Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Antrakinon

Struktur Antrakinon

Antrakuinon merupakan suatu glikosida yang di dalam tumbuhan biasanya
terdapat sebagai turunan antrakuinon terhidloksilasi, termitilasi, atau
terkarboksilasi. Antrakuinon berikatan dengan gula sebagai o-glikosida atau
sebagai C-glikosida. Turunan antrakuinon umumnya larut dalam air panas atau
dalam alkohol encer. Senyawa antrakuinon dapat bereaksi dengan basa
memberikan warna ungu atau hijau (Harborne, 1987).

B. Klasifikasi Rheum officinale L.
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Polygonaceae
Ordo: Polygonaceae
Famili: Polgonaceae
Genus: Rheum
Spesies: Rheum officinale L.
Senyawa aktif kelembak adalah glikosida antrakinon, sennosida dan
rheinosida. Rheinosida bersifat sebagai pencahar (mengatasi konstipasi). Karena
itu penggunaannya sebagai pencahar akan efektif sekitar 6 jam dan terkadang bisa
menjadi tidak aktif dalam waktu 24 jam setelah pemakaian oral.1)
Di China, telah dilakukan penelitian menggunakan kombinasi kelembak
dan herbal lain. Eksperimen pada hewan menunjukkan ekstrak kelembak efektif
untuk mencegah dan mengatasi pendarahan lambung dan menyembuhkan luka 8).
Selain itu, kelembak (Rhubarb) juga digunakan untuk edema, amenorrhea dan
sakit pencernaan.




METODE KERJA

REAKSI WARNA
1. Uji Borntrager
Esktrak sebanyak 0,3 gram diesktraksi dengan 10 ml aquadest, saring,
lalu filtrate diesktraksi dengan 5 ml benzene dalam corong pisah.
(benzene diganti dengan toluene)
Esktraksi dilakukan sebanyak dua kali. kemudian fase benzene
dikumpukan dan dibagi menjadi dua bagian, disebut sebagai larutan VA
dan VB
Larutan VA sebagai blanko, larutan VB ditambah ammonia pekat 1 ml
dan dikocok
Warna merah menunjukkan adanya senyawa antrakinon

2. Uji modifikasi Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 5 ml KOH 0,5 N dan 1 ml
H2O2 encer.
Dipanaskan dan disaring, filtrat ditambah asam asetat glacial, kemudian
diekstraksi dengan benzene ( benzena diganti dengan toluene )
Fase benzena diambil dan dibagi menjadi dua sebagai larutan VIA dan
VIB
Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB ditambah ammonia pekat 1 ml.
warna merah atau merah muda pad lapisan alkalis menunjukkan adanya
antrakinon.

3. Kromatografi lapis tipis
Sampel ditotolkan pada fase diam. uji kromatografi lapis tipis ini
menggunakan:
fase diam : kiesel gel 254
fase gerak : benzene-etil asetat-asam asetat glacial ( 75:24:1)
benzene diganti dengan toluene
penampak noda : larutan 10 % KOH dalam methanol
Timbulnya noda berwarna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau
ungu menunjukkan adanya senyawa antrakinon.

HASIL

PEMBAHASAN
Untuk mengidentifikasi senyawa antrakinon dilakukan uji borntrager.
Awalnya ekstrak ditambah air suling untuk melarutkan senyawa yang terkandung
didalamnya, lalu disaring untuk memisahkan senyawa pengotornya. Filtrate yang
diproleh diekstrak dengan toluene dan dikocok kuat sehingga senyawa antrakinon
akan terlarut dalam fase toluennya. Hasil ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu
larutan VA dan VB. Larutan VA digunakan sebagai blanko. Dan larutan VB
ditambah ammonia dan dikocok. Warna merah menunjukkan adanya senyawa
antrakinon. Pada praktikum yang kami lakukan timbul warna merah pada larutan.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak mengandug antrakinon.
Selanjutnya dilakukan uji modifikasi borntrager. Ekstrak sebanyak 0,3
gram ditambahkan dengan 5 ml KOH 0,5N dan 1 ml H
2
O
2
encer. KOH berfungsi
sebagai pemberi suasana basa dan berfungsi untuk menghidrolisa antron dan
antranol menjadi antrakinon. Sedangkan H
2
O
2
berfungsi sebagai pemberi suasana
asam. Sehingga didapatkan senyawa dengan suasana netral dengan adanya
penambahan H
2
O
2
. Kemudian larutan tersebut dipanaskan dan disaring. Filtrate
kemudian ditambahkan asam asetat glacial sampai asam, kemudian diekstraksi
dengan 5 ml toluene. Ekstraksi bertujuan untuk menghidrolisis antrakinon, yaitu
memisahkan antara glikon dan aglikonnya, fase toluene diambil dan dibagi
menjadi dua bagian, yaitu larutan VIA dan VIB. Larutan VIA sebagai blanko.
Larutan VIB ditambahkan ammonia pekat 1 ml. Ammonia berfungsi untuk
memberikan suasana basa. Warna merah atau merah muda pada lapisan alkalis
menunjukkan adanya antrakinon. Hasil praktikum ini timbul warna merah muda
pada larutan. Hal ini menujukkan bahwa ekstrak mengandung antrakinon.
Selanjutnya dilakukan uji KLT. Fase dian yang digunakan adalah Kiesel
Gel GF254, dengan fase gerak toluene-etil asetat-asam asetat glacial (75 : 24 :1)
dan dengan penampak noda larutan KOH 10% dalam methanol. Sampel yang
ditotolkan merupakan larutan VA yang digunakan sebagai blanko pada uji
borntrager. Kemudian lempeng dieluasi dalam chamber yang berisi eluen. Setelah
selesai eluasi, lempeng diambil dan dikeringkan. Setelah kering diberi penampak
noda, dan noda yang timbul berwarna kuning, kuning coklat, merah ungu atau
hijau ungu menunjukkan adanya senyawa antrakinon. Pada praktikum ini
didapatkan noda berwarna kuning, kuning coklat dan hijau ungu yang
menunjukkan bahwa ekstrak mengandung antrakinon.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak Rheum
officinale L. mengandung atrakinon.

Anda mungkin juga menyukai