Definisi Imunofarmakologi
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun
(kekebalan) pada semua organisme. Sedangkan imunofarmakologi merupakan ilmu
yang mempelajari zat kimia (obat) yang dapat mengontrol respons imun dalam
pengobatan dan oencegahan suatu penyakit.
B. Imunomodulator
Obat yang diharapkan dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang
fungsinya terganggu atau untuk menekan fungsinya yang berlebihan merupakan obat
ideal. Imunomodulator adalah obat-obatan yang dapat mengembalikan keseimbangan
sistem imun. Obat yang sekaligus memperbaiki fungsi komponen sistem imun yang
satu (imunostimulator) dan menekan fungsi komponen yang lain (imunosupresan),
dewasa ini belum ditemukan. Terdapat lima obat golongan imunomodulator bekerja
berdasarkan 3 cara yaitu melalui :
Imunorestorasi
Imunostimulasi
Imunosupresi
Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau upregulation,
I.
dengan
memberikan
berbagai
komponen
sistem
imun,
seperti
Infus plasma segar telah diberikan sejak tahun 1960 dalam usaha memperbaiki sistem
imun. Keuntungannya ialah karena semua jenis imunoglobulin dapat diberikan dalam
jumlah besar tanpa menimbulakan rasa sakit. Efek samping yang dapat terjadi ialah
penularan virus dan reaksi anafilaksis. Antigen memacu produksi berbagai antibodi,
masing-masing dengan spesifisitas sendiri. Valensi antigen adalah sama dengan
jumlah total epitop yang dimiliki antigen.
C. Plasmaferesis
Plasmaferesis dilakukan dengan mengambil darah, plasma dipisahkan dari fraksi yang
mengandung banyak sel darah merah dikembalikan. Sebaliknya pada exchange
plasma dilakukan dengan mengambil darah, plasma dipisahkan dan mengembalikan
fraksi yang kaya dengan sel darah merah dalam plasma donor. Perbaikan pada
plasmaferesis diduga karena plasma yang dipisahkan mengandung banyak antibodi
yang dapat merusak jaringan atau sel misalnya pada :
Miastenia gravis: antibodi terhadap reseptor asetilkolin
Sindrom Goodpasture: auto-antibodi terhadap membran
basal
glomerulus ginjal
Anemia hemolitik autoimun
D. Leukoferesis
Pemisahan leukosit secara selektif dari penderita telah pula dilakukan dalam usaha
terapi pada arthritis reumatoid yang tidak memberikan respons dengan cara-cara yang
II.
sudah ada.
Imunostimulan
Imunostimulan atau imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun
dengan menggunakan imunostimulan yaitu bahan yang dapat merangsang sistem
imun.
a. Biologis
1) Hormon timus
Sel epitel timus memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi dalam
pematangan sel T dan modulasi fungsi sel T yang sudah matang. Ada 4 jenis hormon
timus, yaitu timosin alfa, timostimulan, timopoietin dan faktor humoral timus.
Semuanya mempunyai sifat memperbaiki fungsi sistem imun (imunostimulasi nonspesifik) pada usia lanjut, kanker, autoimunitas dan pada defek sistem
imun(imunostimulasi non-spesifik) pada usia lanjut, kanker, autoimunitas dan pada
imunosupresi sistem imun akibat pengobatan. Bahan-bahan tersebut meningkatkan
jumlah, fungsi dan reseptor sel T dan beberapa aspek imunitas seluler. Efek
sampingnya berupa reaksi alergi lokal atau sistemik.
2) Limfokin
Limfokin disebut juga interleukin atau sitokin, diproduksi oleh limfosit yang
diaktifkan dan memiliki peran penting dalam respon imun selular. Contohnya ialah
Macrophage Activating Factor (MAF), Macrophage Growth Factor (MGF), T-cell
Growth Factor atau Interleukin-2 (IL-2), Colony Stimulating Factor (CSF) dan
interferon gama (IFN-) dan IFN-. Gangguan sintetis IL-2 ditemukan pada kanker,
penderita AIDS, usia lanjut dan autoimunitas.
3) Interferon
Ada tiga jenis interferon yaitu alfa, beta dan gama. INF- diproduksi oleh leukosit,
INF- oleh sel fibroblas yang bukan limfosit dan IFN- atau interferon imun oleh sel
T yang diaktifkan. Semua jenis interferon dapat menghambat replikasi virus DNA dan
RNA, sel normal dan sel ganas serta memodulasi sistem imun.
Interferon dalam dosis tinggi menghambat proliferasi sel B dan sel T sehingga
menurunkan respons imun selular dan humoral. Pada
sebagai profilaksis pada tumor rekuren seperti karsinoma kandung kencing yang
merupakan tumor tersering ke-6.
b. Korinebakterium parvum
Kuman K.parvum digunakan sebagai imunostimulan mempunyai sifat mirip dengan
BCG, digunakan sebagai imunostimulator non-spesifik pada keganasan.
c. Klebsiela dan Brusela
Klebsiela dan brusela diduga memiliki efek yang sama seperti BCG.
d. Bordetela pertusis
Bordetela pertusis memproduksi Lymphocytosis Promoting Factor (LPF) yang
merupakan mitogen untuk sel T dan imunostimulan.
e. Endotoksin
Endotoksin atau LPS adalah komponen dinding bakteri negatif-Gram seperti E.coli,
sigela dan salmonela yang dapat merangsang proliferasi sel B dan sel T serta
mengaktifkan makrofag.
8) Bahan asal jamur
Berbagai bahan seperti lentinan, krestin, glukan dan schizophyllan telah dapat
dihasilkan oleh jamur. Bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan fungsi makrofag.
Dua preparat diantaranya yaitu krestin dan lentinan telah banyak digunakan dalam
pengobatan kanker sebagai imunostimulan nonspesifik.
b. Sintetik
1. Levamisol
Levamisol merupakan derivat tetramizol, obat cacing yang dapat meningkatkan
proliferasi dan sitotoksisitas sel T serta mengembalikan anergi pada beberapa
penderita kanker (imunostimulasi nonspesifik). Levamisol dapat meningkatkan efek
antigen, mitogen, limfokin dan faktor kemotaktik terhadap limfosit, granulosit dan
makrofag.
Levamisol telah pula digunakan dalam penanggulangan artritis reumatoid, penyakit
virus dan LES. Dosis yang diberikan ialah 2,5 mg/kg BB secara oraluntuk dua
minggu berturut-turut.
2. Isoprinosin
ISO adalah bahan sintetis yang mempunyai sifat antivirus dan juga meningkatkan
proliferasi dan toksisitas sel Tseperti halnya levamisol. ISO diduga membantu
produksi IL-2 (LIMFOKIN) yang berperan dalam diferensiasi limfosit, makrofag,
serta peningkatan fungsi sel NK. Dosis yang biasa diberikan adalah 50 mg/kgBB
yang dapat dinaikkan samapai 1-4 g/hari bila diperlukan..
3. Muramil Dipeptida (MDP)
Merupakan komponen aktif terkecil dari dinding sel mikobacteri. MDP telah banyak
digunakan sebagai ajuvan yang diberikan dengan vaksin pada pengobatan tumor
untuk mencegah rekurens tumor dan infeksi.
4. Biologic Response Modifier
imun seluler.
Bestatin diberikan secara oral, dapat meningkatkan respons imun seluler dan
humoral.
Tuftsin diberikan secara parenteral, dapat meningkatkan fungsi makrofag, sel
NK dan granulosit.
Maleic anhydride, divynil ether copolymer diberikan secara parenteral dan
III.
2. Takrolimus
FK506 adalah suatu makrolida yang diproduksi S. tsukubaensis, sudah lama
digunakan dalam klinik. Efeknya seperti siklosporin A yang mencegah transkripsi gen
sitokin IL-2, IL-3, IL-4, IL-5, GM-CSF, IFN-, dan TNF- baik dari sel mononuklear
atau sel mast.
3. Rafamisin
Rapamisin (sirolimus) adalah makrolida lain asal S. Higroskopis yang dapat
mencegah sinyal transduksi melalui IL-2 dan sitokin lain. Oleh karena itu rapamisin
hanya mencegah sel-sel yang telah diaktifkan. Rafamisin juga mencegah produksi
imunoglobulin dan bekerja sinergistis dengan CsA dan mencegah degranulasi
eosinofil.
Pada umumnya, azatioprin dan siklosporin bekerja terhadap sel T matang, sedang KS
dan derivat jamur mencegah fungsi sel matang.
E. Steroid
1. Efek antiinflamasi
KS atau kortikosteroid adalah molekul lipofilik yang ditemukan dalam darah dan
kebanyakan diikat oleh globulin dan albumin. KS menunjukkan efek anti-inflamasi
yang luas dan imunosupresi. Efek anti-inflamasinya nampak dalam berbagai tingkat
terhadap produksi, pengerahan, aktivasi dan fungsi sel efektor. KS memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :
Mengubah jalur sirkulasi yang menimbulkan akumulasi leukosit di tempat
inflamasi
Menurunkan jumlah leukosit, monosit, eosinofil, dan basofil dalam sirkulasi
kecuali PMN
Menghambat pengerahan limfosit dengan menekan produksi sitokin Th1 dan
Th2
Menunjukkan efek terhadap makrofag, menurunkan produksi IL-1 dan
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA