Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ardi Lukman Hakim

NRP : 5004201040
Kelas :A
Kelompok :6

TUGAS TAMBAHAN PERCOBAAN 1


PRAKTIKUM BIOKIMIA

Protein merupakan polimer dari 21 asam amino berlainan yang dihubungkan dengan
ikatan peptida. Untuk mengetahui keberadaan protein pada suatu pangan dapat dilakukan
sebuah analisis uji, salah satunya dengan uji kualitatif. Uji kualitatif berfungsi untuk
mengidentifikasi adanya gugus asam amino bebas ataupun adanya ikatan dipeptida atau
polipeptida. Uji yang dapat dilakukan dalam uji kualitatif protein diantaranya uji
Xantoprotein, uji Biuret, uji Ninhydrin, Uji pengaruh asam kuat dan basa kuat. Sampel yang
digunakan pada percobaan ini adalah susu kambing, casein, dan putih telur
Percobaan  analisis kualitatif protein ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut. Pertama, dimasukkan sampel (putih telur, susu kambing, kasein 1,0%) ke dalam
gelas beaker. Pada uji test xanthoprotein, masing-masing sampel sebanyak 3 ml dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Kemudian, ditambahkan 1 ml HNO3 pro analysis hingga timbul
endapan putih dan kemudian dipanaskan di atas hotplate hingga terbentuk warna kuning.
Setelah itu, ditambahkan NaOH secara perlahan-lahan dan akan terjadi perubahan menjadi
warna oranye. Pada uji test biuret masing-masing sampel sebanyak 2 ml dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 ml larutan CuSO4. Kemudian, ditambahkan 2 ml
NaOH 10% secara perlahan-lahan hingga terjadi perubahan warna. Pada uji test ninhydrin,
masing-masing sampel sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
larutan ninhydrin 0,1% sebanyak 0,5 ml. Lalu, dipanaskan diatas hotplate hingga terjadi
perubahan warna. Pada uji pengaruh asam kuat dan basa kuat, masing-masing sampel
sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, ditambahkan 1 ml HNO3
secara perlahan-lahan hingga terdapat 2 lapisan cairan dan dikocok dengan hati-hati lalu
diamati perubahan yang terjadi. Kemudian, ditambahkan 1 ml HCl secara perlahan-lahan
hingga terdapat 2 lapisan cairan dan dikocok dengan hati-hati lalu diamati perubahan yang
terjadi. Kemudian, ditambahkan 1 ml Asam asetat pekat secara perlahan-lahan hingga
terdapat 2 lapisan cairan dan dikocok dengan hati-hati lalu diamati perubahan yang terjadi.
Kemudian, ditambahkan 1 ml NaOH pekat secara perlahan-lahan hingga terdapat 2 lapisan
cairan dan dikocok dengan hati-hati lalu diamati perubahan yang terjadi. Kemudian,
ditambahkan 1 ml H2SO4 secara perlahan-lahan hingga terdapat 2 lapisan cairan dan dikocok
dengan hati-hati lalu diamati perubahan yang terjadi
A. Uji xantoprotein
Uji xantoprotein merupakan uji untuk menunjukkan keberadaan benzena atau cincin
fenil pada suatu sampel. Jika protein yang mengandung cincin benzena (tirosin, triptofan, dan
fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang dapat
berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Dalam ujinya, inti benzena akan ternitrasi oleh
asam nitrat pekat dan membentuk turunan nitrobenzena berwarna kuning tua. Pada keadaan
basa, uji xantoprotein akan mengubah kompleks warna kuning menjadi orange. Adapun alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi sebagai tempat terjadinya reaksi,
gelas ukur untuk mengukur volume sampel dan larutan HNO3 pekat, pipet tetes untuk
meneteskan larutan NaOH, dan penangas untuk memanaskan tabung reaksi saat dilakukan
pengujian.
Selain itu digunakan juga bahan diantaranya HNO3 pekat untuk memecah protein
menjadi gugus benzena yang berperan dalam reaksi nitrasi inti benzena. Selain itu digunakan
pula larutan NaOH 10% yang berfungsi menciptakan suasana basa sehingga terionisasi dan
didapat nilai ionisasi di atas trayek pH isolistrik menghasilkan ion negatif. Sampel yang
Nama : Ardi Lukman Hakim
NRP : 5004201040
Kelas :A
Kelompok :6

digunakan pada percobaan ini diantaranya susu kambing, putih telur, dan kasein. Uji
xantoprotein dilakukan dengan memasukan sampel ke dalam tabung reaksi kemudian
direaksikan dengan HNO3 pekat yang bertujuan untuk memecah protein menjadi gugus
benzena dan nitrasi gugus benzena. Setelah itu campuran dipanaskan yang bertujuan untuk
mempercepat reaksi pembentukan komplek kuning jingga apabila pada sampel terdapat
gugus aromatis kemudian campuran direaksikan dengan NaOH 10% yang bertujuan untuk
mempertegas adanya keberadaan gugus benzena dengan mengubah kompleks kuning menjadi
jingga. Berikut merupakan hasil pengamatan dari uji xantoprotein.
Tabel 1. Hasil pengamatan uji xantoprotein
No Sampel + HNO3 pekat Dipanaskan + NaOH 10%
.

1. Putih Telur Endapan putih Kuning Jingga

2. Susu Kambing Endapan putih Kuning Jingga

3. Kasein Tidak terjadi Tidak terjadi perubahan Kuning muda


perubahan
Berdasarkan hasil pengamatan didapat untuk sampel putih telur, dan susu kambing,
menunjukkan hasil positif dimana kedua sampel tersebut mengandung gugus aromatik
ditandai dengan hasil perubahan warna menjadi jingga. Sedangkan pada sampel kasein
menunjukkan hasil negatif. Perbedaan intensitas warna yang diperoleh dapat disebabkan oleh
bentuk rantai senyawa tersebut dan konsentrasi bahan yang digunakan.

Gambar 1. Hasil uji xantoprotein


Mekanisme uji xantoprotein pertama terjadi saat penambahan HNO3 pekat pada
sampel. Pada keadaan ini terjadi reaksi yang disebut reaksi nitrasi. Pada reaksi nitrasi ini akan
terjadi substitusi atom H+ dengan NO2 yang akan menghasilkan senyawa kompleks.
Selanjutnya dengan adanya pemanasan maka akan mempercepat reaksi pembentukan
komplek kuning apabila pada sampel terdapat gugus aromatis. Penambahan NaOH bertujuan
untuk mempertegas adanya keberadaan gugus benzena dengan menunjukkan warna menjadi
jingga dan terbentuk gumpalan jingga.
B. Uji Biuret
 Uji biuret digunakan untuk mengetahui antara ikatan peptida pada sampel protein.
Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam amino berikatan dengan
Nama : Ardi Lukman Hakim
NRP : 5004201040
Kelas :A
Kelompok :6

asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein. Ikatan peptida merupakan
ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan
dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air
sehingga disebut reaksi kondensasi. Ikatan peptida akan bereaksi dengan reagen biuret
menghasilkan perubahan warna. Reaksi positif pada uji biuret ditunjukkan dengan munculnya
warna ungu.
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi sebagai tempat
terjadinya reaksi, gelas ukur untuk mengukur volume sampel, larutan CuSO4, serta larutan
NaOH, dan pipet tetes untuk meneteskan larutan. Selain itu digunakan juga bahan
diantaranya CuSO4  untuk pembentukan senyawa kompleks berwarna ungu. Selain itu
digunakan pula larutan NaOH yang berfungsi untuk membuat suasana larutan menjadi basa.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini diantaranya susu kambing, putih telur, dan
kasein.
Uji biuret dilakukan dengan memasukan sampel ke dalam tabung reaksi kemudian
direaksikan dengan CuSO4 yang bertujuan untuk membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu apabila sampel mengandung ikatan peptida kemudian ditambahkan larutan NaOH yang
berfungsi untuk menciptakan suasana basa. Berikut merupakan hasil pengamatan dari uji
biuret.
Tabel 2. Hasil pengamatan uji biuret
No Sampel + CuSO4 + NaOH
.

1. Putih Telur Biru Ungu

2. Susu Kambing Biru Ungu

3. Kasein Biru Ungu


Berdasarkan hasil pengamatan didapat untuk sampel putih telur, susu kambing, dan kasein
menunjukkan hasil positif dimana ketiga sampel tersebut mengandung ikatan peptida ditandai
dengan hasil warna ungu.

Gambar 2. Hasil uji biuret


Ion Cu dari pereaksi biuret dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida
2+

atau ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu,
reaksi biuret akan positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih dan akan negatif pada
asam amino bebas atau dipeptida, yaitu dipeptida dari asam amino histidin, serin, dan treonin.
Nama : Ardi Lukman Hakim
NRP : 5004201040
Kelas :A
Kelompok :6

C. Uji Ninhydrin
Uji ninhydrin untuk uji protein menggunakan alat-alat sebagai berikut tabung reaksi
sebagai tempat mereaksikan sampel dan bahan penguji, lalu ada penangas air sebagai tempat
untuk memanaskan sampel yang telah ditambah bahan penguji dan ada pipet untuk
mengambil bahan penguji yaitu ninhydrin. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah
pereaksi ninhydrin sebagai bahan penguji protein, lalu ada bahan yang diuji yaitu ada susu,
kasein dan telur, lalu ada air sebagai pemanas di penangas air. Pada percobaan ini perlakuan
pertama pencampuran bahan uji/sampel berupa kasein, telur dan susu, dimasukkan ke tabung
reaksi yang berbeda-beda, dan tabung reaksi dilabeli agar tidak salah dalam pengamatan hasil
nanti. Setelah sampel dimasukkan dan dilabeli di tabung reaksi, kemudian pereaksi ninhyrin
dimasukkan ke sampel masing-masing agar terjadi reaksi antara ninhyrin dengan protein
dalam sampel. Perlakuan selanjutnya adalah pemanasan dimana dapat mempercepat reaksi
antara ninhydrin dan protein, dimana setelah pengujian itu terbentuk warna biru. Pada uji
Ninhidrin warna ungu pada larutan disebabkan karena adanya reaksi yang terjadi antara α-
amino acids dengan ninhidrin. Senyawa ninhidrin yang bersifat oksidasi tinggi menyebabkan
terjadinya dekarboksilasi oksidatif terhadap α-amino acids, menghasilkan hidrindantin, CO 2,
NH3, dan aldehid. Bergabungnya senyawa NH3, hidrindantin dan ninhidrin tersebutlah yang
memberikan warna biru/ungu pada larutan (Fitriyanti & Astuti, 2019)
Dalam uji ninhydrin setelah dicampur dengan sampel kemudian dipanaskan, warna sampel
menjadi berubah, mulai dari sampel susu, yang mana terjadi dua lapisan, lapisan atas berupa
warna biru tua, dan  lapisan bawah berwarna putih. Berdasarkan hal tersebut uji ninhydrin
menunjukan uji positif, sehingga susu mengandung protein. Sampel yang kedua adalah
sampel casein, yang mana setelah diuji dengan uji ninhydrin, membentuk dua lapisan juga
yaitu lapisan atas berupa warna jingga buram, dan lapisan bawah berwarna bening, yang
mana menunjukkan hasil negatif terhadap uji ninhydrin, sehingga tidak mengandung protein.
Sampel yang ketiga adalah sampel telur, yang mana setelah uji ninhydrin terbentuk dua
lapisan warna, dimana lapisan atas berupa lapisan warna ungu dan lapisan bawah berupa
lapisan warna being jingga. Berdasarkan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa uji ninhydrin
bersifat positif dengan telur, sehingga telur mengandung protein. 

Gambar 3. hasil uji ninhydrin 


D. Uji asam kuat basa kuat
Uji asam kuat dan basa kuat untuk protein ini menggunakan alat-alat sebagai berikut,
tabung reaksi sebagai tempat untuk mereaksikan zat, lalu ada pipte tets untuk mengambil zat
atau bisa memakai pipet volumetri untuk ukuran yang lebih teliti. Selain itu gelas ukur juga
bisa dipakai untuk mengambil larutan dimana gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume
zat yang akan direaksikan. Bahan-bahan yang digunakan di percobaan uji asam kuat basa
kuat adalah ketiga sampel yang berasal dari telur, susu dan casein, lalu ada asam klorida
(HCl), asam sulfat(H2SO4), asam nitrat (HNO3), natrium hidroksida (NaOH) dan asam asetat
pekat (CH3COOH). Yang mana sampel berfungsi sebagai reaktan/bahan yang akan diuji
Nama : Ardi Lukman Hakim
NRP : 5004201040
Kelas :A
Kelompok :6

kandungan proteinnya, lalu asam-asam kuat seperti asam klorida (HCl), asam sulfat (H 2SO4),
asam nitrat (HNO3) dan asam asetat pekat (CH 3COOH), dan basa kuat seperti natrium
hidroksida (NaOH) berfungsi sebagai bahan uji yang mana akan menjadi sebab
terdenaturasinya protein dalam sampel yang akan menjadi tanda uji positif apakah suatu
sampel mengandung protein atau tidak. Pada percobaan ini pertama-tama masing-masing
bahan sampel sejumlah 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 ml
asam kuat asam nitrat, yang mana penambahan asam akan mendenaturasi protein yang ada
dalam sampel, yang ditandai dengan kekeruhan atau terbentuknya dua lapisan. Selain asam
nitrat, sampel juga diuji oleh asam-asam kuat dan basa kuat yang disebutkan di atas.
Perubahan yang terjadi, dimana ada kekeruhan atau terbentuk dua lapisan adalah karena saat
protein dalam lingkungan asam atau basa, dimana asam-asam amino penyusun protein akan
berada dalam posisi zwitterion yang akan menyebabkan terdenaturasinya protein sehingga
timbulah kekeruhan pada sampel yang mengandung protein dan pengaruh asam basa
membuat terputusnya jembatan garam yang membuat struktur tersier pada protein. Selain itu
pengocokan secara mekanik juga menyebabkan terdenaturasinya protein/koagulasi protein,
dimana agitasi atau pengadukan atau pengocokan bisa membuat terdenaturasinya protein,
karena protein ditarik, hingga memutuskan ikatan silang membentuk padatan (Wahyudiati,
2017)

Gambar 4. Hasil  uji asam asetat, asam klorida dan asam sulfat
      Pada percobaan dimana pada sampel susu ketika ditambahkan asam nitrat terbentuk dua
lapisan dimana lapisan atas berwarna putih dan lapisan bawah berwarna kuning, dan setelah
pengocokan lapisan atas dan bawah sama-sama berwarna kuning, yang membuktikan ada
denaturasi protein dalam susu setelah diberi asam nitrat. Kemudian susu diuji dengan asam
sulfat dan menimbulkan susu menjadi putih kental, begitu juga setelah pengocokan menjadi
putih kental, yang juga membuktikan adanya denaturasi protein. Susu juga diuji dengan asam
klorida pekat yang mana menimbulkan perubahan pada susu menjadi putih keruh kental dan
setelah dikocok menjadi putih keruh kental dan perubahan ini karena denaturasi protein pada
susu. Pengujian dilanjutkan dengan asam asetat dimana susu menjadi putih keruh agak encer,
begitu juga saat dikocok juga menunjukkan wujud susu yang putih keruh agak encer, hal ini
disebabkan karena denaturasi oleh asam asetat yang notabenenya adalah asam lemah kurang
mendenaturasi protein, sehingga warna menjadi putih keruh agak encer. Pengujian terakhir
dengan natrium hidroksida yang mana menghasilkan warna putih keruh, begitu juga saat
dikocok juga putih keruh, karena natrium hidroksida adalah basa kuat, maka denaturasi
protein juga kuat sehingga warna menjadi keruh. 
Nama : Ardi Lukman Hakim
NRP : 5004201040
Kelas :A
Kelompok :6

Gambar 5. Hasil  uji asam nitrat dan natrium hidroksida


Percobaan yang sama juga dilakukan pada casein dimana warna bening kekuningan
timbul atau tidak terjadi kekeruhan saat diuji dengan asam nitrat, asam sulfat, asam klorida,
dan natrium hidroksida, sedangkan pada pengujian asam asetat menunjukkan warna bening
tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada denaturasi protein pada casein, dan
casein kemungkinan besar tidak mengandung protein karena hasil uji asam kuat dan basa
kuat menunjukkan hasil negatif. Sampel terakhir yaitu telur juga diuji, dimana telur diuji
dengan asam nitrat dan menunjukan dua lapisan terpisah yaitu lapisan atas berwarna putih
dan lapisan bawah berwarna kuning, hal yang terjadi juga ditunjukkan setelah pengocokan.
Pengujian pada asam nitrat menunjukkan adanya denaturasi pada protein yang ada pada telur.
Pengujian selanjutnya dilakukan dengan asam sulfat, namun hasilnya negatif dimana
menunjukkan warna bening kekuningan bahkan setelah dikocok, hal ini menunjukan tidak
adanya denaturasi protein pada telur. Pengujian dilanjutkan dengan menggunakan asam
klorida pekat yang mana setelah penambahan menunjukkan warna putih keruh dan kental dan
setelah dikocok menunjukkan warna yang sama yaitu putih keruh kental yang menunjukkan
adanya denaturasi protein. Pengujian dilanjutkan menggunakan asam asetat, yang mana
menunjukkan dua lapisan terpisah, dimana lapisan atas berwarna bening kekuningan, dan
lapisan bawah berwarna putih memadat, hal ini menunjukkan adanya denaturasi pada protein
dalam telur. Namun denaturasi tidak terlihat dengan pengujian menggunakan natrium
hidroksida, dimana warna yang ditunjukkan adalah bening. Walau demikian karena dalam
asam telah menunjukkan adanya denaturasi protein, maka dalam telur kemungkinan besar
mengandung protein. 

KESIMPULAN
Dari uji xanthoprotein sampel putih telur, dan susu kambing, menunjukkan hasil
positif dimana kedua sampel tersebut mengandung gugus aromatik ditandai dengan hasil
perubahan warna menjadi jingga. Sedangkan pada sampel kasein menunjukkan hasil negatif.
Dari uji biuret sampel putih telur, susu kambing, dan kasein menunjukkan hasil positif
dimana ketiga sampel tersebut mengandung ikatan peptida ditandai dengan hasil warna ungu.
Dari uji ninhydrin sampel susu, yang mana terjadi dua lapisan menunjukan susu mengandung
protein. Sampel yang kedua adalah sampel casein, membentuk dua lapisan juga yang mana
menunjukkan hasil negatif terhadap uji ninhydrin, sehingga tidak mengandung protein.
Sampel yang ketiga adalah sampel telur, yang mana setelah uji ninhydrin terbentuk dua
lapisan warna menunjukkan bahwa uji ninhydrin bersifat positif dengan telur, sehingga telur
mengandung protein. Dari uji asam kuat dan basa kuat pada sampel susu ketika ditambahkan
asam nitrat, asam sulfat, asam klorida pekat, asam asetat, dan natrium hidroksida
menunjukkan hasil terjadinya perubahan tekstur yang mana menunjukkan hasil positif
terjadinya denaturasi protein. Uji asam kuat basa kuat pada casein dengan asam nitrat, asam
sulfat, asam klorida, dan natrium hidroksida menunjukkan bahwa tidak ada denaturasi protein
Nama : Ardi Lukman Hakim
NRP : 5004201040
Kelas :A
Kelompok :6

pada casein, dan casein kemungkinan besar tidak mengandung protein karena hasil uji asam
kuat dan basa kuat menunjukkan hasil negatif. Sampel terakhir yaitu telur menunjukkan
adanya denaturasi protein, maka dalam telur kemungkinan besar mengandung protein.
Kesimpulan dari seluruh metode pengujian menunjukkan bahwa Putih Telur dan Susu
Kambing mengandung protein, sedangkan Kasein sedikit atau tidak mengandung protein.

Anda mungkin juga menyukai