NPM : 1102022104
Seorang gadis usia 23 tahun yang akan mendaftarkan rencana pernikahan di KUA (Kantor
Urusan Agama) harus mendapatkan Surat Layak Kawin dari Puskesmas berdasarkan Peraturan
Gubernur DKI No. 185 Tahun 2017 tentang Konseling dan Pemeriksaan bagi Calon Pengantin.
Salah satu proses memperoleh surat tersebut, yang bersangkutan harus mendapatkan vaksinasi
Toksoid Tetanus (TT) guna memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus bagi bayi
yang kelak akan dilahirkannya. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan hasilnya baik dan tetapi
yang bersangkutan tetap harus vaksinasi TT.
Learning Objectives :
1. Memahami dan menjelaskan imunitas tubuh
1.1 Definisi
1.2 Klasifikasi
1.2.1 Spesifik
1.2.2 Non spesifik
1.3 Proses terbentuknya
2. Memahami dan menjelaskan antigen dan antibody
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
2.3 Mekanisme
3. Memahami imunisasi dan vaksinasi
3.1 Imunisasi aktif dan pasif
3.2 Vaksinasi Toksoid Tetanus
3.2.1 Waktu pemberian
3.2.2 Cara pemberian
3.2.3 Efek samping
4. Memahami dan menjelaskan Islam terhadap vaksinasi
Uraian :
1.2 Klasifikasi
1.2.1 Spesifik
Sistem imun spesifik(adaptive immune system), yaitu sistem imun yang
tubuh kamu bentuk setelah terpapar zat asing tertentu.
Respon imun spesifik memiliki karakteristik antara lain :
a Baru muncul setelah adanya infeksi, hal ini dikarenakan respon imun spesifik memerlukan
waktu dalam mengenali antigen atau patogen.
b Bersifat spesifik terhadap antigen, sehingga patogen tertentu dapat menghasilkan respon
imun spesifik yang khusus bekerja padanya.
Contohnya infkesi virus influenza akan
menghasilkan respon imun spesifik terhadap virus influenza dan respon imun in tidak bisa
memberikan perlindungan kepada patogen yang lain, semisal virus polio.
c Memiliki mekanisme memori, komponen-komponen respon imun spesifik dapat
membentuk sel-sel memori yang dapat "mengingat" antigen yang sama. Sehingga jika terjadi
infeksi berulang dengan patogen yang sama, maka respon imun spesifik sudah tersedia dalam
jumlah cukup dan waktu respon yang lebih cepat. Dampakya adalah proses kesembuhan pasien
menjadi lebih cepat juga.
d Durasi waktu kerja yang lama, dengan adanya sistem memori ini maka respon imun
spesifik dapat bertahan lama hingga berbulan-bulan, bertahun-tahun bahkan ada yang menetap
seumur hidup manusia.
1.2.2 Nonspesifik
Innate = mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik yang mencegah masuknya dan menyebarnya
mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya kerusakan jaringan. Ada beberapa
komponen innate immunity yaitu :
e Pemusnahan bakteri intraselular ole sel poli-morfonuklear (PMN) dan makrofag.
f Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
g Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.
h Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme, selanjutnya
terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
i Produksi interferon alfa (IFN o) oleh leukosit dan interferon beta (IFN B) oleh fibroblast
yang mempunyai efek antivirus.
j Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular ole sel natural killer (sel NK) melalui
pelepasan granula yang mengandung perforin.
k Pelepasan mediator cosinofil seperti major basic protein (MBP) dan protein kationik yang
dapat merusak membran parasit.
Sistem ini terdiri dari banyak komponen, mulai dari sel hingga organ. Salah satu jenis sel yang
paling penting dalam jaringan tersebut adalah sel darah putih (leukosit).
Leukosit dihasilkan atau disimpan pada berbagai tempat di tubuh di antaranya yaitu timus, limpa,
dan sumsum tulang, di mana organ-organ ini dikenal sebagai organ limfoid. Kadang leukosit
juga disimpan dalam gumpalan jaringan limfoid (kelenjar limpa) yang tersebar di seluruh tubuh.
Leukosit bergerak di seluruh tubuh melalui pembuluh limpatik dan pembuluh darah seperti
berpatroli, memantau adanya kemungkinan penyerang yang berbahaya.
Ada dua tipe leukosit utama yang bekerja sama untuk mencari dan membunuh organisme atau
zat penyebab penyakit, yaitu:
• Limfosit adalah sel-sel yang membantu tubuh mengingat dan mengenali penyerbu
sebelumnya. Limfosit juga membantu menghancurkan penyerbu tersebut. Ada dua
macam limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T. Dihasilkan di sumsum tulang, limfosit
akan menetap dan berkembang menjadi sel B, atau berpindah ke kelenjar timus dan
berkembang menjadi sel T.
• Fagosit adalah sel-sel yang memakan penyerbu. Ada berbagai macam sel yang tergolong
sebagai fagosit. Setiap jenis fagosit memiliki tugasnya masing-masing. Sebagai contoh,
tipe yang paling umum adalah neutrofil, yang bertugas melawan bakteri.
2.2Klasifikasi
Pembagian antigen
Antigen dapat dibagi menurut epitop, spesifisitas, ketergantungan terhadap sel
T dan sifat kimiawi:
1. Pembagian antigen menurut epitop
a. Unideterminan, univalent Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu
molekul.
b. Unideterminan, multivalent Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau
lebih determinan tersebut ditemu-kan pada satu molekul.
c. Multideterminan, univalent Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi
hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein).
d. Multideterminan, multivalent Banyak macam determinan dan banyak dari
setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang
tinggi dan kompleks secara kimiawi)
2. Pembagian antigen menurut spesifisitas
1 Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies
2 Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu
3 Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies
4 Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu
5 Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri
2.3Mekanisme
Mikroorganisme dan zat-zat asing yang menyerang tubuh disebut sebagai antigen alias bibit
penyakit. Saat antigen terdeteksi, serangkaian respon imun akan terjadi untuk melindungi tubuh
dari terinfeksi.
Pada proses tersebut, beberapa macam sel bekerja sama untuk mengenali antigen dan
memberikan respon. Sel-sel ini kemudian merangsang limfosit B untuk menghasilkan antibodi.
Antibodi adalah protein yang didesain khusus untuk menempel pada antigen tertentu. Setelah itu,
sel T mencari antigen yang telah ditumpangi dan menghancurkannya. Sel T juga membantu
memberi sinyal pada sel-sel lain (seperti fagosit) untuk melakukan tugasnya.
Begitu dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh seseorang selama beberapa waktu, sehingga
apabila antigen atau bibit penyakit kembali, antibodi sudah tersedia untuk melakukan misinya.
Antibodi juga dapat menetralkan racun yang dihasilkan oleh organisme dan mengaktifkan
sekelompok protein yang disebut komplemen. Komplemen adalah bagian dari sistem imun yang
membantu membunuh bakteri, virus atau sel-sel yang terinfeksi.
Respons imun tubuh dipicu oleh masuknya antigen/ mikroorganisme ke dalam tubuh
dan dihadapi oleh sel makrofag yang selanjutnya akan berperan sebagai antigen presenting cell
(APC). Sel ini akan menangkap sejumlah kecil antigen dan diekspresikan ke permukaan sel yang
dapat dikenali oleh sel limfosit T penolong (Th atau T helper). Sel Th in akan teraktivasi dan
(selanjutnya sel Th ini) akan mengaktivasi limfosit lain seperti sel limfosit B atau sel limfosit T
sitotoksik. Sel T sitotoksik ini kemudian berpoliferasi dan mempunyai fungsi efektor untuk
mengeliminasi antigen.
Setiap prosesi ini sel limfosit dan sel APC bekerja sama melalui kontak langsung atau
melalui sekresi sitokin regulator. Sel-sel ini juga dapat berinteraksi secara simultan dengan sel
tipe lain atau dengan komponen komplemen, kinin atau sistem fibrinolitik yang menghasilkan
aktivasi fagosit, pembekuan darah atau penyembuhan luka. Respons imun dapat bersifat lokal
atau sistemik akan berhenti bila antigen sudah berhasil dieliminasi melalui mekanisme kontrol.
Pemberian imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat diberikan dalam
rentang usia 18-24 bulan. Baduta yang telah lengkap imunisasi dasar dan mendapatkan imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status imunisasi T3.
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar terdiri atas imunisasi terhadap
penyakit campak, tetanus, dan difter yang diberikan pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)
yang dintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah.
Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap imunisasi dasar dan imunisasi laniutan DPT-HB-Hib
serta mendapatkan imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status imunisasi T5.
3) Imunisasi Tambahan
Merupakan jenis imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Imunisasi jenis ini dilakukan untuk melengkapi imunisasi dasar dan atau lanjutan pada target
sasaran yang belum tercapai.
4. Backlog Fighting
5. Crash Program
6. Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
7. Catch Up Campaign (Kampanye)
8. Sub-PIN
9. Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (outbreak response immunization/ORI)
2. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit tertentu. Contohnya
terhadap penyakit pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus, dare yang
disebabkan oleh rotavirus, influenza, cacar air (varisela), gondongan (mumps); campak jerman
(rubela); demam tifoid; hepatitis A; kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human
Papillomavirus; Japanese Encephalitis; herpes zoster; hepatitis B pada dewasa; dan demam
berdarah. Istilah lain yang perlu diketahui terkait program imunisasi di antaranya yaitu:
a. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) adalah bentuk operasional dari imunisasi lanjutan
pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran semua
anak kelas 1, 2, dan 3 di seluruh Indonesia.
b. Universal Child Immunization yang selanjutnya disebut
UCI adalah suatu keadaan
tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (berumur 1 tahun).
c. Rantai vaksin adalah pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin
tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah ditetapkan.
d. Kajian ikutan pasca imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang diduga ada hubungannya dengan
pemberian imunisasi.
e. Imunisasi khusus merupakan imunisasi yang diberikan pada penyakit tertentu yang
terbagi menjadi dua yaitu:
1. Imunisasi yang menjadi program yaitu meningitis, demam kuning dan rabies.
2. Imunisasi yang tidak termasuk ke dalam program yaitu hepatitis A, Kolera, Japanese
encephalitis, tifus abdominalis, penumoni pneumokokus, shigellosis, rubella,
varicella, parotitis epidemica, dan rotavirus (Askeb Neonatus,2021).
Vaksin
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan
dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit tertentu. “Vaksin adalah mikroorganisme yang sudah dimatikan
atau dilemahkan. Jika diberikan kepada orang yang sehat, ini dapat menimbulkan antibodi
spesifik terhadap penyakit tertentu.”
3.2 Vaksinasi Toksoid Tetanus
Vaksin TT merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial
gelas, mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi kedalam aluminium fosfat.
INDIKASI Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap tetanus dan perlindungan
terha-dap tetanus neonatorum pada wanita usia subur. CARA KERJA
OBAT Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap tetanus.
3.2.1 Waktu pemberian
Imunisasi TT merupakan aturan resmi yang ditetapkan pemerintah bahkan sejak
tahun 1986. Di tahun 1980-an, tetanus menduduki peringkat teratas sebagai penyebab kematian
bayi berusia di bawah satu bulan. Meskipun kini kasus serupa itu sudah menurun, ancamannya
masih ada, sehingga perlu diwaspadai.Imunisasi TT diberikan kepada mereka yang masuk dalam
kategori Wanita Usia Subur (WUS) yaitu wanita berusia 15-39 tahun,termasuk ibu hamil (bumil)
dan calon pengantin (catin).
Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi DPT.
Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi tetanus terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
dengan vaksin TT (Tetanus Toxoid). Dianjurkan imunisasi tetanus setiap interval 5 tahun: 25, 30,
35 dst. Wanita hamil sebaiknya mendapat imunisasi tetanus dan melahirkan di tempat bersih dan
steril
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid Tetanus yang telah dimurnikan yang
teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai
pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Vaksin TT
dipergunakan untuk pencegahan tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi wanita
usia subur, dan juga untuk pencegahan tetanus.
Bersifat ringan dan jarang, seperti sakit dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara, serta kadang-kadang demam. Aman diberikan selama masa kehamilan. (“DINKES -
Menentukan Status Imunisasi TT Wanita Usia Subur”)