Anda di halaman 1dari 11

METODE IMMUNOMODULATOR PADA UJI

BIOAKTIVITAS
BY : SYAFI’ MIRZA 132210101084
PENDAHULUAN

1.1 Immunmodulator
Immunomodulasi merupakan perubahan respon imun yang dapat
meningkatkan atau menurunkan respon kekebalan tubuh. Peningkatan dalam
respon kekebalan disebut imunostimulasi dan pengurangan dalam respon
kekebalan disebut imunosupresi (Mukherjee et al. 2014).
. Sebuah immunomodulator dapat didefinisikan sebagai zat, sintetis biologi yang
dapat merangsang, menekan atau memodulasi salah satu komponen dari sistem
kekebalan tubuh termasuk sistem imun humoral dan sistem imun adaptif
 Kekebalan tubuh pada tubuh manusia berkaitan dengan sitokin/hematopoietin seperti granulosit
makrofag dan golongan interleukin (Chavez-Rueda et al. 2005). Sitokin merupakan protein-protein kecil
sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis.1 Sitokin adalah salah satu dari
sejumlah zat yang disekresikan oleh sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal
antara sel-sel lokal, dan dengan demikian memiliki efek pada sel-sel lain.2 Sitokin dihasilkan sebagai
respon terhadap stimulus sistem imun.1 Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran
spesifik, yang kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk
mengubah aktivitasnya (ekspresi gen)(V & Cells 2005).
PEMBAHASAN
UJI AKTIVITAS ARABINOGALACTAN DARI ANOECTCHILUSFORMOSANUS SEBAGAI IMMUNOMUDOLATOR
PADA SEL NK DAN SEL T

 Pada penelitian ini menggunakan tikus jantan galur BALB berumur 8 minggu. Hewan uji disimpan dalam
ruangan dengan suhu 21- 24ºC, hewan uji tetap diberi makan dan minum selama penelitian (Yang et al.
2014).
 Hewan uji tersebut akan di induksi menggunakan arabinogalactan (AG) yang diisolasi dari jaringan A.
formosanus yang dibiakkan di peternakan Yu-Jung (Puli-Taiwan) (Yang et al. 2014).
 Dalam penelitian ini, ditunjukkan aktivitas immunomoduator dari AG secara in vivo dan on vitro. Selain
itu AG juga menunjukkan aktivitasnya sebagai immunomodulator pada tikus yang memiliki sel tumur.
Sehingga efek anti-tumor dari AG dapat diketahui dari dua aktivitas sel yaitu sel T dan sel NK (Yang et
al. 2014).
 Dalam penelitian ini, peneliti ingin menunjukkan bahwa injeksi intraperitoneal AG dapat merangsang
immunomudulator bawaan pada tikus BALB
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan menggunakan AG dapat meningkatkan efek poliferasi
dari splenosit (Yang et al. 2014). Aktivitas poliferasi splenosit diinduksi oleh AG degan co-LPS bukan
dengan ConA. Sel imunitas dan humoral termasuk dalam respon imun yang masing-masing dipengaruhi
oleh sel T dan sel B dan memainkan peran penting dalam sistem pertahanan tubuh pertahanan tubuh
ini terkait dengan tanggapan tubuh terhadap tumor, peradangan dan demam (Liu et al, 2012 (Yang et al.
2014)). Kemampuan untuk mengembangkan sel T dan B efektif dapat dianggap sebagai stimulasi respon
poliferasi monosit limfosit (Liu et al, 2012 (Yang et al. 2014)). Peneliti mengungkapkan bahwa hasil
penelitian menunjukkan bahwa Ag dengan co-LPS merangsang poliferasi splenosit dan menujukkan
bahwa AG dapat meningkatkan potensi pengaktifan sel B secara signifikan dan menigkatkan kekebalan
tubuh secara humoral (Yang et al. 2014)
 Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa AG dapat meningkatkan sitokrom pada sel
NK terhadap sel YAC-1 pada tikus humurial dan tikus dengan tumor. Sel NK memiliki
peran dalam sistem pertahanan kekebalan tubuh. Kim et al 2007 menyebutkan bahwa
immunoterapi kanker tergantung pada aktivitas sel NK. Oleh karena itu, hasil
penelitian menunjukkan bahwa sel-sel NK limpa yang diakifkan oleh pengobatan AG
dan memiliki efek antikanker yang menguntungkan (Yang et al. 2014)
2.2 IMMUNOMODULATOR OM-89 YANG DI INDUKSI ACTH DAN
GLUKOKORTIKOID PADA SEKRESI TIKUS MELALUI IL-1

 Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hewan uji tikus jantan galur wistar,
berusia 3 bulan. Hewan disimpan pada suhu 23ºC dalam kondisi standar, tikus tetap
diberi makan dan minum selama penelitian. Hewan uji di beri agen immunomodulator
OM-89 yang merupakan ekstrak bakteri yang diperoleh setelah bakteri lisis. OM-89
mengandung kurang dari 0.001% endotoksin (setara LPS). Dalam penelitian ini
dilkaukan pada dua kelompok hewan uji, yaitu hewan uji normal dan hewan uji stres
(Fontanges 1998).
 Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Om-89 bertindak
seperti IL-1 pada sistem endokrin karena ada peningkatan yang cocok pada ACTH
plasmatic dan sekeresi kortikosteron ang diamati pada hewan kontrol (Fontanges
1998). Karen reseptor antagonis IL-1 (IL-1 ra) melawan efek dari OM-89, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa immunomodulator tidak bertindak penuh pada sistem
endokrin tetapi dapat terlibat sebgaian melalui IL-1. Hasil serupa telah diperoleh
dengan menggungakan LPS atau concanavalin A sebagai imunostimulan yang dikenla
dapat meningkatkan tingkat IL-1 (Goujonet al, 1995a.; Shintani et al., 1995; Ebisui et al.,
1994;Kakucska et al., 1993 (Fontanges 1998)).
2.3 PEPTIDA MSP68 SEBAGAI IMMUNOMODULATOR NEUTROFIL
CYTOSKELETAL YANG MENGHAMBAT RAC1

 Pada penelitian ini dilkaukan dengan menggunakan hewan uji tikus sebnayak 6 ekor
yang sudah berumur 8 bulan. Tikus ynag digunakan merupakan tigus galur Wk.
 Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas MSP68 pada tikus yang di induksi
sepsis yang kemudian dinilai aktivitas RAC1 di neutrofil yang diisolasi dari paru-paru.
Hal ini dapat menimbulkan pertanyaan apakah pengujian MSP68 secara in vivo dapat
memberikan respon imunogenik dengan menghasilkan antibodi. Enzim Rho
merupakan enzim terakhir yanng memiliki sinyal ekstraseluler yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan sitoskeleton dari sel RAC1. Enzim Rho penting
untuk sekresi, kemotaksis, dan sejumlah fungsi yang lebih tinggi pada sistem imun
humoral. Penelitian ini mengungkapkan bahwa RAC1 menghambat neutrofil memiliki
dua tingkat.
 Dalam penelitian ini menunjukkan efek MSP68 diamati pada BMDNs tikus setelah CLP dan pada jaringan
MSP68 memiliki efek menurunkan aktivitas sinyal inflamasi. Peneliti memilih untuk menganalisis semua bagian
paru-paru pada jaringan RAC1. Transmigrasi dari kapiler ke daerah kompartemen udara akan bertindak
sebagai penghalang yang selektif, sehingga hanya sel-sel yang memiliki sinyal inflamsi yang dapat melewatinya.
Dengan menggunakan seluruh paru-paru, peneliti dapat mengamati kedua sel yang masih mampu bermigrasi
dan mereka yang bermigrasi dipengaruhi oleh MSP68.

 MSP68 merupakan jalur penting dalam fungsi MFFG-E8. MFG-E8 telah diusulkan sebagai molekul bridging
diantara sel fagosit. Dalam hal ini juga disebutkan bahwa MFG-E8 juga memiliki aktivitas mempromosikan sel
clearen apoptosis yang berhubungan dengan inflamasi.
KESIMPULAN

 Dalam uji aktivitas immunomodulator terdapat berbagai metode pengujian yang berhubungan dengan
jaringan yang akan digunakan. Pada uji aktivitas immunomudolator pengujian dapat dilakukan pada
beberapa sel atau hormon yang berhubungan dengan imunitas, misalnya leukosit, limfosit (CD4 dan
CD8) dan IL.
 Pada review jurnal ini telah dijelaskan tiga pengujian immunomodulator, menggunakan metode
Flow cytometry yang melibatkan Limfosit, sel NK, sel T dan Dc serat metode Radioimmunoassays yang
melibatkan interleukin yang di peroleh dari limfa sedangkan untuk metode western blot digunakan
pada neutrofil. Dari ketiga metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai