Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang semakin
pesat dan canggih di zaman sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser
atau mengesampingkan begitu saja obat tradisional, tetapi justru hidup
berdampingan dan saling melengkapi. Hal ini terbukti dari banyaknya
peminat pengobatan tradisional. Namun yang menjadi masalah dan kesulitan
bagi para peminat obat tradisional adalah kurangnya pengetahuan dan
informasi yang memadai mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dipakai
sebagai obat tradisional untuk pengobatan penyakit tertentu ( Dalimartha,
2000).
Prospek pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat saja
mengingat perkembangan indunstri obat modern dan obat tardisional terus
meningkat.kondisi ini terus dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang
semakin meningkat tentang manfaat tanaman sebagai obat.masyarakat
semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to nature) dengan
memanfaatkan obat-obat alami. Banyak masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatan dengan mengonsumsi produk alami (Djauhariya dan
hernani, 2004).
Memang obat modern berkembang cukup pesat, namun potensi
obat tradisional terutama yang berasal dari tumbuhan tetap tinggi. Hal ini
disebabkan obat tradisional dapat diperoleh tanpa resep dokter,dapat diramu
sendiri, bahan baku tidak perlu diimpor, dan tanaman obat dapat ditanam
sendiri oleh pemakainya ( Djauhariya dan Hernani, 2004).

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 1


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud Praktikum
a. Agar praktikan dapat mengatahui teknik panen sampel dan pembuatan
simplisia

2. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengatahui cara zat kimia dari daun laruna dan untuk
mengetahui khasiat daun laruna dalam bidang farmasi

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 2


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Simplisia
1. Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI
adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa
bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI :1989).
2. Penggolongan Simplisia
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya,
misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan
cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat
berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli)
dan madu (Mel depuratum)
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan
cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk
seng dan serbuk tembaga ( Dep.Kes RI,1989).

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 3


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

3. Cara Pembuatan Simplisia


a. Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus
bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat
yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi
terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan. Seperti
rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau
cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau
dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong,
karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan
tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu
pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang
berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses
fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama
(hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
b. Penanganan Pasca Panen
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap
tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang
fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak
mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah
disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses
pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu
pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses
panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat
penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang
digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan
perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari
pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang
bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang
tinggi.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 4


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

c. Penyortiran (segar)
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan
untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing,
bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya
lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik memiliki
kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%.
Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan
yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta untuk
mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
d. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada
bahan.Pencucian harus segera di-lakukan setelah panen karena
dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air
bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air
kotor menye-babkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan
berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian per-
hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat kotor
ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu
diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat
yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain.
1. Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak
banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll.
Proses perendaman dilakukan beberapa kali pada wadah dan
air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya
mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman
kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat
dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini akan

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 5


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan


zat-zat yang terkandung dalam bahan.
2. Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang
kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar,
umbi dan lain-lain. Proses penyemprotan dilakukan de-ngan
menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih me-
nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada
bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini
biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat
mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.
3. Penyikatan (manual maupun oto-matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis
bahan yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat
kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang di- gunakan
bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu diper-
hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan
dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar
tidak merusak bahannya. Pem-bilasan dilakukan pada bahan
yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan
bahan yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode
pencucian lainnya, namun meningkatkan resiko kerusa-kan
bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri atau mikro-
organisme.
4. Perajangan
pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses
selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan
minyak atsiri dan penyimpanan. Perajangan biasanya hanya
dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak
lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain.
Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 6


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan.


Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang
terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka
pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan
waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar
bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.Ketebalan perajangan
untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 – 8 mm, jahe,
kunyit dan kencur 3 – 5 mm. Perajangan bahan dapat
dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat
dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang.
Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian.
Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk
irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan
lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice)
e. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau
pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air,
sehingga proses pem-busukan dapat terhambat. Dengan
demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak
dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini,
kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang,
sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan. Suhu
pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada
umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 – 600C dan hasil
yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang
mengandung kadar air 10%. Demikian pula de-ngan waktu
pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain
yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah
kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan sinar
matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 7


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara


tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara
mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak
pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat
dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan
fresh dryer pada suhu 30 – 500C. Pengeringan pada suhu terlalu
tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat
menurun. Untuk irisan rim-pang jahe dapat dikeringkan meng-
gunakan alat pengering energi surya, dimana suhu pengering
dalam ruang pengering berkisar antara 36 – 450C dengan tingkat
kelembaban 32,8 – 53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri lebih
tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung
maupun oven. Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan
sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan
rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3% selama 3 jam.
Selesai peren-aman irisan dicuci kembali sampai bersih,
ditiriskan kemudian dijemur dipanas matahari. Tujuan dari
perendaman adalah untuk mencegah terjadinya degradasi kur-
kuminoid pada simplisia pada saat penjemuran juga mencegah
peng-uapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis
diperoleh kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%.
Di samping meng-gunakan sinar matahari langsung, penjemuran
juga dapat dilakukan dengan menggunakan blower pada suhu 40
– 500C. Kelebihan dari alat ini adalah waktu penjemuran lebih
singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan sinar matahari
membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis
pengeri-ng tersebut juga terdapat alat pengering fresh dryer,
dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang, tempat tertutup
dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu
pengeringan selama 3 hari. Untuk daun atau herba, penge-ringan

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 8


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

dapat dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di dalam


tampah yang ditutup dengan kain hitam, menggunakan alat
pengering fresh dryer atau cukup dikering-anginkan saja.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-
perubahan hidrolisa enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan
oksidasi. Ciri-ciri waktu pengering-an sudah berakhir apabila
daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan
mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering
memiliki kadar air ± 8 – 10%. Dengan jumlah kadar air tersebut
kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun
waktu penyimpanan.
f. Penyortiran (kering)
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda
asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir,
kotoran unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran
merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum
dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih
lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui
rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.
g. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-
keringkan. Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik,
kertas maupun karung goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat
menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak
mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan
kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut
yang isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan
yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi,
nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 9


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

h. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu
kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan
harus bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi
harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan
panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10
kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-
kontaminasi simplisia tanaman obat. Dosis ini tidak merubah
kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3
– 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus
diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan
simplisia adalah
1. Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan
lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik
2. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-
mungkinan masuk air hujan.
3. Suhu gudang tidak melebihi 300C.
4. Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin
(650 C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air.
Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan
mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu bahan baik
dalam bentuk segar maupun kering
5. Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus
dicegah.
6. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering
me-makan simplisia yang disimpan harus dicegah.(Anonim :
2009)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 10


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

B. Uraian Tumbuhan
1. Daun Laruna ( Chorolaena Odorata L )
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatopyta
Classic : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Familia : Compositae
Genus : Chromolaena
Spesies : Chromolaena Odorata L
b. Morfologi
Ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, tulang daun menjari tepi,
daun bergerigi, warna daun hijau muda, daging daun seperti selaput,
permukaan daunnya berbulu , termasuk daun tunggal

c. Kandungan Kimia
Alkaloid, senyawa fenol, flavonoid, glikosida, terpenoid, steroid, tanin
dan saponin
d. Manfaat dalam bidang farmasi
Menyembuhkan luka, anti inflamasi, obat bisul, obat diabetes,
meredakang bengkak

2. Bunga Pacar Air ( Impatiens balsamina L.)


a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Divisi : Embryopthyta
Divsi : Tracheophyta
Classic : Mognoliopsida
Sub Classic : Spermatopyta
Ordo : Ericales

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 11


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

Famili : Balsaminaceae
Genus : Impatiens
Spesies : I. Balsamina
b. Morfologi
Bentuk daun menyirip panjang dengan panjang 5-12 cm dengan urat
daun yang lateral berjumlah 5-9 pasang ,ditiap sisi pada daun tanaman
ini bergerigi dan berujung runcing atau lancip dengan lebar daun 1-3
cm dan berwarna hijau
c. Kandungan Kimia
Glycoside, pada daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid,
kuinon, saponin dan steroid
d. Manfaat Dalam bidang Farmasi
Keputihan ( leukorea) dan nyeri haid

3. Daun Ungu ( Graptopylum pictum )


a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divsi : Spermatopyta
Divisi : Magnoliopyta
Classic : Magnoliopsida
Sub Classic : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Graptopylum
Spesies : Graptophylum Pictum Griff
b. Morfologi
Tanaman Ungu adalah tunggal, mempunyai struktur posisi daun
tersusun berhadapan, warna ungu tua, panjang 15-25 cm, lebar 5-11
cm,helaian daun tipis tegar, bentuk bulat telur, ujung runcing, pangkal
meruncing, tepi rata, pertulangan, menyirip, permukaan mengkilap

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 12


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

c. Kandungan Kimia
Alkohol, Pectin, Asam Formiat
d. Manfaat dalam bidang farmasi
Ambien, reumatik, melangcarkan buang air seni, melancarkan haid,
bisul

4. Rimpang Temu Lawak ( Curcuma Rhizomad )


a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatopyta
Sub Divisi : Angiospermae
Classic : Monocotyledonae
Ordo : Zingi Berales
Famili : Zingi Beraceae
Genus : Curcuma
Species : Cucuma Xhantorriza ROXB
b. Morfologi
Terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar,
bercabang-cabang, dan berwarna coklat kemerahan, kunig tua, atau
berwarna hijau gelap
c. Kandungan Kimia
Curcumin, Zat Tepung , Glikosida, Toluil Metil, Essoil
d. Manfaat Dalam Bidang Farmasi
Untuk mengurangi limpa, Sakit ginjal, Masuk angin dan maag

5. Pandang Wangi ( P. Amarillifolius )


a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatopyta
Classic : Monocotyledonae
Ordo : Pandales

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 13


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Species : Pandanus Amaryllifolius ROXB
b. Morfologi
Pandan mempunyai daun yang selalu berwarna hijau,batangnnya bulat
dapat tunggal atau bercabang-cabang dan mempunyai akar udara atau
akar tunjang yang muncul pangkal batang helaran daun berbentuk
pita, memanjang tepi daun rata dan ujung daun meruncing
c. Kandungan Kimia
Alkaloid, Saponin dan Flavonoid
d. Manfaat Dalam Bidang Farmasi
Mengobati rematik, mengobati diare, menambanh nafsu makan,
mengobati lemah saraf, antioksidan

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 14


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan
a. Cutter/Pisau Stainlles
b. Gunting
c. Kain Hitam
d. Kertas Koran

2. Bahan yang digunakan


a. Alkohol
b. Air
c. Bunga pacar air
d. Daun laruna
e. Daun ungu
f. Daun pandang wangi
g. Rimpang temu lawak

B. Prosedur Kerja
1. Proses Panen atau Pengambilan Sampel
a. Waktu panen: daun sinyo nakal dipanen atau dipetik pada pukul
10.30 didesa Boro-Boro.
b. Cara panen:
1) Disiapkan alat yang akan digunakan untuk panen mencakup
pisau, gunting dan plastik yang bersih untukmenampung hasil
panen.
2) Dipetik daun bersama tangkai daun dan ditampung dalam
plastik yang bersih.
3) Diambil daun yang tua (bukan daun kering), daun kelima dari
pucuk dan dipetik satu persatu secara normal.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 15


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

2. Proses Pembuatan Simplisia


a. Dilakukan pencucian sampel dengan menggunakan air mengalir.
b. Disortasi basah sampel (sampel yang layak dipisahkan dengan
sampel yang tidak layak) untuk diolah menjadi simplisia diatas
kertas koran hingga airnya tiris dan berkurang.
c. Dilakukan perajangan dengan menggunakan gunting.
d. Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan menggunakan sinar
matahari dengan dilapisi kain hitam.
e. Dilakukan sortasi kering untuk memisahkan sampel dari kotoran
atau bagian lain yang tidak dibutuhkan.
f. Dilakukan pengemasan dan disimpan ditempat yang kering

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 16


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
A. Daun Laruna
1. Kandungan Kimia
Alkaloid, senyawa fenol, flavonoid, glikosida, terpenoid, steroid, tanin
dan saponin.
2. Manfaat Dalam Bidang Farmasi
Menyembuhkan luka, anti inflamasi, obat bisul, obat diabetes,
meredakang bengkak.
B. Bunga Pacar Air
1. Kandungan Kimia
Glycoside, pada daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid,
kuinon, saponin dan steroid
2. Manfaat Dalam Bidang Farmasi
Keputihan ( leukorea) dan nyeri haid
C. Daun Ungu
1. Kandungan Kimia
Alkohol, Pectin, Asam Formiat
2. Manfaat Dalam Bidang Farmasi
Ambien, reumatik, melangcarkan buang air seni, melancarkan haid,
bisul
D. Rimpang Temu Lawak
1. Kandungan Kimia
Curcumin, Zat Tepung , Glikosida, Toluil Metil, Essoil
2. Manfaat Dalam Bidang Farmasi
Untuk mengurangi limpa, Sakit ginjal, Masuk angin dan maag
E. Pandang Wangi
1. Kandungan Kimia
Alkaloid, Saponin dan Flavonoid
2. Manfaat Dalam Bidang Farmasi

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 17


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

Mengobati rematik, mengobati diare, menambanh nafsu makan,


mengobati lemah saraf, antioksidan

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 18


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

BAB V
PEMBAHASAN

Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah


bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses
apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah
Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI :1989).
Pada percobaan persiapan simplisia tanaman ini mula-mula
dilakukan pencarian bahan baku yang kemudian dilakukan sortasi basah . Bahan
baku ialah simplisia (daun laruna, bunga pacar air, daun ungu, rimpang temu
lawak, daun panadan wangi). Dalam pembuatan simplisia, kualitas bahan baku
simplisia merupakan faktor yang penting yang perlu diperhatikan.
Proses pembuatan simplisia kemudian sortasi basah perlu dilakukan
pemisahan dan pembuangan bahan organic asing atau tumbuhan atau bagian
tumbuhan yang terikut. Bahan baku simplisia juga harus bersih. Artinya tidak
boleh tercampur dengan tanah, krikil atau pengotor lainnya (misalnya serangga
atau bagiannya) kemudian lanjut ke proses berikutnya yaitu pencucian jangan
menggunakan air sungai, karena cemarannya berat. Sebaiknya digunakan air dari
mata air, sumur, atau air ledeng, setelah dicuci ditiriskan agar kelebihan air
cucian mengalir yang dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor
lainnya yang melekat. setelah itu dilakukan perajangan terhadap sampel
simplisia daun. Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses
pengeringan berlangsung lebih cepat. Perajangan dapat dilakukan dengan
memotong bagian yang lebih kecil yang akan memudahkan dalam proses
pengeringan. Setelah sampel simplisia daun .dilakukan peranjakan, sampel
dikeringkan dibawah sinar matahari ditutup dengan kain hitam untuk
menghindari terurainya kandungan kimia dan debu selama 7 hari. Pengeringan
merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan lama dalam
dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari teruainya
kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengertian yang cukup akan
mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Tahapan yang

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 19


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

terakhir yaitu sortasi kering, dimana dilakukan pemisahan benda asing dan
pengotor lain yang masih tertinggal di simplisia. Simplisia yang telah
dikeringkan kemudian ditimbang dengan tujuan agar mengetahui susut
pengeringan yang diakibatkan dari proses yang telah diuraikan diatas kemudian
proses penyimpanan harus tertatur, rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau
saling mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan pengambil,
pemeriksaan, dan pemeliharannya. simplisia yang telah dikeringkan akan
memudahkan praktikan yang melakukan tahapan proses selanjutnya yaitu
mengekstrak simplisia .

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 20


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan
alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses
apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah
Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI :1989).
Dalam mempersiapkan sampel simplisia yang telah diambil
dilakukan dalam beberapa tahapan antara lain pengumpulan bahan, sortasi
basah, pencucian, perajangan, pengeringan, dan sortasi kering,
pengemasan, pelabelan, penyimpanan. Dalam melakukan tahapan-tahapan
persiapan sampel tanaman harus diperhatikan persyaratan yang tertera
agar tidak merusak kualitas simplisia.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam proses pembutan
simplisia agar simplia tetap terjaga kualitasnya serta senyawa kimia yang
ada didalamnya dengan cara mengikuti prosedur pembuatan simplisia

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 21


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, Setiawan dr. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I.


Jakarta : Trubus Agriwidya
Djauhariya,E, dan hernani.(2004). Gulma berkhasiat obat. Jakarta
: seri agrisehat.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 22


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I POLITEKNIK BINA HUSADA

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 23

Anda mungkin juga menyukai