Anda di halaman 1dari 10

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Praktikum : Pembuatan Larutan Standar Asam dari Asam Pekat


Hari/Tanggal

: Senin, 22 Oktober 2007

Waktu

: 14.30 17.00 WITA

Tempat

: Laboratorium Kimia / Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas


Lambung Mangkurat Banjarbaru

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dra. Fujiati, M.Si


NIP 132 692 888

Praktikan

Ummu Zahrah
NIM. I1A007039

PEMBUATAN LARUTAN STANDAR ASAM DARI ASAM PEKAT


Ciptadi Iqbal1, Florentina Dian Marcella Silviani Bambang2, Henny Aprina2, Henderi
Saputra2, Ni Luh Wita Astari Widhusadi2, Tantri Widiastuti2, Ummu Zahrah2, Yosef Dwi
Cahyadi Salan2
2

Abstrak

1
Ketua Kelompok 2 Mahasiswa Pengikut Mata Kuliah Kimia Kedokteran Fakultas Kedokteran UNLAM Banjarbaru
Anggota Kelompok 2 Mahasiswa Pengikut Mata Kuliah Kimia Kedokteran Fakultas Kedokteran UNLAM Banjarbaru

Latar Belakang: : Larutan standar adalah larutan yang kadar atau konsentrasinya
diketahui secara pasti. Proses untuk membuat larutan standar disebut dengan
standarisasi.
Metode: Percobaan dilakukan dengan metode titrasi. Titrasi menggunakan larutan HCl
sebagai larutan standar sekunder dan Na2CO3 sebagai larutan standar primer .
Hasil : Pada larutan HCl dengan indikator metil orange terjadi perubahan warna dari merah
muda menjadi orange. Sedangkan jika HCl ditetesi dengan indikator phenolphtalein terjadi
perubahan warna dari bening menjadi ungu muda.
Kesimpulan: Normalitas rata-rata dari indikator Metil Orange lebih kecil dibandingkan
dengan normalitas rata-rata dari indikator phenolphtalein. Pada proses titrasi dengan
menggunakan indikator Metil Orange lebih cepat terjadi perubahan warna dibandingkan
dengan indikator phenolphtalein. Indikator metil orange merupakan indikator asam yang
bersifat basa lemah denyan trayek PH antara 3,1 44 Sedangkan indikator phenolphtalein
merupakan indikator basa yang bersifat asam lemah dengan trayek PH antara 8,3-10.
KATA KUNCI Titrasi, larutan standar, konsentrasi, indikator
Abstract
Background :
Standard solution is a solution that we know the concentration exactly.
The process to make acid standard solution was called standardization.
Method: Experiment is done by titration method. Titration used HCl solution as secondary
standart solution and Na2CO3 as primary standart solution.
Result : Titration in HCl solution with metil orange as indicators occurs alternation color
from pink red to orange. While using phenolphthalein the color alters from transparent to
purple.
Conclusions : Normalitas rata-rata dari indikator Metil Orange lebih kecil dibandingkan
dengan normalitas rata-rata dari indikator phenolphtalein. Pada proses titrasi dengan
menggunakan indikator Metil Orange lebih cepat terjadi perubahan warna dibandingkan
dengan indikator phenolphtalein. Indikator metil orange merupakan indikator asam yang
bersifat basa lemah denyan trayek PH antara 3,1 44 Sedangkan indikator phenolphtalein
merupakan indikator basa yang bersifat asam lemah dengan trayek PH antara 8,3-10.

KEYWORDS Titration, Standard Solution, Concentration, indicator


PENDAHULUAN
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih macam zat terdiri dari zat
yang terlarut (solute) yang berada dalam jumlah yang sedikit dan zat pelarut (solven) yang
berjumlah lebih banyak. Larutan dapat didefinisikan sebagai suatu campuran yang homogen.
Secara teoritis bila kita lihat definisi larutan maka ada sembilan kemungkinan macam larutan.
Yaitu bila solvennya suatu cairan, maka solutenya adalah gas, zat padat atau cairan lain. Bila

solvennya zat padat, maka solutenya adalah gas, cairan atau zat padat lain. Sedangkan bila
solvennya gas maka solutenya adalah cairan, zat padat atau gas lain.

Jika dua zat berbeda dimasukkan dalam wadah, maka ada tiga kemungkinan yang
terjadi, yaitu bereaksi, bercampur dan tidak bercampur. Campuran yang membentuk satu fasa,
yaitu yang menpunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian yang
lain di dekatnya atau campuran homogen lebih umum dikenal dengan larutan. Larutan terdiri
dari zat yang terlarut (solute) yang berada dalam jumlah yang lebih sedikit dan zat pelarut
(solvent) yang berjumlah lebih banyak 2. Perbandingan antara solute dengan solvent disebut
konsentrasi. Satuan konsentrasi dapat dinyatakan dalam normalitas. Normalitas adalah jumlah
ekuivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan 1.
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang
akan dianalisis. Perbedaan antara titrasi asam-basa dan titrasi oksidasi-reduksi muatan yang
berpindah adalah elektron, sedangkan pada titrasi asam-basa adalah proton2-3.
Tujuan Praktikum adalah menentukan konsentrasi larutan HCl dengan indikator metil
orange dan phenolptalein.

METODE
Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi alat-alat gelas seperti buret,
gelas ukur, labu erlenmeyer, corong, pipet tetes, dan statif.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah HCl ,H2SO4 , Na2CO3 0,1 N, indikator
metil orange, indikator phenolphthalein, dan aquades.
Cara Kerja Titrasi
Memasukkan larutan standar Na2CO3 0,1N ke dalam buret sampai penuh. Kemudian
memasukkan HCl 15 ml ke dalam labu erlenmeyer, lalu meneteskan 2 tetes indikator metil
orange pada larutan tersebut. Selanjutnya melakukan titrasi dengan Na2CO3 sampai warna
larutan berubah dari merah menjadi kuning. Setelah terjadi perubahan warna, hentikan titrasi
dan selanjutnya menghitung volume Na2CO3 yang digunakan. Percobaan ini dilakukan 2 kali.
Lakukan hal yang sama tetapi titrasi menggunakan indikator phenolphtalein.Setelah itu
lakukan titrasi dengan menggunakan larutan H2SO4 dengan indikator metil orange dan
phenolphtalein.

HASIL
Data hasil praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Perhitungan hasil Titrasi HCl
dengan menggunakan indicator phenolptalein dan metil orange

Perhitungan

PEMBAHASAN
Dari percobaan di atas dengan menggunakan indikator berbeda, di dapat perubahan
warna yang berbeda pula. Hal ini disebabkan kedua indikator tersebut mempunyai rentang pH
yang berbeda. Indikator metil orange memiliki rentang pH antara 3,1-4,4 dengan perubahan
warna dari merah muda menjadi orange. Sedangkan phenolphtalein mempunyai rentang pH
antara 8,3-10 yang akan menampakkan peruabahan warna dari bening (tak berwarna) menjadi
ungu.
Indikator metil orange pada lingkungan basa, anionnya akan memberikan warna
kuning, sedangkan pada lingkungan asam metil orange akan memberikan warna merah muda
pada ion-ionnya. Sehingga saat HCl dan H2SO4 ditetesi metil orange, pada larutan asam
tersebut terjadi perubahan warna menjadi merah muda .
Indikator phenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah, dalam keadaan tak
terionisasi, indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa, phenolphtalein
akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna ungu karena anionnya. Sehingga saat
larutan asam HCl dan H2SO4 ditetesi dengan phenolphtalein, pada larutan ini tidak terjadi
perubahan warna .
Perubahan warna yang terjadi menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi, diberi
nama demikian karena pada titik ini penetesan larutan pentitrasi dihentikan dan volume
dicatat2.
Indikator phenolphthalein memiliki kisaran perubahan warna yang kurang jelas
sehingga sulit membedakan apakah titrasi telah melewati titik akhir teoritis atau belum1.

Pada titrasi sering terjadi kesalahan titrasi setelah dilakukan pengecekan perhitungan,
misalnya normalitas larutan yang dihasilkan. Kesalahan tersebut disebabkan disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Pengamatan titik akhir yang kurang tepat, karena ketidaktahuan kapan secara tepat
perubahan warna terjadi dan seperti apa warna yang diinginkan dari perubahan
tersebut. Akibatnya, proses titrasi yang seharusnya dihentikan dianggap belum selesai,
secara otomatis hasil yang diperoleh pun tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ada
dua sumber yang menjadi fakor penyebab ketidaktahuan dalam menentukan titik akhir
titrasi dengan menggunakan indikator visual. Pertama, indikator yang digunakan tidak
sesuai dan tidak berubah warna pada pH yang sesuai. Kedua, keadaan asam yang
sangat lemah (larutan basa) dengan kelandaian kurva titrasi tidak besar dengan
demikian perubahan warna pada saat mencapai titik ekuivalen tidak tajam, terjadi
ketidaktepatan dalam menentukan perubahan warna yang terjadi.
2. Kurang teliti dalam pengukuran. Kekurang telitian ini dapat menyebabkan perbedaan
normaliatas yang dicari. Kekurang telitian pengukuran ini dapat disebabkan oleh :
a. Penggunaan alat dengan tingkat ketelitian yang rendah
b. Sudut pandang dalam melihat batas larutan dalam buret tidak tepat pada garis
skala, atau kesalahan penglihatan (paralaks). Seharusnya didasarkan pada
meniskus yang dibentuk oleh larutan dalam buret.
3. Alat-alat yang digunakan masih belum bersih.
Apabila pada alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum masih terdapat kotoran, ada
kemungkinan larutan dimasukkan ke dalam alat itu terlebih dahulu bereaksi dengan kotoran
yang ada, sehingga normalitas dari zat yang dicari tidak dapat diukur secara tepat.

Pada praktikum ini didapatkan hasil bahwa tidak ditemukan perbedaan bermakna antara
titrasi larutan yang menggunakan Indikator Metil Orange dengan titrasi larutan yang
menggunakan indikator phenolphthalein.
Baru-baru ini didapat sebuah aplikasi konsep kelarutan yaitu pada proses perkaratan
tembaga yaitu bahwa korosi pada tembaga ternyata dapat terhenti setelah dilarutkan dalam
NaCl 1 M pada suhu kamar setelah 60-80 jam pada keadaan anoxic. Selain itu pemenfaatan
konsep larutan dapat digunakan untuk memperbaik kerusakan pada permukaan kerak di
pegunugan Alpen. Yaitu dengan melarutkan calcite dalam H2O-NaCl.

Konsep ini juga

digunakan untuk menentukan ada tidaknya penebalan karat pada Al-6061 Alloy dapat juga
untuk mendeteksi penyakit pada urine seperti leptospira 4-7.

KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Normalitas rata-rata dari indicator metal-orange lebih kecil dibandingkan normalitas
rata-rata dari indicator phenolptlein.
2. Pada proses titrasi, indicator metal-orange lebh cepat terjadi perubahan warna
dibandingkan dengan indicator phenolpalein.
3. Indikator metil-orange merupakan indicator asam yang bersifat basa lemah dengan
trayek pH antara 3,1 - 4,4.
4.

Indikator phenolptalein merupakan indicator basa yang bersifat asam lemah dengan
trayek pH antara 8,3 10.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sukmariah dan Kamianti. 1990. Kimia Kedokteran. Jakarta:Binarupa Aksara.
2. Suhartono, Eko. 2004. Buku Ajar Kimia Kedokteran I. Banjarbaru : Bagian Kimia
Kedokteran UNLAM.
3. Gnther, Tania M. F. et al. Titrant Standardizations. Biochemistry And Molecular
Biology Education 2003; 31: 123126.
4. Lucchesi, Paula M.A. et al. Recommendations for the detection of Leptospira in
urine by PCR. Revista da Sociedade Brasileira de Medicina Tropical 2004;
37:131-134.
5. Newton, Robert C. And Manning, Craig E. Experimental determination of calcite
solubility in H2O-NaCl solutions at deep crust/upper mantle pressures and
temperatures: Implications for metasomatic processes in shear zones. American
Mineralogist 2002; 87: 14011409.
6. Bojinov, Martin. and Makela, Kari. Corrosion of Copper in Anoxic 1M NaCl
Solution. Posiva Working Report 2003.
7. Datta, J. Dr. et al. Influence of pH and Chloride Concentration on the Corrosion
Behaviour of Al-6061 Alloy. Journal-MM 2003;84: 70-83.

Anda mungkin juga menyukai