Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini membahas tentang pembuatan ekstraksi dari bahan
alam. Pada pembuatan ekstrak bahan alam pertama kelompok kami menggunakan
bawang merah. Bawang merah merupakan satu komoditas utama sayuran di
Indonesia dan mempunyai banyak manfaat. Bawang mearh termasuk ke dalam
kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap
makanan serta bahan obat tradisional. Berdasarkan data dari the National Nutrient
Data base bawang merah memiliki kandungan karbohidrat, gula, asam lemak,
protein dan mineral lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (Waluyo dan
Sinaga, 2015). Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan tumbuhan jenis umbi
lapis, bawang merah memiliki akar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan
bercabang terpencar pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah, Memiliki
batang sejati atau disebut diskus yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek
sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), serta memiliki daun
berbentuk slindris dan juga bunga. Bawang merah mengandung senyawa -
senyawa yang dipercaya berkhasiat sebagai antiinflamasi dan antioksidan seperti
kuersetin yang bertindak sebagai agen untuk mencegah sel kanker. Kuersetin,
selain memiliki aktivitas sebagai antioksidan, juga dapat beraksi sebagai
antikanker pada regulasi siklus sel, berinteraksi dengan reseptor estrogen (ER) tipe
II dan menghambat enzim tirosin kinase (Klohs, 1997). Kandungan lain dari
bawang merah diantaranya protein, mineral, sulfur, antosianin, kaemferol,
karbohidrat, dan serat (Rodrigues, 2002).

(Bagian sini bisa nyontek ke punya amor ya ca biar lebih lengkap) Saat
dilakukkannya pembuatan ekstrak bawang merah kelompok kami menggunakan 3
kg bawang merah tentunya kulit bawang merah harus sudah dikupas terlebih
dahulu, saat kulit sudah dikupas bawang merah hanya menghasilkan 2,5kg,
kemudian dipotong tipis-tipis agar pada saat proses pengeringan tidak butuh waktu
terlalu lalu lama untuk mengering. Proses yang dilalui selama pengeringan kurang
lebih satu minggu dengan mengangin-anginkan ditempat yang mempunyai suhu
ruang penyimpanan 25–30°C dengan kelembaban udara 60–70%. Selama
penyimpanan suhu dan kelembaban udara harus selalu dijaga karena ruang
penyimpanan yang dingin dan lembab dapat menurunkan kualitas bawang merah,
dan bawang merah tidak boleh terkena terik matahari, karena sinar matahari bisa
menurunkan kualitas dari bawang merah. Sinar atau cahaya dapat merusak
beberapa vitamin seperti: riboflavin ,vitaminA, vitamin ,dan warna produk
(Mirzarohman, 2013). pengeringan selama kurang lebih seminggu hanya
menghasilkan simplisia sebanyak 150 g, Ketentuan yang dianjur untuk pembuatan
ekstraksi simplia harus mencapai minimal 300 gram. Kurangnya bahan simplisia
untuk ekstraksi dari bahan bawang merah, kelompok kami dianjurkan untuk
membuatnya lagi, akan tetapi dikarekan tingginya harga bahan tersebut serta
lamanya waktu pengeringan, akhirnya kelompok kami mengganti bawang merah
tersebut dengan bahan alam yang mudah ditemukan serta harga yang ekonomis dan
juga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk pengeringan yaitu dengan lada
hitam.

Lada hitam (Piper nigrum L) merupakan Lada hitam termasuk jenis tanaman
rempah-rempah yang penting dan dikenal luas oleh seluruh lapisan masyarakat.
Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian hingga 50–60 cm. Lada hitam terkenal
karena mempunyai sifat aromatik dan memiliki kandungan zat anti oksidan, anti
mikroba dan karminatif (untuk mengeluarkan gas dari saluran pencernaan). Ladahitam
mengandung banyak manfaat. Baik untuk industri, makanan maupun untuk obat-
obatan. Manfaat dari segi obat-obatan diantaranya adalah dapat digunakan untuk obat
pereda rasa sakit, diantaranya sakit radang sendi, lemah/lesu, influenza, obat saraf, anti
bakteri, perangsang (stimulus), obat pencernaan dan penawar racun (Bagheri H, dkk.,
2014).
Daftar pustaka

Achmad Mirzarohman Z, 2013 Pengujian Alat Pengering BawangMerah


Menggunakan KolektorSurya Bergelombang DenganVariasi Aliran Udara.
Skripsi. Universitas Gadjah Mada. Diakses pada tanggal 6 april 2019 pukul
20:23

Waluyo. N dan R. Sinaga. 2015. Bawang merah yang dirilis oleh Balai Penelitian
Sayuran.
Iptek Tanaman Sayuran No. 004. Diakses pada tanggal 6 april 2019 pukul
21:11

Klohs WD, Fry DW, Kraker AJ. 1997. Inhibitors of tyrosine kinase. Curr Opin
Oncol; 9:562-568. Diakses pada 6 april 2019 pukul 23:09

Mardh P, Rodrigues AC, Genc M, Novikova N, Oliviera JM, Guaschino S. Facts


and myths on recurrent vulvovaginal candidosis- a review on
epidemiology, clinical manifestations, diagnosis, pathogenesis and therapy.
International Journal of STD & AIDS. 2002; 13: 522-39 Diakses pada 6
april 2019 pukul 23:45

Anda mungkin juga menyukai