
CTM 2 mg
GG 50 mg
m.f. pulv. Dtd No.X
s. tdd. 1 pulv p.c

Pro : An. Riva (5 tahun)

8
b. Etiket
Dr. Hans Alson
Jl. Ade Laide No.22 Samarinda
12241918/SIPO

Samarinda, 24/2/2020

Pasien : An. Riva


Umur : 5 Tahun

Tablet
Pulv
Kapsul
3X sehari tiap 8 jam
Sebelum/sesudah makan

1. Perhitungan Bahan
50
a. GG 50 mg = x 10 =5 tablet
100
2
b. CTM 2 mg = x 10 = 5 tablet
4
125
c. Paracetamol = x 100 = 2,5 tablet
500
2 Perhitungan Dosis
N
a. Paracetamol = x DM
N + 12
5
= x 100 mg
5+12
5
= x 100mg
7
N
Dm Sehari = x Dm
N + 12

9
5
= x 400 mg
5+12
5
= x 400 mg
7
= 117, 6 mg
b. CTM
N
DM sekali = x DM
N + 12
5
= X 0,35 mg
5+12
5
= x 0,35 mg
7
= 0,10 mg

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan serbuk bagi (pulveres)
di laboratorium fitokimia pada tanggal 16 juni 2022, praktikum kali ini bertujuan
untuk agar praktikan mampu meracik serbuk bagi dan menghitung dosis
maksimum dan serbuk resep sesuai dengan metode peracikan serbuk bagi (Tjay,
1989).
Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu lumpang alu sebagai alat untuk
mengerus sediaan, kain halus sebagai media untuk diletakkan lumpang alu dan
sudip sebagai alat untuk mengambil sediaan yang dibuat dalam lumpang alu.
Adapun bahan-bahan yang digunakan saat praktikum serbuk bagi yaitu
alkohol 70% sebagai bahan untuk membersihkan alat dari bakteri, kertas
perkamen digunakan sebagai bahan pengemas sediaan serbuk bagi, sasak obat
sebagai wadah untuk meletakkan sediaan yang telah dikemas dalam kertas
perkamen, tissu digunakan untuk membersihkan alat, serta GG 5 tab, CTM 5 tab,
dan PCT 2,5 tab sebagai bahan dari sediaan yang akan dibuat.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Alat–alat yang digunakan dalam praktikum dibersihkan terlebih

10
dahulu menggunakan alkohol 70%. Menurut (Ditjen Pom, 1979). alkohol 70%
adalah larutan yang efektif untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme.
Langkah berikutnya, dihaluskan terlebih dahulu zat padat sesuai dengan resep
yang ditentukan, yaitu dimasukkan 2,5 tablet Paracetamol satu per satu ke dalam
lumpang alu, digerus searah jarum jam hingga halus. Proses penggerusan
bertujuan Untuk obat yang di gerus tadi kita dapatkan dari cara perhitungan bahan
tersebut kami mendapatkan dimana dalam perhitungan bahan tersebut kami
mendapatkan paracetamol 2,5 tablet CTM 5tablet dan GG 5 tablet. Berikut adalah
cara perhitungan bahan :
Rumus : Dosis Permintaan Resep
x Nomero
Dosis Pasaran
a. Paracetamol
125 mg x 10 = 2,5 tab
500 mg
b. CTM
2 mg x 10 = 5 tab
4 mg
c. GG
50 mg x 10 = 5 tab
100 mg
Pasien atas nama anak Riva umur 5 tahun dengan keluhan demam serta
batuk berdahak sehingga diberikan pulveres yang di dalamnya terkandung
paracetamol (obat demam), CTM (obat tenggorokan gatal), dan GG.
Mekanisme kerja antibiotik dibagi menjadi empat, yaitu penghambatan sintesis
dinding sel, penghambatan fungsi selaput sel, penghambatan sintesis
protein/transiasi dan transkripsi bahan genetik, serta penghambatan sintesis asam
nukleat. Amoxicilin termasuk ke dalam jenis obat antibiotik, terdapat 11 kasus
interaksi antibiotik-antibiotik maupun dengan obat lain jika diberikan secara
bersamaan. Potensi interaksi obat golongan antibiotik banyak terjadi pada
interaksi antara Amoxicilin dan campuran antara Ampisilin dan Chlorpheniramin

11
Maleat sebanyak 5 kasus (45,5%). Kombinasi kedua obat tersebut dapat
memberikan efek yang sinergis karena dapat meningkatkan efek bakterisida.
Namun jika diberikan sekaligus, kedua antibiotika tersebut akan bersifat antagonis
(Tungadi, 2004).
Dimasukkan CTM sebanyak 5 tablet ke dalam mortar, digerus hingga halus,
letakkan dikertas perkamen. PCT sebanyak 5 tablet digerus dalam mortar hingga
halus. CTM yang telah halus, ditambahkan ke dalam gerusan PCT, gerus hingga
homogen. Proses penggerusan bertujuan untuk memperkecil ukuran zat padat dan
tercampur rata (Syamsuni, 2006). Campuran CTM dan PCT yang telah halus,
diletakkan ke dalam kertas perkamen dan dibagi menjadi 10 kertas perkamen yang
bobotnya kurang lebih sama.
Dari praktikum tersebut didapatkan hasil sediaan serbuk bagi yang kering,
homogen, dan halus. Menurut Syamsuni (2006), syarat serbuk secara umum yaitu,
kering, halus, homogen dan memenuhi uji keseragaman bobot.
Pengemasan dikemas dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain
yang cocok (Syamsuni, 2006). Dimasukan kedalam plastik obat. Diberi etiket
putih untuk penggunaan oral atau dalam.

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa serbuk
bagi (pulveres) adalah serbuk yang dapat dibagi dalam bobot yang sama,
dibungkus menggunakan kemasan untuk sekali minum, serbuk terbagi boleh
dibagi secara visual/penglihatan, maksimal 10 serbuk secara bersamaan.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitisnya berupa alat-alat dan
bahanbahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan tentang serbuk. Asisten dan
praktikan diharapkan tidak ada missed communication selama proses praktikum
agar hubungan asisten dan praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya
agar dapat tercipta suasana kerja sama yang baik.
5.2.3 Saran Untuk Praktikan
Praktikan diharapkan dipraktikum selanjutnya bisa melaksanakan
praktikum lebih baik lagi dan tidak membuatkan kesalahan dalam menghitung
dosis obat yang diminta. Selain itu, berhati-hatilah dalam mencampur obat dan
juga didalam praktikum keseriusan diutamakan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ancel C Howard, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta UI Press

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 1979. Formularium Nasional Edisi Ketiga. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI

Dirjen Pom, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta

Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Moh Anief, Drs, Apoteker. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press

Noviansary R. Sudirman, Siadi K, 2013. Tranformasi Antibakteri Dan


Farmasetika Mengenai Penyediaan Obat. Semarang, Indonesia Jurnal Of
Cheminal Science

Soetopo dkk, 2002. Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC. Buku Kedokteran

Syamsuni. A, 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC. Buku Kedokteran

Tjay Dan Rahardja, 1989. Obat-Obatan Penting. Jakarta : Gramedia

Tungadi, Robert, 2014. Modul Penuntun Praktikum Farmasetika Dasar.


Gorontalo: Jurusan Farmasi UNG

14
Yudoyono, 1997. Pengertian Ilmu Farmasi Dan Kefarmasian Mengenai Obat-
Obat an Dalam Beberapa Ruang Lingkup. ITB; Bandung

15

Anda mungkin juga menyukai