Anda di halaman 1dari 8

Farmaka

Suplemen Volume 16 Nomor 2 598

REVIEW ARTIKEL: POTENSI TUMBUHAN SEBAGAI WHITENING AGENT

Mufidah Mawaddah, Yasmiwar Susilawati


Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
mufidahmawaddah@gmail.com

ABSTRAK
Produk whitening agent secara komersial tersedia untuk keperluan kosmetik agar
mendapatkan penampilan kulit yang lebih cerah. Whitening agent ini bertindak pada berbagai
tingkat produksi melanin di kulit. Banyak dari whitening agent tersebut yang dikenal sebagai
inhibitor kompetitif tirosinase, enzim kunci dalam melanogenesis. Namun, produk whitening
agent yang beredar di pasaran memiliki banyak efek samping yang membahayakan kulit
sehingga perlu dilakukan pencarian whitening agent dari tumbuhan agar aman digunakan.
Tumbuhan yang paling potensial untuk whitening agent yaitu Nangka (Artocarpus
heterophyllus), Kayu Merbau (Intsia palembanica), dan Akar Manis (Licorice Root) karena
banyak terdapat di Indonesia sehingga tumbuhan tersebut memungkinkan untuk
dikembangkan menjadi produk whitenig agent. Selain itu, ekstrak tumbuhan seperti: Murbei
(Morus mongolica Schneider), Alga Coklat (Sargassum polycystum), Kulit Batang Taya
(Nauclea subdita), Alga Coklat (Ecklonia stolonifera), Bunga Dalea (Dalea elegans), Akar
Murbei (Morus lhou roots), dan Akar Kesum atau Knotweed (Polygonum cuspidatum roots)
telah terbukti efektif sebagai whitening agent karena memiliki aktifitas penghambatan enzim
tirosinase yang berfungsi menurunkan pigmentasi kulit dengan interferensi pada proses
pigmentasi.
Kata Kunci: whitening agent, tirosinase inhibitor, ekstrak tumbuhan

ABSTRACT
Commercial whitening agent products are available for cosmetic purposes in order to get a
brighter skin appearance. This whitening agent acts at different levels of melanin production
in the skin. Many of these whitening agents are known as competitive inhibitors of tyrosinase,
a key enzyme in melanogenesis. However, products whitening agent on the market have many
side effects that endanger the skin so it is necessary to search whitening agent from plants to
be safe to use.The most potential plants for whitening agent are Artocarpus heterophyllus,
Merbau Wood (Intsia palembanica), and Licorice Root because they are widely available in
Indonesia so that they are possible to be isolated into whitenig agent products. In addition,
plant extracts such as: Murbei (Morus mongolica Schneider), Sargassum polycystum,
Nauclea subdita, Ecklonia stolonifera, Dalea elegan), Morus lhou roots, and Knotweed
(Polygonum cuspidatum roots) has been proven effective as a whitening agent because it has
inhibitory activity of tyrosinase enzyme that decreases skin pigmentation with interference in
pigmentation process.
Keywords: whitening agent, tyrosinase inhibitor, plant extracts
Diserahkan: 5 Juli 2018, Diterima 5 Agustus 2018
599

PENDAHULUAN

Produk whitening agent secara untuk mencegah overproduksi melanin


komersial tersedia untuk keperluan dalam lapisan epidermis [3].
kosmetik agar mendapatkan penampilan Tirosinase adalah enzim pembatas
kulit yang lebih cerah. Whitening agent laju yang terkait dengan sintesis melanin
tersebut juga digunakan untuk perawatan dalam melanosit. Tirosinase mengandung
klinis gangguan pigmen seperti melasama monooxygenase dan mengkatalisis dua
atau hiperpigmentasi setelah inflamasi. reaksi utama: monophenolase, hidroksilasi
Namun, whitening agent yang terdapat L-tirosinase dan difenolase, dan oksidasi
dalam produk kosmetik di pasaran L-DOPA (3,4-dihydroxyphenylalanine).
terkadang memiliki efek samping yang Penghambatan aktivitas tirosinase
membahayakan kulit sehingga sedang (monophenolase dan diphenolase) akan
gencar dilakukan pencarian dan isolasi menurunkan sintesis melanin [4].
senyawa kimia alami yang mampu Pada kulit, melanosit terletak di
memodulasi metabolisme pigmentasi lapisan basal yang memisahkan dermis dan
dengan signifikan. Karena itu, beberapa epidermis. Satu melanosit dikelilingi oleh
bahan kimia yang berasal dari tumbuhan sekitar 36 keratinosit. Bersama-sama,
telah diuji coba sebagai kosmetik dan mereka membentuk unit epidermal
produk farmaseutikal yang bekerja melanin. Melanin diproduksi dan disimpan
mencegah produksi berlebih dari melanin di dalam melanosit pada kompartemen
di lapisan epidermal atau sebagai melanosomal dan diangkut melalui dendrit
whitening agent [1]. ke lapisan keratinosit. Pigmen melanin
Whitening agent bekerja pada adalah sebuah polimer yang diproduksi di
berbagai tingkat produksi melanin di kulit. dalam melanosom dan disintesis dari asam
Biasanya whitening agent ini bertindak amino L-tirosin yang dikonversi oleh
sebagai inhibitor tirosinase, enzim yang enzim tirosinase menjadi dopakuinon [5].
penting pada melanogenensis. Selain itu, Melanin dilaporkan memiliki fungsi
whitening agent atau agen pemutih ini juga protoprotektif di kulit manusia. Pada
bekerja sebagai penghambat pematangan beberapa kasus, perubahan warna kulit
enzim tirosinase atau menghambat pigmen yang tidak diinginkan atau hiperpigmentasi
granul (melanosom) dari melanosit ke dapat menyebabkan masalah estetika. Hal
[2]
keratinosit disekitarnya. . Berbagai jenis ini dikarenakan pembentukan melanin
inhibitor tirosinase telah diuji sebagai cara merupakan faktor penting bagi
perkembangan warna kulit manusia,
600

penghambatan pembentukan melanin dapat enzim dan atau dengan perubahan


menyebabkan berkurangnya kegelapan konformasi pada molekul protein [10].
kulit. Pembentukan melanin dalam tubuh METODE
manusia dapat dihambat dengan beberapa Metode yang digunakan dalam
mekanisme, termasuk menggunakan agen menulis review artikel ini yaitu dengan
antioksidan, penghambatan migrasi studi literatur menggunakan sumber data
melanin dari sel ke sel dan aktivitas primer berupa hasil penelitian yang
hormonal, serta penghambatan tirosinase dipublikasikan dalam jurnal nasional
secara langsung [6,7]. maupun internasional.
Cara kerja penghambatan tirosinase HASIL DAN PEMBAHASAN
sintetis dan alami baru-baru ini ditinjau Nangka (Artocarpus heterophyllus)
[8,9,10]
dalam beberapa makalah . Inhibitor Ekstrak dari nangka menunjukkan aktivitas
tirosinase dapat diklasifikasikan sebagai penghambatan tirosinase yang kuat (lebih
inhibitor kompetitif, tidak kompetitif, tipe dari 80% pada 100μg /ml) serupa dengan
campuran dan inhibitor non-kompetitif kontrol positif, asam kojat. Pada nangka,
[8,9,10]
. Sifat penghambatan tirosinase dapat ekstrak dari getah kayunya menunjukkan
diungkapkan dengan mengukur kinetika aktivitas penghambatan yang lebih kuat
penghambatan enzim menggunakan plot daripada empulur. Chlorophorin diisolasi
Lineweaver-Burk dengan berbagai sebagai salah satu dari senyawa aktif
konsentrasi L-DOPA sebagai substrat. dalam getah kayu Artocarpus
Pengetahuan tentang jenis penghambatan heterophyllus. Kandungan chlorophorin
enzim tirosinase ini mungkin penting untuk dalam getah kayu lebih tinggi
[12,13]
mencapai efek pencerah kulit yang lebih dibandingkan dalam empulur .
baik karena perawatan gabungan dapat Artocarpus mengandung senyawa yang
menghasilkan efek sinergis. Ini telah terbukti memiliki aktivitas kuat terhadap
ditunjukkan dalam kasus inhibitor penghambatan enzim tirosinase, yaitu:
tirosinase kompetitif, arbutin dan inhibitor artocarpfuranol, artocarpesin, steppogenin,
[9,11]
nonkompetitif, aloesin . Sebagian norartocarpetin, artocarpanone, artocarpin,
besar inhibitor tirosinase menunjukkan dan isoartocarpesin. Nilai IC50 artocarpus
penghambatan secara reversibel. Pada lebih rendah 50 µm, lebih poten
penghambatan yang ireversibel, ikatan dibandingkan dengan asam kojat (IC50)=
kovalen dengan enzim dapat menyebabkan 71,6 µm). Pengujian ekstrak artocarpus
inaktivasi dengan mengubah situs aktif juga terbukti efektif sebagai antibrowning
agent pada makanan [14].
601

Kayu Merbau (Intsia palembanica) menunjukkan bahwa glabrene dan


Ekstrak merbau (Intsia palembanica) yang isoliquiritigenin (2’,4’,4-trihydroxy-
diekstraksi menggunakan metanol dan chalcone) dalam ekstrak licorice, keduanya
50% etanol merupakan ekstrak yang paling dapat menghambat aktivitas tyrosinase
poten sebagai inhibitor tirosinase (bekerja mono dan diphenolase. Nilai IC50 untuk
menghambat monophenolase dan glabrene dan isoliquiritigenin masing-
diphenolase). Berdasarkan tirosinase masing 3,5 dan 8,1 µm, ketika tirosin
(monophenolase) inhibitor, ekstrak I. digunakan sebagai substrat. Efek glabrene
palembanica yang diekstraksi dan isoliquiritigenin pada aktivitas
menggunakan metanol memiliki nilai IC50 tirosinase tergantung dosis dan berkorelasi
: 10,4 µg/mL dan ekstrak 50% etanol dengan kemampuan mereka untuk
sebesar 14,8 µg/mL. Nilai IC50 dari ekstrak menghambat pembentukan melanin dalam
I. palembanica tidak memiliki perbedaan melanosit. Ini adalah studi pertama yang
signifikan jika dibandingkan dengan asam menunjukkan bahwa glabrene dan
kojat sebagai kontrol positif (IC50 : 11,3 isoliquiritigenin memiliki berbagai tingkat
[3]
µg/mL) . Pada penelitian lain dilakukan penghambatan pada biosintesis melanin
analisis lebih lanjut terhadap isolasi melalui penghambatan tirosinase, maka
senyawa flavonol dalam I. palembanica isoflavenes dan chalcones dapat berfungsi
yang memiliki efek paling baik dalam sebagai kandidat agen pencerah kulit [15].
penghambatan tirosinase dan diperoleh Murbei (Morus mongolica Schneider)
bahwa robidanol merupakan senyawa yang Untuk menemukan inhibitor tirosinase
paling poten untuk menghambat tirosinase baru dan efek residu prenil pada molekul
dengan nilai IC50 monophenolase sebesar flavonoid, delapan prenil dan tiga sintetis
8,7 µm; diphenolase 26,6 µm. Senyawa ini flavonoid vinil diuji terkait efek
mampu menghambat sintesis melanin penghambatan mereka terhadap aktivitas
46,2% dibandingkan dengan kontrol (pada tirosinase. Dari hasil pengujian, kuwanon
konsentrasi 100 µm). Sehingga dapat C, papyriflavonol A, sanggenon D dan
disimpulkan bahwa robidanol adalah sophoflavescenol ditemukan memiliki
senyawa yang paling baik sebagai agen aktivitas penghambatan yang cukup besar.
pemutih [4]. Terutama, sanggenon D yang merupakan
Akar Manis (Licorice Root) senyawa hasil isolasi dari batang akar
Efek ekstrak akar manis pada aktivitas simplisia Morus mongolica Schneider
tirosinase lebih tinggi dari yang diharapkan (Moraceae) telah terbukti sebagai inhibitor
dari tingkat glabridin dalam ekstrak. Hasil poten terhadap aktifitas tirosinase (IC50 =
602

7.3 μM), dibandingkan dengan senyawa menghambat oksidasi L-tirosin yang


referensi, asam kojat (IC50 = 24,8 μM) [16]. dikatalisis oleh jamur tirosinase dengan
Alga Coklat (Sargassum polycystum) nilai IC50 masing-masing sebesar 92,8 µg/
Ekstrak etanol dari Sargassum polycystum mL; 126 µg/ mL, 33,2 µg/ mL; 177 µg/
(alga) dan fraksinya memiliki sedikit atau mL; dan 2,16 µg/ mL. Dari nilai IC50
tidak ada efek penghambatan pada tersebut dibandingkan dengan asam kojat
aktivitas tirosinase jamur. Namun, saat dan arbutin (standar) menunjukkan
diuji pada tirosinase seluler, ekstrak etanol aktivitas tiga kali lebih kuat menghambat
dan fraksi heksana menunjukkan aktifitas enzim tirosinase. Penelitian ini
yang signifikan terhadap penghambatan menunjukkan bahwa turunan
tirosinase seluler. Dengan demikian, fraksi phloroglucinol, senyawa alami yang
heksana dapat bermanfaat untuk mengobati ditemukan dalam ganggang coklat, dapat
hiperpigmentasi dan sebagai agen pemutih terlibat dalam kontrol pigmentasi pada
kulit dalam kosmetik [17]. tumbuhan dan organisme lain melalui
Kulit Batang Taya (Nauclea subdita) penghambatan aktivitas tirosinase
Uji aktivitas enzim tirosinase inhibitor dari menggunakan L-tyrosine sebagai substrat
[19]
ekstrak kulit batang taya dilakukan .
menggunakan pembanding yaitu asam Bunga Dalea (Dalea elegans)
kojat. Nilai IC50 dari ekstrak kulit batang Tanaman Dalea elegans memiliki senyawa
taya dengan L-tyrosine yaitu sebesar aktif 6-isoprenoidsubstituted flavonone
568.58 μg/mL dan L-DOPA sebesar yang dinamakan sebagai dalenin,
1374.69 μg/mL. Apabila dibandingkan menunjukkan aktivitas penting dalam
dengan asam kojat yang memiliki nilai menghambat tyrosinase menggunakan l-
IC50 15.69 μg/mL dengan L-tyrosine dan tirosin atau l-DOPA sebagai substrat
61.38 μg/mL dengan L-DOPA maka dengan nilai IC50 masing-masing 0,26 μM
terbukti kulit batang taya dapat dan 18,61 μM. Ini berarti bahwa flavanon
menghambat secara langsung aktivitas memiliki kemampuan 52 dan 495 kali
tirosinase pada proses melanogenesis [18].. lebih efektif sebagai inhibitor
Alga Coklat (Ecklonia stolonifera) monofenolase dibandingkan dari
Senyawa yang diisolasi dari Ecklonia hidrokuinon dan asam kojat. Dengan l-
stolonifera (ganggang coklat) yaitu: DOPA sebagai substrat, senyawa 1
phloroglucinol, eckstolonol, eckol, menunjukkan dirinya 59 kali lebih efektif
phlorofucofuroeckol A, dan dieckol. dalam menghambat enzim tirosinase
Senyawa tersebut ditemukan mampu daripada hydroquinone dan menunjukkan
603

tingkat efektivitas yang sama seperti asam Akar Kesum atau Knotweed
kojat. Ditemukan bahwa flavanon (Polygonum cuspidatum roots)
bertindak sebagai inhibitor enzim yang Empat senyawa anthraquinones yaitu:
reversibel dan inhibitor non-kompetitif physcion, emodin, citreorosein dan
dengan l-tirosin atau l-DOPA sebagai anthraglycoside B, serta dua senyawa
[20]
substratnya . stilbenes: resveratrol, dan piceid diisolasi
Akar Murbei (Morus lhou roots) dari akar Polygonum cuspidatum. Senyawa
Dua belas senyawa polifenol yang bioaktif ini dianalisis untuk potensi
memiliki sifat penghambatan tirosinase antitirosinase. Tidak ada aktivitas
diisolasi dari ekstrak metanol (95%) Morus antitrosinase terdeteksi dengan pengobatan
[22]
lhou. Senyawa yang diisolasi terdiri dari menggunakan stilbenes . Disisi lain,
empat flavanon, empat flavon, dan empat anthraquinones menunjukkan
fenilbenzofuran. Senyawa tersebut penghambatan moderat terhadap tirosinase.
dievaluasi untuk penghambatan Physcion menunjukkan penghambatan
monophenolase dan diphenolase, tirosinase paling kuat di antara empat
kemudian diidentifikasi karakteristik antrakuinon yang dianalisis, yang
struktural yang diperlukan untuk sebanding dengan asam kojat. Kemampuan
penghambatan tirosinase. Diamati bahwa antrakuinon untuk menembus kulit juga
semua senyawa induk: flavanon, flavon, diuji. Berdasarkan aktivitas termodinamika
fenilbenzofuran yang memiliki gugus yang sama, physcion menunjukkan
resorsinol tidak tersubstitusi merupakan permeasi yang lebih tinggi dibandingkan
inhibitor aktivitas monophenolase yang dengan emodin (48 kali lipat), sehingga
sangat efektif (nilai IC50 1,3 μM; 1,2 μM; physcion merupakan kandidat kuat untuk
dan 7,4 μM). Potensi inhibitor berkurang penggunaan pada kulit. Sebagai inhibitor
dengan substitusi alkil pada cincin tyrosinase alami, antrakuinon dari P.
aromatik atau fungsi hidroksil. cuspidatum mungkin berguna sebagai
Menariknya, senyawa flavon terbukti whitening agent untuk menghambat enzim
hanya memiliki aktivitas penghambatan tirosinase [23].
monophenolase, tetapi flavanon dan SIMPULAN
fenilbenzofuran dapat menghambat Dapat disimpulkan dari berbagai tumbuhan
difenolase serta monophenolase secara diatas, maka yang paling potensial untuk
[21]
signifikan . whitening agent yaitu Nangka (Artocarpus
heterophyllus), Kayu Merbau (Intsia
palembanica), dan Akar Manis (Licorice
604

Root) karena banyak terdapat di Indonesia Tirosinase Inhibitor and Antioxidant


agent. Journal of Biological Science.,
sehingga tumbuhan tersebut potensial
Vol 10 (2): 138-144.
untuk dijadikan sebagai whitenig agent 4. I, Batubara., et-al. 2011. Flavonoid from
Intsia palembanica as Skin Whitening
dalam produk kosmetik. Selain itu, ekstrak
Agent. Journal of Biological Sciences.,
tumbuhan seperti: Murbei (Morus Vol 11 (8): 475-480.
5. Cooksey, C.J.; Garratt, P.J.; Land, E.J.;
mongolica Schneider), Alga Coklat
Pavel, S.; Ramsden, C.A.; Riley, P.A.;
(Sargassum polycystum), Kulit Batang Smit, N.P. 1997. Evidence of the
indirect formation of the catecholic
Taya (Nauclea subdita), Alga Coklat
intermediate substrate responsible for
(Ecklonia stolonifera), Bunga Dalea the autoactivation kinetics of tirosinase.
J. Biol. Chem., Vol 272, 26226–26235.
(Dalea elegans), Akar Murbei (Morus lhou
6. Slominski, A., J.T. Desmond, S.
roots), dan Akar Kesum atau Knotweed Shibahara dan J. Wortsman. 2004.
Melanin pigmentation in mammalian
(Polygonum cuspidatum roots) telah
skin and its hormonal regulation.
terbukti efektif sebagai whitening agent Physiol Rev., 84: 1155-1228.
7. Nithya, N., Arun, D., Balakrishnan, K.
karena memiliki aktifitas penghambatan
P. 2011. Screening of some Medicinal
enzim tirosinase sehingga penggunaan Plants for their Antityrosinase and
Antioxidant activities. International
whitening agent alami ini lebih aman
Journal of Pharm Tech Research, Vol.
dibandingkan dengan produk whitening 3(2): 1107-1112.
8. Kim, Y.J.; Uyama, H; 2005. Tirosinase
agent sintetik.
inhibitors from natural and synthetic
UCAPAN TERIMA KASIH sources: Structure, inhibition
mechanism and perspective for the
Ucapan terima kasih penulis kepada dosen
future. Cell Mol. Life Sci., 62, 1707–
pembimbing, Dr. Yasmiwar Susilawati, 1723.
9. Parvez, S.; Kang, M.; Chung, H.S.; Bae,
M.Si., Apt dan dosen mata kuliah
H. 2007. Naturally occurring tirosinase
metodologi penelitian dan biostatistika, inhibitors: Mechanism and applications
in skin health, cosmetics and agriculture
Rizky Abdulah, Ph.D, Apt. Serta keluarga
industries. Phytother. Res., 21, 805–
dan sahabat. 816.
10. Chang, T.S. 2009. An updated
DAFTAR PUSTAKA
review of tirosinase inhibitors. Int. J.
Mol. Sci., 10: 2440 –2475.
1. Khan, M. T. 2012. Novel tyrosinase 11. Jin, Y.H.; Lee, S.J.; Chung, M.H.;
inhibitors from natural resources – their Park, J.H.; Park, Y.I.; Cho, T.H.; Lee,
computational studies. Curr Med S.K. 1999. Aloesin and arbutin inhibit
Chem., Vol. 19(14): 2262-72. tirosinase activity in a synergistic
2. Smit, Nico; Vicanova, Jana; Stan Pavel. manner via a different action
2009. The Hunt for Natural Skin mechanism. Arch. Pharm. Res., 22:
Whitening Agent. International Journal 232–236.
of Molecular Science., Vol 10, 5326- 12. Arung, Enos Tangke., I. W.
5349. Kusuma, Y. M. Iskandar, S. Yasutake,
3. Batubara, I., et-al. 2010. Potency of K. Shimizu, dan R. Kondo. 2005.
Indonesian Medicinal Plants as Screening of Indonesian Plants for
605

Tirosinase Inhibitory Activity. J. Wood Penghambatan Tirosinase serta Uji


Sci., 51: 520-525. Manfaat Gel Ekstrak Kulit Batang Taya
13. Arung, E. T., Shimizu, K., Kondo, (Nauclea subdita) terhadap Kulit.
R. 2011. Artocarpus plants as a Jurnal Kefarmasian Indonesia, Vol. 6,
potential source of skin whitening No. 2: 98-107.
agents. Nat. Prod. Commun., 6 (9): 19. Kang, H.S., Kim, H.R., Byun, D.S.,
1397-1402. Son, B.W., Nam, T.J., Choi, J.S. 2004.
14. Zheng, Zong-Ping., Ka-Wing Tyrosinase inhibitors isolated from the
Cheng, James Tsz-Kin To, Haitao Li, edible brown alga Ecklonia stolonifera.
dan Mingfu Wang. 2008. Isolation of Arch. Pham. Res., Vol. 27: 1226-1232.
Tirosinase Inhibitors from Artocarpus 20. Chiari, M. E.,Vera, D. M., Palacios,
heterophyllus and use of its extract as S. M., Carpinella, M. C. 2011.
Antibrowning Agent. Mol. Nutr. Food Tyrosinase inhibitory activity of a 6-
Res., 52: 1530-1538. isoprenoidsubstituted flavanone isolated
15. Nerya, Ohad., Jacob Vaya, from Dalea elegans. Bioorg. Med.
Ramadan Musa, Sarit Izrael, Ruth Ben- Chem., Vol. 19 No. 11: 3474-3482.
Arie, dan Snait Tamir. 2003. Glabrene 21. Jeong, S. H., Ryu, Y. B., Curtis-
and Isoliquiritigenin as Tyrosinase Long, M. J., Ryu, H. W., Baek, Y. S.,
Inhibitors from Licorice Roots. J. Agric. Kang, J. E., Lee, W.S., Park, K.H. 2009.
Food Chem. Vol 51. No. 5: 1201-1207. Tyrosinase Inhibitory Polyphenols from
16. Lee, Nan Kyoung., Kun Ho Son, Roots of Morus lhou. J. Agric. Food
et-al. 2004. Prenylated Flavonoids as Chem., Vol. 57: 1195-1203.
Tirosinase Inhibitors. Arch. Pharm. 22. Lihitwitayawuid, K., 2008.
Res., Vol 27, No 11: 1132-1135. Stilbenes with Tyrosinase inhibitory
17. Chan, Y. Y., Kim, K. H., Cheah, S. activity. Curr. Sci., Vol. 94: 44-52.
H., 2011. Inhibitory effects of 23. Leu, Y. L., Hwang, T. L., Hu, J.
Sargassum polycystum on tyrosinase W., Fang, J. Y. 2008. Anthraquinones
activity and melanin formation in from Polygonum cuspidatum as
B16F10 murine melanoma cells. J tyrosinase inhibitors for dermal use.
Ethnopharmacol., Vol. 137 (3): 1183- Phytotherapy Research, Vol. 22(4):
1188. 552-556
18. Charissa, Meiliana; dkk. 2016. Uji
Aktivitas Antioksidan dan

Anda mungkin juga menyukai