Bersama dr. Sandro Willis Thibbun Nabawi Clinic RS Mitra Medika Premiere Lt.10 Medan -Indonesia Editorial Jurnal Kanker Pencernaan
Judul: Terapi Bekam sebagai sebuah
Terapi Anti-Inflamasi dan (sebagai) imunomodulator (pengatur keseimbangan system imun) pada Pasien-pasien kanker. Penulis: 1. 2. Nooshin Abbasi, 1. Rezvan Najafi 1. Pusat Riset Kedokteran Molekular, Universitas Hamadan, Iran 2. Bagian Neurosains DNS, Universitas Padua, Italia Diterima: 23 Agustus 2021 @Springer Science+Business Media, LLC, bagian dari Springer Nature 2021 Pendahuluan (1) • Inflamasi memainkan peranan penting pada inisiasi, promosi, konversi ganas, invasi, dan metastasis tumor. • Sebuah lingkungan mikro yang mengalami inflamasi merupakan sebuah komponen penting terhadap hampir semua tumor. • Bentuk-bentuk yang berbeda dari inflamasi kronik, pengklasifikasian sesuai penyebab, mekanisme, hasil akhir, dan intensitas (keseringan), dikenal sebagai factor-faktor risiko untuk menyebabkan kanker.(1) Pendahuluan (2) • Penelitian epidemiologi dan molecular telah menunjukkan bahwa inflamasi yang bersifat kronik, persisten, dan tidak mereda mempengaruhi para individu hingga hampir 20% dari berbagai kanker termasuk infeksi-infeksi mikroba pada kanker lambung, dan limfoma mukosa lambung, kondisi-kondisi inflamasi dari yang asalnya tidak diketahui pada kanker prostat, paparan terhadap iritan/pengiritasi, dan penyakit autoimun pada kanker kolon, dimana sebuah tipe dari inflamsi kronik yang disebabkan oleh de(menurunnya)regulasi imun dan autoimunitas. (2-4) • Sel-sel tumor dan sel-sel imun mensekresi (mengeluarkan) mediator-mediator inflamasi seperti sitokin-sitokin, kemokin- kemokin, ke dalam lingkungan mikro tumor; mediator-mediator ini merangsang transisi epitel ke mesenkim (EMT) dan metastasis. (5-6) Pendahuluan (3) • Menghambat dan memodifikasi jaringan pensinyalan sitokin tumor dapat menghasilkan efek-efek terapeutik yang sistematik ataupun spesifik terhadap tumor. (7) Pendahuluan (4) • Terapi bekam, sebagai pengobatan yang sudah lama, telah disebut-sebut oleh Herodotus (seorang ahli sejarah Yunani, 400 tahun Sebelum Masehi) dan HIpocrates pada peresepan- peresepan mereka dan pada Papyrus Ebers (ensiklopedia pengobatan herbal) Mesir (tahun 1550 sebelum Masehi) untuk mengobati beberapa kondisi patologis, seperti: sakit kepala, tidak nafsu makan, gangguan pencernaan, pingsan, evakuasi abses, narkolepsi (gangguan saraf ngantuk berlebihan di siang hari), gangguan-gangguan musculoskeletal (otot dan tulang), keluhan- keluhan organ reproduksi wanita, faringitis, penyakit telinga, dan gangguan paru. (8) • Pada kondisi-kondisi patologis yang berbeda-beda, kop bekam diletakkan pada area yang berbeda di kulit dan umumnya pada beberapa area yang banyak ototnya, meliputi punggung, dada, abdomen (perut), dan bokong (panggul belakang). Pendahuluan (5) • Terapi bekam, sebagai sebuah imunomodulator neuroendokrin, menstimulasi permukaan tubuh dan membuat beberapa perubahan pada lingkungan mikro dari area yang telah distimulasi melalui faktor eksternal, termasuk tekanan negative dan perlukaan, dan factor internal termasuk perubahan-perubahan endogen pada pH, aliran darah, oksigen, sitokin- sitokin dan neurotransmitter-neurotransmitter yang dikeluarkan, dan fungsi sel imun khususnya kadar aktivasi sel mast. (10-11) Pendahuluan (6) • Terapi bekam dapat memiliki efek-efek anti- inflamsi dan imunomodulator pada pasien- pasien kanker. Lipid-Lipid (lemak-lemak) yang Pro-dan Anti-inflamasi. • Qi Zhanga dan kolega pada 2018 telah membuat sebuah model mencit bekam, dan telah menganalisa metabolisme lipid dan asam lemak terukur pada kulit dan plasma dari mencit tak berbulu, sebelum dan sesudah dilakukan terapi bekam. • Mereka menilai efek-efek regulasi dari bekam pada metabololipidome PUFA (asam lemak tak jenuh ganda). • Analisanya menunjukkan bahwa terapi bekam basah dapat meningkatkan lipid-lipid (lemak) anti-inflamasi dan mengurangi lipid-lipid pro-inflamasi baik pada kulit maupun plasma darah. • Penelitian ini telah mengidentifikasi bahwa Terapi Bekam Basah mengurangi sekresi IL-6 dan TNF-a yang diinduksi oleh lipopolisakarida (LPS) in vivo dan telah menunjukkan bahwa Terapi Bekam memodulasi keseimbangan metabolik antara PUFA yang pro -dan anti-inflamasi. (12) Rasio Th1/Th2 dan Treg/Th12 (1) • Reza Soleimani dan kolega pada sebuah penelitian observasional terhadap individu-individu sehat telah menilai efek imunomodulator dari Terapi Bekam Basah dan telah menyelidiki efek regulasi dari prosedur yang digunakan secara umum ini pada factor transkripsi dari subset limfosit T dan perannya untuk mengurangi inflamasi. • Mereka telah mendapati Ekspresi gen Foxp3 (Treg), GATA-3 (Th2) yang lebih tinggi, Rasio ekspresi gen Foxp-3/RORyt (Treg)/(Th17) yang lebih tinggi, dan Rasio ekspresi gen Tbet/GATA-3 (Th1/Th2) yang lebih rendah setelah Pengobatan Bekam. Rasio Th1/Th2 dan Treg/Th12 (2) • Rasio Treg/Th17 yang lebih tinggi menunjukkan sebuah toleransi imunologis yang lebih tinggi, yang mempertahankan tubuh dari penyakit-penyakit auto imun. • Ekspresi Tbet yang lebih rendah berarti jumlah yang lebih rendah dari sitokin inflamasi yang diproduksi oleh Th1 di dalam tubuh. • Th1/Th2 yang lebih rendah menunjukkan supresi (penekan) inflamasi di tubuh dan perbaikan tubuh. • Hasil penelitian mereka menggambarkan bahwa pengobatan bekam basah dapat mengatasi/mengobati atau mengurangi gejala-gejala inflamasi yang hangat dengan meningkatkan sel Th2 dan Treg dan mengurangi Th1 dan Th17. (13) Rasio Th1/Th2 dan Treg/Th12 (3) • Navid Sobhani et al. menduga bahwa menghambat CTLA-4 (Limfosit T sitotoksik terkait Ag-4 mengeradikasi sel-sel kanker khususnya jika terapi ini tidak mengganggu fungsi sel Treg dalam menghambat autoimunitas. (14) • Sebagaimana terapi bekam memodifikasi/ mengubah ekspresi Foxp-3 pada sel-sel Treg dan menginduksi toleransi imunologis yang lebih tinggi terhadap antigen milik system imun sendiri, ia dapat juga menjadi menarik untuk membuktikan efeknya pada marker-marker permukaan yang lain seperti CTLA-4. Prostaglandin-prostaglandin (1) • Enzym COX-2 mengkatalisis konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin (PG). PG menghambat apoptosis sel kanker, meningkatkan migrasi kanker dan mendorong neoangiogenesis di jaringan stroma. • Kadar yg lebih tinggi dari COX-2 terdeteksi di payudara, prostat, pankreas, kulit, paru, kandung kemih, dan kepala, dan kanker-kanker leher. (17-23) Prostaglandin-prostaglandin (2) • Obat anti-inflamasi yang meliputi NSAID, aspirin, dan Statin yang digunakan untuk mengobati penyakit lain tampak efektif pada pengobatan kanker. (7) • Pengobatan bekam dapat juga terlihat sebagai metode baru untuk mengeluarkan PG dari kapiler darah. Tekanan negatif yang terbentuk di dalam kop bekam, dari 150-420mmHg, dan perlukaan yang terbentuk dengan skalpel menstimulasi sistem imun bawaan, migrasi sel inflamasi, dan pengeluaran opioid enndogen. (24) Prostaglandin-prostaglandin (3) • Penyedotan meningkatkan volume darah di pengekopan dan meningkatkan laju filtrasi kapiler. • Ketika penorehan dilakukan, tekanan negatif mengeluarkan prostaglandin dan mediator inflamasi dari darah dan cairan interstitial. • Pengobatan bekam meningkatkan aliran darah, suplai oksigen, dan perfusi jaringan. (25) Prostaglandin-prostaglandin (4) • Sebuah uji klinis acak terhadap 66 pasien menilai efek bekam untuk mengurangi tekanan dan nyeri untuk meningkatkan gerak sendi pada peri arthritis skapulohumerus akut. Mereka memeriksa 5-HT (5-hydroxy-tryptamine) dan PGE2 (prostaglandin E2) di darah di dalam kop- kop dan menunjukkan ekskresi dari zat-zat inflamasi ini pada darah lokal dari bahu yang terkena dampak melalui terapi bekam. Prostaglandin-prostaglandin (5) • Mereka menunjukkan sebuah pengurangan pada 5-HT dan PGE2 di dalam tubuh dan perbaikan pada nyeri dan gerak bahu setelah mengaplikasikan Elektro Akupunktur. (26) Kesimpulan (1) • Mirip dengan obat anti-inflamasi, terapi bekam tampak sebagai sebuah strategi pengobatan adjuvan (tambahan) untuk memodulasi lingkungan mikro host dengan mengurangi inflamasi dan memodulasi sistem imun, semua perlakuan yang bermanfaat pada pengobatan biologis, pada pasien-pasien kanker. Kesimpulan (2) • Bagaimanapun, mekanisme kerja yang pasti dari metide pengobatan ini belum sepenuhnya dipahami, dan kami berhipotesis bahwa terapi bekam dapat meningkatkan efikasi pengobatan konvensional dan imunoterapi dengan mencegah atau memperlambat onser kanker. • Kami menduga bahwa para ilmuwan dan klinisi efek terapeutik dari pengobatan bekam sebagai terapi adjuvan/tambahan bersamaan dengan strategi terapeutik pada pengobatan kanker. Selesai