Anda di halaman 1dari 82

KIMIA MEDISINAL

KELOMPOK 2
1.FERA RATNA SARI
2.INDAH LESTARI
3.MITHA OKTARIA
4.ROSIATI PURNAMA SARI
5.RYAN HARRI WIJAYA
HUBUNGAN STRUKTUR-AKTIFITAS OBAT
ANTI KANKER

DISUSUN OLEH : FERA RATNA


SARI
 Obat anti kanker adalah senyawa kemoterapetik yang digunakan untuk pengobatan tumor yang
membahayakan kehidupan (kanker). Dan sering dinamakan
 Sitotoksik
 Sitostatik
 Antineoplasma
 Kanker (malignant tumor) adalah istilah umum untuk menunjukan adanya pertumbuhan tidak
normal dari masa atau jaringan yang tidak membahayakan kehidupan
Terbentuknya tumor = mutasi pada biosintesis kekeliruan urutan ADN adisi dan integrasi
bahan genetik perubahan ekspresi genetik
Penyebab kanker (karsinogen)
 Senyawa kimia hidrokarbon polisiklik aromatik
 Benzo(a)piren
 Amin aromatik
 2-naftilamin
 Zat warna azo
 Aflatoksin
 Dialkilnitrosamin
 Safrol
 Sikasin
 Alkolida pirolisidin
 b-asron
 Radiasi senyawa radioaktif
 Sinar ultra-fiolet
 Sinar x
 Tumor berdasarkan lokasinya
 Karsinoma (pada jaringan kelenjar)
 Sarkoma (pada jaringan penghubung)
 Limfoma (pada ganglia limfatik)
 Leukimia (pada sel darah)
 Pengobatan kanker
 Pembedahan ,tumor padat yang terlokalisasi pada
 Karsinoma payudara
 Karsinoma kolorektal
 Radiasi,penunjang sesudah pembedahan dan pengobatan pada tumor
 Seminoma testikular
 Karsinoma nasofaring
 Kemoterapi ,tumor yang tidak terlokalisasi
 Leukimia
 Koriokarsinoma
 Multipel mieloma
 Penyakit hodgkin
 Limforma burkitt
 Endokrinoterapi,penggunaan hormon tertentu
 Karsinoma payudara
 Prostat
 Imunoterapi ,masih dalam penelitian
 Penyebab kegagalan dalam pengobatan kanker
 Perbedaan morfologi dan biokimia sel normal dengan sel kanker
 Tidak menimbulka respons imunologis
 Sel kanker cepat kebal terhadap obat anti kanker
 Belum ada cara ideal untuk memperkirakan kegunaan terapi obat antikanker
 Obat kanker yang bersifat menekan respon kekebalan (toksik)
 Fase Motorik (M) : Fase dimana terjadi pembelahan sel aktif dan
terbagi menjadi dua alternatif
 Menuju fase G1 dan memulai proses proliferasi;
 Masuk ke fase istrirahat (G0) dan kemampuan sel untuk
berproliferasi hilang dan meninggalkan siklus secara
takterpulihkan.
 Fase post mitotik (G1) : tidakn terjadi sintetis AND, tetapi terjadi
sintesis ARN dan protein. Pada akhir fase G1 terjadi sintesis ARN
optimum
 Fase sintetik (S) : terjadi replikasi AND sel
 Pase post sintetik (G2) : fase ini dimulai bila sel sudah menjadi
tetraploid dan mengandung dua AND, kemudian sintesis ARN dan
protein dilanjutkan. Selanjutnya sel kembali ke fase mitotik,
demikian seterusnya sehingga merupakan satu siklus.
Klorambusil (Leukeran )
oBekerja lebih lambat dengan efek samping yang lebih rendah dibanding turunan nitrogen mustar.
oUntuk pengobatan :
Leukimia limfositik kronik
Limfosarkoma
Karsinoma ovarium
Testikular
oAbsorpsi obat dalam saluran cerna ± 1,5 jam
oDosis oral :0,1-0,3 mg/kg bb/hari 3-6 minggu

Melfalan (Alkeran)
o sering digunakan untuk pengobatan
Mieloma
Adenokarsinoma
Ovarium
Kanker payudara
oDosisi oral :0,15-0,3 mg/kg bb/hari 4-6 hari

Ifosfamid (holxan)
oSering digunakan untuk pengobatan
karsinoma bronki
Pankreas
Payudara
Endometrial
Serviks dan ovarium
Tumor testis
Sarkoma jaringan lunak Dan limfoma
oDosis I.V. : 50-60 mg/kg bb/ hari selama 5 hari
1. Antibiotika antikanker
Beberapa antibiotika, yang mula-mula dikembangkan sebagai senyawa antibakteri teryata didapatkan
mempunyai efek sitotoksik tinggi.Efek samping tersebut dievaluasi dan kemudian dikembangkan
menjadi obat-obat kanker pada umumnya antibiotika antikanker sukar diabsorbsi padaran cerna
sehingga diberikan melalui parenteral.
contoh: mitosin ,daktonomisin ,daunorubisin, doksorubisin, plikamisin,bleomisin, dan mitramisin.
a. Mitomisin c, didapat dari kultur streptomyces caespitolus dan s.berticillatus.
Mekanisme kerja sebagai sebagai anti kanker adalah dengan corss linking complengmentari DNA-
strands sehingga menghambat sintesis ADN.
b. Daktinomisin, diisolasi dari kultur strep tomiyces chrysomalus, s.parvulus dan S.antibioticus.
Daktinomisin mempunyai gugus kromofor aktinosin yang dapat mengintkalasi melalui interaksi
ali muatan, gugus guanin dari pasangan guanin-sitosin dobel heliks AND.
c. Turunan antrasiklin, seperti doksurobisin ,epirubisin,idarubisin dan daunorubisin, didapat
kultur streptomyces peucetius bekerj sebagai anti kanker dengan menghambat proses replikasi
dan transkripsi AND.
d. Plikamisin (mitracin,mitramycin), didapat dari kultur-mstreptomycis plicatus
,S.tanashiensis dan S.argillaceus. Mekanisme kerjanya dengan menghambat DNA-dependent
RNA nukleo tidiltransferase sehingga menghambat sintesis AND dan ARN.
e. Bleomisin (bleocin), adalah campuran glikopeptida yang diisolasi dari kultur-streptomyces
D.Hormon
• contoh hormon dan anti hormon yangdigunakan sebagai anti kanker adalah
1.Hormon androgen
2.Hormon estrogen
3.Hormon progestin
4.Glukokortikoid
5.Anti estrogen
6.Anti androgen

• Mekanisme kerja hormon androgen ,progesti, estrogen dan hormon adrenokortikoid dengan mengikat, secara khas
reseptor pada sitoplasma dan mengubah struktuk reseptor
• Contoh
1.Tamoksifen sitrat (novaldex,tamofen,tadex)
2.Flutamid (fugerel)
3.Magestrol asetat (megace)

E.GOLONGAN LAIN-LAIN
1. Mitotan adalah antikanker dgn mekanisme kerja yg belum diketahui secara pasti,tetapi menimbulkan efek
sitoksik,selektif pada sel kortek ardrenalis dan secara efektif merusak mitokrondia, menyebabkan kematian sel dan
antropi kelenjar
2.L-asparaginase adalah ezim yg diisolasi dari Escherichia coli.
3.Sisplatinum (cisplatin,plantinol, platamin ). Adalah senyawa turunan plantinum (IV) Yg digunakn untuk pengobatan
kanker ovarian, testikular,kepala dan leher,karsinoma pda kandung kemih ,serviks,paru,isofagus,dan lambung serta
sarkoma osteogenik.
4.Hidroksiurea.
5.Mitosaktron HCL (Novantrone)
6.Asam klodronat di-na ( Ostac)
7.Goserelin asetat( zoladex)
8.Leuprolida
Hubungan Struktur Aktivitas
Obat Antihistamin
Oleh : Indah Lestari
NIM : 154820103014
Hubungan Struktur Aktivitas Obat
Antihistamin
Histamin adalah senyawa normal yang ada didalam jaringan tubuh, yaitu pada
jaringan sel mast dan peredaran basofil, yang berperan terhadap berbagai
proses fisiologis penting. Histamin dikeluarkan dari tempat pengikat ion pada
kompleks heparin-protein dalam sel mast sebagai hasil reaksi antige-antibodi,
bila ada rangsangan senyawa alergen.

Efek histamin :
1. merangsang sekresi asam lambung
2.mempercepat kerja jantung
3. menghambat kontraksi uterus
4. meningkatkan kontraksi otot polos bronkus dan usus
5. Vasodilatasi kapiler sehingga permeabel terhadap cairan dan plasma
protein sehingga menyebabkan sembab, gatal,dermatitis dan urtikaria
• Histamin dapat menimblkan efek bila berinteraksi dengan reseptor
histaminergik, yaitu reseptor H1,H2 dan H3. Interaksi histamin dengan
reseptor H1 menyebabkan kontraksi otot polos usus dan bronki
,meningkatkan permaebilitas vaskular dan meningkatkan sekresi mukus,
yang dihubungkan dengan cGMP dalam sel.

• Sedangkan interaksi histamin dengan resepto H2 dapat meningkatkan


sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam
lambung disebabkan oleh penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan
cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak
lambung efek ini di blok oleh antagonis –H2

• Sedangkan reseptor H3 adalah reseptor histamin yang baru ditemukan


pada tahun 1987 oleh seorang bernama arrang dan teman-temannya,
terletak pada ujung saraf jaringan otak dan jaringan perifer, yang
mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi lain dan
peradangan.
ANTI HISTAMIN
• Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan
kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan
bersaing pada sisi reseptor HI,H2, dan H3, berdasarkan hambatan pada
reseptorr khas antihistamin dibagi menjadi tiga :
* Antagonis H1, terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejala
akibat reaksi alergi
*Antagonis H2, digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung
pada pengobatan penderita tukak lambung
*Antagonis H3, sampai skrng belum digunakan untuk pengobatan, masih
dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam
pengaturan sistem kardovaskular, pengobatan alergi dan kelainan
mental
Antagonis sering juga disebut antihistamin klasik atau antihistamin H1 adalah
senyawa yang dalam kadar rendah dapat meghambat secara bersaing kerja
histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1 diklinik digunakan untuk
mengurangi gejala alergi krena musim atau cuaca, selain itu digunakan juga
sebagai antelmitik antiparkinson, batuk dan anastesi setempat.

Berdasarkan struktur kimianya antagonis H1 dibagi menjadi :


* Turunan eter aminoalkil
▫ Memiliki struktur umu : Ar(Ar-CH2)CH-OCH2-CH2-N(CH3)2
▫ Hubungan strktur dan aktivitas :
 Pemasukan gugus Cl,Br dan OCH3 pada posisi para cincin aromatik akan
meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping
 Pemasukan gugus CH3 pada posisi para cincin aromatik akan meningkatkan
aktivitas tetapi pemasukan pada posisi orto akan menghilangkan efek
antagonis H1 dan meningkatkan aktivitas antikolinergik
 Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktifitas antikolinergik yang
cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter
aminoalkohol, suatu senyawa pembloki kolinergik
• Turunan etilendiamin
• Struktur umum : Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi,
mekipun efek penekakn sistem saraf pusat dan iritasi lambung
cukup besar
• Fenbenzamin (mepiramin) merupakan antagonis H1 turunan
atilendiamin yang pertama kalii digunakan dalam klinik. Pengganti
isostrik gugus fenil dengan gugus 2-piridil, seperti pada tripelamin
dapat meningkatkan aktifitas dan menurunkan toksisitas.
Pemasukan gugus metoksi pada para ugus benzil tripelamin, seperti
pada Pirilamin akan meningkatkan aktivittas dan memperpanjang
masa kerja obat.
• * Turunan alkilamin
• Struktur umum : AR(AR’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
• Turunan alkilamin merupakan antihistamin dengan indeks terapetik(batas
keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang relatif rendah
• Contoh : feniramin maleat, bromfenalamin maleat, klorfeiramin maleat,
dekslorfeniramin maleat dan tripolidin HCl
* Turunan fenotiazin
Turunan ini selain memiliki efek antihistamin juga mempunyai aktivitas
transkuilizer dn antiemetik, secara umum pemasukan gugus halogen atau
CF3 pada posisi 2 dan perpanjang atom C rantai samping, misal etil
menjadi propil akan meningkatkan aktivitas transkuilizer dan menurunkan
efek antihistamin.
*Turunan lain-lain
1. Siproheptadin HCl, mempunyai efek antiserotonin, atimigrain,
perangsang nafsu makan, efekny terhadap sistem syaraf pusat
kkecil, seprotadin digunakan terutama untuk alergi kulit, tatapi
terkadang diguunakan sebagai perangang nafsu makan dengan
mekanisme kerja yang belum diketahui
2. Azetadin maleat , digunakan untuk alergi ulit, rinitis alergi
sistemik, azetadin merupakan isomer dari siproheptadin didpat
dengan cara meeduksi ikatan rangkap C10-C11
* Antagonis H1 generasi kedua
Antagonis H1 generasi pertama (antihistamin klasik) pada umumnya menimbulkan efek
samping sedasi dan mempunyai efek seperti senyawa kolinergik dan adrenergik yang tidak
diinginkan, oleh karena itu dikembangkan antagonis HI generasi kedua
Untuk menghilangkan atau meminimalkan efek sedasi maka senyawa harus mempunyai
kelarutan dalam lemak yang rendah pada ph fisiologis, dan bekerja terutama pada reseptor H1
ferrifer dibanding reseptor pusat, contoh senyawa yang mempunyai kriteria ini adalah :
• 1. terfenadin, efektif untuk pengobatan alergi rinitis musiman, pruritik, dan urtikaria
kronik
• 2. akrivastin, senyawa analoq tripolidin yang mempunyai lifopilitas lebih rendah
karena mengandung gugus asam akrilat. Penurunan lipopilitas menyebabkan darah
sulit menebus sawar darah otak sehingga tidak menimbulkan efek sedasi
• 3. astemizol, adalah antagonis H1 selektif yang kuat dan relatif tidak menimbulkanefek
penekan saraf pusat(sedasi)karena tidak mampu menembus sawar darah otak
• 4. loratadin, adalah antihistamiin trisiklikn turunn azetadin yang poten, efek sedasi
antikolinergiknya rendah digunakan untuk meringankan gejala alergi renitis,urtikaria
kronik dll
• 5. setirizin, adalahh turunan benzihidril piperazin yang menandung gugus etoksi
karboksilat , memiliki masa kerja panjang efek sadasinya rendah
Hubungan struktur-aktivitas senyawa
diuretika

Nama : mitha oktaria


Hubungan struktur-aktivitas senyawa diuretika

pengertian
diuretika dibagi
menjadi tujuh a. Diuretika osmotik
kelompok yaitu

Diuretika osmotik
Diuterika pembentuk Diuretika osmotik adalah
asam natriuretik dapat
Diuretika merkuri meningkatkan ekskresi
organik Natrium dan air. Efek samping
Diuretika penghambat diuretika osmotik yaitu
karbonik anhidrase gangguan keseimbangan
Diuretika turunan elektrolit,dehidrasi, mata
tiazida kabur, nyeri kepala dan
Diuretika hemat takikardia.
kaliaum Contoh :
Diuretika loop manitol,glukosa,sukrosa dan
urea.
Mekanisme terjadinya
b. Diuretika efek diuresis oleh
pembentuk asam amonium klorida melalui
reaksi

Diuretika pembentuk
asam adalah senyawa
anorganik yang dapat
menyebabkan urin bersifat
asam dan mempunyai efek
diuretik. Efek samping
yang ditimbulkan iritasi
lambung, penurunan nafsu
makan,mual, asidosis dan
ketidaknormalan fungsi
ginjal. Contoh : amonium
klorida, amonium nitrat
dan kalsium klorida
c. Diuretika
merkuri organik
Hubungan struktur-aktivitas

Diuretika merkuri
organik mempunyai R= gugus aromatik,heterosiklik atau alisiklik yang
rantai yang terdiri terikat pada rantai propil melalui gugus karbamoil.
dari 3 atom c dan Gugus R sangat menentukan distribusi dan kecepatan
satu atom Hg pada ekskresi diuretika.
salah satu ujung X= biasanya gugus metil,dapat pula gugus etil. Secara
rantai yang mengikat umum pengaruh gugus terhadap sifat senyawa adalah
gugus hidrofil kecil.
X= substituen yang bersifat hidrofil. Biasanya x adalah
gugus teofilin yang dapat menurunkan toksisitas
obat,mengurangi efek iritasi setempat,meningkatkan
kecepatan absorpsi dan juga mempunyai efek diuretik
( terjadi potensiasi )
D. DIURETIKA PENGHAMBAT KARBONIK
ANHIDRASE

Senyawa penghambat
karbonik anhidrase adalah
saluretik digunakan secara
luas untuk pengobatan
sembab yang ringan dan
moderat,sebelum dikemukan
diuretika turunan tiazida.
Efek samping yang di
timbulkan golongan ini
antara lain adalah gangguan
saluran cerna, menurunkan
nafsu
makan,parestesia,asidosis
sistemik,alkalinisasi urin
dan hipokalami
Hubungan struktur-aktivitas

1. Yang berperan terhadap aktivitas diuretika penghambat karbonik


anhidrase adalah gugus sulfamil bebas. Mono dan disubstitusi
pada gugus sulfamil akan menghilangkan aktivitas diuretik karena
pengikatan obat-reseptor menjadi lemah.
2. Pemasukkan gugus metil pada asetazolamid ( metazolamid ) dapat
meningkatkan aktivitas obat dan memperpanjang masa kerja obat.
Hal ini disebabkan karena metazolamid mempunyai kelarutan
dalam lemak lebih besar,absorpsi kembali pada tubulus menjadi
lebih baik dan afinitas terhadap enzim lebih besar. Metazolamid
mempunyai aktivitas diuretik ± 5 kali lebih besar di banding
asetazolamid.
3. Modifikasi yang lain dari struktur asetazolamid secara
umum akan menurunkan aktivitas dan perpanjangan
gugus alkil pada rantai asetil akan meninkatkan
toksisitas.
Contoh : asetazolamid, metazolamid, etokzolamid,dan
diklorfenamid
Diuretika turunan tiazida

Diuretik turunan tiazida mengandung


gugus sulfamil sehingga dapat
menghambat enzim karbonik anhidrase.
Juga diketahui bahwa efek saluretiknya
terjadi karena adanya pemblokan proses
pengangkutan aktif ion klorida dan
absorpsi kembali ion yang menyertainya
Mekanisme pada loop of Henle dengan mekanisme
kerja yang belum jelas kemungkinan karena
peran dari prostaglandin. Turunan tiazid
juga menghambat enzim karbonik
anhidrase di tubulus distalis tetapi
efeknya relatif lemah
Hubungan Struktur dan aktivitas
Hubungan struktur-aktivitas diuretika turunan
tiazida
Diuretika hemat kalium

MEKANISME
KERJA
DIURETIKA LOOP
HUBUNGAN STRUKTUR-AKTIVITAS
SENYAWA PENEKAN SISTEM SARAF PUSAT

NAMA : ROSIATI PURNAMA SARI


NIM : 154820103025
ANASTESIK SISTEMIK
Adalah senyawa yang dapat menekan aktivitas
fungsional sistem saraf pusat sehingga menyebabkan
hilangnya kesadaran, menimbulkan efek analgesik dan
relaksasi otot serta menurunkan aktivitas refleks.
Mekanisme kerja anastetika sistemik
Struktur kimia, sifat kimia fisika dan efek farmakologis
golongan ananstetika sistemik sangat bervariasi. Hal ini
menunjukkan bahwa anastetika sistemik menekan sistem
saraf pusat secara tidak selektif dan aktivitasnya lebih
ditentukan oleh sifat kimia fisika dan bukan oleh
interaksinya dengan reseptor yang khas.
Teori terjadinya efek anastesi sistemik dibagi dua, yaitu :
1. Teori fisik, dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Teori lemak
Overton dan Meyer (1899), memberikan tiga
postulat yang berhubungan dengan efek anestesi suatu
senyawa yang dikenal dengan teori lemak, sbg berikut :
1) Senyawa kimia yang tidak reaktif dan mudah larut
dalam lemak
2) Efek terlihat jelas terutama pada sel-sel yang banyak
mengandung lemak
3) Efisiensi anestesi atau hipnotik tergantung pada
koefisien partisi lemak/air atau distribusi senyawa
dalam fasa lemak dan fasa air jaringan
b. Teori Ukuran Molekul
Wulf dan Featherstone (1957), mengemukakan bahwa
beberapa bahan anastesi yang tidak reaktif dapat menimbulkan
efek anastesi sistemik karena ada hubungan yang mendasar
antara sifat molekul dengan efek penekanan sistem saraf pusat.
Wulf dan Featherstone menduga bahwa ada hubungan
antara tetapan volume molekul suatu senyawa dengan ada
tidaknya kemampuan untuk menimbulkan anestesi.

c. Teori Klatrat
Pauling (1961) mengemukakan suatu teori anestesi yang
penekanannya tidak pada fasa lemak sistem saraf pusat tetapi
pada fasa air yang dikenal dengan teori klatrat dan teori
air. Obat anestesi yang berupa gas atau larutan mudah
menguap dan bersifat inert, seperti xenon dan kloroform.
2. Teori Biokimia
Quastel (1963), menjelaskan mekanisme kerja anestetika sistemik
secara biokimia dengan memperkenalkan teori penghambatan oksidasi.
Pada percobaan in vitro terlihat bahwa senyawa anestetika sistemik
dapat menekan uptake oksigen diotak dengan cara menghambat
oksidasi koenzim NADH (nikotinamid-adenin-dinukleotida) menjadi
NADH+. Pencegahan proses oksidasi ini menimbulkan penekanan
fungsi siklus asam sitrat karena NAD+ terlibat dalam proses
dekarboksilasi oksidatif dalam siklus asam trikarboksilat (siklus kreb).
Berdasarkan cara pemberiannya anestetika sistemik dibagi menjadi
2 kelompok, yaitu :
a. Anestetika Inhalasi, senyawa yang dapat menimbulkan efek
anestesi, dan diberikan secara inhalasi. Mempunyai 2 keuntungan yaitu
: kedalaman anestesi dapat diubah dengan cepat dengan mengubah
kadar obat dan kemungkinan terjadinya depresi pernapasan sesudah
operasi kecil karena obat dieliminasi dengan cepat
Berdasarkan struktur kimianya anestetika inhalasi yang berupa cairan
mudah menguap dapat dibagi menjadi 2 kelompom yaitu :
1. Turunan eter
contoh : dietileter, vinil eter, enfluran, isofluran dan
metoksifluran

2. Turunan Hidrokarbon Terhalogenasi


contoh : kloroform (CHCL3), etil klorida (H3C-CH2CL), halotan
(F3C-CHCLBr) dan trifluorometanol (F3C-CH2-OH)
b. Anestetika Intravena, Senyawa ini menghilangkan kesadaran
secara cepat (awal kerja obat cepat), tetapi masa kerjanya juga
singkat sehingga untuk operasi yang memerlukan waktu lama
harus dikombinasi dengan anestetika sistemik lain. Berdasarkan
struktur kimianya anestetika intravena dibagi menjadi dua yaitu :
1. turunan barbiturat
mempunyai masa kerja sangat pendek atau kurang dari
setengah jam, pada umumnya menimbulkan efek anestesi
sistemik. Contoh metoheksital Na, tiamital Na dan tiopental Na.
2. Turunan sikloheksanon
contoh :
a. Dietileter
b. Enfluran
c. Halotan
d. Isofluran
e. Ketamin HCL
d. Tiopental Na
SEDATIFA DAN HIPNOTIKA

Sedatifa dan hipnotika adalah senyawa yang dapat menekan sistem saraf
pusat sehingga menimbulkan efek sedasi lemah sampai tidur pulas. Sedatif
digunakan untuk menekan kecemasan yang diakibatkan oleh ketegangan
emosi dan tekanan kronik yang disebabkan oleh penyakit atau faktor
sosiologis, untuk menunjang pengobatan hipertensi, untuk mengontrol
kejang dan untuk menunjang efek anestesi sistemik. Sedangkan hipnotika
digunakan untuk pengobatan gangguan tidur seperti insomnia.
MEKANISME KERJA
Secara umum golongan ini bekerja dengan mempengaruhi fungsi
pengaktifan retikula, rangsangan pusat tidur dan menghambat fungsi pusat
arousal. Beberapa obat sedatif-hipnotika seperti turunan alkohol, aldehida
dan karbamat adalah senyawa yang berstruktur tidak khas dan kerjanya
dipengaruhi oleh sifat fisika kimia.
Berdasarkan struktur kimia sedatif-hipnotika dibagi menjadi 6
kelompok yaitu :
1. Turunan Barbiturat, turunan ini bekerja sebagai penekan pada
aksis serebrospinal dan menekan aktivitas saraf, otot rangka, otot
polos dan otot jantung.
mekanisme kerja
turunan barbiturat bekerja dengan menekan transmisi sinaptik
pada sistem pengaktifan retikula diotak dengan cara mengubah
permeabilitas membran sel sehingga mengurangi rangsangan sel
postsinaptik dan menyebabkan deaktivasi korteks serebral.
Hubungan struktur dan aktivitas
a. Masa kerja obat terutama tergantung pada substituen-substituen
diposisi 5 yang mempengaruhi lipofolitasnya. Aktivitas hipnotik
akan meningkat dengan meningkatnya lipofilitas dan aktivitas
optimum dicapai bila jumlah atom C pada kedua substituen antara
6-10. bila jumlah atom C ditingkatkan lagi aktivitasnya akan
menurun menghasilkan senyawa konvulsan atau menjadi tdak aktif.
b. Pada seri yang sama, isomer dengan rantai cabang
mempunyai aktivitas lebih besar dan masa kerja yang lebih
pendek
c. Pada seri yang sama, analog alil, alkenil dan sikloalkenil yang
tidak jenuh mempunyai aktivitas lebih besar dibanding analog
jenuh dengan jumlah atom C yang sama.
d. Substituen alisiklik da aromatik memberikan aktivitas yang
lebih besar dibanding substituen alifatik dengan jumlah atom
C yang sama
e. Pemasukan atom halogen pada substituen 5-alkil akan
meningkatkan aktivitas
f. Pemasukan gugus-gugus yang bersifat polar, seperti gugus OH,
NH2, RNH, CO, COOH dan SO3H, pada substituen 5-alkil akan
menurunkan aktivitas secara drastis.
g. Metilasi pada N1 atau N3 akan meningkatkan kelarutan dalam
lemak dan menyebabkan awal kerja obat menjadi lebih cepat dan
masa kerja obat menjadi lebih singkat. Makin besar jumlah atom
C makin meningkat kelarutan dalam lemak, menurunkan sifat
hidrofil sampai melewati batas yang diperlukan untuk timbulnya
aktivitas, sehingga aktivitasnya akan menurun secara drastis.
h. Penggantian atom O dengan atom S pada atom C2 menyebabkan
awal kerja obat menjadi lebih cepat dan masa kerja obat lebih
singkat.
i. Turunan yang strukturnya stereoisomer mempunyai aktivitas
yang kurang lebih sama
Contoh turunan barbiturat :
a. Barbital (veronal), turunan dengan masa kerja panjang.
Digunakan sebagai hipnotik oral, awal kerjanya 0,5-1 jam
dengan masa kerja 8-12 jam.
b. Fenobarbital (fenobarbiton, Luminal), digunakan sebagai
sedatif, hipnotik dan antikejang. Awal kerjanya lambat ±
1 jam dengan masa kerja yang cukup panjang 10-16 jam.
c. Amobarbital (Amytal), turunan dengan masa kerja yang
sedang, awal kerjanya ± 0,5 jam dengan masa kerjanya
3-6 jam.
d. Pentobarbital Na (Nembutal), turunan dengan masa
kerja pendek, diberikan secara oral dan I.V. Kadar darah
tertinggi obat dicapai dalam 1 jam setelah pemberian
oral, dengan waktu paruh plasma 15-48 jam.
2. Turunan Benzodiazepin, obat paling banyak digunakan
sebagai sedatif-hipnotik karena mempunyai efikasi dan batas
keamanan lebih besar dibandin turunan sedatif-hipnotik lain,
antara lain menyangkut efek samping, pengembangan
toleransi, ketergantungan obat, interaksi obat dan kematian
akibat kelebihan dosis.
Mekanisme kerja
menekan transmisi sinaptik pada sistem pengaktifan
retikula di otak dengan cara mengubah permeabilitas
membran sel sehingga mengurangi rangsangan sel
postsinaptik dan terjadi deaktivasi korteks serebral.

turunan benzodiazepin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu


turunan 1,4-benzodiazepin-4-oksida (obat yang digunakan
klordiazepoksid HCL), dan turunan 1,4-benzodiazepin-4-on
Struktur turunan 1,4-benzodiazepin-4-on
Hubungan Struktur dan Aktivitas
a. Modifikasi pada cincin A
pemasukan substituen penarik elektron, seperti Cl, Br, F, CF3 dan NO
pada posisi 7 dapat meningkatkan aktivitas, sedang pemasukan gugus
pendorong elektron pada posisi tersebut akan menurunkan aktiviats.
b. Modifikasi pada cincin B
1. Pemasukan gugus metil pada posisi 1 akn meningkatkan aktivitas. Bila
substituen lebih besar dari metil terjadi penurunan aktivitas. Meskipun
demikian, adanya substituen yang besar pada senyawa tertentu, misalnya
flurazepam.
2. penggantian satu atom O gugus karbonil dengan dua gugus hidrogen
menghasilkan senyawa (medazepam) yang aktivitasnya lebih rendah
dibanding diazepam.
3. penggantian satu atom hidrogen pada posisi 3 dengan gugus hidroksil
akan menurunkan aktivitas tetapi menurunkan efek samping karena
adanya gugus hidroksi akan mempercepat eliminasi senyawa.
4. penggantian gugus fenil pada posisi 5 dengan gugus sikloalkil atau
heteroaromatik lain secara umum menurunkan aktivitas.
c. Modifikasi pada cincin C
substitusi atau disubstitusi gugus fluorin atau klorida pada posisi orto
cincin C akan meningkatkan aktivitas. Contoh :
1. Diazepam
2. oksazepam
3. Medazepam
4. Klorazepat dipotasium
5. Lorazepam
6. Bromazepam
7. Alprazolam
8. Oxazolam
9. Klobazam
10. Flurazepam
11. Nitrazepam
12. Flunitrazepam
13. Midazolam
14. Estazolam
15. Triazolam
3. Turunan Ureida Asiklik, adalah turunan urea dan asam
monokarboksilat dengan formula umum : R-CONHCONH2
turunan ureida asiklik digunakan untuk pengobatan kecemasan dan
ketegangan saraf yang ringan, bila turunan barbiturat sudah tidak
efektif.
4. Turunan alkohol (hubungan struktur dan aktivitas)
a. Aktivitas hipnotik akan meningkat dengan meningkatnya panjang
rantai atom C sampai jumlah atom C = 8 (n-oktanol)
b. Adanya ikatan rangkap akan meningkatkan aktivitas dan toksisitas
obat dan gugus etilen mempunyai aktivitas yang paling besar.
c. Aktivitas alkohol tersier lebih besar dibanding alkohol sekunder dan
aktivitas alkohol sekunder lebih besar dibanding alkohol primer.
d. Adanya percabangan akan memperbesar efek depresi
e. Pemasukan gugus hidroksil cenderung menurunkan aktivitas dan
toksisitas
f. Penggantian atom hidrogen dengan halogen dapat meningkatkan
aktivitas
5. Turunan Piperidindion dan kuinazolin
mempunyai struktur yang berhubungan dengan turunan
barbiturat. Aktivitas sedatif-hipnotiknya lebih rendah dibanding
turunan benzodiazepin maupun barbiturat. Contoh glutetimid,
metiprilon, talidomid

turunan Kuinazolin mempunyai struktur mirip dengan turunan


piperidindion
6. Turunan Aldehida, mempunyai efek sedatif-hipnotik dengan
awal kerja dan waktu paruh yang pendek. Contoh : Kloral hidrat
(suatu pra-obat dalam tubuh segera direduksi menjadi
trikloretanol yang aktif sebagai hipnotik), Paraldehid (senyawa
hasil polimerisasi asetaldehid).
RELAKSAN PUSAT
Senyawa kimia yang dapat menekan fungsi sistem
saraf pusat dan menimbulkan relaksasi otot rangka
(otot bergaris).
Mekanisme Kerja
Relaksan otot rangka bekerja secara sentral pada
otak dan saraf tulang belakang. Berdasarkan struktur
kimianya relaksan pusat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Turunan Propandiol (mefenesin mempunyai
masa kerja singkat karena mempunyai gugus
hidroksil diujung yang mudah mengalami
metabolisme.
2. Turunan Benzodiazepin
yang paling sering digunakan sebagai relaksan otot adalah
klordiazepoksid HCL, klorazepat dipotasium, diazepam,
flurazepam HCL, lorazepam dan oksazepam.
3. Golongan lain-lain (Klormezanon, klorzoksazon, Baklofen,
Eperison HCL)
OBAT ANTIKEJANG

NAMA:RYAN HARRI WIJAYA


NIM:154820103026
Obat antikejang adalah senyawa yang secara selektif
dapat menekan sistem syaraf pusat dan digunakan
untuk mengontrol dan mencegah serangan tiba-tiba
dari epilepsi tampa menimbulkan depresi pernapasan.
Epilepsi adalah gejala kompleks yang
dikarakterisasi oleh kambuhnya serangan hebat
disritmia otak disertai dengan gangguan /hilangnya
kesadaran dan kadang-kadang disertai dengan
pergerakan tubuh (kejang), biasanya waktunya
pendek dan terjadi pada orang tertentu
Serangan epilepsi diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Serangan kejang persial
b. Serangan kejang generalis
c. Serangan kejang yang tidak diklasifikasikan
d. Status epileptikus
Efek samping obat antikejang
a. kerusakan sumsum tulang
b. kerusakan hati dan ginjal
c. neuropati
d. gangguan saluran cerna dan alopesia
Mekanisme
Mekanisme kerja obat anti kejang adalah serupa dengan
anestetika sistemik dan sidatif-hifnotika, yaitu termasuk obat
berstruktur tidak spesifik, yang efek farmakologisnya di
pengaruhi oleh sifat kimia fisika dan tidak oleh pembentukan
kompleks dengan reseptor spesifik.
Umumnya obat antikejang menpunyai dua struktur
karakteristik yaitu gugus yang bersifat polar, biasanya gugus
imido, dan gugus yang bersifat lipofil. Antikejang dgn struktur
yang sederhana, kemungkinan berinteraksi secara tidak
selektif dan menimbulkan beberapa tipe kerja, sedangkan
struktur yang lebih kompleks menunjukkan selektifan yang
lebih besar dan spektrum kerja yang lebih sempit.
berdasarkan struktur kimia obat antikejang dibagi 8 kelompok yaitu :
1. Turunan barbiturat
2. Turunan hidantoin
3. Turunan oksazolidindion
4. Turunan suksinimida
5. Turunan benzodiazepin
6. Turunan asam valproat
7. Turunan dibenzazepin
8. Turunan lain-lain
Hubungan Struktur-Aktivitas Senyawa Perangsang Sistem Saraf Pusat

Mekanisme umum yang terlibat pada rangsangan sistem saraf pusat


1. Pemblokan selektif hambatan saraf yaitu pemblokan hambatan
postsinaptik dan pemblokan hambatan prasinaptik
2. Rangsangan langsung pada saraf
Perangsangan sistem saraf pusat pada umumnya
digunakan sebagai
1. Sebagai analeptik atau perangsang pernapasan,
penurun nafsu makan (anoreksia) untuk pengobatan
kegemukan, dan untuk pengobatan keadaan tertekan
atau depresi mental
2. Untuk memelihara kesegaran, pemulihan kembali
pada keadaan kehilangan kesadaran dan
mempercepat pulihnya refleks normal setelah
anestesi
Analeptika
• Analeptika sering disebut sebagai perangsang
pernapasan.
• Analeptika digunakan sebagai obat pilihan untuk
pengobatan depresi pernapasan yang disebabkan oleh
narkotika, senyawa pemblok saraf otot, antagonis
opiat atau senyawa antikolinesterase.
• Analeptika kurang efektif untuk pengobatan depresi
ventilasi yang disebabkan oleh henti jantung,
kesulitan jalan udara dan bronkoplasma
• Obat analeptika lama seperti niketamid,
pentilentetrazol dan pikrotoksin relatif kurang
aman karena batas antara dosis analeptik dan kejang
sempit. Yang cukup aman adalah doksapram sehingga
merupakan analeptik pilihan untuk rangsangan
ventilasi.
• Mekanisme kerja analeptika sangat bervariasi. Pada
dosis tinggi, analeptika dapat menyebabkan mual,
muntah, aritmia jantung dan kejang serta
menyebabkan reaksi psikotik seperti euforia, agitasi,
kebingungan dan halusinasi.
Contoh Analeptika
1. Niketamid digunakan untuk pengobatan depresi
pernapasan yang disebabkan oleh obat penekan
sistem saraf pusat, seperti turunan barbiturat.
2. Doksapram HCI digunakan untuk pengobatan
depresi pernapasan yang disebabkan oleh anestesi.
3. Pentilentetrazol (Cardiazol) digunakan untuk
pengobatan depresi pernapasan yang disebabkan
oleh obat penekan sistem saraf dan untuk syok terapi
pada pengobatan depresi psikotik.
Turunan Metilxantin
• Turunan metilxantin yang mempunyai efek perangsang
sistem saraf pusat dan banyak digunakan sebagai obat
adalah kafein, teofilin dan teobromin.
• Dalam dosis kecil, digunakan sebagai tonikum dan
minuman penyegar, terutama sebagai kopi, teh, coklat dan
minuman ringan yang mengandung cola untuk
meningkatkan kesegaran, mengurangi kelelahan,
mengurangi nyeri kepaladan sebagai diuretik.
• Dalam dosis besar (200mg), kafein digunakan untuk
merangsang pusat pernapasan. Sekarang tidak dianjurkan
lagi karena menimbulkan insomnia dan kegelisahan, serta
menimbulkan takikardia, mual dan iritasi saluran cerna
Mekanisme Kerja

• Turunan metilxantin dapat merangsang korteks serebral dan


pusat medula. Turunan ini, teutama teofilin dapat
menghambat secara kompetitif siklik nukleotida
fosfodiesterase, suatu enzim yang mengkatalisis konversi
siklik 3’,5’-AMP menjadi 5’-AMP, sehungga kadar 3’,5’-
AMP dalam jaringan meningkat dan menyebabkan
rangsangan fisik karena kadar glukosa dalam otak
meningkat.
• Turunan metilxantin menimbulkan aktivitas degan cara
memblok reseptor adenosin sehingga mempengaruhi
sejumlah besar fungsi fisiol
Perangsang Psikomotor
• Perangsang Psikomotorik adalah senyawa yang dapat
merangsang pusat psikomotorik sistem saraf pusat.
• Digunakan untuk meningkatkan susana hati dan
harapan pada penderita depresi mental
Hubungan Struktur Turunan Metilxantin
Aktivitas Farmakologis Turunan Metilxantin
Perangsang Pusat Simpatomimetik
• Perangsang pusat simpatomimetik digunakan untuk
analeptik, hiponotik dan narkotik dan untuk kegemukan
karena dapat menurunkan nafsu makan (anoreksia).
• Perangsang pusat simpatomimetik yang digunakan
sebagai perangsang fisik adalah amfetamin sulfat,
metamfetamin HCl, fenkafamin (Reactivan) dan
metilfenidat HCl.
• Perangsang pusat simpatomimetik dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan mental, serta dengan cepat
menimbulkan toleransi.
• Senyawa anoreksigenik yang secara umum lebih
baik adalah dietilpropion, mazindol dan fentermin,
dengan alternatif fenfluramin, benzfetamin dan
klorfentermin.
• Yang tidak dianjurkan sebagai anoreksigenik adalah
amfetamin, metamfetamin dan fenmetrazin.
• Efek samping perangsang pusat simpatomimetik
adalah nervous, insomnia, iritasi, anoreksia dan
jantung berdebar.
Mekanisme Kerja
• Turunan fenilalkilamin berfungsi sebagai perangsang
sistem pusat karena dapat meningkatkan pegeluaran
katekolamin, terutama dopamin dan norepinefrin dari
penyimpanan intraneuronal. Pada dosis tinggi
menghambat enzim monoamin oksidase.
• Turunan fenilalkilamin juga menghambat mekanisme
reuptake beberapa amin biogenik dan secara
langsung merangsang reseptor adrenergik
• Amfetamin dan beberapa turunanya dapat
menurunkan nafsu makan karena bekerja secara
langsung pada pusat kenyang di hipotalamus
sehingga secara luas digunakan sebagai senyawa
anoreksigenik untuk mengatasi kegemukan dan
menurunkan berat badan.
Struktur Simpatomimetik dengan Aktivitas
Perangsang Sistem Saraf Pusat
Simpatomimetik dengan Aktivitas Perangsang Sistem Saraf
Pusat
Hubungan Struktur dan Aktivitas
a. Substitusi satu gugus pada gugus amin dapat
meningkatkan aktivitas. N-alkil yang lebih besar dari
gugus metil akan menurunkan aktivitas.
b. Siklisasi pada rantai samping akan menurunkan efek
perangsang sistem saraf pusat tetapi tidak
mempengaruhi efek anoreksiannya.
c. Aktivitas akan maksimal bila jumlah atom C rantai
samping = 2, bila jumlah atom C rantai samping
ditingkatkan aktivitasnya akan menurunkan.
Modifikasi molekul untuk meningkatkan sifat hidrofil akan
menurunkan aktivitas. Gugus hidroksi pada rantai
samping akan menurunkan aktivitas sedangkan hidrosilasi
pada cincin aromatik akan menghilangkan aktivitas.
e. Reduksi cincin aromatik atau penggantian cincin
aromatik dengan gugus alkil akan menghilangkan
aktivitas.
f. Isomer dekstro mempunyai aktivitas 10-20 kali lebih
besar dibanding isomer levo.
g. Pemasukan gugus penrik elektron kuat, seperti CF3 atau
CN, pada posisi α rantai samping akan menrunkan
aktivitas.
CONTOH
a. Amfetamin Sulfat, digunakan sebagai analeptik.
b. Metilfenidat HCI, digunakan terutama untuk pengobatan
narkolepsi.
c. Dietilpropion HCI (Apisate), digunakan sebagai penurun
nafsu makan untuk mengontrol kegemukan.
d. Mazindol (Teronac) digunakan sebagai penurun nafsu makan
yang kuat untuk mengontrol kegemukan.
e. Fentermin HCI (Mirapront), digunakan sebagai penurun
nafsu makan untuk mengontrol kegemukan.
f. Fenfluramin HCI (Oban, Ponderal), digunakan sebagai
penurun nafsu makan untuk mengontrol kegemukan.

Anda mungkin juga menyukai