BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
cukup serius. Penyakit tersebut dapat menjadi penyebab kematian, bahkan di
Indonesia menduduki peringkat tertinggi. Faktor resiko DM terbagi menjadi
dua, yang pertama adalah faktor resiko yang tidak dapat berubah yaitu jenis
kelamin, umur dan faktor genetik. Faktor resiko yang dapat diubah yaitu
kebiasaan merokok, aktifitas fisik dan gaya hidup (tisnawati, 2013).
Penggunaan obat antihiperglikemia disamping harganya mahal juga
mempunyai efek samping yang sangat serius dalam penggunaan jangka
panjang yang mengakibatkan kerusakan ginjal dan liver. Oleh karena itu,
salah satu alternatif lain adalah dengan mengonsumsi sediaan herbal
kebanyakan berasa pahit sehingga membuat penderita tidak patuh dalam
terapi. Salah satu buah yang mempunyai manfaat sebagai antihiperglikemia
dan memiliki kandungan charatin, polipeptida-p insulin dan lektin serta
vitamin C. Beberapa penelitian banyak mengungkapkan bahwa pare dengan
dosis tertentu dapat dijadikan sebagai antihiperglikemia.
Obat herbal antihiperglikemia sudah banyak diedarkan di pasar, tetapi
penderita banyak tidak suka dan merasa tidak nyaman karena berasa sangat
pahit oleh karena itu dibuat suatu sediaan serbuk puding yang dikombinasi
dari madu dan serbuk pare sehingga berasa manis dengan pengolahan
sederhana dan dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah, dikarenakan
banyak kandungan gizi di dalam madu dan pare dan juga membuat
penderita marasa nyaman dengan rasa manis pada puding yang dikonsumsi.
Sebelum di lakukan pemasaran terlebih dahulu untuk meneliti suatu sediaan
agar diketahui dosis yang efektif dalam pengonsumsian setiap hari dan
mencegah efek toksik dari sediaan sehingga aman untuk di konsumsi oleh
penderita DM.
1.3 MANFAAT
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya pelaksanaan
penelitian ini sebagai berikut :
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 URAIAN TANAMAN
2.1.1 Tanaman Pare (Momordica charantia)
Tanaman pare (Momordica charantia) merupakan suatu tanaman yang
menjalar atau memanjat, berbau tidak enak, batang berusuk. Daun berbentuk
bulat, dengan pangkal bentuk jantung, taju bergigi, kasar hingga berlekuk
menyirip. Kelopak bentuk lonceng, mahkota bentuk roda. Benang sari 3,
kepala sari oranye, bergan dengan satu sama lain kemudian lepas. Buah
memanjang bentuk spul silindris, dengan 8=10 rusuk memanjang, orange.
Biji cokelat kekuningan pucat, memanjang (Steenis, 2013).
Adapun klasifikasi dari Pare yaitu:
Kingdom : Plantae
Devisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitacea
Genus : Momordica
Species : Momordica charantia L.
Pere (Momordica charantia) mengandung senyawa kompleks antara
lain insulinmimetik vitamin, mineral, dan antioksidan. Adapun kandungan
saponin, polifenol, flavonoid, dan vitamin C, pare sebagai antioksidan yang
mempunyai tujuan untuk menangkap radikal bebas yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup sel Leydig akibat penyakit diabetes militus kondisi
hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya peningkatan Reaktif Oksigen
Spesies (ROS) yang menimbulkan perubahan dalam fungsi seksual termasuk
menurunkan sekresi testosterone dalam total serum. Penderita diabetes sering
mengalami penurunan kadar Follicle Stimulating Hormone (FSH), Insulin-
like Growth Factor 1 (IGF-1), dan Stem Cell Factor (SCF) karena kepekaan
reseptor insulin mengalami gangguan (Adnyana, 2016).
2.1.2 Madu
Madu murni menurut Farmakope Indonesia adalah madu yang
diperoleh dari sarang lebah Apis mellifera dan spesies lainnya yang telah
dimurnikan dengan pemanasan 70◦C. Setelah dingin, kotoran yang
mengapung disaring. Selanjutnya, madu dapat ditambahkan dengan air
secukupnya untuk pengenceran. Menurut FDA (USA) defenisi dari madu
asli adalah nektar dari tanaman yang dikumpulkan, diolah, dan simpan
dalam sarangnya oleh lebah madu (Amalia,2015).
Madu alami mengandung banyak flavonoid (seperti apigenin,
pinokembrin, kaempferol, quercetinm galangin, krisin dan hesperetin), asam
fenolik (seperti ellagic, caffeic, pcoumaric dan asam ferulic), asam
askorbik, tokoferol, katalase, superoxide dismutase, reduced glutathione,
4
2.2 DIABETES
Diabetes Militus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul akibat
kadar glukosa dalam darah tinggi (hiperglikemia). Kekurangan hormon
insulin yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi, yang
disebabkan produksi insulin tidak mencukupi dalam kebutuh tubuh dan
pengobatan DM berlangsung lama dan memunculkan efek samping yang
tidak dinginkan. (Guyton & Hall, 2006).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi defisiensi
insulin, protein yang berlebihan di dalam sirkulasi darah tidak dapat
disimpan dalam jaringan. Semua aspek metabolisme lemak sangat
meningkat bila tidak ada insulin. Normalnya ini terjadi antara waktu makan
sewaktu sekresi insulin minimum, tetapi metabolisme lemak meningkat hebat
pada DM sewaktu sekresi insulin hampir nol. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan,
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat (Simatupang, 2017).
1. Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Melitus
Berdasrkan sebabnya Diabetes Melitus (DM) dibagi menjadi beberapa
golongan yaitu:
a) Diabetes Melitus Tipe 1 (DM tipe 1) adalah penyakit kronis endokrin,
penurunan sekresi insulin akibat auto antibody yang merusak sel-sel
pulau Langerhans pada pancreas. Kerusakan sel β pancreas tidakterjadi
dalam jangka pendek tetapi dapat terjadi hingga bertahun-tahun tanpa
diketahui karena gejala klinis baru muncul setelah setidaknya 80% sel β
pancreas mengalami keerusakan.
b) Diabetes Melitus Tipe II (DM tipe II) adalah sel-sel tubuh menjadi
kurang sensitive terhadap hormone insulin, meskipun produksi dan kadar
hormone insulin normal. Terjadi DM tipe II akibat turunnya sekresi
insulin, resistensi insulin, dan amonius insulin. Penurunan sekresi insulin
terjadi akibat disfungsi sel-sel β pankreas. Suatu penelitian menemukan
5
bahwa gangguan fungsi sel pancreas terjadi secara dini bahkan sebelum
adanya resistensi urin.
c) Diabetes Tipe Khusus DM tipe khusus disebabkan oleh suatu kondisi
seperti endokrinopati, penyakit eksokrin pankreas, sindrom genetic,
induksi obat atau zat kimia, infeksi, dan lain-lain.
d) Diabetes Gestasional Diabetes gestasional adalah Diabetes yang terjadi
pertama kali saat hamil atau diabetes yang hanya muncul pada saat
kehamilan. Biasanya diabetes ini muncul pada minggu ke-24 (bulan
keenam). Diabetes ini biasanya menghilang sesudah melahirkan
(Simatupang, 2017).
2.3 PUDING
puding merupakan salah satu jenis makanan yang terbuat dai rumput
laut, proses pengolahannya dengan cara menambahkan gula dan air sehingga
mengghasilkan gel dengan tekstur yang kenyal dan lembut yang sering
disebut dengan puding. Puding biasanya disajikan sebagai makanan penutup
atau sering dikenal dengan sebutan pencuci mulut (Simatupang, 2017).
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Analisis respon
Perhitungan dosis
VAO = Dosis x BB
Konsentrasi
Ket: VAO = Volume Administrasi Obat
1. Dosis Glibenklamide 5 mg
Faktor konversi manusia (70 kg) ke mencit (25 gr) adalah 0,0026
Konversi dosis untuk mencit bb 20 g : 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
25
Untuk mencit dengan berat 25 g : X0,013 mg =0,0162 mg
20
Dosis diberikan dalam volume :0,2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak : 100 ml
100 mL
Jumlah Glibenklamid yang digunakan : × 0,0162mg
0,2 mL
=8,1 mg˜ 10 mg = 0,01g
0,01 g
% kadar Glibenklamide : × 100 %=0,01%
100 mL
8
normal dan tidak homogen, maka diuji dengan Kruskal-Wallis dengan taraf
kepercayaan 95%.
3.8 RISET PADA PENELITIAN
Jenis riset yang dilakukan pada penelitian ini adalah riset empirik.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
Kegiatan1
1 Pembuatan Dosen pendamping, Ketua
Proposal
Kegiatan 2
2 Preparasi alat dan Ketua dan anggota
bahan
Kegiatan 3
3 Ketua dan Anggota
Uji pendahuluan
Kegiatan 4
4 Ketua dan anggota
Uji aktivitas
Kegiatan 5
5 Ketua dan anggota
Analisis data
Kegiatan 6
6 Ketua dan anggota
Laporan
10
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana,I.D.P.A.,DKK.2016.Efek Antidiabetes Buah Pare (Momordica
charantia Linn.) Terhadap Kadar Glukosa Darah,Sel Penyusun Pulau
Langerhans Dan Sel Leyding Pada Tikus Putih Hiperglikemia. Acta
Veterinaria Indonesiana Vol.4(2).
Amalia, Fini. 2015. The Effect Of Honey In Diabetes Mellitus. J MAJORITY Vol.
4 (2)
Bahagia,W.,DKK.2018. Potensi Ekstrak Buah Pare ( Momordhica
Charantia)Sebagai Penurun Kadar Glukosa Darah:Manfaat Di balik Rasa
Pahit.Majoroty Vol.7(2).
Muliani,H.2011.Pertumbuhan Mencit (Mus musculus L) Setelah pemberian Biji
Jarak Pagar (Japtropha curcas L.).Buletin Anatomi dan Fisiologi
Vol.19(1).
Simatupang,R.2017.pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Leaflet
Tentang Diet DM terhadap Pengetahuan Pasien DM DI RSUD PAndan
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2017.Jurnal Ilmiah Kohesi Vol.1(2).
Steenis,C.G.G.J.,DKK.2013.Flora Edisi 13.Jakarta Timur:PT.Balai Pustaka
(Persero).
Trisnawati,S.,DKK.2013.Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal
ilmiah kesehatan Vol.2(1).
11