METODOLOGI PENELITIAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Proses menua merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada semua organ tubuh
manusia, termasuk kulit. Proses menua pada kulit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses
menua instrinsik dimana proses menua tersebut sejalan dengan waktu dan proses menua
ekstrinsik dimana proses menua dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti pajanan sinar
matahari yang berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan merokok, dan nutrisi yang tidak
seimbang (Ardhie, 2011). Gejala penuaan dini merupakan masalah yang sering muncul saat
ini. Meskipun hal tersebut bukanlah penyakit atau gangguan kesehatan yang kronis, namun
memiliki dampak psikologis yang luar biasa pada diri setiap orang (Bogadenta, 2012).
Aging atau penuaan tidak hanya proses menjadi tua. Aging atau penuaan secara praktis
dapat dilihat sebagai suatu penurunan fungsi biologik dari usia kronologik. Aging tidak dapat
dihindarkan dan berjalan dengan kecepatan yang berbeda tergantung dari susunan genetik
seseorang, lingkungan dan gaya hidup. Dengan demikian, aging dapat terjadi lebih dini atau
lambat tergantung pada kesehatan masing-masing individu (Ardhie, 2011).
1
Indonesia sendiri merupakan negara tropis yang disinari matahari sepanjang tahun. Sinar
UV memberikan kontribusi sebanyak 80% yang menjadi penyebab dari penuaan kulit.
Paparan sinar UV yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan flek atau pigmentasi
seperti lentigo dan melasma. Sinar UV terbagi menjadi 3 spektrum, yaitu UVA (320-400
nm), UVB (290-320 nm), dan UVC (270-290 nm). Sinar UVB memberikan efek lebih
banyak dari pada UVA dalam menstimulasi pigmentasi kulit (Alam, 2010). Efek sinar UV
yang bersifat akut akan menyebabkan eritema, pigmentasi, kerusakan DNA, dan penekanan
sistem imun sedangkan efek sinar UV yang bersifat kronis akan menyebabkan photoaging
dan fotokarsinogenesis.
2
dengan cara menghambat kerja enzim tirosinase, transfer tirosinase, dan aktifitas tirosinase.
Krim pemutih kulit (penghambat hiperpigmentasi) yang bekerja sebagai inhibitor tirosinase
telah banyak ditemukan dalam bahan kosmetik, diantaranya ialah asam askorbat, arbutin,
asam kojik, dan hidrokuinon (Pillai, et al 2010).
Hasil fitokimia menunjukkan bahwa kulit buah delima merah mengandung 20-30%
ellagitannin dan telah diteliti sebagai antioksidan yang kuat. Punicalagin ialah salah satu
bentuk antioksidan ellagitannin (polifenol) yang terdapat dalam buah delima merah selain
ellagic acid, gallic acid, dan antosianin. Dua kandungan polifenol pada sari buah delima
merah yang terbanyak ialah punicalagin dan ellagitannin. Punicalagin merupakan
antioksidan poten yang dimetabolisme menjadi ellagic acid dan urolitin yang juga merupakan
antioksidan poten. Penelitian sebelumnya oleh Palencia et al. 2008, telah meneliti efek
perlindungan potensial dari ekstrak delima terstandar untuk Punicalagin terhadap kerusakan
UVA dan induksi UVB pada sel fibroblas SKU-1064 kulit manusia. Ekstrak delima berkisar
dari 5-60 mg/L, yang efektif untuk melindungi fibroblas kulit manusia dari kematian sel
setelah paparan UV. Hasil penelitian tersebut menunjukkan efek proteksi pada serangan
kerusakan yang diinduksi UVA dan UVB dan penggunaan potensi polifenol delima dalam
aplikasi melindungi kulit dari kerusakan UV maka akan dilakukan formulasi suatu sediaan
krim tabir surya dengan penambahan ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) untuk
mendapatkan sediaan yang baik, stabil, efektif, menarik dan aman dalam penggunaannya.
Anti-aging merupakan proses untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan supaya
seseorang menjadi lebih segar, cantik, dan awet muda. Krim antiaging dirancang secara
khusus untuk mencegah penuaan dini. Dengan demikian krim anti-aging dapat
memperlambat penuaan pada kulit (Fauzi dan Nurmalina, 2012).
Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang formulasi dan uji efek anti-
aging dan tabir surya dari ekstrak kulit buah delima merah (Punica granatum) dalam sediaan
krim.
1. Apakah ekstrak kulit buah delima merah dapat diformulasikan dalam sediaan krim?
2. Apakah perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah delima merah dalam sediaan krim
mempengaruhi efektivitas anti-aging?
3
3. Apakah penggunaan sediaan krim kulit buah delima merah menunjukkan peningkatan
kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu pemakaian?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Punica
5
Spesies : Punica granatum L
2.3 Kandungan
Kandungan kimia buah delima merah mengandung alkaloid pelletierene, granatin,
betulic acid, ursolic acid, isoquercitrin, elligatanin, resin, triterpenoid, kalsium oksalat
dan pati. Kulit akar dan kulit kayu mengandung sekitar 20% elligatanin dan 0,5-1%
senyawa alkaloid, antara lain alkaloid pelletierene (C8H14N0), Pseudopelletierine
(C8H15N0), dan metilpelletierene (C8HNO). Alkaloid pelletierine sangat toksik
sehingga menyebabkan kelumpuhan cacing pita, cacing gelang dan cacing kremi. Daun
mengandung alkaloid, tanin, kalsium oksalat, lemak, sulfur peroksidase (Rossidy, 2008).
Beberapa studi menyebutkan manfaat dari buah delima pada manusia yaitu sebagai
antioksidan yang sangat baik untuk mencegah tubuh dari kerusakan oksidatif. Asupan
antioksidan sekunder dari bahan pangan sangat diperlukan. Makin tinggi asupan
antioksidan eksogenus, makin tinggi pula status antioksidan endogenus. Diperlukan
konsumsi bahan makanan yang kaya akan komponen antioksidan dalam tubuh sehingga
mampu menekan kerusakan sel yang berlebihan dan mempertahankan status antioksidan
seluler (Harborne and Wiliam, 2001; Buhler and Miranda, 2000).
Bagian dari buah delima yang dapat dimakan (kurang lebih 50% dari berat total buah)
terdiri dari 80% jus dan 20% biji. Jus segar dari buah delima mengandung 85% air, 10%
gula dan 1,5% pektin, asam askorbat, dan flavonoid polifenol (Eibond, 2004).
Kandungan polifenol dalam jus delima tergantung dari jenis atau varietasnya yang
sebagian besar terdiri dari antosianin, katekin, ellagic tannis, gallic dan ellagic acid.
Polifenol komplek bersifat sebagai antioksidan yang dapat diserap dalam tubuh manusia.
Selain polifenol, jus delima juga mengandung vitamin C yang bersifat sebagai
antioksidan (Buhler and Miranda, 2000; Ignarro et al., 2006).
6
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Per 100 Gram Buah Delima (Budka, 2013)
Menurut Duke (2010), kandungan kulit buah delima merah yang mempunyai efek
farmakologis dapat dilihat pada tabel berikut:
2.4 Kegunaan
Hampir semua bagian tanaman bermanfaat untuk kesehatan, mulai daun, bunga,
buah, kulit akar, dan lain sebagainya. Berikut merupakan manfaat dari bagian tanaman
buah delima, seperti sari buah delima (jus) yang banyak mengandung flavonoid yang
kaya dengan antikarsinogenik, yaitu senyawa antioksidan yang mampu mencegah radikal
bebas di dalam tubuh sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak serta mampu
memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung, kanker kulit, dan kanker prostat.
Antioksidan yang terkandung di dalamnya membantu mencegah terjadinya penyumbatan
pada pembuluh darah arteri oleh kolesterol, khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi,
delima membantu mengatur gula darah, meningkatkan sensitivitas terhadap insulin,
mampu melawan peradangan, dan meningkatkan berbagai faktor lain yang terlibat dalam
7
sindrom metabolis yang kerap dikaitkan dengan obesitas dan pemicu diabetes. Karena
efek ini, delima dapat membantu penurunan berat badan, dan jus delima dapat
menyebabkan kematian sel kanker (Sudjijo, 2014).
2.5.1 Tanin
Tannin merupakan suatu polifenol yang merupakan senyawa antara suatu
metabolisme pada tanaman tingkat tinggi dan merupakan suatu ester dari Galloyl atau
turunannya, yang terikat pada inti catechin dan triterpenoid (gallotannins, ellagitannins and
complex tannins), bisa juga suatu oligomer dan polimer proanthocyanidins yang mempunyai
substitusi flavanil yang berlainan (condensed tannins).
Tanin ialah senyawa fenol yang memiliki berat molekul 500-3000 daltons (DA).
Tanin diklasifikasikan menjadi 2 jenis : tanin terhidrolisis (hydrolyzable tannin) yaitu tanin
pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat menghasilkan asam galat (ellagic
acid), dan tanin terkondensasi (condensed tannin) yaitu tanin pada pemanasan asam klorida
menghasilkan phlobaphenes seperti phloro-glucinol. Tanin memiliki sifat larut dalam air dan
alkohol karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH. Tanin dapat
mencegah kerusakan oksidatif DNA melalui dua cara, yaitu mengikat logam terutama besi
dan secara langsung menangkal radikal bebas. Tanin juga mempunyai kemampuan sebagai
anti tirosinase karena menghambat proses biosintesis melanin sehingga peningkatan produksi
melanin tidak terjadi setelah paparan sinar UVB (Shimogaki, et al., 2000)
8
2.5.2 Flavonoid
2.5.3 Vitamin C
9
Gambar 5. Mekanisme tanin, flavonoid, dan vitamin C dalam menghambat kerja enzim
tirosinase (Siahaan, et al., 2017)
Keterangan: Kedua melanin, eumelanin dan pheomelanin berasal dari asam amino tirosin.
Tirosinase merupakan enzim yang mengkatalisis terjadinya kedua melanin tersebut. Bila
kerja enzim tirosinase dihambat maka sintesis melanin tidak terjadi
Orientasi basis krim selanjutnya adalah dengan menggunakan emulgator Tween 80–
Span 80. Pada formula ini digunakan minyak kelapa murni (VCO) karena kandungan asam
lemak (terutama asam laurat dan asam oleat) dalam VCO bersifat melembutkan kulit
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembawa sediaan obat. Selain itu, VCO juga
berperan sebagai peningkat penetrasi melalui mekanisme peningkatan hidrasi kulit dengan
10
cara berinteraksi dengan lipid (mortar) pada stratum korneum sehingga meningkatkan
permeabilitas stratum korneum. Selain itu VCO digunakan sebanyak 40% sebagai fase
minyak karena diharapkan terbentuk krim tipe a/m. Setostearil alkohol digunakan dalam
formula karena berfungsi sebagai emolien dan peningkat konsistensi dalam sediaan krim.
Sedangkan propilen glikol dalam formula krim berfungsi sebagai humektan. Formula awal
dibuat dengan menggunakan Tween 80-Span 80 3% dan setostearil alkohol 4% yaitu formula
H. Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa pH sediaan krim pada formula H yaitu 6,05. pH
tersebut masih masuk dalam interval pH kulit (Mita, N., et al., 2015).
Tabel 3. Orientasi basis krim dengan emulgator Tween 80- Span 80 (Mita, N., et al., 2015)
Keterangan :
11
F1 : Blanko
F2 : EKBD 2%
F3 : EKBD 4%
F4 : EKBD 6%
Hasil penentuan pH sediaan, didapatkan bahwa pH dari Blanko kulit buah delima 2%,
kulit buah delima 4%, dan kulit buah delima 6%, berkisar 6,2-6,5. Adapun, pH untuk
sediaan krim adalah 6-5, sehingga sediaan diatas memenuhi syarat sebagai sediaan krim
pada kulit.
Ket:
F1 : Blanko +: metil biru larut
F2 : EKBD 2% -: metil biru yang tidak larut
F3 : EKBD 3%
F4 : EKBD 6%
Uji tipe krim ini menggunakan metode pewarnaan. Krim dioleskan pada kaca objek,
kemudian ditetesi dengan metilen biru dan amati perubahan yang terjadi dengan mikroskop.
Jika metilen blue menyebar secara merata, maka tipe krim adalah m/a dan jika metilen biru
terpisah, maka tipe krim adalah a/m (Arifin, 2010).
2.8 Penapisan Fitokimia Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L.)
Ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) yang diperoleh diperiksa
kandungannya melalui penapisan fitokimia meliputi pemeriksaan alkaloid, polifenolat,
tanin, flavonoid, monoterpenoid dan sesquiterpenoid, triterpenoid dan steroid, kuinon,
dan saponin.
Hasil penapisan fitokimia ekstrak kulit buah delima adalah sebagai berikut
(Sopyan, 2016) :
12
Tabel 5. Hasil penapisan fitokimia ekstrak kulit buah delima
Ekstrak kulit delima merah terbukti dapat mencegah peningkatan jumlah melanin
pada kulit. Hal ini dikarenakan ekstrak kulit delima merah mengandung beberapa
senyawa seperti tanin, flavonoid, dan vitamin C yang mempunyai efek sebagai
antioksidan dan fotoprotektif degradasi tirosinase sehingga mencegah peningkatan
jumlah melanin (Siahaan, et al., 2017).
2.9 Penentuan nilai SPF ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.)
Ekstrak kulit buah delima (Punica grantum L.) diambil sebanyak 0,1 g kemudian
diencerkan dengan etanol 96% (kualitas p.a.) hingga 100 ml. Kemudian dilakukan
pengenceran hingga didapat konsentrasi 0,01%, 0,011%, 0,012% dan 0,013%. Untuk
mengukur nilai SPF (Sun Protecting Factor) ekstrak tersebut diukur serapannya
dengan Spektrofotometer UV dan serapan pada panjang gelombang ke- (n-1) dibagi 2
dikali 5 (luas trapesium). Dihitung nilai log SPF dengan cara membagi jumlah seluruh
area di bawah kurva dengan selisih panjang gelombang terbesar dan terkecil.
Selanjutnya nilai log SPF diubah menjadi SPF. Perhitungan SPF dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
A=log10SPF (Yuliani, 2010).
2.10 Pemilihan basis krim tabir surya
Sebelum dilakukan pembuatan losio tabir surya dengan penambahan ekstrak kulit
buah delima, terlebih dahulu dilakukan pemilihan basis krim. Pemilihan basis losio
dilakukan terhadap tiga formula basis berupa krim tipe minyak dalam air (m/a), seperti
yang tertera pada tabel
13
Tabel 6. Formula basis krim
Formula krim tabir surya dibuat dari formula basis krim yang terbaik dengan
penambahan ekstrak kulit buah delima sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
homogen.
14
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Hipotesis :
15
BAB IV
METODE PENELITIAN
16
2.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : spektrofotometer UV-Vis
(Specord-200, Germany), viskometer Brookfiled (DV II+ pro, USA), pH spear (Eutech
Instrument OAKTON, JPN), mikroskop cahaya (Zeus)
3.4.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Ekstrak kulit buah delima
(Punica granatum L.) (Lansida Herbal), PEG 8 Beeswax (PT. Menjangan Sakti), parafin cair
(PT. Brataco), setil alkohol (PT.Brataco), propilenglikol (PT.Brataco), metil paraben (PT.
Brataco), propil paraben (PT. Brataco), pelat silika GF254.
3.5.2 Penapisan Fitokimia Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L.)
Dari pustaka diketahui bahwa kandungan polifenol dari ekstrak kulit buah
delima dapat dijadikan sebagai zat aktif dalam sediaan tabir surya yang akan dibuat.
Berdasarkan pustaka, kulit buah delima sebenarnya mengandung alkaloid yaitu
pelletrien, tetapi pada hasil penapisan fitokimia ekstrak kulit buah delima tidak
17
mengandung alkaloid. Hal ini disebabkan karena kandungan alkaloid yang kecil maka
akan sulit terdeteksi dengan reagen yang digunakan.
3.5.3 Hasil Penentuan Nilai SPF Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum
Nilai SPF yang menunjukkan kemampuan dari ekstrak kulit buah delima
untuk melindungi kulit dari induksi sinar ultraviolet (UVB). Menurut Wasitaatmadja,
nilai SPF yang dianggap baik berada diatas 15, karena memberikan perlindungan
yang optimal terhadap kulit. Dengan alasan tersebut maka sediaan krim tabir surya
dibuat dan dioptimasikan dengan nilai SPF diatas 15.
3.8 Evaluasi Sediaan Secara Kualitatif Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstrak kulit buah delima dan sediaan krim yang mengandung ekstrak kulit buah
delima dilakukan pengamatan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) untuk melihat
adanya perubahan sebelum dan sesudah dilakukan formulasi. Hasil kromatografi lapis
tipis diamati menggunakan UV 254 nm, UV 366 nm dan penampak bercak FeCl3.
Apabila dalam didapatkan pola bercak dan jarak yang sama dari sediaan krim tabir surya
dan ekstrak kulit buah delima. Hal ini menunjukan tidak adanya perubahan senyawa
setelah dan sebelum ekstrak kulit buah delima diformulasi. Berdasarkan MMI, bercak
18
ini menunjukkan senyawa aktif dari ekstrak kulit buah delima karena memberikan reaksi
positif dengan penampak bercak FeCl3 yaitu bercak berwarna hitam.
19
DAFTAR PUSTAKA
Chang TS. 2009. An update review of tyrosinase inhibitors. [cited 2014 May 21]. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2705500/
Diana B, Rafael L, Rajkumar R. 2010. Effect of Olive Oil on the Skin. [cited 2014 Dec 3]:
1125-1132. Available from: ScienceDirect
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Eibond, K.A. Reynertson, X.D. Luo, M.J. Basile, E.J. Kennelly. 2004. Anthocyanin
antioxidants from edible fruits, Food Chemistry. 84(1), 23
Harbone,J.B and Wiliam C.A. 2001. Anthocyanins and other Flavonoids. The Royal Society
of Chemistry.Nat Prod Rep.18:310-333.
Hernani dan Mono Raharjo. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta : Penerbit
Swadaya.
Ignarro, L.J., Byrns, R.E., Sumi, D., Nigris, F., Napoli, C. 2006. PomegranateJuice Protects
Nitric Oxide Against Oxidative Destruction and Enhances theBiological Actions of
Nitric Oxide. Available online atwww.sciencedirect.com
20
Klaus Wolff, et al. Development and Structure of Skin. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine Seventh Edition. USA: Mc Graw Hill. 2008: 57-73
Kurniawan, Edrizal, Eka D. 2014. Efektifitas estrak buah delima (punica granatum) secara
topikal dalam proses penyembuhan luka mukosa pada tikus putih (galur wistar). Jurnal
B-Dent. Vol 1. No. 2
Mita, Sasanti, T, Sophi. 2015. Evaluasi formula krim minyak biji delima (punica granatum l.)
Dan uji aktivitas antioksidan dengan metode β-carotene bleaching. Samarinda:
Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi
Universitas Mulawarman. Vol 3. No. 2
Murad, M. 1999. Pomegranate Fruit Extract Composition for Treating Dermatological
Disorder, Patent, Patent No. US 6, 800, 292. BI USA
Nijveldt R. J., Nood E., Hoorn D. E. C., et al. 2001. Flavonoids: a review of probable
mechanisms of action and potential applications. Am J Clin Nutr. 74:418–25
Palencia, L.A.P., Giuliana, N., Lal, H., Stephen, T. T., and Susane, U. M. T. 2008. Protective
Effects of Standardized Pomegranate (Punica granatum L.) Polyphenolic Extract in
Ultraviolet-Irradiated Human Skin Fibroblasts. Journal of Agricultural and Food
Chemistry. 56 (18). 8434-8441.
Pillai S, Cornell M, Oresajo C. 2010. Skin physiology pertinent to cosmetic dermatology. In:
Draelos ZD, (1st ed). New Jersey: Wiley-Blackwell. p 3-11.
Rohdiana, D. 2001. Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol dalam Daun Teh. Majalah
Jurnal Indonesia : 53-58.
Rossidy, I. 2008. Rahasia Tumbuhan obat perspektif islam. Malang: UIN-Maliki press.
Shimogaki, Y. Tanaka, H. Tamai, M. Masuda. 2010. In vitro and in vivo evaluation of
ellagic acid on melanogenesis inhibition Int J Cosmetic Sci, 22
Siahaan, Wimpie, Wiraguna. 2017. Krim ekstrak kulit delima merah (Punica granatum)
menghambat peningkatan jumlah melanin sama efektifnya dengan krim hidrokuinon
pada kulit marmut (Cavia porcellus) betina yang dipapar sinar UVB. Jurnal Biomedik
(JBM). Vol. 9 (1)
21
Sudjijo. 2014. Sekilas Tanaman Delima Dan Manfaatnya. Solok: Balai Penelitian Tanaman
Buah Tropika.
Sopyan, Iyan. Dkk. 2016. FORMULASI SEDIAAN LOSIO DARI ESKTRAK KULIT
BUAH DELIMA (Punica Granatum L.) SEBAGAI TABIR SURYA. Jurnal Farmaka.
Vol 14.
Sugianto, Lidyawati, N. 2011. Pemberian Jus Delima Merah (Punica granatum) Dapat
Meningkatkan Kadar Glutation Peroksidase Darah Pada Mencit (Mus musculus)
Dengan Aktivitas Fisik Maksimal. Skripsi. Denpasar: Universitas Udayana.
22