I. Tujuan
a. Simplisia nabati
Adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya.
b. Simplisia hewani
Adalah simplisia beruba hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
c. Simplisia mineral
Adalah simplisia yang berupa bahan mineral yang belum diolah
secara sederhana. Dan belum berupa zat kimia murni.
b. Sortasi basah
c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dari pengotor
lainnyayang melekat pada simplisia. Bahan simplisia mengandung zat
yang mudah larut didalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan
dalam waktu sesingkat mungkin. Cara sortasi dan pencucian sangat
mempengaruhi jenis dan jumlah awal mikroba dalam simplisia.
d. Perajangan
e. Pengeringan
Tujuan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah
penurunan mutu atau perusakan simplisia. Pengeringan simplisia
dilakukan dengan alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah : suhu, kelembapan, aliran, waktu, dan luas permukaan bahan.
f. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan untuk memisahkan benda-benda asing
seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-
pengotor lainnya yang masih tertinggal pada simpkisia kering. Proses
ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan.
Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan
atau secara makanik.
g. Pengemasan dan Penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena
berbagai factor luar dan dalam, antara lain : cahaya, oksigen, reaksi
kimia intern, dehidrasi, dehidrasi, penyerapan air,pengotoran, serangga
dan kapang. Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan
simplisia. Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu,
sehingga simplisia bersangkutan tidak lagi memenuhi syarat yang
diperlukan atau ditentukan. Oleh karenaitu pada penyimpanan
simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat mengakibatkan
kerusakerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan
pewadahan, persyaratan Gudang simplisia, cara sortasi dan
pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya. Penyebab kerusakan
pada simplisia yang utama adalah air dan kelembaban.
h. Pemeriksaan Mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan
atau pembeliannya dari pengumpulan atau pedagang simplisia.
Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi
persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam
farmakope Indonesia, ekstra farmakope Indonesia ataupun MMI edisi
terakhir. Apabila untuk simplisia yang bersangkutan terdapat
paparannya dalam salah satu atau ketiga buku tersebut, maka simplisia
tadi harus memenuhi persyaratan yang disebutkan pada paparannya.
Suatu simplisia dapat dikatakan bermutu farmakope Indonesia, ekstra
farmakope Indonesia dan MMI, apabila simplisia bersangkutan
memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam buku-buku yang
bersangkutan pada pemeriksaan mutu simplisia pemeriksaan dilakukan
dengan cara organoleptis, makroskopis, dana tau cara kimia. Beberapa
jenis simplisia perlu diperiksa dengan uji mutu secara biologi.
B. Tinjauan standarisasi (Depkes RI, 2000)
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa
simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku
harus mempunyai persyaratan yang tercantum dalam monografi
terbitan resmi pemerintah sebagai pihak pembina dan pengawasan
(MMI) yang meliputi makroskopis, mikroskopis serta kimia.
• Waktu panen yang baik pada pagi hari karena bobot buah dalam
keadaan optimal sebagai hasil penimbunan zat-zat makanan pada
malam harinya dan belum banyak mengalami penguapan.
Sifat khas cabai merah adalah tidak dapat disimpan lama,
karena kandungan airnya cukup tinggi. Selain itu, pada saat panen
raya dan harga rendah sangat diperlukan penanganan yang dapat
mempertahankan nilai ekonomis dari komoditas tersebut (Anonim,
2011).
DAFTAR PUSTAKA
a) Chronquist, A. 1981. An Integrated System Of Classification Of Flowring Plants.
New York. Columbia University Press
b) Depkes RI, 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta : Depkes RI, hal
109.110.
c) Depkes RI. 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat
Jendral Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta
d) Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Depkes RI. Jakarta hal. 109-
110
e) Midian sirakit dkk. 1985. Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta. Hal 1-15
f) Prayudi B, 2010. Budidaya dan Pasca panen Cabai Merah (Capsicum annum L.).
Yogyakarta. UGM Press.
g) Prabowo, R. P. Ilmu Kandungan, Jakarta. Bina Pustaka.
h) Tindall, H. D. 1983. Vegetable In The Tropics. Mac Milan Press Ltd. London.