Anda di halaman 1dari 7

PERCOBAAN 3

EFEK FARMAKOKINETIKA OBAT PADA HEWAN UJI

( METABOLISME)

A. CPMK

1. Mampu mengaplikasikan cara penanganan hewan uji ang baik dan

penggunaan hewan uji sesuai etik

2. Mampu membandingkan dan mengklasifikasikan cara pemberian obat pada

hewan uji, aktivitas obat nonsteroid dan steroid, penyakit sindrom

metabolik.

B. TUJUAN

Mahasiswa mampu membedakan efek antar hewan uuji yang berkelamin

sama dan antar hewan uji jantan dan betina sebagai dasar pertimbangan dengan

menggunakan hewan percobaan.

C. DASAR TEORI

Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia senyawa obat oleh

organisme hidup, pada umumnya dilakukan melalui proses enzimatik. Proses

metabolisme obat merupakan salah satu hal penting dalam penentuan durasi dan

intensitas khasiat farmakologis obat. Metabolisme obat sebagian besar terjadi di

retikulum endoplasma sel-sel hati. Selain itu, metabolisme obat juga terjadi di

sel-sel epitel pada saluran pencernaan, paru-paru, ginjal, dankulit.

Terdapat 2 fase metabolisme obat, yakni fase I dan II. Pada reaksi-reaksi

ini, senyawa yang kurang polar akan dimodifikasi menjadi senyawa metabolit
yang lebih polar. Proses ini dapat menyebabkan aktivasi atau inaktivasi senyawa

obat. Reaksi fase I, disebut juga reaksi nonsintetik, terjadi melalui reaksi-reaksi

oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi, dan desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi

bila ada penambahan atom oksigen atau penghilangan hidrogen secara

enzimatik. Biasanya reaksi oksidasi ini melibatkan sitokrom P450

monooksigenase (CYP), NADPH, dan oksigen. Obat-obat yang dimetabolisme

menggunakan metode ini antara lain golongan fenotiazin, parasetamol, dan

steroid.

Reaksi oksidasi akan mengubah ikatan C-H menjadi C-OH, hal ini

mengakibatkan beberapa senyawa yang tidak aktif (pro drug) secara

farmakologi menjadi senyawa yang aktif. Juga, senyawa yang lebih

toksik/beracun dapat terbentuk melalui reaksi oksidasi ini. Proses utama dalam

reaksi metabolisme fase I yang terpenting adalah oksidasi yang dikatalisis oleh

enzim sitokrom P-450 (CYP) monooksigenase dalam retikulum endoplasma

(mikrosom) hepar. Ada sekitar lima puluh jenis isoenzim CYP yang aktif pada

manusia, tetapi hanya beberapa yang penting untuk metabolisme obat, di

antaranya CYP3A4, CYP3A5, CYP2D6, CYP2C9/10, CYP2C19, CYP1A2, dan

CYP2E1.27,29 CYP3A4 merupakan enzim sitokrom P450 yang paling banyak

di hepar dan usus dan memetabolisme sebagian besar (50%) obat.29 Oleh

karena itu, enzim CYP3A4 berperan sangat penting dalam metabolisme dan

eleminasi lintas pertama berbagai obat.

Metabolisme fase 2 menyebabkan parent drug atau metabolit fase 1 yang

mengandung gugusan kimia sesuai sering mengalami coupling atau konjugasi

dengan substansi endogen menghasilkan suatu konjugasi obat. Pada umumnya

konjugat adalah molekul-molekul yang polar dan mudah diekskresikan dan pada
umumnya bersifat inaktif. Pembentukan konjugat memerlukan

intermediet berenergi tinggi dan enzim-enzim transfer yang spesifik. Transferas

e ini terletak didalam kromosom atau sitosol. Transferase ini mengkatalisa

reaksi coupling 13atau substansi endogen yang diaktifkan dengan suatu obat

atau reaksi couplingdari suatu obat yang diaktifkan dengan suatu substansi

endogen

Reaksi fase II, disebut pula reaksi konjugasi, biasanya merupakan reaksi

detoksikasi dan melibatkan gugus fungsional polar metabolit fase I, yakni gugus

karboksil (-COOH), hidroksil (-OH), dan amino (NH2), yang terjadi melalui

reaksi metilasi, asetilasi, sulfasi, dan glukoronidasi. Reaksi fase II akan

meningkatkan berat molekul senyawa obat, dan menghasilkan produk yang

tidak aktif. Hal ini merupakan kebalikan dari reaksi metabolisme obat pada fase

I.

Metabolisme obat dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain faktor

fisiologis (usia, genetika, nutrisi, jenis kelamin), serta penghambatan dan juga

induksi enzim yang terlibat dalam proses metabolisme obat. Selain itu, faktor

patologis (penyakit pada hati atau ginjal) juga berperan dalam menentukan laju

metabolisme obat.

Metabolisme obat mempunyai dua efek penting yaitu

a. Obat menjadi lebih hidrofilik. Hal ini dapat mempercepat

ekskresinya melalui ginjal karena metabolit yang kurang larut lemak

tidak mudah direabsorpsi dalam tubulus ginjal.

b. Metabolit umumnya kurang aktif daripada obat asalnya. Akan

tetapi, tidak selalu seperti itu, kadang-kadang metabolit sama aktifnya

(atau lebih aktif) daripada obat asli (Mutschler, 1986).


Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi,

distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau

mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya.

Diantaranya interaksi pada metabolisme obat (BNF 58, 2009). Interaksi pada

metabolisme obat:

a. Perubahan pada metabolisme fase pertama

b. Induksi Enzim

c. Inhibisi enzim

d. Faktor genetik dalam metabolisme obat

e. Interaksi isoenzim sitokrom P450 dan obat yang diprediksi Siklosporin

dimetabolisme oleh CYP3A4, rifampisin menginduksi isoenzim ini, sedangkan

ketokonazol menghambatnya, sehingga tidak mengherankan bahwa rifampisin

mengurangi efek siklosporin sementara ketokonazol meningkatkannya (Stockley,

2008).

D. PROSEDUR KERJA

1. Prinsip : berkurangnya kemampuan enzim dalam metabolism

Diazepam yang menyebabkan konsentrasi Diazepam menjadi lebih

tinggi dalam darah yang dapat diamati dengan durasi efek yang lebih

lama

2. Alat : Sonde oral mancit, spuit 1 ml, Stopwacth, gelas ukur, beaker

glass 25ml, erlenmayer 10ml, mortar, stemper, batang pengaduk,

timbangan berat badan.

3. Bahan : aquadest, Diazepam tablet, Cimitidine tablet, Rifamfisin

tablet, Na-CMC 1%, dan mencit.

4. Cara kerja

1) Pembuatan larutan CMC Na 1%


2) Pembuatan suspense diazepam 5mg

3) Pembuatan suspense cimetidine 200mg

4) Pembuatan suspense rifampisin 600mg

5) Mencit diaklimatasi selama 7 hari untuk membiasakan pada

lingkungan percobaan, dan diberi makan standar

6) Gunakan mencit jantan sebanyak 12 ekor

7) Timbang berat badan tiap mencit dan catat

8) Mencit kemudian dikelompokkan secara acak menjadi 4

kelompok, tiap kelompok ada 3 mencit

9) Kelompok I sebagai control, diberikan larutan Na- CMC 1%

10) Kelompok II sebagai kelompok oral diberikan suspense oral

Diazepam.

11) Kelompok III sebagai kelompok Cimitidine yang diberikan

suspense Diazepam dan Cimitidine.

12) Kelompok IV sebagai kelompok Rifampisin yang diberikan

suspense Diazepam dan suspense rifampisin.

13) Semua pemberian dilakukan secara oral

14) Setiap pemberian obat dicatat waktunya, kemudianmencit

diamati berapa lama waktu yang dibutuhhkan meulai tertidur

( onset obat ) dan berapa lama waktu tidur mencit ( durasi ),

dengan mengamati refleksi balik badan mencit.

15) Analisis data.


kelompok Mencit Bb Vol. pemberian Waktu onset durasi

(g) pemberian

Per oral 1

Diazepam 1

(SC) 2

Diazepam 1

(IM) 2

Diazepam 1

(IP) 2

3
Daftar Pustaka

apt. Mochammad Maulidie Alfiannor Saputra, M.Farm & apt Novia Ariani M.,Farm. 2022.
modul praktikum FARMAKOLOGI. Banjarmasin : STIKES ISFI Banjarmasin, 2022. -.

Astuti, Prima Windi. 2017. MAKALAH_METABOLISME_OBAT. www.academia.edu. [Online] juli


16, 2017. [Cited: september 21, 2022.]
https://www.academia.edu/34651206/MAKALAH_METABOLISME_OBAT. -.

Firmansya, Iman. 2016. Farmakokinetik_Farmasi_UNPAD_ADME.


d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net. [Online] - -, 2016. [Cited: september 21, 2022.]
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/49535104/Farmakokinetik_Farmasi_UNPAD_ADME-
with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1664107360&Signature=UIJu7C94tkN18wRgwMLxe8t3gDBghcYJPc9TEnNpZBFf0ChTL8
UZHZg9SunvT~uQifW8RkamUO67nCc5i-aUirY1sLK72SdJC94~9pvRl0uoQCSt8QYNpzFIP7. -.

Imantika_Christina. 2016. Lap.KTI_Bab2. http://eprints.undip.ac.id/. [Online] juni -, 2016.


[Cited: september 21, 2022.]
http://eprints.undip.ac.id/50575/3/Imantika_Christina_22010112130046_Lap.KTI_Bab2.pdf. -.

unkwon. 2017. mengenal-metabolisme-obat. farmakoterapi.com. [Online] -, juni 14, 2017.


[Cited: september 21, 2022.] http://www.farmakoterapi.com/mengenal-metabolisme-obat/.

Anda mungkin juga menyukai