Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang imunostimulan.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Jakarta, Maret 2015

Penyusun
IMUNOSTIMULAN

A. DEFINISI IMUNOSTIMULAN
Imunostimulasi yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara
memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang
merangsang sistem tersebut. Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi
imun pada kondisi-kondisi imunosupresi. Imunostimulan adalah senyawa
tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara
spesifik maupun non spesifik yang bekerja sama dalam pertahanan
keseimbangan badan karena penyembuhan infeksi akan lebih cepat bila fungsi
sistem imun tubuh ditingkatkan. Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini
disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan penginduksi disebut
paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja
antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu
meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah
makrofag, granulosit, limfosit T dan B, karena induktor paramunitas ini bekerja
menstimulasi mekanisme pertahanan seluler. Makrofag sebagai sel fagosid
dapat membunuh kuman dengan berbagai cara seperti peningkatan aktivitas
enzim lisosomal, produksi sitokin, pelepasan nitric oxide, interleukin, Tumor
Necrosis Factor-α (TNF-α) sehingga dapat meningkatkan aktivitas dari.
Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling
berpengaruh. Dalam hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan
mungkin terjadi, hingga mempersulit penggunaan imunomodulator.

B. MEKANISME IMUNOSTIMULAN
Imunostimulan atau Imunostimulator secara tidak langsung berkhasiat
mereaktivasi system imun yang rendah dengan meningkatkan respon imun tak
spesifik antara lain perbanyakan limfo T4, NK-cell dan magrofag distimulasi
olehnya, juga pelepasan interferon dan interleukin. Sebagai efek akhir dari
reaksi kompleks itu, zat asing dapat dikenali dan dimusnahkan. Pada sel –sel
tumor ekspresi antigen transplantasi diperkuat olehnya sehingga lebih dikenali
oleh TNF dan sel – sel sytotoksis. Zat imunostimulator yang kini digunakan
adalah vaksin BCG, limfokin (interveron , interleukin) dan levamisol.

C. SENYAWA YANG MEMILIKI AKTIVITAS IMUNOSTIMULAN


Senyawa yang mempunyai bioaktifitas sebagai agen imunostimulan
adalah golongan senyawa polisakarida, terpenoid, alkaloid dan polifenol. Salah
satu kombinasi senyawa yang berfungsi sebagai imunostimulan yaitu senyawa
yang terdapat pada ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan
daun mangga (Mangifera indica L.) memiliki efek sinirgisme sebagai
imunostimulan. Sambiloto dengan senyawa andrographolide (diterpen lakton),
sedangkan mangga dengan zat aktif mangiferin (xanton). Kedua kombinasi
ekstrak tersebut aktivitas tersebut ternyata memiliki efek sinergisme
meningkatkam fagositosis makrofag dengan parameter kapasitas fagositosis
dibandingkan dengan ekstrak tunggal..
D. BAHAN DAN OBAT YANG DIGUNAKAN SEBAGAI
IMUNOSTIMULATOR
Kombinasi obat merupakan salah satu cara pengobatan yang efektif.
Kombinasi efek kandungan aktif dalam campuran bahan dapat melalui efek
sinergisme dan komplementer. Efek sinergisme yaitu saling mendukung
menuju satu indikasi dengan mekanisme yang sama, sedangkan efek
komplementer yaitu saling mendukung menuju satu indikasi dengan
mekanisme berbeda.
1. Biologik
a. Hormon timus
Sel epitel timus memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi
dalam pematangan sel T dan modulasi fungsi sel T yang sudah matang.
Ada 4 jenis hormon timus, yaitu timosin alfa, timolin, timopoietin dan
faktor humoral timus. Semuanya berfungsi untuk memperbaiki gangguan
fungsi imun (imunostimulasi non-spesifik) pada usia lanjut, kanker,
autoimunitas dan pada efek sistem imun(imunostimulasi non-spesifik)
dan pada efek sistem imun (imunosupresi) akibat pengobatan. Pemberian
bahan-bahan tersebut jelas menunjukkan peningkatan jumlah, fungsi dan
reseptor sel T dan beberapa aspek imunitas seluler. Efek sampingnya
berupa reaksi alergi lokal atau sistemik.
b. Limfokin
Disebut juga interleukin atau sitokin yang diproduksi oleh limfosit
yang diaktifkan. Contohnya ialah Macrophage Activating Factor (MAF),
Macrophage Growth Factor (MGF), T-cell Growth Factor atau
Interleukin-2 (IL-2), Colony Stimulating Factor (CSF) dan interferon
gama (IFN-.). Gangguan sintetis IL-2 ditemukan pada kanker, penderita
AIDS, usia lanjut dan autoimunitas.
c. Interferon
Ada tiga jenis interferon yaitu alfa, beta dan gama. INF-a dibentuk
oleh leukosit, INF-ß dibentuk oleh sel fibroblas yang bukan limfosit dan
IFN-. dibentuk oleh sel T yang diaktifkan.
Semua interferon dapat menghambat replikasi virus DNA dan
RNA, sel normal dan sel ganas serta memodulasi sistem imun. Interferon
dalam dosis tinggi menghambat penggandaan sel B dan sel T sehingga
menurunkan respons imun selular dan humoral, dan dalam dosis rendah
mengatur produksi antibodi serta merangsang sistem imun yaitu
meningkatkan aktivitas membunuh sel NK, makrofag dan sel T. Dalam
klinik, IFN digunakan pada berbagai kanker seperti melanoma,
karsinoma sel ginjal, leukimia mielositik kronik, hairy cell leukimia, dan
kapossi’s sarkoma.Efek sampingnya adalah demam, malaise, mialgia,
mual, muntah, mencret, leukopenia, trombositopenia, dan aritmia.
d. Antibodi monoclonal
Diperoleh dari fusi dua sel yaitu sel yang dapat membentuk
antibodi dan sel yang dapat hidup terus menerus dalam biakan sehingga
antibodi tersebut dapat dihasilkan dalam jumlah yang besar. Antibodi
tersebut dapat mengikat komplemen, membunuh sel tumor manusia dan
tikus in vivo.
Transfer factor / ekstrak leukosit
Ekstrak leukosit seperti Dialysed Leucocyte Extract dan Transfer Factor (TF)
telah digunakan dalam imunoterapi. Imunostimulasi yang diperlihatkan oleh TF
yang spesifik asal leukosit terlihat pada penyakit seperti candidiasis mukokutan
kronik, koksidiomikosis, lepra lepromatosa, tuberkulosis, dan vaksinia gangrenosa.
e. Nukleotida
Nukleotida terdapat pada air susu ibu. Akhir-akhir ini banyak susu formula
yang diberi suplementasi nukleotida. Pada penelitian uji banding kasus yang
dilakukan pada bayi, satu kelompok diberikan susu ibu atau susu formula yang
disuplementasi nukleotida, dibandingkan dengan kelompok yang diberikan susu
formula tanpa nukleotida, ternyata terdapat peningkatan aktifitas sel NK pada bayi-
bayi yang diberi susu ibu dan formula dengan nukleotida dibandingkan bayi-bayi
yang diberi susu formula tanpa nukleotida. Peneliti yang sama mendapatkan
peningkatan produksi IL-2 oleh sel monosit pada kelompok yang diberi susu
formula dengan nukleotida. Nukleotida juga mengaktifkan sel T dan sel B.
f. Lymphokin-Activated Killer (LAK) cells
Adalah sel T sitotoksik singeneik yang ditimbulkan in vitro dengan
menambahkan sitokin seperti IL-2 ke sel-sel seseorang yag kemudian diinfuskan
kembali. Prosedur ini merupakan imunoterapi terhadap keganasan.
g. Bahan asal bakteri
1. BCG (Bacillus Calmette Guerin), memperbaiki produksi limfokin dan
mengaktifkan sel NK dan telah dicoba pada penanggulangan keganasan
(imuno-stimulan non-spesifik).
2. Corynebacterium parvum (C. parvum), digunakan sebagai imunostimulasi
non-spesifik pada keganasan.
3. Klebsiella dan Brucella, diduga memiliki efek yang sama dengan BCG.
4. Bordetella pertusis, memproduksi Lymphocytosis Promoting Factor (LPF)
yang merupakan mitogen untuk sel T dan imunostimulan.
5. Endotoksin, dapat merangsang proliferasi sel B dan sel T serta mengaktifkan
makrofag.
h. Bahan asal jamur
Berbagai bahan telah dihasilkan dari jamur seperti lentinan, krestin dan
schizophyllan. Bahan-bahan tersebut merupakan polisakarida dalam bentuk beta-
glukan yang dapat meningkatkan fungsi makrofag dan telah banyak digunakan
dalam pengobatan kanker sebagai imunostimulan non-spesifik. Penelitian terbaru
menemukan jamur Maitake (Grifola frondosa) yang mengandung beta-glukan yang
lebih poten sebagai imunostimulan pada pasien dengan HIV-AIDS, keganasan,
hipertensi dan kerusakan hati (liver ailments).
2. Sintetik
a. Levamisol
Merupakan derivat tetramizol, Dalam klinik lazim dipakai sebagai obat cacing,
dan sebagai imunostimulan levamisol berkhasiat untuk meningkatkan penggandaan
sel T, menghambat sitotoksisitas sel T, mengembalikan anergi pada beberapa
kanker (bersifat stimulasi nonspesifik), meningkatkan efek antigen, mitogen,
limfokin dan faktor kemotaktik terhadap limfosit, granulosit dan makrofag. Selain
untuk penyakit hodgkin, penggunaan klinisnya untuk mengobati artritis reumatoid,
penyakit virus, lupus eritematosus sistemik, sindrom nefrotik. Diberikan dengan
dosis 2,5 mg/kgBB per oral selama 2 minggu, kemudian dosis pemeliharaan
beberapa hari per minggu. Efek samping yang harus diperhatikan adalah mual,
muntah, urtikaria, dan agranulositosis. Obat i9ni diabsorpsi dnegan cepat dengan
kadar puncak 1-2 jam. Obat ini didistribusikan luas ke berbagai jaringan dan
dimetabolisme di hati. Tersedia dalam bentuk tablet 25,40,50 mg.
b. Isoprinosin
Disebut juga isosiplex (ISO), adalah bahan sintetis yang mempunyai sifat
antivirus dan meningkatkan proliferasi dan toksisitas sel T. Sebagai
imunostimulator isoprinosin berkhasiat meningkatkan penggandaan sel T,
meningkatkan toksisitas sel T, membantu produksi IL-2(LIMFOKIN) yang
berperan dalam diferensiasi limfosit dan makrofag, serta meningkatkan fungsi sel
NK. Diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB. Perlu pemantauan kadar asam urat darah
karena pemberian isoprinosin dapat meningkatkan kadar asam urat. Berbagai
derivat sintetiknya sedang dalam penyelidikan untuk AIDS dan berbagai
neoplasma. Obat ini dilaporkan mengurangi risiko infeksi terhadap HIV pada tahap
lanjut.
c. Muramil Dipeptida (MDP)
Merupakan komponen aktif terkecil dari dinding sel mycobacterium. Sebagai
imunostimulan berkhasiat meningkatkan sekresi enzim dan monokin, serta bersama
minyak dan antigen dapat meningkatkan respons selular maupun humoral. Dalam
klinik telah banyak digunakan untuk pencegahan tumor dan infeksi sebagai ajuvan
vaksin.
d. Vaksin BCG
BCG dan komponen aktifnya merupakan produk bakteri yang emmeiliki efek
imunostimulan. Penggunaan BCG dalam imunopotensiasi bermula dari
pengamatan bahwa penderita tuberkulosis kelihatan lebih kebal terhadap infeksi
oleh jasad renik lain. Dalam imunomodulasi BCG digunakan untuk mengaktifkan
sel T, memperbaiki produksi limfokin, dan mengaktifkan sel NK. Walaupun sudah
dicoba untuk berbagai neoplasma, efek yang cukup nyata terlihat pada kanker
kandung kemih dengan pemberian intravesika. Efek samping meliputi reaksi
hipersensitivitas, syok, menggigil, lesu, dan penyakit kompleks imun.
3. Bahan-bahan lain
a. Azimexon dan ciamexon: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan
respons imun seluler.
b. Bestatin: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler
dan humoral.
c. Tuftsin: diberikan secara parenteral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag,
sel NK dan granulosit.
d. Maleic anhydride, divynil ether copolymer: diberikan secara parenteral dan
dapat meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK.
e. phenil-pyrimidol: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan fungsi
makrofag dan sel NK

E. SYARAT PEMILIHAN IMUNOSTIMULAN UNTUK MENCAPAI


HASIL YANG DIINGINKAN
1. Dapat memodifikasi mekanisme imun pejamu yang berbeda dengan antibiotika
atau kemoterapi lain yang hanya berefek pada mikroorganisme penyebab
penyakit.
2. Mempunyai efek farmakologi dan klinik yang diharapkan dengan efek samping
yang minimal.
3. Bebas dari efek yang berbahaya seperti timbulnya autoimun serta limfoma
seperti yang pernah dilaporkan akibat beberapa zat kemoterapi serta C parvum.
4. Bebas dari efek sensitisasi disebabkan zat yang digunakan bersifat alergenik
seperti BCG, C parvum atau levamisol yang mungkin dapat memberikan reaksi
yang tidak diinginkan atau menginduksi terjadinya penyakit kompleks imun.
5. Bebas dari efek inhibisi sistem imun pada pemberian jangka lama atau
berulang.
6. Harus ada data yang lengkap mengenai imunofarmakologi zat tersebut,
sehingga dapat digunakan dengan indikasi tepat sesuai dengan keadaan klinis
dan kondisi pasien.
7. Untuk efektivitas imunostimulan, sebaiknya zat yang digunakan tidak
mengandung endotoksin karena endotoksin sendiri bersifat sebagai
imunostimulan.
F. TUMBUHAN YANG MENGANDUNG IMUNOSTIMULAN
a. Jinten hitam (nigella sativa)
Jinten hitam merupakan tanaman yang berpotensi sebagai imunostimulan
karena mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi patogen.
Jinten hitam mengandung beberapa bahan aktif diantaranya, Thymowuinone (TQ),
Dithymoquinone (DTQ), Thymohidriquinone (THQ), dan Thmol (THY).
ekstrak jinten hitam (Nigella sativa) dapat menghambat atau bahkan dapat
membunuh bakteri Aeromonas hydrophila Dan dapat merangsang dan memperkuat
sistem kekebalan tubuh manusia melalui peningkatan jumlah, mutu, dan aktivitas
sel-sel kekebalan tubuh manusia. Jinten hitam berpengaruh menguatkan fungsi
kekebalan, dimana kadar sel-sel T pembantu meningkat dibandingkan sel-sel T
penekan dengan perbandingan rata-rata 72% serta terjadi peningkatan aktivitas sel-
sel pembunuh alami rata-rata 75%. Aktivitas immunostimulator ekstrak jinten
hitam meliputi peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) terutama neutrofil,
limfosit dan monosit serta ketahanan terhadap infeksi bakteri Aeromonas
hydrophilia.
b. Jamur maitake
ekstrak Maitake dapat merangsang sistem imun tubuh dan mengaktifkan sel
serta protein tertentu yang menyerang kanker, termasuk makrofag, sel Natural
Killer (NK), interleukin-1 (IL-1) dan interleukin-2 (IL-2).Maitake dapat berfungsi
sebagai antitumor, ajuvan, aktivasi komplemen dan peningkatan permeabilitas
vaskular. Ekstrak beta-glukan dari Maitake berupa fraksi D dan MD berefek
sebagai imunostimulator lewat aktivasi sistem imun non spesifik dengan cara
menginduksi apoptosis, bersifat sitotoksik dan kemosensitisator, yang berpotensi
besar dalam pencegahan dan terapi keganasan.
1. Indikasi dan efektivitas penggunaan Maitake
a. Obat antikanker
ü Melindungi sel sehat menjadi sel kanker
ü Mencegah mestatasis
ü Memperlambat dan menghambat pertumbuhan tumor
ü Sebagai kombinasi dengan kemoterapi untuk mengurangi efek samping
seperti rambut rontok,
b. Imunostimulator pada pasien dengan HIV-AIDS
c. Kegunaan lain
ü Menurunkan dosis antibakteri
ü Antidiabetik
ü Penurun tekanan darah
ü Penyakit hati

c. Echinacea
Echinacea mempengaruhi sistim imun terutama sistim imun non spesifik.
Pemberian Echinacea meningkatkan respon imun fase awal dan mempercepat
terjadinya respon imun adaptif. Bahan aktif yang sebenarnya memiliki efek
imunomodulasi pada echinacea belum diketahui karena komponen kimia yang
terkandung dalam echinacea begitu banyak dengan komposisi yang berbeda-beda
ditiap bagian tanaman dan tiap spesies. Diperkirakan asam kafeat, alkylamides,
polisakarida dan glikoprotein berperan sebagai bahan aktif yang dapat
mempengaruhi sistim imun nonspesifik dengan cara meningkatkan produksi IL-1,
IL-6, IL-10 dan TNFa sehingga terjadi aktivasi sistim imun. Indikasi dari echinacea
adalah antijamur, Bronchitis, Antikanker, Pencegahan Infeksi Saluran Nafas Atas.
Echinacea dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit kronik progresif yang
diperantarai sistim imun seperti tuberkulosis, reumatoid artritis, penyakit kolagen
vaskuler dan multipel sklerosis. Secara teori hal ini disebabkan karena kemampuan
stimulasi sistim imun dari Echinacea dapat mengeksaserbasi komponen inflamasi
yang diperantarai sistim imun pada penyakit ini. Masih terdapat perbedaan
pendapat tentang kontraindikasi pada pasien dengan AIDS. Beberapa peneliti
mengemukakan HIV memicu respon imun yang menyebabkan munculnya gejala
AIDS karena permukaan sel dari HIV menyamai reseptor CD4 yang ditemukan di
sel normal, alasan lain kemungkinan karena polimer arabinogalaktan Echinacea
dapat menginduksi tumor necrosis factor oleh makrofag.
d. Phyllanthus Niruri
Phyllanthus, di Indonesia dikenal sebagai “meniran”, adalah tumbuhan liar
dengan tinggi 30-40 cm yang tumbuh di daerah tropis. Mekanisme Phyllanthus
niruri sebagai imunostimulator. Sebuah penelitian eksperimental laboratorik pada
mencit oleh Maat 46 (1996) menunjukan bahwa Phyllanthus mempunyai efek
terhadap respon imun nonspesifik maupun spesifik. Efeknya terhadap respon imun
nonspesifik yaitu meningkatkan fagositosis dan kemotaksis makrofag, kemotaksis
neutrofil, sitotoksisitas sel NK dan aktifitas hemolisis komplemen, sedangkan
terhadap respon imun spesifik, pemberian ekstrak Phyllanthus niruri meningkatkan
proliferasi sel limfosit T, meningkatkan sekresi TNFa dan IL-4 serta menurunkan
aktifitas sekresi IL-2 dan IL-10. Dari uji klinis ekstrak P. niruri pada manusia
dinyatakan bahwa ekstrak Phyllanthus meningkatkan kadar IFNg, kadar CD4 dan
rasio CD4/CD8. Indikasi dan Efektivitas Ekstrak Phyllanthus niruri yaitu Anti virus
hepatitis, ISPA pada anak dan Antituberkulosis
DAFTAR PUSTAKA
http://bertousman.blogspot.com/2010/05/immunomodulator-
imunosupresan.html
Baratawidjaja, G.K., dan Rengganis, I. (2010). Imunologi Dasar. Jakarta: Balai.
Penerbit FKUI
Mathilda B. Widianto.1987. Immunomodulator: Cermin Dubia Kedokteran.
1987
https://imunologikelompok3.blogspot.com/2017/05/imunostimulan.html
http://hasimupdate.blogspot.com/2012/11/imunostimulan.html

Anda mungkin juga menyukai