Anda di halaman 1dari 9

TUGAS I

FITOKIMIA
Dosen pengampu : Apt. Syariful Anam S.Si., M.Si., P.Hd.

"Meringkas aktivitas farmakologi yang dihasilkan dari senyawa-senyawa metabolit


sekunder"”

DISUSUN OLEH:

NAMA : JUNIAH

NIM : G 701 21 064

KELAS :C

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2022
1. Atropin

Obat ini berasal dari tanaman Atropa belladonna yang merupakan herba abadi yang
termasuk dalam famili Solanaceae. Atropa belladonna, umumnya dikenal sebagai
'nightshade yang mematikan' atau 'Belladonna' dikenal sangat beracun, dan nama Atropa
berasal dari “Atropos” dalam mitologi Yunani yang mengacu pada salah satu dari tiga
takdir yang memotong takdir kehidupan; dan Belladonna berarti "wanita cantik" dalam
bahasa Italia. Pada zaman Romawi kuno, ekstrak tanaman ini digunakan oleh wanita untuk
melebarkan pupil agar terlihat menarik dan juga dioleskan ke pipi untuk memberikan rona
merah muda pada kulit. Secara tradisional di Eropa, pada abad pertengahan tanaman ini
digunakan sebagai ramuan untuk mengobati berbagai penyakit, dan juga digunakan sebagai
racun karena toksisitasnya. Toksisitas disebabkan oleh alkaloid atropin, skopolamin dan
hyoscyamine yang diproduksi di dalam tanaman. Alkaloid yang ada di Atropa belladonna
memiliki efek antikolinergik beracun pada tubuh. Toksidrom antikolinergik mempengaruhi
sistem saraf pusat dan perifer, menyebabkan delirium akut, halusinasi, takikardia, mulut
kering, kulit memerah, muntah dan penglihatan kabur. Efek antikolinergik obat dan toksik
yang dihasilkan oleh Atropa belladonna alkaloid atropin, skopolamin dan hyoscyamine
pada sistem saraf pusat.

Alkaloid Atropa belladonna atropin dan skopolamin dikenal antagonis untuk reseptor
muskarinik. Mereka memblokir asetilkolin reseptor muskarinik, yang memainkan peran
penting dalam fungsi otak untuk belajar, memori dan orientasi. Dalam hal blokade
muskarinik, tidak adanya asetilkolin menyebabkan memori disfungsional, disorientasi dan
halusinasi. Tingkat pernapasan meningkat dan dalam beberapa kasus overdosis,
menyebabkan kegagalan pernapasan dan kardiovaskular.

Alkaloid Atropin bertindak sebagai antagonis muskarinik dan memblokir reseptor


muskarinik postganglionik parasimpatis. Atropin memiliki efek yang lebih kuat daripada
skopolamin dalam menghasilkan takikardia dan perubahan kardiovaskular, walaupun efek
perifer atropin dan skopolamin sama. Tanda-tanda efek perifer yang dimanifestasikan oleh
blok parasimpatis meliputi penurunan sekresi yang menyebabkan mulut kering, kulit
memerah, midriasis, muntah, konstipasi, retensi urin, demam, takikardia, dan hipertensi.

Di Eropa, melalui zaman kuno, tanaman dari tanaman nightshade yang mematikan
digunakan untuk mengobati berbagai penyakit saluran napas misalnya asap dari tanaman
yang terbakar dihirup untuk menghilangkan bronkokonstriksi. Atropa belladonna telah
digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan berbagai penyakit, baik dalam
pengobatan konvensional maupun tradisional. Meskipun ada banyak efek samping dan
kontradiksi Belladonna, kualitas obat yang berharga jauh melebihi bahaya efek samping
yang tidak diinginkan dan keracunan yang tidak disengaja. Tumbuhan ini tumbuh di alam
liar dan berasal dari Eropa, Afrika, dan Asia. Tingginya sekitar 4 hingga 5 kaki dan
memiliki dedaunan hijau tua lonjong tebal dengan buah beri hitam seperti ceri
membuatnya terlihat identik dengan blueberry dan menarik untuk dimakan. Ini juga
merupakan alasan umum keracunan setelah konsumsi buah beri ini pada orang dewasa dan
anak-anak. Keracunan ini disebabkan oleh alkaloid atropin, skopolamin dan hyoscyamine,
yang terdapat pada buah beri, daun dan akar.

2. Kafein

senyawa alkaloid kafein yang diperoleh dari tanaman Teh (Camellia sinensis) yang masuk
dalam famili Theaceae diyakini mempunyai manfaat kesehatan, yakni memiliki khasiat
sebagai anti inflamasi, anti oksidasi, anti alergi, dan anti obesitas. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa senyawa aktif yang terdapat pada teh juga dapat mencegah berbagai
penyakit, seperti mengurangi kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung berpotensi
sebagai antioksidan, dan dapat menjadi salah satu alternatif dalam menangani penyakit
infeksi bakteri.

Kafein memiliki efek farmakologi sebagai stimulan dari sistem saraf pusat dan
metabolisme, digunakan secara baik untuk pengobatan dalam mengurangi keletihan fisik
dan juga dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan sehingga rasa ngantuk dapat ditekan.
Kafein juga merangsang sistem saraf pusat dengan cara menaikkan tingkat kewaspadaan,
sehingga fikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi badan menjadi lebih baik.
Konsumsi kafein secara rutin dapat menyebabkan terjadinya toleransi. Tanda-tanda dan
gejala-gejala dari konsumsi kafein secara berlebihan antara lain kecemasan, insomnia,
wajah memerah, diuresis, gangguan saluran cerna, kejang otot, takikardia, aritmia,
peningkatan energi dan agitasi psikomotor. Kafein dapat berinteraksi dengan siprofloksasin
dimana mengakibatkan terjadinya penurunan metabolism hepatik kafein sehingga efek
farmakologi kafein dapat meningkat.

Teh mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder terutama bagian daun. Kandungan
kimia daun teh sangat bervariasi tergantung pada musim, kondisi tanah, perlakuan kultur
teknis, umur daun, dan banyaknya sinar matahari yang diterima (Pusat Penelitian Teh dan
Kina [PPTK], 2008). Berdasarkan proses pengolahnya terdapat beberapa jenis teh salah
satunya teh hitam. Teh hitam adalah jenis teh yang dibuat melalui proses pelayuan,
penggilingan, oksimatis dan pengeringan. Teh hitam memiliki kandungan kafein yang
lebih tinggi dibandingkan teh hijau (Rohdiana, 2015). Keberadaan alkaloid biasanya
sebagai garam organik dalam tumbuhan dalam bentuk senyawa padat berbentuk kristal dan
kebanyakan berwarna. Pada daun atau buah segar biasanya keberadaan memberikan rasa
pahit (Simbala, 2009). Kafein merupakan alkaloid putih dengan rumus senyawa kimia
C8H10N4O2, dan rumus bangun 1,3,7-trimethylxanthine.

3. Nipah

Nipah (nypa fruticans WURMB) merupakan tumbuhan yang termasuk famili Palmae dan
tumbuh di daerah pasang surut. bagian akar Nifah mengandung senyawa kimia aktif yang
dapat berfungsi sebagai bahan untuk pengobatan. Senyawa kimia aktif yang terkandung
dalam akar Nifah ini meliputi senyawa Alkaloid, Steroid, Triterpenoid, Flavonoid , dan
Tanin. Hasil yang telah ada didapat melalui pengamatan terhadap larutan uji terhadap
perubahan-perubahan yang terdapat selama pereaksian seperti adanya perubahan warna,
terdapatnya endapan, maupun timbulnya busa.

Senyawa kimia aktif yang terkandung dalam akar Nipah ini meliputi senyawa Alkaloid,
Steroid, Triterpenoid, Flavonoid , dan Tanin. Senyawa ini diperkirakan berkhasiat sebagai
analgetik. Adanya Senyawa alkaloid dalam pengamatan ini ditandai dengan terbentuknya
endapan berwarna putih pada larutan uji, senyawa ini juga memiliki efek farmakologis
seperti: Sebagai alat perangsang (stimulan) pada sistem syaraf autonom, Sebagai bahan
analgesic, sebagai bahan insektisida dan sebagai bahan anti kanker. Adanya Steroid
ditandai terjadinya perubahan warna menjadi warna hijau pada larutan senyawa ini
mengandung vitamin D yang sangat baik pertumbuhan maupun pembentukan tulang.
Adanya Senyawa Triterpenoid ditandai terjadinya perubahan warna menjadi kebiruan pada
larutan uji, senyawa ini berasa pahit dan memiliki berat molekul yang tinggi. Senyawa
Flavonoid ditandai terjadinya perubahan warna merah-orange pada larutan uji, senyawa ini
dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernapasan, menghambat reaksi oksidasi secara enzim/
nonenzim, bertindak sebagai penampung radikal hidroksil dan superoksidasi sehingga
melindungi lipid membran terhadap reaksi-reaksi yang masuk, gula yang terikat pada
flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air, Aktivitas antioksidan
flavonoid dapat menjelaskan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional
untuk mengobati gangguan fungsi hati. Tanin ditandai terjadinya perubahan warna menjadi
kehitaman pada larutan uji. Senyawa ini mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai
astringen, anti diare, anti bakteri dan anti oksidan.

Hutan nipah secara ekologis hidup alami pada formasi belakang hutan mangrove atau
rawarawa, pinggir sungai yang masih tergenang air payau atau daerah pasang
surut.penelitian terhadap pemanfaatan nipah juga masih sedikit dan masih terbatas pada
pemanfaatan secara sederhana misalnya daunnya sebagai bahan baku atap rumah dan nira
untuk pembuatan sumber pemanis baru.

4. Morfin

Morfin diperoleh dari pemurnian opium (candu) yaitu getah kering yang diperoleh dari
kulit buah muda tanaman Papaver somniferum. Selain morfin (9- 17%), dari getah opium
juga dapat diperoleh kodein (0,3-4%), tebain (0,2%), papaverin (1%), dan noskapin (2-
8%).

Morfin merupakan analgetika kuat yang bekerja secara sentral (di otak) dengan
meninggikan nilai ambang nyeri, mempengaruhi emosi (sehingga dapat merubah respon
pada nyeri) dan menimbulkan keadaan seperti tidur (sehingga tidak mudah terangsang
nyeri).

Papaver somniferum adalah sejenis tumbuhan berbunga di keluarga Papaveraceae.


Tumbuhan ini merupakan sumber bahan baku dari opium dan biji candu, serta merupakan
tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi di mana tumbuhan ini biasanya dikembangkan
di taman.

5. Kitolod

Kitolod (Isotoma longiflora) merupakan tanaman yang berasal dari Hindia Barat.
Tumbuhan liar ini biasanya tumbuh di pinggir saluran air atau sungai, sekitaran pagar,
pematang sawah, dan tempat-tempat lain yang terbuka dan lembab. Tumbuhan ini dapat
kita jumpai di daerah dataran rendah hingga di daerah dengan ketinggian 1.100 meter
diatas permukaan laut.

kitolod mengandung beberapa jenis metabolit sekunder seperti alkoloid, flavonoid, tanin,
saponin, terpenoid dan juga steroid kandungan metabolit sekunder ini memiliki efek
farmakologi seperti antikanker, anti-inflanmasi, antifungi, anti bakteri, anti oksidan, dan
juga mampu membantu mengobati glaukoma dan hiperlipidemia. Flavonoid menunjukan
aktivitas dalam penghambatan antitumor dan merupakan kandidat multidrug resistance-
reversing agent dalam kemoterapi kanker, Kandungan flavonoid dan polifenolyang
terdapat pada tanaman kitolod tersebut mempunyai aktivitas antiinflamasi sehingga dapat
menurunkan neovaskularisasi pada kornea yang terbentuk akibat paparan zat kimia basa
pada mata.

Kitolod (Isotoma longiflora) adalah tumbuhan yang mempunyai tinggi sekitar 60 cm,
bergetah putih dengan rasa yang tajam serta beracun, dan pangkal yang bercabang. Daun
dalam bentuk tunggal, duduk, helaian daun berbentuk lanset dengan ujung yang runcing,
pangkal yang menyempit, tepi daun bergerigi sampai melekuk, panjang daun sekitar 5-17
cm dengan lebar 2-3 cm, dan berwarna hijau. Bunga bentuk tunggal, tegak, bertangkai
panjang, keluar dari ketiak daun, dengan mahkota berbentuk bintang warna putih. Buah
dengan berbentuk kotak seperti lonceng, merunduk, merekah menjadi 2 ruang, dan berbiji
banyak. Cara perbanyakan bisa dilakukan dengan cara biji, stek batang, serta anakan.

6. Flavonoid

Muntingia calabura (Muntingiaceae) merupakan Jamaican cherry yang dikenal di


Indonesia sebagai Kersen atau Talok. Metabolit sekunder sebagai konstituen kimia telah
diisolasi dari daun, batang dan akar M. calabura. Flavonoid merupakan konstituen utama
penyusun metabolit sekunder dari tanaman ini. Kelompok flavonoid telah dilaporkan
memiliki efek farmakologi yang baik. Beberapa literatur melaporkan bioaktivitas M.
calabura sebagai antioksidan, antidiabetes, antimikroba, antikanker, anti-inflamasi dan
lain-lain.

M. calabura berasal dari bagian selatan Mexico, daerah tropis selatan Amerika, Antilles,
Trinidad dan St. Vincent. M. calabura secara luas dipelihara di daerah tropis seperti India
dan Asia selatan yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Taiwan. Di Indonesia, M. calabura
biasanya dikenal sebagai tanaman liar. Masyarakat di Indonesia biasanya mengkonsumsi
buah M. calabura secara langsung karena rasanya yang manis, namun M. calabura belum
dikenal secara luas sebagai obat tradisional. Sedangkan masyarakat Peru telah
menggunakan bagian bunga dan batang dari M. calabura sebagai antiseptik dan
mengurangi pembengkakan. Bagian daun yang telah direbus atau direndam dalam air,
digunakan untuk mengurangi radang perut, pembengkakan pada kelenjar prostat,
menurunkan sakit kepala dan demam. Selain itu, bagian batangnya juga dimanfaatkan
untuk mengurangi pembengkakan pada luka. Di Colombia, infusi dari bunga digunakan
sebagai obat penenang. Di Mexico, M. calabura digunakan sebagai pengobatan campak
dan sakit perut. Di Filipina, bagian bunga digunakan sebagai obat sakit kepala atau demam,
obat penenang, antispasmodik dan antidispeptik.

M. calabura merupakan spesies tanaman yang termasuk ke dalam kingdom Plantae; orde
Malvales; famili Muntingiaceace dan genus Muntingia L. Tanaman ini merupakan pohon
hijau yang tingginya mencapai 3–12 m. Tanaman ini terdiri atas bagian akar, batang, daun,
bunga dan buah yang tumbuh di sepanjang tahun. Bagian daun berbentuk lonjong-bulat,
menuju puncak semakin tajam, tepinya bergigi kecil dengan panjang 4–15 cm dan lebar 1–
6 cm. Bagian bunga berukuran kecil yaitu terdiri dari kelopak dengan diameter sekitar 1
cm dan jumlahnya sekitar 5 pasang. Bagian bunga terdiri dari banyak benang sari yang
menyebar dan kepala sari yang berwarna kuning. Sedangkan bagian buah berbentuk bulat
kecil dengan diameter sekitar 1,5 cm, berwarna hijau hingga merah pucat saat matang dan
tersebar banyak pada pohon.

7. Hesperidin

Kandungan kulit Citrus sinensis L. Osbc atau jeruk manis yang berfungsi sebagai
antimikroba adalah hesperidin. Hesperidin merupakan suatu bioflavonoid, flavanon
glikosida. Hesperidin adalah glikosida jenis flavanon yang terdapat pada kulit C.
sinensisdengan konsentrasi tinggi sebesar 1.000 - 5.000 mg/kg dan 5,2-6,2 mg/g pada kulit
keringnya. Hesperidin memiliki berbagai aktivitas farmakologis diantaranya antikanker,
antiinflamasi, antioksidan dan antimikroba. Hesperidin memiliki sifat antibakteri yang
spesifik terhadap bakteri yang dominan terdapat pada permukaan luka yaitu bakteri S.
aureus (Rahmawati, dkk., 2020).

Mekanisme hesperidin sebagai antihiperglikemik melalui meningkatkan sekresi insulin


pankreas dari sel pulau β dan meningkatkan transport glukosa darah ke jaringan periferal.
Mekanisme lainnya dengan menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan periferal,
menginhibisi produksi glukosa endogen atau dengan mengaktifkan glukoneogenesis pada
hati dan otot. Hesperidin memiliki efek menurunkan absorbsi glukosa intestinal sehingga
menurunkan kadar glukosa darah dengan melihat kemampuan perfusi (Barqy, 2021).

8. Thymoquinone

Jintan hitam merupakan salah satu tanaman herbal yang memiliki berbagai efek
farmakologis diantaranya yaitu sebagai antioksidan, antidiabetes, antialergi, antiinflamasi,
dan sebagai imunomodulator, sehingga jintan hitam (Nigella sativa) seringkali digunakan
sebagai obat herbal. Kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam jintan hitam
(Nigella sativa) antara lain yaitu thymoquinone dan thymohydroquinone. Tymoquinone
berfungsi sebagai anti alergi dan antiinflamasi dan juga dapat meningkatkan sistem imun
pada penderita asma. Sedangkan thymohidroquinone memiliki efek antibakterial terhadap
Staphylococcus aureus,Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli. Selain itu, dalam
sebuah penelitian biji jintan hitam juga dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans
dan Aspergillus.

Thimoquinone (salah satu senyawa aktif di dalam jintan hitam) dapat melemahkan reaksi
inflamasi yang ditimbulkan oleh sel mast dengan memblok transkripsi dan produksi TNFα
melalui modulasi faktor transkripsi proinflamatori NF-Kβ. Thymoquinone berperan
menurunkan sitokin-sitokin hasil produksi Th2 yaitu IL- 4, IL-5 dan IL-13 serta penurunan
IgE serum. Penurunan IL-4 dan IgE serum dapat mencegah respon inflamasi dan juga
edema mukosa. Senyawa yang terdapat di dalam jintan hitam juga berfungsi sebagai
imunomodulator dengan meningkatkan titer antibody yang terdapat di dalam tubuh
(Amanulloh dan Krisdayanti, 2019).

9. Xanton

Kandungan utama dari kulit buah manggis adalah mangostin. Mangostin dan turunannya
tergolong ke dalam senyawa xanton yang merupakan pigmen fenol kuning yang reaksi
warnanya dan gerakan kromatografinya serupa dengan flavonoid. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa
yang memiliki aktivitas farmakologi dan antioksidan. Senyawa tersebut diantaranya
flavonoid, tanin dan xanton.

Khasiat xanton antara lain sebagai anti-aging (membantu memperlambat penuaan), anti-
oksidan (menangkal radikal bebas), membantu menurunkan tekanan daran tinggi atau
hipertensi, modulator kekebalan tubuh (membantu meningkatkan respon kekebalan tubuh),
kardio-protektif (membantu melindungi jantung), mencegah osteoporosis, membantu
sistem pencernaan, memacu pertumbuhan sel darah merah, antivirus (membantu
menanggulangi infeksi antivirus), antibiotik (membantu menanggulangi infeksi bakteri),
membantu menurunkan berat badan, antiradang, antilesu, antitumor, hipoglikemik atau
antidiabetes, antilipidemik, antiatherosklerosis, antidepresan, anti-alzhemerian, antiartritis,
antipiretik, antidiare dan antineuralgik.

Yang paling utama terkandung dalam xanton ialah kandungan alfamangostin dan gamma-
mangostin. Alfa-mangostin adalah senyawa yang sangat berkhasiat dalam menekan
pembentukan senyawa karsinogen pada kolon. Selain alfamangostin, senyawa xanton juga
mengandung gamma-mangostin yang juga memiliki banyak manfaat dalam memberikan
proteksi atau melakukan upaya pencegahan terhadap serangan penyakit. Xanton
terprenilasi juga dapat menghambat proses oksidasi dari LDL tersebut. mangostin
dilaporkan menghambat poten terhadap HIV-1 protease. Senyawa xanton mangostin dari
kuliat buah manggis mampu penghambat pertumbuhan jamur patogenik: Fusarium
oxysporum vasinfectum, Alternaria tenuis, dan Dreschlera oryzae (Putri, 2015).

10. Piperine

Tanaman lada memiliki beberapa aktivitas antara lain antioksidan, antimutagenik,


antitumor, antiinflamasi, antihipertensi, antityroid juga memiliki efek hepatoprotective.
Hasil aktivitas antibakteri karena adanya kandungan senyawa-senyawa khususnya
kandungan piperin. Senyawa piperine yaitu senyawa yang dapat menstimulasi aliran saliva,
mempengaruhi peningkatan aktifitas buffer yang ada di dalam saliva sehingga pH saliva
juga akan meningkat dan membantu penyembuhan lesi karena memiliki sifat antipiretik,
analgesik, antifungi, dan antibakteri. Piperin memiliki khasiat sebagai antiinflamasi,
antimalaria, menurunkan berat badan, menurunkan demam, menetralkan racun bisa ular,
antiepilepsi, membantu meningkatkan penyerapan vitamin tertentu.

Piperin memiliki aktivitas sebagai antipiretik pada tikus, dan menunjukkan hasil yang
sebanding dengan indometasin sebagai obat standar. Piperine dapat bertindak sebagai
antipiretik dengan cara melalui penghambatan pembentukan prostaglandin (Fadilah, dkk.,
2021).
DAFTAR PUSTAKA

Amanulloh, M dan Krisdayanti, E. (2019). Jintan Hitam Sebagai Imunomodulator dan Anti
Inflamasi pada Pasien Asma. Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 1(1), 115-120.

Anggraini P. D. dan Fatmawati, S. (2019). Metabolit Sekunder dari Muntingia calabura


dan Bioaktivitasnya. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember, ALCHEMY
Jurnal Penelitian Kimia, Vol. 15(1) 2019, 57-78.

Fadilah, N. S., dkk. (2021). Aktivitas Antipiretik Dari Beberapa Senyawa Aktif. Jurnal
Buana Farma. 1(3), 14-20.

Indra, I. (2013). FARMAKOLOGI TRAMADOL. JURNAL KEDOKTERAN SYIAH


KUALA Volume 13 Nomor 1.

Permana, A., Difa, A. S., Nur A. N., Ruhdiana, T., Eka S. S., Nur L. I. I., Nabila A. A.,
Ahmad W. S. (2022). ARTIKEL REVIEW: FITOKIMIA DAN FARMAKOLOGI
TUMBUHAN KITOLOD (Isotoma longiflora Presi). Jurnal Buana Farma: Jurnal
Ilmiah Farmasi, Vol. 2, No. 3.

Putri, I. P. (2015). Effectivity of Xanthone of Mangosteen (Garcinia mangostana L.) Rind


as Anticancer. Jurnal Majority. 4(1), 33-38.

Radam, R. R dan Purnamasari, E. (2016). Phytochemical test Roots On Chemical


Compounds Nipah (Nypa fruticans Wurmb) Plants As Medicine In South Kalimantan.
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1.

Rahmawati, N. F., dkk. (2020). Gel Hesperidin dari Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis L.
Osbc) untuk Pengobatan Ulkus Diabetikum. Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian
Mahasiswa. 4(1), 138-146.

Rajput, H. (2013). Effects of Atropa belladonna as an Anti-Cholinergic. Canada: Essence


Natural Health Clinic 1:1.

Wilantari, P. D., Putri, N. R. A., Putra, D. G. P., Nugraha, I. G. A. A. K., Syawalistianah,


Prawitasari, D.N.D ., Samirana, P. O. (2018). Isolasi Kafein Dengan Metode
Sublimasi dari Fraksi Etil Asetat Serbuk Daun Teh Hitam (Camelia sinensis). Jurnal
Farmasi Udayana, Vol 7, No 2, 53-62.

Anda mungkin juga menyukai