Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang imunostimulan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
IMUNOSTIMULAN
A. DEFINISI IMUNOSTIMULAN
Imunostimulasi yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara
memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang
merangsang sistem tersebut. Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi
imun pada kondisi-kondisi imunosupresi. Imunostimulan adalah senyawa
tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara
spesifik maupun non spesifik yang bekerja sama dalam pertahanan
keseimbangan badan karena penyembuhan infeksi akan lebih cepat bila fungsi
sistem imun tubuh ditingkatkan. Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini
disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan penginduksi disebut
paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja
antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu
meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah
makrofag, granulosit, limfosit T dan B, karena induktor paramunitas ini bekerja
menstimulasi mekanisme pertahanan seluler. Makrofag sebagai sel fagosid
dapat membunuh kuman dengan berbagai cara seperti peningkatan aktivitas
enzim lisosomal, produksi sitokin, pelepasan nitric oxide, interleukin, Tumor
Necrosis Factor-α (TNF-α) sehingga dapat meningkatkan aktivitas dari.
Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling
berpengaruh. Dalam hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan
mungkin terjadi, hingga mempersulit penggunaan imunomodulator.
B. MEKANISME IMUNOSTIMULAN
Imunostimulan atau Imunostimulator secara tidak langsung berkhasiat
mereaktivasi system imun yang rendah dengan meningkatkan respon imun tak
spesifik antara lain perbanyakan limfo T4, NK-cell dan magrofag distimulasi
olehnya, juga pelepasan interferon dan interleukin. Sebagai efek akhir dari
reaksi kompleks itu, zat asing dapat dikenali dan dimusnahkan. Pada sel –sel
tumor ekspresi antigen transplantasi diperkuat olehnya sehingga lebih dikenali
oleh TNF dan sel – sel sytotoksis. Zat imunostimulator yang kini digunakan
adalah vaksin BCG, limfokin (interveron , interleukin) dan levamisol.
c. Echinacea
Echinacea mempengaruhi sistim imun terutama sistim imun non spesifik.
Pemberian Echinacea meningkatkan respon imun fase awal dan mempercepat
terjadinya respon imun adaptif. Bahan aktif yang sebenarnya memiliki efek
imunomodulasi pada echinacea belum diketahui karena komponen kimia yang
terkandung dalam echinacea begitu banyak dengan komposisi yang berbeda-beda
ditiap bagian tanaman dan tiap spesies. Diperkirakan asam kafeat, alkylamides,
polisakarida dan glikoprotein berperan sebagai bahan aktif yang dapat
mempengaruhi sistim imun nonspesifik dengan cara meningkatkan produksi IL-1,
IL-6, IL-10 dan TNFa sehingga terjadi aktivasi sistim imun. Indikasi dari echinacea
adalah antijamur, Bronchitis, Antikanker, Pencegahan Infeksi Saluran Nafas Atas.
Echinacea dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit kronik progresif yang
diperantarai sistim imun seperti tuberkulosis, reumatoid artritis, penyakit kolagen
vaskuler dan multipel sklerosis. Secara teori hal ini disebabkan karena kemampuan
stimulasi sistim imun dari Echinacea dapat mengeksaserbasi komponen inflamasi
yang diperantarai sistim imun pada penyakit ini. Masih terdapat perbedaan
pendapat tentang kontraindikasi pada pasien dengan AIDS. Beberapa peneliti
mengemukakan HIV memicu respon imun yang menyebabkan munculnya gejala
AIDS karena permukaan sel dari HIV menyamai reseptor CD4 yang ditemukan di
sel normal, alasan lain kemungkinan karena polimer arabinogalaktan Echinacea
dapat menginduksi tumor necrosis factor oleh makrofag.
d. Phyllanthus Niruri
Phyllanthus, di Indonesia dikenal sebagai “meniran”, adalah tumbuhan liar
dengan tinggi 30-40 cm yang tumbuh di daerah tropis. Mekanisme Phyllanthus
niruri sebagai imunostimulator. Sebuah penelitian eksperimental laboratorik pada
mencit oleh Maat 46 (1996) menunjukan bahwa Phyllanthus mempunyai efek
terhadap respon imun nonspesifik maupun spesifik. Efeknya terhadap respon imun
nonspesifik yaitu meningkatkan fagositosis dan kemotaksis makrofag, kemotaksis
neutrofil, sitotoksisitas sel NK dan aktifitas hemolisis komplemen, sedangkan
terhadap respon imun spesifik, pemberian ekstrak Phyllanthus niruri meningkatkan
proliferasi sel limfosit T, meningkatkan sekresi TNFa dan IL-4 serta menurunkan
aktifitas sekresi IL-2 dan IL-10. Dari uji klinis ekstrak P. niruri pada manusia
dinyatakan bahwa ekstrak Phyllanthus meningkatkan kadar IFNg, kadar CD4 dan
rasio CD4/CD8. Indikasi dan Efektivitas Ekstrak Phyllanthus niruri yaitu Anti virus
hepatitis, ISPA pada anak dan Antituberkulosis
DAFTAR PUSTAKA
http://bertousman.blogspot.com/2010/05/immunomodulator-
imunosupresan.html
Baratawidjaja, G.K., dan Rengganis, I. (2010). Imunologi Dasar. Jakarta: Balai.
Penerbit FKUI
Mathilda B. Widianto.1987. Immunomodulator: Cermin Dubia Kedokteran.
1987
https://imunologikelompok3.blogspot.com/2017/05/imunostimulan.html
http://hasimupdate.blogspot.com/2012/11/imunostimulan.html