Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK III


PERCOBAAN 2
ZAT WARNA INDIKATOR PHENOL PHTALEIN

DISUSUN OLEH :
ABDUL AZIZ
062120064
REGULER 5A

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Mempelajari pembuatan senyawa-senyawa turunan fenol dan prinsip-prinsip reaksi
kondensasi.
1.2 Dasar Teori
Zat warna adalah suatu senyawa organik tidak jenuh yang mengandung gugus
kromofor dan gugus auksokrom. Pewarna banyak dijumpai dan digunakan untuk berbagai
jenis makanan, terutama berbagai produk jajan pasar dan berbagai makanan olahan yang
dibuat oleh industri kecil, industri rumah tangga dan industri besar (Yuliarti, 2007).
Pewarna merupakan zat warna atau bahan lain yang dibuat dengan cara sintetis atau
kimiawi lain, atau bahan alami dari tanaman, hewan, mineral atau sumber lainnya yang
diekstrak, diisolasi atau terbuat dari ekstrak atau isolat dengan atau tanpa perubahan
identitas yang bila ditambahkan atau digunakan ke bahan obat, kosmetik, atau ke bagian
tubuh menjadi bagian dari warna dari bahan tersebut (Tranggono,1990).
Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam
maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen
melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-asam kuat biasanya
berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (pp). Indikator ini merupakan
indikator sintetis yang dijual di pasaran dengan harga yang relatif mahal, dapat
menyebabkan polusi kimia, ketersediaan yang terbatas dan biaya produksi yang tinggi
(Nuryanti dkk, 2010).
Fenolftalein merupakan indikator sistetis (buatan) yang dapat dibuat didalam
laboratorium dengan menggunakan bahan fenol dan ftalat anhidrida melalui reaksi
kondensasi. Fenolftalein termasuk senyawa golongan ftalein yang bersifat asam lemeh.
Fenolftalein umumnya dipakai sebagai indikator dalam menentukan titik akhir titrasi
asam kuat dengan basa kuat. Fenolftalein mempunyai trayek pH 8,3-10,0 (Bassett, 1994).
Fenolftalein adalah pewarna yang berperan sebagai indikator pH Fenolftalein adalah
senyawa kimia dengan rumus molekul C20H14O4 dan sering ditulis sebagai Hln atau PP
dalam notasi singkat. Fenolftalein sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam-
basa. Untuk aplikasi ini, ia berubah warna dari tak berwarna dalam larutan asam menjadi
merah muda dalam larutan basa (Widjajanti VN,1991).
Fenolftalein sedikit larut dalam air dan biasanya dilarutkan dalam alkohol untuk
digunakan dalam berbagai percobaan. Senyawa ini bersifat asam lemah yang dapat
membebaskan ion H+ dalam larutan. Molekul fenolftalein tidak berwarna, dan ion
fenolftalein berwarna merah muda. Jika basa ditambahkan ke dalam fenolftalein,
kesetimbangan molekul ⇌ ion bergeser ke kanan, menyebabkan ionisasi lebih banyak
karena pembebasan ion H+. Hal ini diprediksi menurut prinsip Le Chatelier .fenolftalein
bewarna merah jika di teteskan ke dalam NaOH (Widjajanti VN,1991).
Fenolftalein biasanya digunakan sebagai indikator keadaan suatu zat yang bersifat
lebih asam atau lebih basa. Prinsip perubahan warna ini digunakan dalam metode titrasi
Fenolftalein cocok untuk digunakan sebagai indikator untuk proses titrasi HCl dan NaOH.
Fenolftalein tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan zat yang asam atau netral,
namun akan berwarna kemerahan dalam keadaan zat yang basa. Tepatnya pada titik pH di
bawah 8,3 fenolftalein tidak berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka warna merah
muda yang semakin kemerahan akan muncul. Semakin basa maka warna yang
ditimbulkan akan semakin merah (Chang R, 2003).
Fenolftalein memiliki empat kondisi yang berbeda dalam larutan: Pada kondisi asam
sangat kuat, ia dalam bentuk terprotonasi, menghasilkan warna jingga. Pada kondisi asam
kuat, ia berbentuk lakton yang tak berwarna. Dalam bentuk fenolat terdeprotonasi tunggal
(bentuk anion dari fenol) memberikan warna merah muda yang sangat dikenal. Dalam
larutan basa kuat, warna merah muda fenolftalein perlahan memudar dan menjadi tak
berwarna di atas pH 13,0. Reaksi pemudaran yang menghasilkan ion InOH3− yang tak
berwarna terkadang digunakan dalam mata pelajaran kinetika reaksi (Baeyer A, 1871).
Dalam larutan yang bersifat asam dan pada rentangan pH < 8,3 indikator fenolftalein
tidak akan memberikan perubahan warna, dimana warna larutan tetap tidak berwarna.
Sedangkan pada larutan yang bersifat basa pada rentangan pH  8,3-10,0 indikator
fenolftalein akan memberikan perubahan warna menjadi merah muda, dan pada rentangan
pH >10,0 indikator fenolftalein akan memberikan perubahan warna menjadi merah
(Bassett, 1994).
Namun dalam suasana basa pekat berlebih indikator fenolftalein kembali menjadi
tidak berwarna. Hal ini didukung dengan hasil percobaan yang menunjukkan bahwa
dalam konsentrasi NaOH yang semakin pekat, warna fenolftalein semakin pudar
(Petruševski dan Risteska, 2007).
Perubahan warna ini tentunya disebabkan oleh perubahan struktur fenolftalein dalam
kondisi penambahan basa yang berlebih (Petruševski dan Risteska, 2007). 
BAB II

METODE KERJA

2.1 Alat
- labu alas bulat 250 ml (alat refluk)
- gelas piala 2 liter
- corong buchner
- gelas ukur
- pemanas oli
- thermometer 200oC
2.2 Bahan
- fenol murni
- asam sulfat pekat
- asam sulfat encer
- norit
- phtalat anhidrat
- NaOH 10%
- HCl
- ethanol
2.3 Prosedur Kerja
Kedalam labu alas bulat 250 ml, dimasukkan 35 gram fenol, 25 gram anhidrat asam
ftalat dan 11 ml H2SO4 serta beberapa butir batu didih kemudian dipanaskan diatas penangas
minyak atau oli bekas selama 4 jam dengan suhu 115-120oC, selanjutnya dalam keadaan
panas campuran dituangkan ke dalam gelas piala 2 liter yang berisi air panas 1 liter kemudian
didihkan hingga bau fenol hilang lalu tambahkan air untuk mengganti air yang hilang atau
menguap kemudian dinginkan endapan yang terbentuk, saring dengan penyaring buchner dan
cuci dengan air, setelah itu padatan dilarutkan dalam larutan NaOH 10% kemudian disaring
terhadap bahan-bahan yang tidak larut, selanjutnya filtratnya diasamkam dengan asam asetat
ditambah 5 tetes HCl pekat sampai netral ( cek dngan kertas pH), setelah itu diamkan
semalam, akan terbentuk kristal fenol ftalein, lalu saring dan keringkan, timbang hasilnya dan
tentukan titik leburnya.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


Berat asam ftalat = 1,5014 gram
Berat fenol = 2,0495 gram
Titik lebur = 150oC
Perlakuan Pengamatan
Asam ftalat + fenol tidak berwarna
asam ftalat + fenol + 6 tetes H2SO4 Terdapat sedikit warna kekuningan
Pemanasan 5 menit Warna merah muda sedikit
Pemanasan 30 menit Warna Merah kecoklatan
Pemanasan 1 jam 10 menit Warna Merah bata pekat
Pemanasan 1 jam 30 menit Warna Merah darah
Pemanasan 2 jam Warna merah darah pekat
Ditambahkan ± 15 ml aquadest Warna menjadi keruh
Disaring Terdapat endapan berwarna putih susu
Endapan dimasukkan ke dalam 10 ml NaOH Larutan yang awalnya tidak berwarna
10% menjadi berwarna ungu buah jus buah naga
Ditambahkan HCl hingga netral Larutan menjadi putih
Didiamkan semalaman Larutan menjadi warna pink
Disaring Terdapat endapan

3.2 Reaksi dan Perhitungan


a. perhitungan
bobot kertas saring + sampel = 5,7329 gram
kertas saring = 1,7802 gram
berat sampel = 5,7329 – 1,7802 = 3,9527 gram
berat ekstrak + kertas saring = 4,3614 gram
berat kertas saring = 1,9849 gram
berat ekstrak = 4,3614 – 1,9849 = 2,3765 gram
berat ekstrak
% Rendemen = x 100%
berat sampel
2,3765
= x 100%
3,9527
= 0,6012 x 100% = 60,12%
b. Reaksi

3.3 Pembahasan
Praktikum kali merupakan pembuatan zat warna indikator fenolftalein. Fenolftalein
merupakan indikator sistetis (buatan) yang dapat dibuat didalam laboratorium dengan
menggunakan bahan fenol dan ftalat anhidrida melalui reaksi kondensasi. Fenolftalein
termasuk senyawa golongan ftalein yang bersifat asam lemeh. Fenolftalein umumnya dipakai
sebagai indikator dalam menentukan titik akhir titrasi asam kuat dengan basa kuat.
Fenolftalein mempunyai trayek pH 8,3-10,0.
Fenolftalein adalah pewarna yang berperan sebagai indikator pH Fenolftalein adalah
senyawa kimia dengan rumus molekul C20H14O4 dan sering ditulis sebagai Hln atau PP dalam
notasi singkat. Fenolftalein sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam- basa.
Untuk aplikasi ini, ia berubah warna dari tak berwarna dalam larutan asam menjadi merah
muda dalam larutan basa.
Dalam pembuatan fenolftalein melibatkan penambahan H2SO4 yang dimana
penambahan H2SO4 tersebut untuk memberikan suasana asam. hal ini dilakukan karena titik
akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan dalam suasana asam dan
reaksi H2SO4 tersebut tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi dengan titran.
Proses pemanasan pada percobaan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi dan
melelehkan padatan dari fenol dan anhidra phtalat, pemanasan ini berlangsung selama 4 jam
didalam labu alas bulat dengan suhu 150oC.
Setelah didapatkan endapan, endapan kemudian di larutkan ke dalam 10%
penambahannya bertujuan untuk melarutkan padatan pada reaksi antara fenol dan anhidra
phtalat.
Kemudian filtrat yang dihasilkan pada proses tersebut di tetesi 5 tetes HCl yang
bertujuan untuk menetralkan basa yang setelah dimasukkan ke dalam larutan NaOh 10%.
Kemudian larutan tersebut didiamkan selama 1 hari yang bertujuan untuk
mendapatkan kristal fenolftalein.
Dan didapatkan ekstrak sebanyak 2,3765 gram dengan titik lebur 150oC dan
didapatkan juga rendemennya sebesar 60,12%.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkann percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa zat warna


indikator fenolftalein dapat diperoleh dengan mereaksikan antara fenol dengan anhidra
phtalat. Fenolftalein adalah pewarna yang berperan sebagai indikator pH dan sering
digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam- basa. Pada percobaan kali ini di dapatkan
ekstrak sebanyak 2,3765 gram dan titik lebur 150oC serta rendemen sebesar 60,12%
DAFTAR PUSTAKA

Tranggono. 1990. Bahan Tambahan Pangan (Food Additives). Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 

Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya di balik lezatnya lakanan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, pp: 79-96.

Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C. dan Raharjo, T.J., 2010, Indikator Titrasi Asam-Basa
dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L), Agritech, 30 (3): 178-183.

Bassett, J., Denney, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik. Alih Bahasa A. Hadnyana P. Dan L. Setiono.  Vogel’s
Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis,
Fourth Edition. 1991. Jakarta: EGC.

Petruševski, Vladimir M. dan Risteska, Keti. 2007. Behaviour of Phenolphthalein in Strongly


Basic Media. Chemistry, Vol. 16, Iss. 4 (2007). Tersedia
pada  (http://khimiya.org/pdfs/KHIMIYA_16_4_PETRUSEVSKI.pdf).  Diakses pada tanggal 5
April 2011.

Widjajanti VN. 1991. Obat-obatan. Yogyakarta : kanisius

Chang R. 2003. Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti. Jl 2 Ed. 3. Jakarta : Erlangga

Baeyer, A. (1871) “Ueber eine neue Klasse von Farbstoffen”. Berichte der Deutschen
Chemischen Gesellschaft. 4 (2) : 555-558
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Tuliskan reaksi pembuatan fenolftalein?
2. Kenapa campuran harus netral?
3. Pada saat rekristalisasi PP, apa saja yang perlu diperhatikan?
4. Apa gunanya PP? bagaimana struktur PP dalam suasana asam dan suasan basa?
5. Bagaiman bila PP ditambah NaOH berlebih? Tuliskan prubahan struktur molekulnya
Jawaban
1.

2. Untuk menyeimbangkan antara jumlah muatan asam dengan basa

3. Penambahan etanol dan air

4. Sebagai indikator pada proses titrasi asam basa

5. Warnanya akan semakin pekat dan menjadi semakin basa


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai