Anda di halaman 1dari 12

Nama : Gana Atria Kemala

NPM : 1102022104

Skenario 1 Blok MPT

MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI

Seorang gadis usia 23 tahun yang akan mendaftarkan rencana pernikahan di KUA (Kantor
Urusan Agama) harus mendapatkan Surat Layak Kawin dari Puskesmas berdasarkan Peraturan
Gubernur DKI No. 185 Tahun 2017 tentang Konseling dan Pemeriksaan bagi Calon Pengantin.
Salah satu proses memperoleh surat tersebut, yang bersangkutan harus mendapatkan vaksinasi
Toksoid Tetanus (TT) guna memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus bagi bayi
yang kelak akan dilahirkannya. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan hasilnya baik dan tetapi
yang bersangkutan tetap harus vaksinasi TT.

Learning Objectives :
1. Memahami dan menjelaskan imunitas tubuh
1.1 Definisi
1.2 Klasifikasi
1.2.1 Spesifik
1.2.2 Non spesifik
1.3 Proses terbentuknya
2. Memahami dan menjelaskan antigen dan antibody
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
2.3 Mekanisme
3. Memahami imunisasi dan vaksinasi
3.1 Imunisasi aktif dan pasif
3.2 Vaksinasi Toksoid Tetanus
3.2.1 Waktu pemberian
3.2.2 Cara pemberian
3.2.3 Efek samping
4. Memahami dan menjelaskan Islam terhadap vaksinasi

Uraian :

1. Memahami dan menjelaskan imunitas tubuh


1.1 Definisi
Imunitas adalah cara tubuh manusia dalam melawan dan membunuh benda asing seperti bakteri,
virus dan organ transplantasi lainnya apabila di transplantasikan ke dalam tubuh maka tubuh
menganggap benda asing tersebut bukan dari jaringan tubuh sehingga tubuh akan menolaknya.

1.2 Klasifikasi
1.2.1 Spesifik
Sistem imun spesifik(adaptive immune system), yaitu sistem imun yang
tubuh kamu bentuk setelah terpapar zat asing tertentu.
Respon imun spesifik memiliki karakteristik antara lain :
a Baru muncul setelah adanya infeksi, hal ini dikarenakan respon imun spesifik memerlukan
waktu dalam mengenali antigen atau patogen.
b Bersifat spesifik terhadap antigen, sehingga patogen tertentu dapat menghasilkan respon
imun spesifik yang khusus bekerja padanya.
Contohnya infkesi virus influenza akan
menghasilkan respon imun spesifik terhadap virus influenza dan respon imun in tidak bisa
memberikan perlindungan kepada patogen yang lain, semisal virus polio.
c Memiliki mekanisme memori, komponen-komponen respon imun spesifik dapat
membentuk sel-sel memori yang dapat "mengingat" antigen yang sama. Sehingga jika terjadi
infeksi berulang dengan patogen yang sama, maka respon imun spesifik sudah tersedia dalam
jumlah cukup dan waktu respon yang lebih cepat. Dampakya adalah proses kesembuhan pasien
menjadi lebih cepat juga.
d Durasi waktu kerja yang lama, dengan adanya sistem memori ini maka respon imun
spesifik dapat bertahan lama hingga berbulan-bulan, bertahun-tahun bahkan ada yang menetap
seumur hidup manusia.

Lalu apa sajakah komponen-komponen respon imun spesifik itu?


Diketahui ada 2 komponen yang menajdi bagian dari respon imun spesifik, yaitu :
1. Respon imun seluler, yang terdiri dari sel-sel limfosit T.
Respon imun seluler terdiri dari sel-sel limfosit T. Dimanakah sel-sel
limfosit T ini diproduksi? Sel-sel ini diproduksi pada sumsum tulang (bone
marrow) seperti pada tulang paha. Pada sumsum tulang ini, diproduksi sel-sel
punca yang akan berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel darah seperti limfosit,
platelet dan eritrosit.
Setelah diproduksi, sel-sel limfosit in kemudian akan mengalami
pematangan (maturasi) pada organ timus. Proses maturasi in akan dapat
menghasilkan sel limfosit yang mampu membedakan protein patogen dan protein
non patogen. Hal in akan kita pelajari lebih lanjut pada pertemuan yang
membahas mengenai maturasi sel limfosit T dan B.
Dimanakah letak dari organ timus kita? Organ timus ada pada rongga
dada kita di bagian depan. Anatomi organ in menunjukkan ada beberapa bagian
yang penting dalam maturasi sel-sel limfosit.
Sel limfosit T kita bisa dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Sel limfosit T helper (sel T CD4*)
Sel in memiliki penanda (marker) berupa protein di permukaan selnya yang
dinamakan CD4 (Cluster of Differentiation 4). Ole karena itu, sel-sel ini diberikan nama sel T
CD4*. Tanda positif pada penamaan in menunjukkan bahwa sel tersebut memiliki molekul CD4.
Sel T CD4* in merupakan "pengatur" dalam proses respon imunspesifik terhadap patogen. Sel in
akan menghasilkan sitokin yang berperan dalam mengaktifkan sel limfosit B untuk produksi
antibodi, sitokin untuk mengaktifkan makrofag, sitokin-sitokin untuk proses peradangan dan juga
sitokin untuk proses produksi sel T sitotoksik.

2. Sel limfosit T sitotoksik (disebut juga sel T CD8*).


Sel in merupakan salah satu jenis limfosit T yang memiliki molekul CD8 pada permukaan
selnya. Hampir sama dengan sel limfosit T helper, protein CD8 juga berfungsi dalam pengenalan
sel T sitotoksik ini ke pathogen. Sesuai dengan namanya, sel T sitotoksik ini akan bersifat
"racun" bagi sel yang terinfeksi patogen. Artinya bahwa sel sitotoksik in dapat membunuh sel
yang terinfeksi. Cara sel T sitotoksik membunuh sel terinfeksi adalah dengan menghasilkan
enzim-enzim yang dapat membuat kerusakan pada sel, seperti perforin, granzyme dan
granulysin. Enzim perforin dapat membuat lubang (pori) pada sel sehingga menjadi jalur masuk
granzyme ke dalam sel. Sedangkan enzim granzyme sendiri dapat menginduksi sel untuk
mengalami apoptosis (kematian sel). Kemudian granulysin berperan seperti perforin, tetapi
dampak yang ditimbulkannya dapat mematikan sel terinfeksi.
Demikianlah cara kerja dari sel-sel limfosit T terhadap infeksi patogen,
ada yang berperan mengatur respon imun, seperti sel T helper, dan ada pula yang bersifat
membunuh sel terinfeksi seperti sel T sitotoksik.

2. Respon Imun Humoral (antibodi).Sekarang kita akan mengenal satu lagi


komponen respon imun spesifik, yaitu antibodi. Respon imun in juga sering
disebut dengan respon imun humoral. Antibodi adalah suatu protein yang
dihasilkan oleh sel plasma (sel limfosit B yang sudah matur) yang memiliki
kemampuan untuk melawan patogen. Antibodi in memiliki struktur yang khas.
Penggambaran struktur antibodi itu seperti huruf "Y". Pada bagian atas (atau
lengan- lengannya) terdapat daerah yang dapat berikatan dengan antigen. Bagian
ini dinamakan dengan daerah Fab (antigen binding). Sedangkan pada bagian
bawah terdapat daerah yang dapat berikatan dengan protein komplemen yang
disebut daeran FC.

Antibodi sering juga disebut dengan Imunoglobulin yang disingkat


sebagai Ig. Terdapat 5 kelas Imunoglobulin yang dikenal, yaitu IgM, IgG, IgA,
IgE dan IgD. Masing-masing kelas in memiliki struktur dan fungsi masing-
masing.
Imunoglobulin M (IgM) merupakan kelas antibodi yang berstruktur
pentamerik. Banyak sekali terdapat pada darah dan merupakan antibodi yang
pertama kali diproduksi ketika terjadi infeksi.
Imunoglobulin G (IgG) juga banyak terdapat pada darah. Antibodi ini
berstruktur monomerik dan sangat berperan dalam proses opsonisasi dan aktivasi
komplemen. Kita akan membahas mengenai opsonisasi setelah ini.
Imunoglobulin A (IgA) banyak sekali terdapat pada lapisan epitel kita,
seperti saluran pencernaan, pernafasan dan reproduksi. Jika kita terinfeksi ole
patogen dan memperbanyak diri di daerah epitel, maka antibodi inilah yang akan
diproduksi dalam jumlah banyak dan menyerang patogen tersebut. Struktur dari
IgA adalah dimerik dan sangat efektif untuk proses netralisasi antigen. Kita juga
akan membahas mengenai netralisasi setelah ini.
Imunoglobulin E (IgE) berbentuk monomerik. Antibodi in diketahui
terdapat di darah dalam jumlah yang kecil. Peranan menonjol dari IgE adalah
menstimulasi sel mast untuk menghasilkan mediator kimiawi yang dapat
merangsang batuk, bersin dan muntah.
Imunoglobulin D (IgD) merupakan kelas antibodi yang belum
diketahui peranannya secara jelas. Berbeda dengan kelas antibodi yang lain, IgD
ini tidak dilepaskan ke luar sel, melainkan terdapat pada permukaan sel limfosit
B.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya peran ID dalam proses inflamasi
(peradangan).

1.2.2 Nonspesifik
Innate = mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik yang mencegah masuknya dan menyebarnya
mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya kerusakan jaringan. Ada beberapa
komponen innate immunity yaitu :
e Pemusnahan bakteri intraselular ole sel poli-morfonuklear (PMN) dan makrofag.
f Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
g Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.
h Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme, selanjutnya
terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
i Produksi interferon alfa (IFN o) oleh leukosit dan interferon beta (IFN B) oleh fibroblast
yang mempunyai efek antivirus.
j Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular ole sel natural killer (sel NK) melalui
pelepasan granula yang mengandung perforin.
k Pelepasan mediator cosinofil seperti major basic protein (MBP) dan protein kationik yang
dapat merusak membran parasit.

1.3 Proses terbentuknya


Sistem imun adalah sekelompok sel, protein, jaringan, dan organ khusus yang bekerja sama
melawan segala hal yang berbahaya bagi tubuh.

Sistem ini terdiri dari banyak komponen, mulai dari sel hingga organ. Salah satu jenis sel yang
paling penting dalam jaringan tersebut adalah sel darah putih (leukosit).
Leukosit dihasilkan atau disimpan pada berbagai tempat di tubuh di antaranya yaitu timus, limpa,
dan sumsum tulang, di mana organ-organ ini dikenal sebagai organ limfoid. Kadang leukosit
juga disimpan dalam gumpalan jaringan limfoid (kelenjar limpa) yang tersebar di seluruh tubuh.

Leukosit bergerak di seluruh tubuh melalui pembuluh limpatik dan pembuluh darah seperti
berpatroli, memantau adanya kemungkinan penyerang yang berbahaya.

Ada dua tipe leukosit utama yang bekerja sama untuk mencari dan membunuh organisme atau
zat penyebab penyakit, yaitu:
• Limfosit adalah sel-sel yang membantu tubuh mengingat dan mengenali penyerbu
sebelumnya. Limfosit juga membantu menghancurkan penyerbu tersebut. Ada dua
macam limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T. Dihasilkan di sumsum tulang, limfosit
akan menetap dan berkembang menjadi sel B, atau berpindah ke kelenjar timus dan
berkembang menjadi sel T.
• Fagosit adalah sel-sel yang memakan penyerbu. Ada berbagai macam sel yang tergolong
sebagai fagosit. Setiap jenis fagosit memiliki tugasnya masing-masing. Sebagai contoh,
tipe yang paling umum adalah neutrofil, yang bertugas melawan bakteri.

2.Memahami dan menjelaskan antigen dan antibody


2.1 Definisi
Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respons imun yang dirangsang
oleh imunogen spesifik seperti antibodi dan atau TCR. Antigen lengkap adalah antigen yang
menginduksi baik respons imun maupun bereaksi dengan produknya. Yang disebut antigen
inkomplit atau hapten, tidak dapat dengan sendiri menginduksi respons imun, tetapi dapat
bereaksi dengan produkya seperti antibodi. Hapten dapat dijadikan imunogen melalui ikatan
dengan molekul besar yang disebut molekul atau protein pembawa.
Secara fungsional antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. Contoh hapten adalah
dinitrofenol, berbagai golongan antibiotik dan obat lainnya dengan berat molekul kecil. Hapten
biasanya dikenal oleh sel B, sedangkan protein pembawa oleh sel T. Hapten membentuk epitop
pada protein pembawa yang dikenal sistem imun dan merangsang pembentukan antibody.

2.2Klasifikasi
Pembagian antigen
Antigen dapat dibagi menurut epitop, spesifisitas, ketergantungan terhadap sel
T dan sifat kimiawi:
1. Pembagian antigen menurut epitop
a. Unideterminan, univalent Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu
molekul.
b. Unideterminan, multivalent Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau
lebih determinan tersebut ditemu-kan pada satu molekul.
c. Multideterminan, univalent Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi
hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein).
d. Multideterminan, multivalent Banyak macam determinan dan banyak dari
setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang
tinggi dan kompleks secara kimiawi)
2. Pembagian antigen menurut spesifisitas
1 Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies
2 Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu
3 Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies
4 Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu
5 Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri

3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T


a. T dependen, yang memerlukan pe-ngenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk dapat
menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam golongan ini
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tapa bantuan sel T untuk membentuk antibodi.
Kebanyakan antigen golongan in berupa molekul besar polimerik yang dipecah di dalam
tubuh secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan dan
flagelin polimerik bakteri

4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi


a. Hidrat arang (polisakarida)
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang me-rupakan bagian
permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respons imun terutama
pembentukan antibodi. Contoh lain adalah respons imun yang ditimbulkan golongan
darah ABO, sifat antigen dan spesifitas imunnya berasal dari polisakarida pada
permukaan sel darah merah
b. Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila dikat protein pembawa.
Lipid dianggap sebagai hapten, contonya adalah sfingolipid
c. Asam nukleat
Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila dikat protein
molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons
imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan LES
d. Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminant dan
univalent

2.3Mekanisme
Mikroorganisme dan zat-zat asing yang menyerang tubuh disebut sebagai antigen alias bibit
penyakit. Saat antigen terdeteksi, serangkaian respon imun akan terjadi untuk melindungi tubuh
dari terinfeksi.

Pada proses tersebut, beberapa macam sel bekerja sama untuk mengenali antigen dan
memberikan respon. Sel-sel ini kemudian merangsang limfosit B untuk menghasilkan antibodi.
Antibodi adalah protein yang didesain khusus untuk menempel pada antigen tertentu. Setelah itu,
sel T mencari antigen yang telah ditumpangi dan menghancurkannya. Sel T juga membantu
memberi sinyal pada sel-sel lain (seperti fagosit) untuk melakukan tugasnya.
Begitu dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh seseorang selama beberapa waktu, sehingga
apabila antigen atau bibit penyakit kembali, antibodi sudah tersedia untuk melakukan misinya.

Antibodi juga dapat menetralkan racun yang dihasilkan oleh organisme dan mengaktifkan
sekelompok protein yang disebut komplemen. Komplemen adalah bagian dari sistem imun yang
membantu membunuh bakteri, virus atau sel-sel yang terinfeksi.

Respons imun tubuh dipicu oleh masuknya antigen/ mikroorganisme ke dalam tubuh
dan dihadapi oleh sel makrofag yang selanjutnya akan berperan sebagai antigen presenting cell
(APC). Sel ini akan menangkap sejumlah kecil antigen dan diekspresikan ke permukaan sel yang
dapat dikenali oleh sel limfosit T penolong (Th atau T helper). Sel Th in akan teraktivasi dan
(selanjutnya sel Th ini) akan mengaktivasi limfosit lain seperti sel limfosit B atau sel limfosit T
sitotoksik. Sel T sitotoksik ini kemudian berpoliferasi dan mempunyai fungsi efektor untuk
mengeliminasi antigen.
Setiap prosesi ini sel limfosit dan sel APC bekerja sama melalui kontak langsung atau
melalui sekresi sitokin regulator. Sel-sel ini juga dapat berinteraksi secara simultan dengan sel
tipe lain atau dengan komponen komplemen, kinin atau sistem fibrinolitik yang menghasilkan
aktivasi fagosit, pembekuan darah atau penyembuhan luka. Respons imun dapat bersifat lokal
atau sistemik akan berhenti bila antigen sudah berhasil dieliminasi melalui mekanisme kontrol.

3. Memahami imunisasi dan vaksinasi


Imunisasi adalah upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan tubuh
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga vaksin yang diberikan pada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
3.1 Imunisasi aktif dan pasif
Jenis Imunisasi
Berdasarkan Permenkes No 12 Tahun 2017 jenis imunisasi di Indonesia
dikelompokkan menjadi dua yaitu imunisasi program dan imunisasi pilihan. Pada Permenkes
terdahulu yaitu No 42 Tahun 2013 imunisasi program ini sering disebut sebagai imunisasi wajib.
Keduanya memiliki konsep yang sama hanya berbeda pada konten istilah yang digunakan.
1. Imunisasi Program
Merupakan imunisasi yang harus diberikan sesuai dengan jenis vaksin, jadwal atau waktu
pemberian yang ditetapkan.
Imunisasi program adalah imunisasi yang diwajiban pada seseorang sebagai bagian dari
masyarakat untuk melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitar dari penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Imunisasi program ini dibagi menjadi tiga yaitu
imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus. Imunisasi ruin dilaksanakan secara
terus menerus dan berkesinambungan. Imunisasi ruin ini terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan.
a. Imunisasi Rutin terbagi menjadi tiga yaitu imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
1) Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas
ambang perlindungan (Kemenkes RI, 2005). Imunisasi dasar terdiri atas imunisasi terhadap
penyakit hepatitis B, poliomyelitis, tuberkolosisi, difteri, pertusis, tetanus, pneumonia dan
meningitis yang disebabkan oleh
Hemophilus Influenza tipe b (Hib); dan campak.
Imunisasi dasar yang rutin di berikan di Puskesmas adalah imunisasi wajib yang terdiri dari BCG
diberikan umur 0-1 bulan dengan dosis 0,05 ml, HB-0 diberikan sebanyak 0,5 ml, Polio
sebanyak 2 tetes. Jenis imunisasi tersebut diberikan pada bayi umur 0-2 bulan.
Jenis imunisasi yang diberikan pada bayi umur 2-11 bulan adalah DPT-HB-Hib, Campak, dan
polio. Status imunisasi lengkap bila bayi telah memperoleh imunisasi DPT-HB/DPT-HB/Hib 3,
Polio 4 dan Campak sebelum umur 11 bulan. Dalam pelaksanaannya program imunisasi dasar
dilakukan oleh petugas yang telah ditunjuk ole kepala puskesmas setempat. Imunisasi dasar:
dosis minimal yang harus didapatkan oleh seorang bayi atau ibu hamil.
2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan adalah ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat
kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan anak
yang sudah mendapatkan imunisasi dasar (Kemenkes RI, 2005). Imunisasi lanjutan merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada
anak usia bawah dua tahun (baduta), anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS) termasuk
ibu hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan
pelayanan antenatal. Imunisasi lanjutan yang diberikan pada baduta terdiri atas imunisasi
terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang
disebabkan ole Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta campak.

Pemberian imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat diberikan dalam
rentang usia 18-24 bulan. Baduta yang telah lengkap imunisasi dasar dan mendapatkan imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status imunisasi T3.
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar terdiri atas imunisasi terhadap
penyakit campak, tetanus, dan difter yang diberikan pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)
yang dintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah.

Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap imunisasi dasar dan imunisasi laniutan DPT-HB-Hib
serta mendapatkan imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status imunisasi T5.

3) Imunisasi Tambahan
Merupakan jenis imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Imunisasi jenis ini dilakukan untuk melengkapi imunisasi dasar dan atau lanjutan pada target
sasaran yang belum tercapai.
4. Backlog Fighting
5. Crash Program
6. Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
7. Catch Up Campaign (Kampanye)
8. Sub-PIN
9. Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (outbreak response immunization/ORI)

2. Imunisasi Pilihan

Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit tertentu. Contohnya
terhadap penyakit pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus, dare yang
disebabkan oleh rotavirus, influenza, cacar air (varisela), gondongan (mumps); campak jerman
(rubela); demam tifoid; hepatitis A; kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human
Papillomavirus; Japanese Encephalitis; herpes zoster; hepatitis B pada dewasa; dan demam
berdarah. Istilah lain yang perlu diketahui terkait program imunisasi di antaranya yaitu:

a. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) adalah bentuk operasional dari imunisasi lanjutan
pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran semua
anak kelas 1, 2, dan 3 di seluruh Indonesia.
b. Universal Child Immunization yang selanjutnya disebut
UCI adalah suatu keadaan
tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (berumur 1 tahun).
c. Rantai vaksin adalah pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin
tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah ditetapkan.
d. Kajian ikutan pasca imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang diduga ada hubungannya dengan
pemberian imunisasi.
e. Imunisasi khusus merupakan imunisasi yang diberikan pada penyakit tertentu yang
terbagi menjadi dua yaitu:
1. Imunisasi yang menjadi program yaitu meningitis, demam kuning dan rabies.
2. Imunisasi yang tidak termasuk ke dalam program yaitu hepatitis A, Kolera, Japanese
encephalitis, tifus abdominalis, penumoni pneumokokus, shigellosis, rubella,
varicella, parotitis epidemica, dan rotavirus (Askeb Neonatus,2021).

Vaksin

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan
dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit tertentu. “Vaksin adalah mikroorganisme yang sudah dimatikan
atau dilemahkan. Jika diberikan kepada orang yang sehat, ini dapat menimbulkan antibodi
spesifik terhadap penyakit tertentu.”
3.2 Vaksinasi Toksoid Tetanus
Vaksin TT merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial
gelas, mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi kedalam aluminium fosfat.
INDIKASI Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap tetanus dan perlindungan
terha-dap tetanus neonatorum pada wanita usia subur. CARA KERJA
OBAT Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap tetanus.
3.2.1 Waktu pemberian
Imunisasi TT merupakan aturan resmi yang ditetapkan pemerintah bahkan sejak
tahun 1986. Di tahun 1980-an, tetanus menduduki peringkat teratas sebagai penyebab kematian
bayi berusia di bawah satu bulan. Meskipun kini kasus serupa itu sudah menurun, ancamannya
masih ada, sehingga perlu diwaspadai.Imunisasi TT diberikan kepada mereka yang masuk dalam
kategori Wanita Usia Subur (WUS) yaitu wanita berusia 15-39 tahun,termasuk ibu hamil (bumil)
dan calon pengantin (catin).
Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi DPT.
Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi tetanus terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
dengan vaksin TT (Tetanus Toxoid). Dianjurkan imunisasi tetanus setiap interval 5 tahun: 25, 30,
35 dst. Wanita hamil sebaiknya mendapat imunisasi tetanus dan melahirkan di tempat bersih dan
steril
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid Tetanus yang telah dimurnikan yang
teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai
pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Vaksin TT
dipergunakan untuk pencegahan tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi wanita
usia subur, dan juga untuk pencegahan tetanus.

3.2.2 Cara pemberian


Dosis dan Cara Pemberian vaksin harus dikocok dulu sebelum digunakan untuk
menghomogenkan suspensi. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan yang
dalam. Jarum suntik dan syringe yang steril harus digunakan pada setiap penyuntikan.
Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus / tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer 0,5
ml yang diberikan secara intramuskuler atau subkutan yang
dalam dengan interval 4 minggu yang dilanjutkan dengan dosis ke tiga pada 6 - 12 bulan
berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka
dianjurkan diberikan 5 dosis TT. Dosis ke
empat diberikan 1 tahun setelah dosis ke tiga, dan dosis ke lima diberikan 1 tahun setelah
dosis ke empat. Imunisasi TT dapat secara aman diberikan selama masa kehamilan bahkan pada
periode trimester pertama.
Perlu diketahui imunisasi TT adalah proses membangun kekebalan sebagai pencegahan
terahadap infeksi tetanus. Dimana imunisasi tersebut bisa diberikan pada bumil pada trimester I
sampai dengan trimester III, yaitu TT pertama dapat diberikan sejak diketahui setelah positif
hamil dan TT kedua minimal 4 minggu setelah TT pertama. Sedangkan batas terakhir pemberian
TT yang kedua adalah minimal 2 minggu sebellum melahirkan. Dan Akan lebih bagus lagi bila
ibu imunisasi TT sebelum hamil.
Data menunjukkan bahwa di negara Indonesia masih banyak terjadi kasus tetanus baik
pada bayi maupun ibu setelah melahirkan. Jadi sangat wajar apabila pemerintah melalui Kantor
Urusan Agama (KUA) mewajibkan agar para wanita yang akan menikah untuk diberikan
imunisasi TT. Tempat persalinan yang kurang bersih dan steril menjadi penyebab utama
terjadinya tetanus. Jadi pada dasarnya, tujuan imunisasi TT sebelum nikah dilakukan agar ketika
bunda hamil lalu melahirkan ditempat yang tidak bersih dan steril tidak mengakibatkan terkena
tetanus saat tali pusar bayi diputuskan.

POSOLOGI (kajian ttg dosis obat)


• Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/ tetanus neonatorum
terdiri dari 2 dosis primer @ 0,5 mL yang diberikan secara intramuskular dengan
interval 4-6 minggu, diikuti dengan dosis ke tiga 6 bulan berikutnya.
• Vaksin TT dapat diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, Campak, Rubella, Mumps,
Polio (OPV atau IPV), Hepatitis B,Haemophilus Influenzae tipe b, dan Yellow Fever
pada lokasi penyuntikan yang berbeda, serta suplemen vitamin A.

3.2.3 Efek samping

Bersifat ringan dan jarang, seperti sakit dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara, serta kadang-kadang demam. Aman diberikan selama masa kehamilan. (“DINKES -
Menentukan Status Imunisasi TT Wanita Usia Subur”)

4 Memahami dan menjelaskan pandangan Islam terhadap vaksinasi


Tidak semua ulama mengharamkan vaksin, mayoritas ulama indonesia (MUI)
justru membolehkan vaksin asalkan menggunakan bahan halal dan suci, sebab vaksin
dianggap sebagai tindakan pencegahan terhadap penyakit. dalam fatwa Komisi Ulama
Indonesia (MUI) Nomor 4 Tahun 2016:
1. Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan
kekebalan tubuh (imunisasi)dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.
2. Vaksin untuk imunisasi wajib menggunakan vaksin yang halal dan suci.
3. Menggunakan vaksin imunisasi yang berbahan haram dan/atau najis
hukumnya haram. Kecuali dalam 3 (tiga) kondisi:
1. Vaksin digunakan pada kondisi al-dharurat (bila tidak di imunisasi
mengancam jiwa) atau al hajat (apabila tidak dimunisasi menyebabkan
kecatatan).
2. Belum ditemukan vaksin yang berbahan halal.
3. Adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan terpercaya bahwa
tidak ada halal, dengan semua itu maka penggunaan vaksin yang menggunakan bahan haram
atau najis itu boleh.
DAFTAR PUSTAKA
Askeb Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah Series Imunisasi. N.p., Deepublish, 2021.

“DINKES - Menentukan Status Imunisasi TT Wanita Usia Subur.” DINKES - Menentukan


Status Imunisasi TT Wanita Usia Subur, dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/161/menentukan-
status-imunisasi-tt-wanita-usia-subur.

Anda mungkin juga menyukai