Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ardi Lukman Hakim

NRP : 5004201040
Kelas : Biokim A

TUGAS BIOKIM

Trigliserida merupakan salah satu jenis lemak didalam tubuh yang beredar didalam
darah dan berbagai organ tubuh (Wibawa, 2009). Lemak ialah senyawa organik yang
memiliki sifat tidak larut dalam air, dan dapat larut oleh larutan organik nonpolar. Lemak
merupakan zat yang digunakan tubuh untuk proses metabolisme. Lemak terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu kolesterol, lemak High Density Lipoprotein (HDL), lemak Low Density
Lipoprotein (LDL), lemak Very Low Density Lipoprotein (VLDL), serta trigliserida
(Rembang dkk, 2015) Trigliserida adalah ester alkohol gliserol dan asam lemak yang terdiri
dari tiga molekul asam lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak
jenuh ganda (Wibawa, 2009). Trigliserida digunakan tubuh terutama untuk menyediakan
energi dalam proses metabolik, sejumlah kecil trigliserida juga digunakan di seluruh tubuh
untuk membentuk membran sel. Trigliserida di dalam darah membentuk kompleks dengan
protein tertentu (apoprotein) sehingga membentuk lipoprotein. Lipoprotein itulah bentuk
transportasi yang digunakan trigliserida (Wibowo, 2009). Trigliserida merupakan lemak yang
terbentuk dari makanan, trigliserida dibentuk di hati yang disimpan sebagai lemak di bawah
kulit dan di organ-organ lain. Kadar trigliserid akan meningkat apabila asupan kalori yang
dikonsumsi lebih tinggi daripada yang dibutuhkan. Trigliserida merupakan sumber utama
energi untuk berbagai kegiatan tubuh (Fauziah dan Suryanto, 2012).
Struktur Kimia Trigliserida
Trigliserida merupakan tiga asam lemak yang berikatan dengan gliserol dapat sama
maupun berbeda. Rumus kimia trigliserida adalah RCOO-CH2CH(- OOCR’)-OOCR’’,
dimana R, R’, R’’ adalah rantai alkil (Herperian, 2014).

Gambar 1. Pembentukan trigliserida melalui reaksi esterifikasi

Pada tubuh manusia, lemak yang terdapat dalam trigliserida adalah : a. Asam stearat
yang mempunyai rantai karbon-18 yang sangat jenuh dengan atom hydrogen b. Asam oleat
yang juga mempunyai rantai karbon-18 tetapi mempunyai satu ikatan ganda dibagian tengah
rantai c. Asam palmitat, yang mempunyai 16 atom karbon dan sangat jenuh (Wibowo, 2009).
Adapun jalur sintesis trigliserida yang utama antara lain jalur sn-gliserol-3-fosfat dan
dihidroksiaseton fosfat, yang mendominasi di hati dan jaringan adiposa, dan jalur
monoasilgliserol di usus. Dalam benih tanaman yang matang dan beberapa jaringan hewan,
jalur keempat telah dikenali di mana transferase diasilgliserol terlibat.

Kennedy Pathway
Rute paling penting menuju triasilgliserol adalah jalur sn-gliserol-3-fosfat atau jalur
Kennedy, yang pertama kali dijelaskan oleh Profesor Eugene Kennedy dan rekannya pada
tahun 1950-an, melalui mana lebih dari 90% triasilgliserol hati diproduksi.
Nama : Ardi Lukman Hakim
NRP : 5004201040
Kelas : Biokim A

Dalam jalur ini, sumber utama tulang punggung gliserol telah lama diyakini sebagai
sn-gliserol-3-fosfat yang diproduksi oleh katabolisme glukosa (glikolisis) atau pada tingkat
yang lebih rendah oleh aksi enzim gliserol kinase pada gliserol bebas. Namun, semakin
banyak bukti bahwa proporsi yang signifikan dari gliserol diproduksi de novo melalui proses
yang dikenal sebagai gliseroneogenesis melalui piruvat. Memang, ini mungkin menjadi
sumber utama dalam jaringan adiposa.

Gambar 2. Biosintesis trigliserida melalui jalur Kennedy

Reaksi selanjutnya terjadi terutama di dalam atau di retikulum endoplasma. Pertama,


prekursor sn-gliserol-3-fosfat diesterifikasi oleh asam lemak koenzim A ester dalam reaksi
yang dikatalisis oleh gliserol-3-fosfat asiltransferase (GPAT) pada posisi sn-1 untuk
membentuk asam lisofosfatidat, dan ini pada gilirannya diasilasi oleh acylglycerophosphate
acyltransferase (AGPAT) pada posisi sn-2 untuk membentuk perantara kunci dalam
biosintesis semua gliserolipid - asam fosfatidat, reaksi dijelaskan secara lebih rinci di
halaman web kami tentang lipid ini. Banyak isoform dari enzim ini diketahui; mereka
diekspresikan dengan distribusi jaringan dan membran spesifik, dan diatur dengan cara yang
berbeda.

SINTESIS LIPIDA TERSTRUKTUR DARI ASAM LAURAT DAN


GLISEROL DALAM PELARUT ISOOKTANA DENGAN
BIOKATALIS LIPASE Candida rugosa

Kondisi terbaik untuk sintesis gliserida dari asam laurat dan gliserol dicapai pada
jumlah lipase 80 mg, waktu reaksi 24 jam, suhu 37°C, penambahan molecular sieve 0,1 mg,
dan perbandingan molar substrat asam laurat/gliserol 3:1. Penggunaan enzim di atas 70 mg
menyebabkan kenaikan tingkat konversi substrat semakin kecil dan bahkan konversi
cenderung tidak meningkat pada peningkatan jumlah enzim menjadi 100 mg. Hal ini
disebabkan apabila jumlah enzim sudah mencapai tingkat jenuh maka semua substrat akan
terikat enzim dan membentuk komplek enzim-substrat. Penambahan jumlah enzim di atas
tingkat jenuh maka tidak akan meningkatkan komplek enzim-substrat. Selain itu, kenaikan
jumlah enzim juga meningkatkan viskositas sistem reaksi yang menyebabkan kecepatan
Nama : Ardi Lukman Hakim
NRP : 5004201040
Kelas : Biokim A

gerak substrat terganggu. Dengan demikian penambahan enzim di atas tingkat jenuh
menimbulkan resistansi transfer massa sehingga menghambat kecepatan reaksi. Kecepatan
awal esterifikasi sangat tinggi pada kisaran 10 jam, selanjutnya turun dan relatif tetap setelah
24 jam. Setelah 24 jam, konversi mengarah ke kondisi setimbang. Hal ini diduga karena air
yang terbentuk selama proses esterifikasi bertindak sebagai substrat pada proses hidrolisis
intermediet enzim hasil. Pada suhu 37°C enzim pada kondisi paling aktif. Hal ini disebabkan
peningkatan suhu reaksi akan meningkatkan energi kinetik molekul sehingga gerak molekul
dalam sistem meningkat. Akibatnya adalah frekuensi terjadinya tumbukan antar molekul
meningkat. Selain itu viskositas sistem dan tegangan antar muka semakin berkurang sehingga
mempercepat transfer massa substrat dan produk pada permukaan ataupun sisi dalam partikel
enzim. Tingkat kelarutan enzim juga mengalami kenaikan. Hal ini mengakibatkan reaksi
berjalan lebih baik. Secara umum, lipase mempunyai suhu optimum berkisar antara 35
sampai 40°C (Babali et al, 2001; Zhang et al, 2001). Kenaikan suhu di atas 37°C
menyebabkan konversi substrat turun. Ini menunjukkan bahwa kenaikan suhu tersebut
menyebabkan enzim mengalami kehilangan aktivitas pada kisaran suhu tertentu, dimana
perubahan tersebut dapat bersifat reversible atau irreversible. Hal ini disebabkan sejumlah
ikatan dalam molekul protein melemah dan putus. Selanjutnya struktur protein menjadi lebih
fleksibel dan gugus-gugusnya terbuka karena adanya solven. Apabila pemanasan berhenti
pada tahap ini, protein mampu kembali ke struktur awalnya. Namun demikian pada suhu
terlalu tinggi akan terjadi vibrasi dan gerakan molekul yang dapat mempengaruhi ikatan–
ikatan hidrogen dan ikatan lain dalam struktur enzim (Radzi et al, 2005). Ini menyebabkan
enzim mengalami deformasi struktur tersier dan kuarter, sehingga tingkat kelarutan enzim
menurun tajam. Perubahan struktur enzim mengakibatkan denaturasi, namun kebanyakan
protein tidak akan kembali ke bentuk aslinya sehingga enzim tidak dapat berfungsi dengan
baik. Selanjutnya dengan penambahan molecular sieve di atas 0,1 g menunjukkan
peningkatan konversi rendah, yaitu hanya sekitar 4%. Hal ini kemungkinan disebabkan
penambahan jumlah molecular sieve akan menimbulkan resistansi transfer massa lebih besar
sehingga aktivitas enzim kurang optimum. Pada perbandingan mol asam laurat/gliserol di
atas 3, jumlah gliserol lebih kecil dari kebutuhan ekimolar reaksi esterifikasi. Dengan
kandungan asam laurat bebas terlalu tinggi menyebabkan gugus asam karboksilat bebas atau
terionisasi tinggi. Hal ini menyebabkan lapisan air mikro di sekitar enzim bersifat asam
sehingga struktur tersier dan kuarter protein bersifat tidak stabil dan cenderung berubah pada
kondisi di bawah normal. Kondisi ini menyebabkan pecahnya ikatan ionik dan ikatan
hidrogen, sehingga lipase mengalami denaturasi. Kemungkinan lain adalah adanya desorbsi
air dari interface, yang akhirnya enzim mengalami penurunan aktifitas.
Penelitian-penelitian tentang deodorisasi dan proses pemisahan Trigliserida (TAG)
yang telah dilakukan antara lain :
1. Amarullah, A.K. dan Syifalia , L. (2017)
Trigliserida (TAG) dipisahkan dari Minyak Nyamplung melalui continuous
countercurrent exraction dengan menggunakan Packed coloumn. Ekstraksi menggunakan
rasio pelarut n-heksana terhadap crude minyak nyamplung adalah 15:4 (g/g). Aliran
keluar berupa extact dan raffinate, extact merupakan metanol dan minyak nyamplung
Nama : Ardi Lukman Hakim
NRP : 5004201040
Kelas : Biokim A

yang terdistribusi pada metanol, sedangkan raffinate adalah n-heksana dan minyak
nyamplung yang terdistribusi pada n-heksana. Ditemukan bahwa Pengaruh laju alir feed
terhadap kandungan trigliserida pada NPLF minyak nyamplung menunjukkan kandungan
trigliserida dengan perbandingan laju alir feed lebih kecil mendapatkan hasil yang lebih
baik dan hasil tertinggi didapatkan dari hasil percobaan dengan laju alir (n-
heksana+crude oil):metanol=1:2. Kondisi operasi optimum pada penelitian ini adalah
saat laju alir (nheksana+crude oil):metanol=0,12:0,24 l/min dengan diperoleh kadar
trigliserida 91,34% dan recovery minyak sebesar 93,28% II-27
2. Aparamarta dkk. (2016)
Minyak nyamplung (Calophyllum inophyllum) adalah salah satu bahan baku yang
menjanjikan karena kandungan minyak yang tinggi. Penelitian sebelumnya yang terbatas
untuk karakterisasi dan konversi menjadi biodiesel. Dalam karya ini, trigliserida (TAG)
dipisahkan dari minyak melalui batch ekstraksi pelarut dengan menggunakan campuran
petroleum eter-metanol (metanol 25%) dan rasio massa pelarut:minyak sebesar 1:5.
Ditemukan bahwa asam lemak bebas (FFA) konten menurun 8,51-2,16% dan 0,35%
setelah satu dan delapan tahap ekstraksi. Selain itu, konten TAG meningkat secara
signifikan 78,30-91,46% dan 98,53% setelah ekstraksi satu dan delapan tahap. Hal ini
menunjukkan bahwa metode yang diusulkan dapat menggantikan degumming,
netralisasi, dan langkah-langkah pemutihan dalam kimia. Meskipun metode yang
diusulkan membutuhkan sejumlah besar pelarut organik mudah terbakar dan tidak ramah
lingkungan, pelarut mudah dipulihkan.
3. Anggraini dkk. (2014)
Proses isolasi trigliserida dimulai dengan memisahkan senyawa yang diinginkan
dari lipid menggunakan ekstraksi pelarut-pelarut dengan dua macam variable solvent
yaitu: nhexane-methanol serta petroleum eter-methanol. Pemilihan pelarut berdasarkan
atas nilai kepolaran yang dimilikinya karena solvent yang saling larut tidak dapat
digunakan dalam ekstraksi ini. Rasio jumlah solvent non polar dan polar ini juga
divariasikan, yaitu: 100:0, 75:25, 50:50 dan 0:100. Dari hasil percobaan dan hasil analisa
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa trigliserida banyak larut dalam solvent
non polar yaitu hexane dan petroleum eter. Konsentrasi trigliserida dalam minyak
nyamplung sebesar 74%. Trigliserida memiliki ikatan karbon yang kompleks sehingga
memiliki titik didih yang tinggi oleh karena itu belum dapat terdeteksi dalam GC-MS
dan suhu operasi GC-MS yang berkisar hanya 250°C.

Anda mungkin juga menyukai