Anda di halaman 1dari 11

A.

PENDAHULUAN
Hubungan Morfologi Tumbuhan & Anatomi Tumbuhan dengan ilmu farmasi
 Pada analisis fitokimia, identitas botani tumbuhan harus dibuktikan keasliannya pada
tahap tertentu dalam pemeriksaan.
 Penentuan identitas bahan tumbuhan merupakan hal yang penting apabila kita melaporkan
penemuan senyawa baru dari suatu tumbuhan , atau senyawa yang sudah dikenal tetapi
berasal dari sumber tumbuhan yang baru.
 Identitas suatu bahan tumbuhan haruslah tidak dapat diragukan lagi kebenarannya (kalau
perlu ada bantuan dari ahli taksonomi untuk menentukan identitasnya).
 Untuk membedakan tumbuhan yang satu dari tumbuhan yang lainnya, dan untuk
menunjukkan ciri-ciri khas dari spesies/genus/familia dari tumbuhan yang bersangkutan
dipergunakan istilah-istilah morfologi yang diajarkan pada pelajaran Morfologi
Tumbuhan.
 Kadang-kadang ciri khas tumbuhan perlu diperjelas dengan adanya sel atau jaringan khas,
dan untuk itu pengetahuan tentang Anatomi Tumbuhan akan berperan di sini.
 Klasifikasi tumbuhan berdasarkan ciri morfologis ternyata tidak selalu mudah dilakukan,
misalnya pada familia Compositae (Asteraceae) (bunga Seruni, Dahlia, dsb) banyak
tanaman yang ciri-ciri morfologinya sangat sulit dibedakan satu sama lain, sehingga
penentuan takson yang semata-mata berdasarkan morfologi tumbuhan tidak bersifat final.
 Untuk mengatasi hal ini dipergunakan pengetahuan tentang kandungan kimia pada
tumbuhan. Klasifikasi yang didasarkan pada kandungan kimia ini disebut
Kemotaksonomi (Chemotaxonomy) [chemistry = kimia]

 Kurkumin
 diasetilafzelin
 Sineol
 Dipenten
 Limonen
 Kariofilen
 Ar-kurkumen
 Kadinen
 Kariofilenoksid
 Humulen epoksid I,II,II
 Humulenol I,II
 Heksahidrohumulenol II
 Heksa hidrohumulenon
 Zerumbonoksid
 Kamfen
 Humulen
 zerumbon
 Kurkumin
 diasetilafzelin
 Sineol
 Dipenten
 Limonen
 Kariofilen
 Ar-kurkumen
 Kadinen
 Kariofilenoksid
 Humulen epoksid I,II,II
 Humulenol I,II
 Heksahidrohumulenol II
 Heksa hidrohumulenon
 Zerumbonoksid
 Kamfen
 Humulen
 zerumbon

 Isokurkumenol  Kariofilen oksida


 Eudesmol  Eudesmol
 Humuladion  Turmeron
 Kurdion  Kurkuminoid
 Kurkumenol  Kurkumin
 Kurmanolida  Bisdesmetoksikurkumin
 Dihidrokurdion
 Kurkumenon
 Sineol
 Limonen
 Kamfor
 Borneol
 Seksuiterpen
 Guajene

 Kurkumin  Elemol
 Desmetoksikurkumin  Germakron
 Kurdiopinen  Isokurkumenol
 Kamfen  Eudesmol
 Sineol  Humuladion
 Kamfen  Kurkumenol
 Pinen  Kurmanolida
 Kamfer  Dihidrokurdion
 Isoborneol  kurkumenon
 borneol,
 Kariofilen
 Guryunen
 Kadinen
B. TATANAMA TUMBUHAN
Tatanama tumbuhan → diatur oleh International Code of Botanical Nomenclature
(ICBN) (= Kode Internasional Tatanama Tumbuhan) yang diterbitkan oleh International
Association of Plant Taxonomy (IAPT) (=Asosiasi Taksonomi Tumbuhan Internasional).
Kode (undang-undang) ini direvisi setelah adanya perubahan-perubahan pada tiap-tiap
Kongres Botani Internasional.
Tatanama hewan → diatur oleh International Code of Zoological Nomenclature (ICZN)
(= Kode Tatanama Hewan Internasional).
Tatanama bakteri → diatur dengan International Code for Nomenclature of Bacteria
(ICNB) (= Kode Tatanama Bakteri Internasional).
Tatanama tanaman budidaya → diatur oleh International Code of Nomenclature for
Cultivated Plants (ICNCP) (= KodeTatanama Tanaman Budidaya), yang secara luas
didasarkan pada ICBN dengan beberapa ketentuan-ketentuan tambahan..

C. KEBUTUHAN AKAN NAMA-NAMA ILMIAH


Nama ilmiah yang dirumuskan dalam bahasa Latin lebih disukai daripada nama umum atau
nama daerah karena nama umum & nama daerah sering menimbulkan sejumlah
permasalahan, yaitu:
1. Nama daerah tidak tersedia untuk semua spesies yang dikenal oleh manusia.
2. Nama daerah terbatas dalam pemakaiannya dan hanya bisa diterapkan pada satu atau
beberapa bahasa saja, tidak universal dalam aplikasi.
3. Nama daerah biasanya tidak menyediakan informasi yang menunjukkan hubungan familia
atau genus.
Contoh:
• Mawar → adalah milik genus Rosa & familia Rosaceae tetapi namanya tidak
menunjukkan bahwa dia termasuk genus Rosa dan familia Rosaceceae,
• Kangkung → adalah anggota dari genus Ipomoea & familia Convovulaceae tetapi
namanya tidak menunjukkan bahwa dia termasuk genus Ipomoea & familia
Convovulaceae
4. Seringkali pada tumbuh-tumbuhan yang terdistribusi luas, mempunyai beberapa nama
daerah (nama biasa) untuk spesies yang sama dalam bahasa yang sama pada tempat-
tempat yang berbeda atau sama.
Contoh:
• Cornflower
semuanya adalah nama biasa
Blue Bottle
untuk spesies yang sama
Bachelor’s Button
Centaurea cyanus.
Ragged Robin
• Pisang adalah nama biasa untuk spesies
Gedang yang sama Musa paradisiaca.
4. Seringkali dua atau lebih spesies tidak berkerabat diketahui mempunyai nama umum yang
sama. Misalnya: Bachelor’ button adalah sebagai Tanacetum vulgare, Knautia arvensis
atau Centaurea cyanus. Cockscomb dengan cara yang sama mempunyai nama umum
yang sama bagi Celosia cristata tetapi adalah juga dipakai untuk ganggang laut
Plocamium coccinium atau untuk Rhinantus minor.
5. Seringkali dua atau lebih spesies yang tidak berkerabat diketahui mempunyai nama umum
(nama biasa) yang sama. Misal:
 Bachelor’ button → adalah nama biasa bagi Tanacetum vulgare, Knautia arvensis &
Centaurea cyanus.
 Cockscomb → adalah nama biasa bagi Celosia cristata, ganggang laut Plocamium
coccinium & Rhinantus minor.
D.SEJARAH TATANAMA TUMBUHAN
1. Selama beberapa abad nama tumbuhan nampaknya menggunakan sistem polynomial,
yaitu menggunakan kombinasi kata-kata deskriptif yang panjang sehingga seringkali sulit
untuk diingat.
Contoh:
Salah satu spesies dari pohon willow dinamai Salix pumila angustifolia altera oleh Clusius
dalam buku herbal (1583)-nya.
2. Casper Bauhin (1623) memperkenalkan konsep tatanama binomial pada nama suatu
spesies yang terdiri atas 2 bagian, nama:
nama pertama adalah nama dari genus yang dimilikinya dan nama kedua adalah specific
epitheton (penunjuk jenis).
Contoh:
Bawang dinamai Alium cepa,
Alium → adalah nama genus-nya
cepa → adalah specific epitheton-nya
• Tetapi Bauhin tidak menggunakan tatanama binomial untuk semua spesies, sedangkan
Carolus Linnaeus menetapkan sistim penamaan ini dengan teguh dalam Spesies
plantarum (1753)-nya.
• Awalnya aturan-aturan tentang tatanama tetap diteruskan oleh Linnaeus dalam Critica
Botanica (1737)-nya dan selanjutnya diperkuat di dalam Philosophica Botanica (1751).
• A.P. de Candolle di dalam Theorie Elementaire de la Botanique-nya (1813)
memberikan instruksi-instruksi jelas mengenai prosedur tatanama, yang beberapa diambil
dari Linnaeus.
• Steudel dalam Nomenclator Botanique (1821) menyediakan nama-nama Latin bagi
semua tanaman berbunga yang dikenal oleh penulis bersama-sama sinonim-sinonimnya
• Upaya terorganisir pertama dilakukan oleh Candolle de Alphonse yang mengedarkan
salinan naskahnya Lois de la Nomenclature Botanique dan setelah musyawarah dari
Konggres Internasional Pertama (1867) di Paris, Kode (undang-undang) Paris itu,
(dikenal juga sebagai ' aturan de Candolle’) disetujui. Linnaeus (1753) dijadikan titik awal
bagi tatanama tumbuhan dan dijadikan asas aturan prioritasnya.
• Tidak puas dengan Paris Kode (undang-undang), ahli tumbuhan Amerika secara terpisah,
menyetujui Rochester Code (1892) yang memperkenalkan konsep dari tipe-tipe, aplikasi
tegas dari aturan tentang prioritas sekalipun namanya adalah satu tautonim [specific
epitheton (penunjuk jenis) mengulangi nama genus, contoh Malus malus).
• Kode (undang-undang) Paris itu digantikan oleh Kode (undang-undang) Vienna (1905)
yang menetapkan Spesies Plantarum (1753) dari Linnaeus sebagai titik awalnya,
tautonim tidak diterima dan diagnosis berbahasaLatin dijadikan sebagai hal yang pokok
bagi species baru. Sebagai tambahan, daftar nama genus yang dilestarikan (Nomina
generic conservanda) disetujui.
• Tidak terpuaskan dengan Kode (undang-undang) Vienna juga, penganut-penganut dari
Kode (undang-undang) Rochester menyetujui (1907) Kode (undang-undang)
Amerika yang tidak menerima daftar nama-nama yang dilestarikan dan persyaratan bagi
diagnosis berbahasa Latin.
• Tidak sampai Konggres Botani Internasional ke-5 di Cambridge (1930) bahwa
perbedaan-perbedaan akhirnya dipecahkan dan disusun suatu Kode (undang-undang)
Internasional yang benar-benar matang, menerima konsep dari metoda tipe, menolak
tautonim-tautonim, menjadikan diagnosis berbahasa Latin diharuskan bagi golongan-
golongan baru dan disetujuinya nama-nama genus yang dilestarikan.
• Kode (undang-undang) ini sejak itu telah terus menerus diperbaiki pada setiap Konggres
Botani Internasional. Konggres Botani Internasional ke-15 diadakan di Tokyo pada 1993.
Kode (undang-undang) yang disetujui di Tokyo ini diterbitkan pada 1994.
• Penerbitan dari Kode (undang-undang) ini didasarkan pada realisasi (perwujudan) bahwa
botani memerlukan suatu sistem tatanama yang tepat dan sederhana yang digunakan oleh
ahli-ahli tumbuhan di semua negara. Kode (undang-undang) ini mengarah pada suatu
penetapan suatu metode penamaan golongan-golongan taksonomis yang stabil,
menghindari dan menolak penggunaan nama-nama yang mungkin menyebabkan
kesalahan atau kemenduaan arti atau menambah ilmu.pengetahuan ke dalam
kebingungan.
• Kode ini dibagi menjadi 3 bagian :
I. Prinsip-prinsip (dasar-dasar)
II. Aturan-aturan dan rekomendasi-rekomendasi (anjuran-anjuran)
III. Ketentuan-ketentuan untuk modifikasi Kode (Undang-undang)
 Sebagai tambahan, Kode (Undang-undang) ini memasukkan catatan-catatan tambahan
(lampiran) berikut :
I. Nama-nama hibrida
II. A Nomina familiarum algarum, fungorum et pteridophytorum conservanda et
rejicienda
II. B Nomina familiarum bryophytorum et spermatophytorum conservanda
III. A. Nomina generic conservanda et rejicienda
III. B. Nomina specifica conservanda et rejicienda
IV. Nomina utique rejicienda (B. Fungi, C. Bryophyta, E. Spermatophyta) [=nama-nama
yang bagaimanapun juga ditolak]
V. Opera utique oppressa [Hasil karya yang bagaimanapun juga disalahkan]
 Tiga catatan (lampiran) tambahan bermanfaat yang terakhir untuk pertama kalinya
dimasukkan di dalam Kode (Unda-undang) Tokyo. Yang pertama (III B) mencakup
nama-nama species yang dilestarikan dan ditolak; yang kedua (IV) nama-nama dan semua
kombinasi yang didasarkan pada nama-nama ini yang diputuskan sebagai ditolak
menurut Article (Pasal) 56, dan tidak ada satupun yang dipakai; dan yang terakhir (V)
daftar publikasi-publikasi (dan kategori akson-takson pada tempatnya) yang tidak
terpublikasi secara sah menurut Kode (Undang-undang) ini.

• Asas-asas membentuk dasar dari sistem tatanama botani. Ada 76 aturan-aturan utama
(diperkenalkan sebagai pasal-pasal) dan rekomendasi-rekomendasi.(anjuran-anjuran)
yang terkait. Tujuan (sasaran) dari aturan-aturan itu adalah untuk meletakkan tatanama
dari masa lampau menjadi tata tertib dan menyediakannya tata tertib bagi tata nama yang
akan datang; nama-nama bertentangan dengan aturan-aturan itu tidak dapat
dipertahankan.
• Rekomendasi-rekomendasi (anjuran-anjuran) dikaitkan dengan poin-poin tambahan, dan
dimaksudkan untuk keseragaman dan kejelasan. Nama-nama yang bertentangan dengan
rekomendasi-rekomendasi itu tidak dapat digunakan, dan oleh sebab itu ditolak, tetapi
mereka bukanlah contoh-contoh untuk diikuti. Conserved names (nama-nama yang
dilestarikan) mencakup nama-nama yang tidak memenuhi asas prioritas tetapi
diperbolehkan untuk digunakan.

ASAS-ASAS ICBN (KITT)


1. Tatanama tumbuhan adalah tidak terikat pada Tatanama Hewan. Kode ini berlaku sama
untuk nama-nama golongan-golongan taksonomi yang diperlakukan sebagai tumbuh-
tumbuhan atau yang bukan golongan-golongan ini mula-mula maka diperlakukan secara
asal mulanya ( untuk maksud Kode ini, ' tumbuhan-tumbuhan’ yang tidak termasuk
bakteri tetapi termasuk fungi).
2. Penerapan nama-nama golongan taxonomi ditetapkan dengan memakai tipe-tipe nama.
3. Tatanama gologan taksonomi didasarkan pada prioritas publikasi.
4. Masing-masing golongan taksonomi dengan lingkupan, posisi dan tingkatan tertentu
dapat menghasilkan hanya satu nama benar (correct name) yang sesuai dengan aturan-
aturan.
5. Nama ilmiah golongan-golongan taksonomi diperlakukan sebagai bahasa Latin, tanpa
memperhatikan asal usulnya.
4. Tatanama gologan taksonomi didasarkan pada prioritas publikasi.
5. Aturan-aturan tatanama adalah berlaku surut, kecuali jika dinyatakan dengan jelas
terbatas.
NAMA-NAMA TAKSON
• Takson (jamak: taksa) menunjukkan kepada suatu golongan taksonomi yang memiliki
tingkatan manapun.
• Sistem tatanama menyediakan suatu pengaturan hirarkis dari tingkatan-tingkatan.
• Setiap tumbuhan diperlakukan sebagai memiliki sejumlah takson-takson, masing-masing
menempati suatu tingkatan tertentu. Contoh: bawang memiliki takson Allium cepa
(tingkatan spesies), Allium (tingkatan genus), Liliaceae (tingkatan familia) dan
seterusnya.
• Akhiran dari nama itu menunjukkan tingkatannya:
akhiran -phyta →menunjukkan suatu divisio,
akhiran -phytina →menunjukkan suatu subdivisio,
akhiran -opsida →menunjukkan suatu class,
akhiran -opsidae atau -idae →menunjukkan suatu subclass,
akhiran -ales →menunjukkan suatu ordo,
akhiran -ineae→ menunjukkan suatu subordo
akhiran -aceae→ menunjukkan suatu familia.
Hirarki terperinci dari tingkatan-tingkatan dan akhiran-akhiran dengan contoh-contohnya
diberikan pada Tabel

• Akhiran-akhiran untuk tingkatan subclass dan di atasnya adalah anjuran-anjuran,


sedangkan untuk ordo dan di bawah ini adalah aturan-aturan wajib. Nama dari familia
berakhiran -aceae, tetapi ada 8 familia dari angiospermae mempunyai nama-nama
asalnya tidak sesuai dengan aturan-aturan telah diperbolehkan karena pemakaian nama
tradisional lama. Daftar familia-familia ini bersama dengan nama-nama penggantinya
(yang sesuai dengan aturan-aturan dan yang perlu untuk dianjurkan) diberikan di bawah
ini :
• Menurut perkecualian yang unik untuk pasal 52 Kode nama Leguminosae itu
diperbolehkan hanya sepanjang ini mencakup kesemua 3 subfamilia ini : Papilionoideae,
Caesalpinioideae dan Mimosoideae. Jika seandainya subfamilia-subfamilia ini diupgrade
sebagai familia-familia, maka nama Papilionaceae kemudian dilestarikan terhadap
Leguminosae untuk yang pertama dari semua ini. Dua nama lain yang diijinkan kemudian
adalah Papilionaceae dan Fabaceae.
Genus
• Nama genus adalah suatu kata bentuk tunggal uninomial yang diperlakukan sebagai suatu
kata benda.
• Genus mungkin mempunyai bentuk masculine (laki-laki), netral atau feminine
(perempuan) sebagaimana ditunjukkan oleh akhiran:
-us, -pogon→ biasanya berlaku sebagai genus laki-laki,
-um →untuk netral, dan
-a, -is →untuk genus perempuan.
 Huruf pertama dari nama genus itu adalah selalu ditulis dengan huruf besar.
• Nama ini boleh didasarkan pada sumber manapun, tetapi sumber-sumber yang umum
untuk nama genus adalah sebagaiman di bawah ini:
1. Perhormatan bagi seseorang seperti Linnaea bagi Linnaeus, Bauhinia bagi Bauhin,
Victoria untuk Ratu Victoria dari Inggris, Zinobia untuk Ratu Zenobia dari Palmyra, dan
Moltkia untuk Pangeran Moltke dari Denmark. Nama-nama untuk memperingati
seseorang itu, laki-laki atau wanita selalu mengambil bentuk yang feminine (perempuan).
2. Didasarkan pada suatu tempat seperti Araucaria untuk Arauco yang suatu provinsi
dari Chili, Arabis untuk Arabia (Negara Arab), dan Sibiraea untuk Siberia.
3. Didasarkan pada suatu karakter (sifat) yang penting seperti kayu kuning pada
Zanthoxylon, daun-daun berbentuk seperti hati pada Hepatica, tempat tumbuhnya berawa
pada Hygrophila, dan buahnya berduri pada Acanthospermum.
4. Nama penduduk asli yang diambil secara langsung dari bahasa selain bahasa Latin tanpa
perubahan pada akhirannya. Narcissus adalah nama yang berasal dari bahasa Yunani
untuk bunga bakung, Ginkgo adalah suatu nama yang berasal dari Cina, Vanda berasal
dari bahasa Sansekerta, dan Sasa suatu nama yang berasal dari Jepang.
5. Nama genus dari pohon, apapun akhirannya, mengambil bentuk yang feminin karena
pohon biasanya adalah feminin dalam bahasa Latin klasik. Dengan demikian, Pinus,
Quercus, dan Prunus semuanya adalah genus feminin.
6. Jika dua kata digunakan untuk membentuk suatu nama genus, ini harus dihubungkan
dengan tanda penghubung.
Hibiscus rosa-sinensis
Species
• Nama spesies adalah suatu binomial: terdiri dari 2 kata, nama genus yang diikuti oleh
specific epitheton.
• Kode ini menganjurkan bahwa semua specific epitheton harus dimulai dengan huruf awal
huruf kecil.
• Specific epitheton dapat diperoleh dari sumber manapun atau disusun secara sembarang.
Sumber-sumber berikut ini adalah yang biasa digunakan :
1. Nama dari seseorang. Specific epitheton dinamai setelah seseorang mungkin membawa
bentuk kata jenis kelamin (kepunyaan) atau kata sifat:
• Apabila digunakan dalam bentuk jenis kelamin, epithetonnya mengambil bentuknya
tergantung pada akhiran dari nama orang.
 nama-nama yang berakhiran huruf hidup (vokal) atau –er , →maka ditambahkan huruf –i
ke nama orangnya ;
 tetapi jika berakhiran huruf mati (konsonan), → maka ditambahkan -ii ; dan
 jika nama berakhiran -a ,→ maka ditambahkan –e.
 Bagi nama-nama orang yang telah di-Latin-kan (misal: Linnaeus), →maka akhiran
bahasa Latinnya (dalam hal ini –us) harus dihilangkan sebelum penambahan akhiran
genitive (jenis kelamin) yang sesuai. Specific epitheton-specific epitheton dalam bentuk
genitive (jenis kelamin) tidak berkaitan dengan gender (jenis kelamin) dari genus.
Contoh-contoh penjelasannya terdaftar di bawah ini:

 harus dihilangkan sebelum penambahan akhiran genitive (jenis kelamin) yang sesuai.
Specific epitheton-specific epitheton dalam bentuk genitive (jenis kelamin) tidak
berkaitan dengan gender (jenis kelamin) dari genus. Contoh-contoh penjelasannya
terdaftar di bawah ini:

• Ketika digunakan dalam bentuk kata sifat epitheton ini mengambil akhirannya dari gender
(jenis kelamin) genus setelah penambahan –ian ke nama orangnya. Contoh-contoh
penjelasannya diberikan di bawah ini:
2. Tempat. Specific epitheton dapat dengan cara yang sama dibentuk dengan menggunakan
nama tempat sebagai kata sifat, apabila genusnya itu menentukan lagi akhirannya setelah
penambahan -ian atau -ic dan kemudian jenis kelamin nya yang relevan berakhiran
sebagaimana ditentukan oleh genusnya. Situasi yang berbeda digambarkan di bawah ini:

• Specific epitheton juga dibentuk dengan menambahkan -ensis ke nama tempat. (untuk
genus maskulin dan feminin, misal: Hedera nepalensis, Rubus canadensis); atau -ense
(untuk genus bersifat netral, contoh Ligustrum nepalense).
3. Karakter. Specific epitheton-specific epitheton yang didasarkan pada sifat (karakter)
species adalah selalu dalam bentuk kata sifat dan memperoleh gender (jenis kelamin)-nya
dari genus. Nama yang didasarkan pada bagian tanaman yang putih dapat mengambil
bentuk alba (Rosa alba), album (Chenopodium album) atau albus (Maltotus albus).
 Epitheton biasa digunakan untuk tumbuh-tumbuhan dibudidayakan boleh dengan cara
yang sama mengambil bentuk sativa (Oryza sativa), sativum (Allium sativum), atau
sativus (Lathyrus sativus) tergantung pada gender (jenis kelamin) genusnya terhadap
epitheton yang mana yang ditentukan (ditetapkan).
 Tetapi beberapa epitheton, seperti bicolor (berwarna 2) dan repens (merayap) tetap tanpa
perubahan, misalnya Ranunculus repens, Ludwigia repens, dan Trifolium repens.
 dan repens (merayap) tetap tanpa perubahan, misalnya Ranunculus repens, Ludwigia
repens, dan Trifolium repens.

4. Kata benda dalam keterangan tambahan. Specific epitheton kadang-kadang dapat


sebagai kata benda dalam keterangan tambahan yang membawa gender (jenis kelamin)-
nya sendiri, dan biasanya di dalam hal nominative (penunjukan). Binomial Pyrus malus
didasarkan pada nama bahasa Yunani malus bagi buah apel biasa. Pada Allium cepa,
dengan cara yang sama, cepa adalah nama bahasa Latin untuk bawang.
 Baik nama genus maupun specific epitheton digarisbawahi ketika ditulis atau diketik
dengan mesin ketik. Jika diprint, mereka dcetak miring atau dicetak tebal. Setelah nama
genus dalam suatu spesies telah diuraikan secara terperinci sedikitnya sekali, jika
digunakan untuk spesies lain boleh diperpendek dengan awal huruf besar, contoh
Quercus dilatata, Q. suber, Q. ilex, dll. Specific epitheton biasanya satu kata tetapi jika
terdiri atas 2 kata maka ini harus dihubungkan dengan garis penghubung seperti pada
Capsella bursa-pastoris.

Anda mungkin juga menyukai