Uji protein

Menurut yuniarti, dkk. (2010), uji buret merupakan uji protein secara kualitatif. Uji ini
bertujuan untuk menunjukan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam
yang berada bersama dengan gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu
ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet. Selain uji buret, ada bermacam-
macam lagi uji protein secara kualitatif, antara lain:
1. Reaksi Xantoprotein
Uji ini dilakukan dengan dengan menambahkan asam nitrat pekat ke dalam larutan
protein. Setelah dilakukan pemcampuran maka akan terjadi endapan putih dan apabila
dipanaskan akan berubah menjadi kuning. Reaksi yang terjadi adalah inti benzena yang
terdapat pada molekul mengalami nitrasi. Uji ini akan menunjukan hasil yang positif
untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan riftofan (Yuniarti, dkk.,2010).
2. Reaksi Hopkins-Cole
Pereaksi berasal dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Setelah
dilakukan pencampuran dengan Hopkins-Cole, asam sulfat akan membentuk lapisan
dibawah larutan protein. Setelah proses tersebut akan terjadi cincin ungu pada batas
antara kedua lapisan. Pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glikosilat akan
menunjukan hasil yang positif jika direaksikan dengan protein yang mengandung
triftofan (Yuniarti, dkk.,2010).
3. Reaksi Millon
Reaksi Millon merupakan larutan merkuri nitrat dan merkuri dalam asam nitrat. Jika
larutan ini ditambahkan dengan lautan protein, akan menghasilkan endapan putih dan
apabila dipanaskan akan menghasilkan endapan merah. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui adanya gugus hidroksifenil ( tyrosin). Reaksi yang terjadi merupakan
pengikatan Hg pada hidroksifenil menghasilkan kompleks berwarna merah (Yuniarti,
dkk.,2010).
4. Reaksi Natriumnitroprusida
Protein yang mempunyai gugus-SH bebas akan menghasilkan warna merah jika
ditambahkan preaksi Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak. Uji ini positif untuk
protein yang mengandung sistein (Stoscheck 1990).
5. Reksi Sakaguchi
Reaksi Sakaguchi merupakan reaksi gabungan antara naftol dengan natrium hipobromit.
Reaksi ini positif apabila terdapat gugus guanidine. Protein yang mengandung arginine
dapat menghasilkan warna merah apabila ditambahkan pereaksi sakaguchi (Stoscheck
1990).
6. Reaksi Ninhidrin
Uji dilakukan untuk menetukan adanya asam amino reaksi pada ninhydrin ini
menyebabkan dekarboksilasi oksidatif dari asam amino yang menghasilkan CO 2, NH3 dan
aldehida yang rantainya lebih pendek 1 C dari asam amino asalnya. Ninhydrin yang
tereduksi akan bereaksi dengan NH3 sehingga membentuk senyawa kompleks berwarna
biru dengan absorpsi warna maksimum pada panjang gelombang 570 nm (Yuniarti,
dkk.,2010).
7. Reaksi Bratfrot
Metode Bratfrot dalam penentuan kadar protein memiliki kelebihan tertentu
dibandingkan dengan metode lainnya. Kelebihan metode bratfrot ini antara lain adalah
cepatnya reaksi dan penetuan kadar protein dengan hasil yang cukup akurat. Keakuratan
semakin tinggi karena sampel yang berada di luar kisaran dapat diukur kembali dalam
beberapa menit. oleh karena itu, metode Bratfrot direkomendasikan untuk pengunaan
dalam penetuan kadar protein dari fraksi sel (Stoscheck 1990).
8. Uji Belerang
Uji ini dilakukan untuk mengidetifikasi asam amino yang mengandung gugus sulfur yaitu
sistein dan methionine. Reaksi yang terjadi dilakukan oleh Pb-asetat dengan asam amino
membentuk endapan berwarna kelabu yaitu garam PbS. Penambahan NaOH ditunjukan
untuk mendenaturasi protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom sulfur dapat
terputus dengan Pb-asetat membentuk PbS (Yuniarti, dkk.,2010).
9. Uji Kromatografi Lapis Tipis
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi protein yang terdiri dari asam amino yang akan
dibandingkan dengan pembanding standart (Stoscheck 1990).

Daftar Pustaka

Stoscheck, C.M .1990. Quantitation of Protein. Methods in Enzymology

Yuniarti, E., R. D. S. Nanda, dan R. N. Fiotela. 2010. Analisa Kualitatif Protein dan
Asam Amino secara Reaksi Warna dan KLT.
http://www.scribd.com/doc/72782818/Uji-Protein. Diakses tanggal 27 Agustus
2019.